Anda di halaman 1dari 3

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan

bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah
(Roma 8:28).

Nama saya Sadham Arafat, anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara. Saya dilahirkan di dalam
sebuah keluarga yang cukup sederhana. Sejak kecil saya dididik oleh keluarga dalam agama
Islam. Ibu saya keturunan dari suku bugis (nenek) dan suku Tionghoa (kakek), sedangkan
ayah saya asli suku Dayak beragama Katholik tetapi menikah ikut ibu menjadi Islam. Kami
tinggal bersama ayah, ibu dan kakek serta nenek. Ayah dan ibu sibuk sekali bekerja sehingga
kami didik oleh nenek. Nenek saya adalah orang yang sangat saleh dan taat beragama. Sejak
kecil kami sudah dibimbingnya untuk juga taat beragama, pergi ke surau, dan ikut kegiatan
agama termasuk belajar membaca dan menulis kaligrafi bahasa Arab (namun saya tidak bisa
menulis dan membaca kaligrafi arab dan pada saat pelajaran agama Islam saya selalu
dihukum berdiri satu kaki jewer telinga di depan kelas sampai semua teman di kelas pulang
sekolah baru saya boleh pulang)

Perbedaan karakter yang dimiliki oleh ayah dan ibu membuat pernikahan mereka tidak bisa
bertahan lama. Sifat ayah yang suka berjudi dan mabuk dan bahkan sering bertengkar dengan
ibu karena masalah uang ibu yang sering hilang, tentu hal ini membuat ibu tidak bisa
menahan diri. Kebiasaan buruk ayah ini membuat ibu harus pergi bekerja keluar negeri
(Malaysia) tanpa persetujuan dari ayah. Hal ini tentu membuat ayah sangat tidak senang,
sehingga pada tahun 1999 memutuskan untuk cerai sepihak dengan membawa kami ke
kampung Dusun Lintah Kec. Keranji Mancal, Kab. Landak. Pada saat itu saya berumur 8
tahun, adik saya berumur 6 tahun (Andro) dan yang bungsu berumur 4 tahun (Asih).

Di tempat yang baru kami tinggal bersama dengan kakek dan nenek, sedangkan ayah pergi
bekerja keluar kota. Hal yang baru dimulai, di kampung Dusun Lintah ini tidak ada Masjid
atau Surau, karena mayoritas penduduk disana beragama Katholik dan Kristen. Nenek
menyarankan saya untuk ikut ibadah di Sekolah Minggu Gereja Kristen Protestan Kalimantan
Barat (GKPKB) Abdi Agape Dusun Lintah yang tidak jauh dari rumah, sekitar 600 meter.
Saya menurut kata nenek dan pergi berjalan kaki bersama adik saya ke Sekolah Minggu.
Disana kami disambut baik oleh GSM dan teman-teman, saya senang sekali walaupun masih
terlihat kaku. Waktu terus berjalan, saya sangat rajin mengikuti sekolah minggu, setiap
minggu saya hadir. Mulai saat itulah saya mulai mengenal Yesus.

Seiring berjalannya waktu, saya semakin menyadari betapa cukup sulitnya hidup tanpa diurus
orang tua kandung. Begitu banyak tantangan yang dihadapi dan harus curhat ke siapa. Dilema
ini saya alami cukup panjang dari saat saya memasuki SMP hingga SMA, saat-saat itu saya
selalu menanyakan kepada Tuhan Yesus kenapa membiarkan ini terjadi. Namun Tuhan Yesus
tetap setia mengasihi saya, hingga saya mulai menyadari sesuatu yang luar biasa saya bisa
mengenal Tuhan Yesus dengan cara yang seperti ini, saya bisa diselamatkan sesuai dengan
rencana Allah.

Sebagai orang yang telah diselamatkan saya sangat bersyukur. Namun ada hal yang tidak
saya mengerti, bahwa Kabar Baik tentang keselamatan harus diberitakan. Hingga saat itu ibu
saya yang sudah lama sakit keras harus meninggalkan dunia ini pada 12 Maret 2015 tanpa
menerima kabar baik itu. Tentu ini adalah penyesalan terbesar saya, karena saya masih
memiliki ketakutan untuk mengenalkan Yesus kepada ibu saya, tidak tahu bagaimana
caranya. Dan saya masih punya tugas untuk mengembalikan kepercayaan adik saya nomor 2
kepada Yesus namun sudah dibawa kembali menjadi Islam oleh ibu saya.

