Anda di halaman 1dari 6

Ecclesia Domestica

(Mazmur 122)

Bapak/Ibu/Saudara dan adik-adik yang dikasihi Tuhan, wah senang sekali rasanya di Pembukaan
Bulan Keluarga ini kita dapat bersama-sama beribadah sebagai satu keluarga Allah, sebagai satu
tubuh Kristus. Nah di Pembukaan Bulan Keluarga ini kita juga mengadakan Ibadah Intergenerasi. Apa
sih Ibadah Intergenerasi itu?

Ibadah Intergenerasi adalah ibadah yang mana seluruh generasi di dalam gereja, mulai dari anak-
anak hingga senior berkumpul bersama untuk menyembah Allah. Nah kita tahu bahwa satu
generasi dan generasi yang lain memiliki perbedaan, mulai dari perbedaan cara berpakaian sampai
dengan cara pandang.

Namun Ibadah Intergenerasi mengajak kita untuk memandang bahwa perbedaan generasi itu tak
berarti bahwa kita tak bisa bersahabat dan saling belajar, tetapi perbedaan yang ada justru dapat
memperkaya pengalaman dan pemahaman iman kita. Jadi kata kunci dari ibadah intergenerasi
adalah “ketersalingan”. Kita saling belajar, saling mengajar, dan saling mengasihi sebagai satu
keluarga Allah.

Nah karena spirit dari Ibadah, bahkan juga pelayanan Intergenerasi yang adalah ketersalingan ini,
saling mengajar, saling mendengar, maka pada momen Ibadah Intergenerasi yang tidak terjadi setiap
minggu ini, saya mau mengajak kita untuk mendengarkan suara dan pemikiran dari setiap generasi
yang ada di gereja kita. Oleh karena itu saya mau mengundang perwakilan dari setiap generasi
untuk bisa ngobrol-ngobrol sebentar.

Boleh saya memanggil :

- Jam 07.00 : Adik Clairine Reina, Sdr. Reuben Kendengis, Bapak Joko Priyono, dan Ibu Siti
Istijarkin / Ibu Ros
- Jam 09.30 : Adik Michelle Rumuy, Sdri. Davina Tjondro, Bapak Endry Hartono, dan Ibu Siti
Istijarkin / Ibu Ros

untuk maju sebentar ke altar. Nah kita boleh duduk sejenak di sini yah. (Sambil kursi disiapkan).

Oke, sekarang saya mau minta kesediaan bapak/ibu dan adik-adik untuk boleh memperkenalkan diri
dulu. Nama, usia, dan kalau masih sekolah, saat ini sekolahnya kelas berapa (perkenalan). Nah, saya
pengen ngobrol bentar nih sama bapak/ibu/adik-adik boleh yah. Jangan tegang ya bapak/ibu/adik-
adik karena ini bukan kuis Alkitab, bukan juga cerdas cermat yang ada skornya kok hehe. Tapi saya
mengajak Bapak/ibu/adik-adik untuk cerita aja tentang pengalaman hidup sehari-hari.

1. Begini. Kita tentu ingat pada bulan Maret 2020 virus Corona masuk ke Indonesia. Terus apa
yang terjadi? Kita diminta gak pergi kemana-mana yah. Belajar dari rumah, bekerja dari
rumah, ibadah dari rumah, pokoknya di rumah aja. Nah waktu bapak/ibu/adik-adik tau kalau
harus di rumah aja, gimana perasaannya? Mengapa?

2. Oke ini kak Cathy lihat bapak/ibu/adik-adik sudah bawa kertas sama spidol. Mau ngapain
kita yah? Hehe. Nah jadi saya mau mengajak bapak/ibu/adik-adik yang di depan untuk
menceritakan seperti apa sih keluarga itu bagi saya dalam sebuah gambar! Nah menggambar
ini maksudnya bukan menggambar anggota keluarga saya isinya ada siapa aja.
Tapi misalnya begini. Oh kak Cathy, saya merasa keluarga itu tempat curhat, tempat aku bisa
cerita apapun. Kalau misalnya seperti itu berarti bisa gambar orang lagi cerita misalnya.
Begitu ya Bapak/Ibu/adik-adik. Saya kasih waktu 2 menit aja yah.

