Anda di halaman 1dari 8

Rancang Bangun Pola Regenerasi Kepemimpinan

Selamat sore Bapak/Ibu/Saudara.. apa kabarnya? Wah senang sekali saya di sini boleh diberi
kesempatan untuk melayani, berbagi dan belajar bersama dengan Bapak/Ibu. Di sesi 1 ini kita akan
berbicara tentang Rancang Bangun Pola Regenerasi Kepemimpinan, baik itu di Majelis Jemaat dan
Badan Pelayanan.

Nah sebelumnya saya mau katakan sesuatu begini dulu saudara. Bukan berarti ketika saya diminta
membawakan materi ini, itu berarti GKI Manyar sudah “berhasil” dalam melakukan proses
regenerasi. Kami bersyukur karena memang di dalam beberapa Badan Pelayanan, proses regenerasi
boleh berjalan dengan baik. Tetapi di beberapa Badan Pelayanan dan bahkan Kemajelisan pun kami
masih bergumul dengan hal ini.

Akan tetapi yang saya bisa katakan adalah bahwa memang dalam 3 tahun terakhir ini, khususnya dari
era awal masa pandemi di tahun 2020, kami memberikan perhatian yang besar pada proses
regenerasi ini sehingga ada upaya-upaya yang coba kami lakukan yang nanti akan saya sharingkan
juga kepada bapak/ibu/saudara gitu yah.

Nah oke untuk memulai perbincangan kita tentang regenerasi, saya mau mulai dari sini dulu saudara.
Kita perlu memahami terlebih dulu bahwa sejatinya seluruh anggota jemaat dan simpatisan juga
sebetulnya dipanggil untuk berperanserta dalam mengerjakan misi Allah. Dalam Mukadimah Tata
Gereja GKI poin 2-3 disebutkan demikian,

“gereja adalah persekutuan yang esa dari orang-orang beriman kepada Yesus Kristus-Tuhan dan
Juruselamat dunia- yang dengan kuasa Roh Kudus dipanggil dan diutus Allah untuk berperanserta
dalam mengerjakan misi Allah, yaitu karya penyelamatan Allah di dunia. Dalam rangka
berperanserta mengerjakan misi Allah, gereja melaksanakan misinya”//.

Selanjutnya di poin 5 tertulis demikian, “dalam rangka melaksanakan misi gereja, anggota gereja
berperan secara hakiki sesuai dengan panggilan Allah dan karunia Roh Kudus.” Artinya apa, bahwa
memang anggota gereja punya peranan penting sebagai rekan sekerja Allah dalam melaksanakan
misi gereja. Tuhan telah menganugerahkan kepada setiap orang berbagai talenta, kemampuan, dan
keahlian untuk melayaniNya.

Bahkan Tuhan juga memanggil sebagian anggota gereja yang memiliki talenta, kemampuan, dan
keahlian tertentu untuk menjadi pengurus badan pelayanan ataupun juga penatua. Itulah mengapa
dalam 1 Petrus 4:10 tertulis demikian, “layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia
yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”.

Nah sebagaimana yang kita tahu bahwa panggilan gereja untuk melaksanakan misi Allah
merupakan panggilan yang bersifat terus-menerus di tengah dunia kita yang terus berubah dan
berkembang. Tetapi satu hal yang perlu disadari adalah bahwa manusia, anggota gereja, itu punya
masa hidup yang terbatas.// Saya suka sekali quote ini saudara, setiap orang itu ada waktunya.
Setiap waktu ada orangnya.

Gak ada yang abadi, karena tiap orang itu punya waktunya. Tapi di satu waktu, juga perlu ada
orangnya. Itulah mengapa di Alkitab pun, regenerasi kepemimpinan dan pelayanan juga terjadi. Satu
contoh dalam 2 Timotius 2:2 misalnya, Rasul Paulus menuliskan demikian, "Apa yang telah engkau
dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat
dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain."
Saudara, di ayat ini, Paulus menasihatkan Timotius agar tidak lupa untuk mempercayakan tugas
pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan kepada orang lain yang memiliki karunia mengajar dan
dapat dipercaya. Pengajaran iman perlu diteruskan sehingga apabila di satu titik Timotius dan Paulus
tak dapat lagi melayani, orang-orang yang telah dipercayakan itu dapat meneruskan pelayanan
pekabaran injil itu.