Sebelum bergabung menjadi fasilitator superbook, begitu banyak sekali pertimbangan yang
saya pikirkan, saya adalah orang yang pendiam, tidak pandai berkata-kata, pemalu, begitu
sedikit teman. Namun saya dikuatkan kembali melalui cerita Musa yang ditayangkan pada
saat orientasi superbook oleh tim jakarta. Keluaran 4:11 Tetapi Tuhan berfirman kepadanya :
“Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli,
membuat orang melihat atau buta, bukankah Aku, yakni TUHAN? Dari ayat Kitab ini saya
yakin jika Tuhan yang memanggil saya sebagai tim fasilitator superbook wilayah Pontianak,
pasti Tuhan menolong saya seperti Musa ditolong oleh Tuhan. Saya menyerahkan itu semua
ke dalam tangan Tuhan, apa yang Tuhan inginkan didalam hidup saya, biarlah kehendak Dia
yang terjadi.

Seiring berjalannya waktu saya merasakan mujizat dari Tuhan, saya dimampukan untuk
melakukan tugas melayani gereja-gereja, membnatu GSM walaupun masih begitu banyak
kekurangan, tapi saya sudah memiliki kepercayaan diri. Motivasi saya melakukan ini tidak
lain adalah karena saya ingin daerah kalbar berubah. Saya teringat dengan anak-anak di
kampung saya orang tua tidak banyak yang peduli anak-anak mereka mau beribadah di gereja
atau tidak, anak-anak SD sudah merokok dan minum minuman keras, serta berjudi.
Seharusnya Firman Tuhan ditanam kepada anak-anak sejak kecil. Ini merupakan tantangan
tersendiri bagi saya, saya harus berbuat sesuatu supaya anak-anak suka pergi ke gereja.
Karena di dalam Roma 10:14-15 mengatakan Tetapi bagaimana mereka dapat berseru
kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya
kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar
tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat
memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya
kedatangan mereka yang membawa kabar baik!

Ayat ini menyadarkan saya bahwa bisa percaya kepada Yesus karena saya mendengar tentang
Dia, saya bisa mendengar tentang Dia karena ada yang diutus untuk memberitakan kabar baik
itu kepada saya. Saya memiliki kerinduan apa yang telah saya dengar bisa di dengar oleh
anak-anak tentang keselamatan itu.

Puji Tuhan dengan adanya superbook ini memasuki ke wilayah kalbar, begitu besar dampak
yang dirasakan oleh gereja. Guru-guru SM sangat antusias, anak-anak mulai mau datang ke
gereja, cara penjangkauan dan pemuridan yang sangat luar biasa. Orang tua sangat merasakan
perubahan hidup yang dialami oleh anaknya. Tentu ini kabar sukacita buat gereja. Namun,
tidak semua gereja yang bisa bergabung dengan superbook, kendala tenaga GSM, listrik dan
media yang belum memadai.

Dalam pelayanan menjadi fasilitator superbook ini untuk perjalanan yang jauh terkadang
motor bocor, jalan rusak dan hujan. Pernah pada saat sedang pelatihan listrik mati. Pada saat
orientasi tidak banyak gereja yang hadir.

Bisa mengenal daerah baru, kedatangan saya disambut baik.

Sukacita yang dialami, disambut sangat baik oleh GSM dan gereja pada saat kunjungan,
banyak mendapat teman baru, banyak mendapat pengalaman dari gembala dan GSM,
Berdoa untuk Kalbar, karena sudah sejak lama anak-anak Dayak yang dipedalaman dibawa
untuk disekolahkan gratis dan dimasukkan ke pesantren.

Diharapkan gereja-gereja bertumbuh kembali bersama-sama melayani anak-anak.

Anda mungkin juga menyukai