Gambarnya yang sederhana aja gak apa karena ini bukan lomba menggambar hehe. Nah
buat bapak/ibu/adik-adik yang duduk di bangku jemaat, kita bisa ikut menggambar juga yah
karena tadi kakak GSM sudah memberikan kertas ke adik-adik yah. Atau buat
bapak/ibu/teman-teman yang tidak memiliki kertas, begitu juga yang mengikuti Ibadah ini
secara live streaming bisa ambil waktu ini buat berefleksi juga. Kalau kita diminta
mendeskripsikan keluarga kita dengan 1 atau 2 kata. Kira-kira kata apa yang kita pilih? Hehe.

Nah sambil menemani kita menggambar dan juga berefleksi, ada satu lagu yang akan
menemani kita, di mana lagu ini juga menjadi theme song Bulan Keluarga kita. Kita saksikan
yah (video Tuhan Berikan Keluarga). Oke bapak/ibu/adik-adik waktunya sudah selesai yah.
Sekarang boleh dong gambarnya ditunjukkan dan dijelaskan hehe.

3. Oke pertanyaan terakhir nih. Buat adik-adik, boleh dong ceritakan satu hal baik yang
papa/mama atau opa/oma selalu ajarkan ke adik-adik? Dan buat bapak/ibu, saya yakin
sebagai orangtua kita juga kadangkala belajar dari anak dan cucu kita. Nah bolehkah
diceritakan juga 1 hal baik yang bapak/ibu pelajari dari anak-cucu?

Wah terima kasih bapak/ibu/adik-adik sudah menemani kak Cathy ngobrol-ngobrol. Sekarang boleh
kembali ke tempat duduk masing-masing ya (narasumber kembali ke tempat). Ya bapak/ibu/teman-
teman/adik-adik, tadi kita sudah mendengarkan beberapa saudara kita yang berbagi tentang apa arti
keluarga bagi mereka, bagaimana mereka menggambarkan kehidupan keluarga juga hal-hal baik apa
yang diterima serta dipelajari dari anggota keluarga lain.

Dan bapak/ibu/teman-teman juga teman-teman yang duduk di bangku jemaat atau mengikuti
Ibadah secara live streaming tadi juga sudah menggambar atau berefleksi tentang kehidupan
keluarga kita masing-masing. Nah tentu kita tahu bahwa dalam masyarakat sosial dan bahkan juga
dalam iman Kristen, keluarga merupakan lembaga terkecil namun memiliki peranan yang sangat
besar dan penting bagi pembentukan kehidupan seseorang. Entah itu secara fisik, secara sosial,
secara psikis, begitu juga secara spiritual.

Ya memang di masa sekarang kita juga sering mendengar orang mengatakan kalau keluarga itu tidak
selalu sebatas orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan kita. Family isn’t always blood.
Sahabat pun juga bisa jadi keluarga ketika kita merasa nyaman berada bersama mereka, ketika kita
merasa diterima apa adanya dan didukung sepenuhnya.

Kita tentu patut bersyukur ya kalau kita punya sahabat yang bisa menguatkan dan jadi support
system buat kita. Namun bukankah menjadi sebuah hal yang memprihatinkan jika keluarga, mereka
yang memiliki hubungan sedarah dengan kita dan tinggal seatap dengan kita justru menjadi orang
asing bagi kita, atau bahkan menjadi orang-orang yang kita hindari untuk jumpai?

Nah saudara, tadi kita sudah bersama membaca Mazmur 122 yang menjadi landasan perenungan
firman Tuhan pada ibadah hari ini. Mazmur ini biasa dinyanyikan oleh umat Israel dengan penuh
sukacita ketika mereka melakukan perjalanan menuju “Rumah Tuhan”. Apa yang dimaksud
dengan “Rumah Tuhan”? Yang dimaksud “Rumah Tuhan” adalah kota Yerusalem karena di sanalah
terletak Bait Allah.
Itulah mengapa di ayat 1 dikatakan demikian, “Aku bersukacita ketika dikatakan orang kepadaku,
mari kita pergi ke rumah Tuhan”. Nah pertanyaannya, mengapa si penulis Mazmur yaitu raja Daud
dan orang-orang kala itu bersukacita pergi ke rumah Tuhan? Karena di rumah Tuhan umat Israel
dapat beribadah, mengungkapkan rasa syukur mereka pada Tuhan dan mengalami persekutuan
yang erat dengan Tuhan.