Nah kebutuhan bahkan keharusan untuk melakukan regenerasi ini juga sebetulnya secara tersirat
tercetuskan dalam Tata Gereja. Sebagaimana yang kita tahu bahwa dalam Tata Laksana pasal 80
disebutkan bahwa masa pelayanan penatua adalah 3 tahun. Pada dasarnya, demi pemberdayaan
anggota untuk menjadi penatua, seorang penatua menjalankan pelayanannya untuk 1 kali masa
pelayanan saja.

Namun jika sangat dibutuhkan, yaitu jika dalam jemaat tidak ada calon baru yang dapat dipilih,
seorang penatua dapat dipilih dan diteguhkan kembali untuk 1 kali masa pelayanan. Sesudah itu,
ia tidak dapat dipilih dan diteguhkan kembali untuk waktu sekurang-kurangnya 1 tahun//.
Sedangkan dalam Pedoman Pelaksanaan pasal 10 poin 1 tentang Badan Pelayanan tertulis sebagai
berikut :

Masa pelayanan dari badan pelayanan jemaat yang bersifat tetap adalah dua tahun. Seseorang
dapat menjadi personalia paling banyak 2 kali masa pelayanan berturut-turut. Sesudah itu, ia tidak
dapat dipilih dan diangkat kembali untuk waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun. Nah adanya
masa seseorang tidak dapat dipilih dan diangkat kembali sebetulnya ingin mengungkapkan
bahwa //dibutuhkan penyegaran dan sumber daya baru dalam kepemimpinan agar misi Allah tetap
dapat dijalankan.

Cuma kan masalah klasik yang saya rasa dihadapi oleh kita semua adalah ini yah saudara, fenomena
4L. Lu Lagi, Lu Lagi. Rasanya orang yang terlibat dalam pelayanan, baik itu menjadi penatua atau
pengurus Bapel kok ya itu-itu saja. Sehingga muncullah istilah “penatua abadi”, “ketua KA abadi”,
dan lain sebagainya.

Kalaupun ada seseorang yang kita rasa ia dapat melayani entah sebagai pengurus atau penatua,
seringkali juga yang bersangkutan tidak bersedia menjadi pengurus atau penatua. Dan ada banyak
faktor yang melatarbelakangi hal ini. Setidaknya 3 alasan ini yang seringkali saya temukan. Pertama,
ada rasa kurang percaya diri dari yang bersangkutan bahwa Tuhan telah mengaruniakan talenta
kepadanya dan Tuhan akan menolongnya dalam mengemban tugas dan tanggung jawab baik sebagai
penatua ataupun pengurus Bapel.

Kedua, adanya kesibukan lain (mungkin dalam pekerjaan, keluarga, ataupun studi) sehingga belum
dapat menyediakan waktu, tenaga, dan perhatian lebih untuk melayani. Ketiga, belum
mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Biasanya dari pasangan, dari orangtua ataupun
dari anak. Nah memang di satu sisi kita patut bersyukur kalau ada anggota jemaat ataupun
simpatisan yang bersedia untuk melayani terus-menerus baik itu sebagai pengurus ataupun penatua.

Akan tetapi di lain sisi, kalau sekelompok orang terlalu lama melayani dalam sebuah bidang
pelayanan tanpa adanya “waktu jeda”, ada bahayanya juga saudara. Apa yang perlu diperhatikan?
Pertama, orang tersebut bisa mengalami kejenuhan atau burnout yang pada akhirnya dapat
memunculkan stagnansi, bahkan penurunan kualitas dalam pelayanan. Sangat mungkin juga
program-program yang dijalani hanya sekedar merupakan pengulangan dari tahun ke tahun, atau
seringkali disebut sebagai business as usual.
Karena di tahun lalu program ini dijalankan dan berhasil, maka tahun ini ya sudah lanjutkan saja.
Padahal zaman terus berkembang dan berubah. Bisa jadi ada hal-hal yang juga harus diperbarui kan
saudara.

