Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan Agama Kristen T.P.

2023/2024 – Kelas X

Lukas 15:21-24; Yohanes 3:16; Roma 12:9-21

A. PENGANTAR

Tuhan Yesus membuktikan bahwa kekuatan yang paling dahsyat itu adalah
kekuatan cinta kasih tanpa syarat. Cinta kasih yang total. Di dalam Alkitab kita dapat
menemukan banyak sekali contoh tentang cinta kasih yang total, sehingga demi cinta itu,
orang yang memperlihatkannya tidak segan-segan untuk berkorban.

Hal ini tampak jelas di dalam kehidupan dan pengurbanan Tuhan Yesus seperti
yang dapat kita temukan dalam Filipi 2:5-11

B. CINTA KASIH = KESETIAAN = KESEDIAAN UNTUK BERKORBAN

Dalam bahasa Ibrani, kata “cinta kasih” diterjemahkan menjadi khesed. Menurut
sastra etika Yahudi, khesed atau cinta kasih adalah salah satu dari kebajikan yang paling
utama. Cinta Kasih dapat diartikan sebagai kesediaan untuk berkorban. Kita dapat
mengambil contoh pengorbanan diri seorang pejuang hak asasi manusia bagi
kelompoknya yang tertindas (Dr. Martin Luther King, Jr.).

Dr. Martin Luther King, Jr., adalah seorang pendeta Gereja Baptis yang berkulit
hitam dari Amerika Serikat. King adalah seorang tokoh pemimpin perjuangan hak-hak sipil
masyarakat kulit hitam di AS. Ia berulang kali mendapatkan ancaman pembunuhan.
Rumahnya beberapa kali dibom. Namun demikian, King tetap bersiteguh dalam
perjuangannya tanpa menggunakan kekerasan. Akhirnya King sendiri ditembak mati oleh
orang yang tidak mau mengakui bahwa orang kulit hitam pada hakikatnya sederajat
dengan orang kulit putih. Pada 4 April 1968, pada sekitar pukul 6 sore, King ditembak di
balkon sebuah hotel di Memphis, Tennessee, AS.

King telah merasakan kasih Yesus Kristus di dalam hidupnya. Oleh karena cinta kasih
Kristus itulah, ia pun belajar untuk mengasihi orang-orang yang membenci dirinya.

Sekolah Menengah Atas (SMA) DARMA YUDHA Pekanbaru-Riau


Pendidikan Agama Kristen T.P. 2023/2024 – Kelas X

C. BACA GALI ALKITAB

Di dalam Alkitab kita dapat belajar mengasihi dari Perumpamaan yang di


ajarkan oleh Tuhan Yesus dalam Injil Lukas 15:21-24, tentang “Anak Yang Hilang”

Background
Perumpamaan ini bercerita tentang seorang ayah yang memiliki dua orang
putra. Anak yang lebih muda berkata kepada ayahnya, ’Ayah, berikan harta
bagianku.’ Ayahnya pun membagi hartanya kepada kedua anaknya.” (Lukas 15:11,
12)
Anak ini meminta warisan padahal ayahnya belum meninggal. Dia ingin
mendapat harta bagiannya saat itu juga, supaya dia bisa bersenang-senang dan
hidup bebas. Beberapa hari kemudian, anak yang lebih muda itu mengumpulkan
semua hartanya dan pergi ke negeri yang jauh. Di sana, dia hidup bejat dan
berfoya-foya.” (Lukas 15:13) Anak itu pergi ke negeri lain, padahal dia bisa tinggal
dengan aman di rumah bersama ayahnya yang menyayangi dia dan memenuhi
kebutuhannya. Dia pun menggunakan hartanya untuk melampiaskan hawa nafsu.
Setelah hartanya habis, hidupnya mulai susah.
”Kelaparan yang parah terjadi di seluruh negeri itu. Dia pun jatuh miskin. Dia
bahkan minta pekerjaan ke seorang penduduk negeri itu, dan dia disuruh menjaga
babi di padang. Dia begitu lapar sampai-sampai ingin mengisi perutnya dengan
makanan yang dimakan babi-babi itu. Tapi tidak ada yang memberinya makanan.”
(Lukas 15:14-16).
Menurut Hukum Allah, babi dianggap najis, tapi anak itu tidak punya pilihan
lain. Karena sangat lapar, dia bahkan mau makan makanan babi. Di tengah
kesengsaraannya, dia pun sadar. Dia berpikir, ’Semua pekerja ayahku punya
berlimpah makanan, sedangkan aku di sini sudah mau mati kelaparan! Aku akan
berangkat dan pergi ke ayahku dan berkata kepadanya, ”Ayah, aku sudah berdosa
kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah. Jadikan aku
pekerja Ayah saja.”’ Lalu dia pun pulang ke rumah ayahnya.—(Lukas 15:17-20)