Tentunya ada rasa tenang dan damai jika kita berada dekat dengan Tuhan, dan memang itulah
identitas dari Kota Yerusalem. Tahukah bapak/ibu/teman-teman bahwa nama “Yerusalem” berasal
dari bahasa Ibrani yaitu yerushalayim, yang artinya adalah “kota damai”. Nah tapi mengapa di ayat
6 dikatakan bahwa “berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem”?

Mengapa kota yang memiliki identitas sebagai sumber damai masih perlu didoakan agar memiliki
kesejahteraan di dalamnya? Karena ternyata didapati bahwa suasana kota Yerusalem tidaklah
seindah arti namanya. Kota Yerusalem dipenuhi oleh peperangan, kekerasan, kejahatan, sehingga
terjadi banyak masalah moral, sosial, dan juga spiritual di dalamnya.

Maka ketika pemazmur mengajak umat mendoakan kesejahteraan Yerusalem, pada dasarnya ini
merupakan sebuah kesadaran bahwa identitas Yerusalem sebagai kota damai tak secara otomatis
menjadikan kota tersebut dipenuhi dengan kedamaian. Tetapi damai sejahtera sejati merupakan
karunia bagi orang-orang yang bersedia menyerahkan hidupnya pada Allah dan taat melakukan
kehendakNya.

Nah demikian juga halnya dengan keluarga. Saudara, apa sih yang menjadi identitas, fungsi, dan
panggilan kita keluarga Kristen? Jawabannya adalah tema kita pada hari ini, bahkan inilah yang
menjadi tema besar Bulan Keluarga tahun ini, Ecclesia Domestica. Saya tidak tahu apakah
bapak/ibu/teman-teman pernah mendengar istilah ini atau tidak.

Jadi Ecclesia Domestica adalah sebuah istilah dalam bahasa Latin. Ecclesia artinya adalah gereja,
sedangkan domestica adalah rumah. Maka secara harafiah istilah ini dapat diartikan sebagai
“gereja rumah” atau “gereja rumah tangga”. Nah istilah ini memang berasal dari tradisi Gereja
Katolik Roma. Namun kita pun juga patut merenungkannya karena istilah ini mengingatkan kita
akan peran penting keluarga untuk melakukan fungsi dan tugas gereja di rumah masing-masing.
Sehingga barangkali kita juga pernah mendengar ungkapan bahwa keluarga adalah gereja-gereja
kecil.

Nah apa sih tugas gereja, saudara? Ada 5. Pertama koinonia (persekutuan), kedua diakonia
(melayani), ketiga marturia (bersaksi), keempat kerygma (pewartaan, pengajaran iman), dan
terakhir kelima adalah leitourgia (peribadahan). Sehingga dengan kata lain setiap keluarga Kristen
selayaknya menghidupi hakikat gereja sebagai sebuah persekutuan yang didasarkan pada cinta
kasih Allah, sebuah tempat di mana setiap orang belajar untuk saling melayani dan saling
memperhatikan.

Bagaimana orangtua berperan untuk mendidik anak-anak agar terus bertumbuh dalam iman dan
mengadakan “altar keluarga” untuk bersama berdoa, membaca dan mendalami Alkitab sehingga
kehadiran keluarga sungguh menjadi kesaksian yang hidup bagi orang-orang di sekitar. Orang-
orang di sekitar kita, misalkan tetangga kita gitu yah. Mereka gak soal kita mau bergereja di mana,
tapi yang mereka lihat pastinya adalah bagaimana kita memperlakukan mereka, bagaimana kita
bersikap pada sesama anggota keluarga kita. Sehingga itulah mengapa kita sering sekali mendengar
bahwa hidup sebagai pengikut Kristus adalah seperti kitab yang terbuka.
Jadi inilah identitas keluarga-keluarga Kristen sebagai ecclesia domestica. Nah kalau kita melihat
makna identitas keluarga Kristen ini, maka seharusnya suasana keluarga Kristen diwarnai oleh cinta
kasih, pengampunan, penerimaan, kegembiraan, dan nilai-nilai Kristiani lainnya sebagaimana yang
kita pelajari dalam firman Tuhan.