Bahaya yang kedua adalah sindrom mesianik. Maksudnya apa saudara, ketika seseorang melayani
terlalu lama, maka sangat mungkin ia akan begitu melekat dengan tanggung jawab yang dimiliki. Ia
merasa bahwa pelayanan ini tak bisa berjalan tanpa dia, sehingga pada akhirnya ketika ada
seseorang yang akan menggantikan, ia tidak siap. Ia merasa bahwa ialah yang paling cocok dan
paling bisa mengembangkan pelayanan ini.

Saya rasa hal ini kerapkali juga kita temui. Nah saat ini kita yang hadir di zoom meeting ini adalah
para penatua yang merupakan bagian dari kemajelisan. Dan mengapa penting bagi kita untuk
membicarakan tentang regenerasi kepemimpinan, karena kalau kita melihat Tata Laksana pasal 171
tentang tugas Majelis Jemaat, di sana tertulis bahwa MJ memiliki tugas dalam aspek Organisasi dan
Kepemimpinan yang adalah menyusun dan menetapkan struktur pelayanan dan struktur organisasi
bagi kehidupan dan karya jemaat, dan mengangkat, mengarahkan, menerima
pertanggungjawaban, dan memberhentikan badan pelayanan jemaat.

Dengan demikian MJ perlu secara bersengaja menginisiasi proses regenerasi. Kita perlu melihat diri
kita sebagai mata rantai penghubung antara dua generasi. Lalu, apa sih yang dapat kita lakukan
sebagai Majelis Jemaat untuk mempersiapkan proses regenerasi?// Pertama saudara, penting bagi
kita untuk menumbuhkan kesadaran bahwa setiap anggota jemaat dan simpatisan memiliki
tanggung jawab dalam mengerjakan misi gereja, dan ada beberapa orang yang perlu terlibat dalam
kepemimpinan, baik itu di Majelis Jemaat dan Badan Pelayanan Jemaat.

Ini penting saudara karena pada kenyataannya ada berbagai macam tipe umat dalam memandang
gereja dan perannya di kehidupan bergereja. Pertama, ada umat yang memandang bahwa gereja
hanya sekedar sebagai tempat beribadah. Sehingga, ia datang ke gereja hanya untuk beribadah
dan tidak terlibat dalam pelayanan.

Ia tak memandang dirinya sebagai bagian dari persekutuan umat Allah yang bersama-sama
mengerjakan misi Allah. Kedua, ada juga umat yang memandang bahwa pelayanan di gereja
dilakukan oleh Majelis Jemaat saja. Sehingga, ia merasa bahwa ya sudah cukuplah saya memberikan
dukungan dalam bentuk persembahan materi.

Ketiga, ada umat yang memandang gereja tak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi sebagai
komunitas iman yang dipanggil untuk melaksanakan misi Allah. Ia bersedia memberikan diri untuk
terlibat dalam pelayanan. Tetapi masalahnya, berapa banyak umat yang telah sampai pada
kesadaran ini? Hehehe.

Nah bagaimana kita dapat membangun kesadaran bahwa umat adalah rekan sekerja Allah dalam
mengerjakan misiNya? Kesadaran ini dapat ditumbuhkan baik melalui pelayanan firman, melalui
materi-materi pembinaan, dan melalui sharing dari para penatua dan pengurus Bapel.// Oke
kedua, perlu ada alur yang jelas terkait dengan bagaimana seseorang dapat bergabung dalam
pelayanan, bahkan sampai dapat melayani sebagai Pengurus Bapel atau penatua.

Nah pada Persidangan Majelis Jemaat GKI Manyar bulan November 2020, telah disahkan sebuah
Desain Konsep Pembangunan Jemaat yang disebut juga dengan “6 Alur Pertumbuhan Jemaat”. Jadi
kami membuat alur pertumbuhan iman yang perlu dilalui oleh jemaat mulai dari Ibadah Minggu
sampai terlibat aktif dalam kepemimpinan di lingkup jemaat, yang kalau disederhanakan seperti ini
(tunjukkan slidenya) Ada kebaktian minggu, teras gereja, life group, sekolah bina iman, melayani,
dan memimpin. Saya akan coba menjelaskan satu-persatu.