Sekolah Menengah Atas (SMA) DARMA YUDHA Pekanbaru-Riau


Pendidikan Agama Kristen T.P. 2023/2024 – Kelas X

Pointnya

Ketika [anak itu] masih jauh, ayahnya melihat dia dan tergerak oleh rasa kasihan.
Maka ayahnya berlari, lalu memeluk dan menciumnya dengan lembut.” (Lukas 15:20) Sang
ayah mungkin telah mendengar tentang kebejatan anaknya. Namun, dia tetap menyambut
anaknya.
Dari raut wajah anaknya yang penuh penyesalan, ayah yang bijaksana itu tahu
bahwa anaknya sudah bertobat. Anak itu lalu mengakui kesalahannya. Dia lebih mudah
mengakuinya karena sang ayah dengan baik hati menyambut dia. Anak itu berkata, ”Ayah,
aku sudah berdosa kepada Allah dan kepada Ayah. Aku tidak layak lagi disebut anak Ayah.”
—Lukas 15:21.
Tapi, sang ayah berkata kepada budak-budaknya, ”Cepat! Ambil jubah yang
paling bagus. Pakaikan itu padanya. Pasang cincin di jarinya dan sandal di kakinya. Potong
juga anak sapi yang gemuk. Mari kita makan dan merayakan ini, karena anakku ini sudah
mati tapi hidup lagi. Dia hilang tapi sudah ditemukan.” Mereka pun bersukaria.—Lukas
15:22-24.
Sementara itu, anak yang lebih tua sedang ada di ladang. Yesus berkata, ”Ketika
dia pulang dan sudah hampir sampai di rumah, dia mendengar suara musik dan tari-tarian.
Maka, dia memanggil seorang pelayan dan menanyakan apa yang terjadi. Pelayan itu
menjawab, ’Adik Tuan pulang, dan ayah Tuan memotong anak sapi yang gemuk, karena
adik Tuan kembali dalam keadaan sehat.’ Tapi dia marah dan tidak mau masuk. Lalu
ayahnya keluar dan memohon agar dia masuk. Dia berkata kepada ayahnya, ’Sudah
bertahun-tahun aku kerja seperti budak untuk Ayah, dan tidak pernah satu kali pun aku
melawan perintah Ayah. Tapi Ayah tidak pernah memberi aku anak kambing untuk
dinikmati bersama teman-temanku. Tapi begitu anak Ayah itu pulang, anak yang
menghabiskan harta Ayah dengan pelacur, Ayah malah memotong sapi gemuk buat dia.’”
—Lukas 15:25-30.
Lalu ayahnya berkata: ”Anakku, kamu selalu bersama Ayah. Semua milik Ayah
adalah milik kamu juga. Tapi kita harus merayakan ini dan bersukacita, karena adikmu
sudah mati tapi hidup lagi; dia hilang tapi sudah ditemukan.”—Lukas 15:31, 32.

Sekolah Menengah Atas (SMA) DARMA YUDHA Pekanbaru-Riau


Pendidikan Agama Kristen T.P. 2023/2024 – Kelas X

Apa yang ingin diajarkan oleh Tuhan Yesus?

1. Kita harus tetap berada bersama umat Allah agar kita selalu dilindungi-NYA,
Bapak yang menyayangi kita dan memenuhi kebutuhan kita. Jangan sampai kita
tergoda untuk mencari kesenangan di ”negeri yang jauh”.

2. Jika kita menjauh dari Allah, kita harus dengan rendah hati kembali kepada
Bapak kita, supaya kita bisa punya hubungan baik dengan-Nya lagi.

3. Kita harus meniru sang ayah yang baik hati dan berbelas kasihan. Sebagai umat
Allah, kita harus rela mengampuni dan siap menyambut orang-orang yang
sudah bertobat dan kembali kepada Tuhan.

D. CINTA KASIH : KEKUATAN YANG LUAR BIASA


Cinta kasih adalah suatu kekuatan yang luar biasa dahsyatnya. Dalam Injil Yohanes
3:16 dikatakan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Kehadiran Yesus Kristus sebagai tanda kasih Allah Bapa bagi kita di dunia, mestinya
sudah bisa kita rasakan di masa kini juga. Ketika Yesus masih ada di dunia secara fisik sekitar
2000 tahun yang lalu, orang banyak sudah bisa menikmati kehadiran-Nya. Yang lumpuh
bisa berjalan kembali, yang buta bisa melihat, yang mati dibangkitkan, dan mereka yang
tersingkirkan dihampiri Yesus dan Yesus menjadi sahabat mereka. Orang-orang yang
dijumpai dan disapa oleh Yesus mengalami perubahan yang dahsyat. Hidup mereka
diliputi oleh sukacita dan pengharapan baru. Mereka menyadari bahwa hidup mereka
bermakna karena Yesus.

E. CINTA KASIH YANG MEMADAMKAN API PERMUSUHAN

Dalam Roma 12:9-21, Rasul Paulus mengajarkan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus,
yaitu mengatasi kemarahan dengan kasih. Paulus mengatakan, Tetapi, jika seterumu lapar,
berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu

Sekolah Menengah Atas (SMA) DARMA YUDHA Pekanbaru-Riau


Pendidikan Agama Kristen T.P. 2023/2024 – Kelas X

menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi
kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan Paulus menjelaskan bagaimana kasih dalam iman.
Kristen itu dipraktikkan “tanpa batas”. Dari penjelasan Paulus ini tampak sangat sederhana,
“Kasih tanpa tindakan bukanlah kasih yang sejati.

Hal ini menolong kita untuk memahami bahwa kasih yang sejati itu tidak hanya
bersikap baik kepada orang lain. Kasih sejati itu memiliki orientasi moral yang menuju
kepada kebaikan. Ketika kita menunjukkan kasih terhadap seseorang, maka kita bergerak
mereka ke arah kebaikan Tuhan. Mengasihi seseorang bukan hanya melayani kesukaan dan
ketidaksukaan orang itu. Sebaliknya, itu berarti bertindak terhadap mereka dengan cara
menolong mereka untuk mengalami lebih banyak kebaikan Allah.

Sekolah Menengah Atas (SMA) DARMA YUDHA Pekanbaru-Riau

Anda mungkin juga menyukai