Tapi secara riil, apakah identitas itu sungguh-sungguh dihidupi dalam keluarga kita? Atau sebaliknya,
justru keluarga menjadi replika dari dunia yang kejam dan gersang, sehingga menjadi tempat yang
ditakuti ketimbang memancarkan air dan terang kehidupan? Saya ingin mengajak bapak/ibu/teman-
teman berefleksi dari tabel sederhana ini (menampilkan tabel).

Kira-kira mana sih yang lebih sering kita lakukan di tengah keluarga? Apakah kita lebih sering
membandingkan atau lebih banyak belajar mendengar dan memahami? Sering membandingkan ini
gak hanya terjadi dalam diri orangtua pada anak saja gitu yah sehingga muncullah istilah anak emas,
tapi anak pun juga bisa seperti itu ke orangtua ketika kita membandingkan orangtua kita dan
orangtua teman kita misal.

Apakah kita sibuk dengan dunia sendiri sehingga rumah tidak ada bedanya dengan hotel atau
kost-kostan yang jadi tempat tidur dan makan saja, atau kita lebih banyak memperhatikan
anggota keluarga kita? Apakah kita lebih sering mengkritik atau memberikan apresiasi? Kalau
jawaban kita lebih banyak di tabel kiri, maka kita perlu mengintropeksi diri, terbuka terhadap karya
Allah dan membiarkan Allah menuntun kita sehingga identitas ecclesia domestica sungguh-sungguh
dihidupi oleh keluarga kita.

Nah sekarang, apa sih hal-hal yang perlu kita sadari dan lakukan agar keluarga kita sungguh-sungguh
menghayati identitas ecclesia domestica ini? Nah keluarga itu tempat kita menua dan bertumbuh
bersama gitu yah, saudara. Karena itu, terapkanlah juga prinsip GROWTH dalam keluarga. Apa itu?
G : Go to God in daily prayer Datanglah kepada Allah bersama-sama sebagai sebuah keluarga
dalam doa-doa harian kita. Jadikanlah doa sebagai kebutuhan dan bukan hanya sekedar kebiasaan
hidup.

Kalau doa hanya menjadi sebuah kebiasaan, sangat mungkin kita memang melakukannya setiap hari,
namun kita tidak sungguh-sungguh memaknai mengapa kita perlu berdoa. Tapi kebutuhan itu lahir
dari hati yang menyadari bahwa saya tak pernah bisa hidup tanpa pertolongan Tuhan. Keluarga ini
tak akan dapat bertahan tanpa kasih Tuhan, sehingga saya perlu untuk senantiasa terhubung dengan
Allah Sang Sumber Kehidupan.

Lalu yang kedua adalah R, Read the Bible. Bacalah Alkitab dan renungkanlah firman Tuhan
bersama-sama. Nah kita bersyukur bahwa saat ini dengan perkembangan teknologi, kita bisa
menemukan banyak sekali sumber dari internet untuk melakukan saat teduh. Dan melalui saat
teduh bersama, kita juga dapat memiliki ruang untuk mengajarkan anak kita tentang kebenaran
firman Allah, dan kita pun juga dapat lebih lagi memahami firman Allah.

Salah satu pertanyaan yang patut kita renungkan adalah seberapa sering kita berbicara tentang
Tuhan di keluarga kita? Berbicara tentang Tuhan itu jangan diartikan hanya sebagai berbicara
tentang doktrin iman Kristen. Tapi yang terutama adalah mengajak anggota keluarga kita untuk
berefleksi dalam peristiwa hidup yang dialami. Ketika ia gagal, apa yang Tuhan ingin ajarkan
untuknya? Ketika ia berhasil, sejauh mana peran Tuhan dirasakan dalam keberhasilannya?