1. Kebaktian Minggu

Kebaktian Minggu pada umumnya merupakan titik awal umat mengenal gereja dan mengikuti
kegiatan yang ada di gereja, sehingga Ibadah Minggu baik bagi umat untuk memulai alur
pertumbuhan spiritualnya. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, kami pun juga mengadakan
Kebaktian Minggu Intergenerasi sebagai titik lebur dari berbagai komunitas lintas usia agar adanya
momen-momen tertentu yang dirayakan bersama.

Selain Ibadah Minggu, ada juga pelayanan-pelayanan akhir pekan (Weekend Services) yang lebih
bersifat khusus dan didasari oleh kelompok usia, seperti

a. Pelayanan Anak - Tunas Remaja (0 - 14 tahun) di Ibadah Anak

b. Pelayanan Remaja - Pemuda (15 – 28 tahun) di Ibadah Pemuda Remaja

c. Pelayanan Senior (60 tahun +) di Persekutuan Komisi Senior (namun Persekutuan Senior kami
diadakan pada hari Rabu)

Umat yang baru pertama kali hadir dalam ibadah Minggu/pelayanan akhir pekan ini biasanya kami
minta contact personnya untuk mengundang mereka dalam kegiatan-kegiatan lainnya.

2. Teras Gereja

Pada tahap ini, umat yang baru pertama kali hadir dalam ibadah atau pelayanan akhir pekan di GKI
Manyar akan diundang berjumpa dengan Majelis Jemaat untuk berkenalan lebih lanjut dalam
sebuah suasana informal.

Dalam kesempatan ini, MJ juga akan menjelaskan Alur Pertumbuhan Jemaat GKI Manyar ini. Nah
memang pada saat ini teras gereja terjadi dalam bentuk perlawatan. Jadi ketika ada anggota jemaat
dan simpatisan yang baru pertama hadir, kami akan berkunjung dan dalam perkunjungan itulah kami
memberikan informasi terkait kegiatan-kegiatan apa saja yang ada di GKI Manyar dan mengajak
mereka ikut dalam persekutuan dan ambil bagian dalam pelayanan.

3. Life Group

Nah untuk Life Group ini supaya saya gak ngomong terus, saya tampilkan saja video perkenalan Life
Group yang dibuat oleh Komisi Pelayanan Digital di GKI Manyar sewaktu kami open house untuk
memasifkan kegiatan Life Group ini (tayangkan videonya).

Jadi Life group atau kelompok kecil dapat dikatakan sebagai tulang punggung pembangunan dan
pertumbuhan spiritual jemaat di GKI Manyar. Dan Life Groups diharapkan menjadi angin segar bagi
usaha perekrutan pelayan-pelayan baru di dalam GKI Manyar. Dengan demikian, kami memang selalu
mendorong para penatua dan pengurus Bapel untuk terlibat dalam Life Groups dan menjadi
fasilitator sehingga dapat terjalin kedekatan secara personal antara penatua, pengurus Bapel dan
calon- calon pelayan.

Saat ini sudah ada beberapa Life Group dalam lini pelayanan kami. Saya tunjukkan foto-fotonya
(tampilkan gambar) Ada Life Group pasca baptis, Life Group orangtua muda, Life Group Senior, Life
Group pemuda remaja, Life Group Pelayan Jemaat Anak. Nah foto-foto dan model dalam video tadi
itu semuanya merupakan anggota Life Group yang sudah berjalan pada saat ini hehe.
Dalam Life Groups, ada satu materi yang kami selipkan yaitu tentang tes SHAPE. Apa itu tes SHAPE?
Tes “SHAPE” dibuat oleh seorang penulis buku dan pendeta bernama Rick Warren untuk menolong
seseorang menemukan panggilan Allah dalam dirinya, sebab seperti apa Allah membentuk kita
akan menentukan apa yang Allah ingin untuk kita lakukan.

Saya coba tunjukkan file tesnya yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia yah Bapak/Ibu.
(menunjukkan PDF SHAPE). Tes ini saya dapatkan dari rekan saya Pdt. Christo, yang ternyata didapat
dari GKI Pasteur Bandung. Nanti filenya bisa saya berikan. SHAPE sebetulnya merupakan sebuah
akronim yang kepanjangannya adalah :

S (Spiritual Gifts- Karunia Rohani) : Apakah karunia rohani yang dimiliki oleh seseorang?