Lalu selanjutnya O, Obey God moment by moment, belajar untuk taat pada Allah hari demi hari.
Kita perlu mengingat bahwa identitas kita sebagai ecclesia domestica memanggil kita untuk
mempersaksikan Kristus melalui kehidupan kita. Maka tak ada jalan lain untuk menjadi saksiNya
selain dengan menaati dan melakukan kehendakNya.

Dan di sini peran orangtua atau orang-orang yang lebih tua menjadi sangat penting bagi anak-anak.
Children see, children do. Apa yang anak lihat dari orang-orang di sekitarnya, itulah yang akan
mereka lakukan. Apa yang mereka dengar dari orangtua, itulah yang akan mereka katakan juga. Oke,
selanjutnya adalah W, Worship together.

Beribadah bersama, seperti yang kita lakukan saat ini dalam Ibadah Intergenerasi. Nah salah satu
tujuan mengapa gereja mengadakan Ibadah Intergenerasi di kesempatan tertentu adalah karena kita
rindu melihat keluarga demi keluarga duduk bersama, beribadah, memuji Tuhan, mendengarkan
firman bersama-sama dan bukan tidak mungkin setelah pulang kebaktian ini ada komitmen-
komitmen yang dibangun keluarga-keluarga setelah mendengarkan firman bersama.

Dan ibadah keluarga juga dapat dilakukan di rumah masing-masing. Ketika kita menyatukan hati
untuk menghadap Tuhan bersama, memuji dan menyembah Dia, maka percayalah. Kita akan
semakin dekat dengan Tuhan pun juga antar anggota keluarga. Jadi dari 3 poin di atas sebetulnya
setiap keluarga diajak untuk apa, untuk memiliki quality time bersama guna merawat relasi dengan
Tuhan dan juga relasi antar anggota keluarga.

Bagaimana mungkin suasana keluarga dapat menjadi hangat, penuh cinta kasih, dan pendidikan
iman bisa terjadi tanpa adanya waktu yang diberikan? Oke selanjutnya adalah T, Trust God in every
detail our life. Saudara, dengan kita menyediakan waktu untuk beribadah bersama, belajar firman
Tuhan dan berdoa bersama, kita sedang belajar dan di saat yang sama juga mengajar anggota
keluarga lain terutama anak-anak untuk mempercayai Tuhan dalam hidup kita. Hidup mempercayai
Tuhan akan menjadi benteng iman bagi kita dan anggota keluarga untuk menghadapi berbagai
tantangan dan pergumulan hidup yang tak selalu dapat kita kendalikan.

Dan yang terakhir adalah H, Holy Spirit empower our life. Biarkan Roh Kudus memampukan dan
memberdayakan kita untuk menjalani kehidupan ini. Nah saudara, biarlah kita sebagai para
keluarga Kristen selayaknya senantiasa memuliakan Allah, meneladani Kristus, mendidik anak-anak
sesuai dengan firman Allah, dan membangun nilai-nilai Kristiani dalam rumah kita. Selamat
menghidupi Ecclesia Domestica. Tuhan memberkati kita.

Nah pada kesempatan ini saya rindu mengajak kita berdoa untuk keluarga kita. Apabila
bapak/ibu/teman-teman saat ini beribadah bersama keluarga. Saya ajak kita bisa saling berpegangan
tangan atau saling merangkul anggota keluarga. Atau bagi saudara yang beribadah sendiri, mari kita
ambil waktu untuk berdoa bagi keluarga kita (di sini instrumen mulai main)

Mari.. doakanlah keluarga kita, bersyukurlah atas kehadiran pasangan kita, anak atau anak-anak,
orangtua, saudara kandung, dan kerabat kita. Mereka memang tidak sempurna, sama halnya seperti
kita yang juga tidak sempurna. Ada kalanya mereka menyakiti hati kita, dan ada kalanya juga kita
menyakiti hati mereka.

Namun keluarga adalah anugerah yang Tuhan berikan bagi setiap kita. Tuhan memanggil kita,
apapun peran kita dalam keluarga, untuk menyatakan kasih Tuhan.. untuk saling memberi dan
menerima kasih.. untuk saling mengajar dan belajar. Inilah Ecclesia Domestica. Silahkan saudara
dapat mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi atau bersama keluarga…

Anda mungkin juga menyukai