H (Heart – Hati) : Apakah aktivitas yang disukai oleh seseorang? Hal apakah yang memotivasi
seseorang untuk terlibat dalam sebuah pelayanan?

A (Abilities – Kemampuan) : Kemampuan dan talenta apakah yang dimiliki oleh seseorang, dan
sudahkah ia mengembangkannya?

P (Personality – Kepribadian) : Memahami tipe kepribadian seseorang dan mengidentifikasi bidang


pelayanan yang paling tepat sesuai dengan tipe kepribadiannya.

E (Experience – Pengalaman) : Pengalaman-pengalaman kehidupan apa sajakah yang membentuk


seseorang sebagaimana adanya ia pada saat ini?

Nah jadi tes SHAPE ini dapat menjadi alat yang baik untuk mengidentifikasi potensi pelayanan
seseorang. MJ dapat menjadikan hasil tes ini sebagai data akan sumber potensi yang dimiliki jemaat,
pun juga memberikan pengarahan bagi masing-masing orang akan hasil tes tersebut. Pada bidang
pelayanan apakah sebaiknya ia terlibat, dan apakah peran yang dapat dilakukannya.

Kita tentu sering mendengar istilah “the right man in the right place”. Dalam pengertian sederhana,
istilah ini berarti menempatkan seseorang sesuai dengan keahliannya. Dan saya rasa istilah ini tak
hanya berlaku dalam lingkup pekerjaan di luar gereja, tetapi juga dapat dipakai dalam pelayanan.
Dengan menempatkan seseorang yang tepat dalam sebuah bidang pelayanan, maka pelayanan dapat
dilakukan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, pun juga seseorang akan dengan sukacita
mengerjakan bagiannya.

4. Sekolah Bina Iman

Nah ada beberapa model yang ditawarkan dalam pengajaran dasar iman Kristen ini. Yang pertama
adalah kelas katekisasi terbuka. Jadi sebagaimana di jemaat kita masing-masing yang tentu ada kelas
katekisasi, demikian juga halnya dengan GKI Manyar. Kami membuka kelas katekisasi regular 2 kali
dalam setahun bagi seorang Kristen baru, bagi simpatisan yang berasal dari anggota gereja lain yang
tidak seajaran dengan GKI, bagi rekan-rekan yang akan menerima pelayanan sidi, tetapi kami pun
juga terbuka apabila ada umat yang rindu untuk mempelajari dasar-dasar iman Kristen.

Yang kedua ada BIDIK (Bina Dasar Iman Kristen). Nah kita menyadari bahwa setiap orang
membutuhkan pengajaran iman yang benar agar pertumbuhan iman yang holistik dapat tercapai.
Karena itu, pada saat ini salah satu Bapel kami yaitu Komisi Bina Iman sedang terus menyusun kelas-
kelas yang diharapkan dapat menolong umat untuk mendapatkan pengajaran dasar iman. Sudah ada
beberapa webinar yang ada di playlist Youtube kami yang kami harap dapat memberikan pengajaran
bagi umat.
Yang ketiga ada BILIK (Bina Lanjutan Iman Kristen). Jadi jika ada topik-topik yang ingin dipelajari oleh
umat yang memiliki minat lebih dalam untuk mempelajari ilmu teologi dapat difasilitasi dalam BILIK
ini. Tetapi memang pada saat ini BILIK masih dalam proses penggodokan Komisi Bina Iman. Terakhir
ada Bina Pranikah, di mana kita memberikan pembinaan bagi pasangan yang akan menikah.

5. Melayani

Ketika umat telah atau sedang mengikuti Life Groups dan BIDIK, kami berharap bahwa sebagai wujud
iman, mereka dapat terlibat dalam pelayanan pembangunan jemaat sesuai dengan panggilan dan
karunia yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Jadi ketika kita sudah memiliki hasil tes SHAPE para
pelayan ini dan mengarahkan mereka dalam bidang pelayanan yang sesuai dengan potensi mereka,
kita pun juga perlu belajar untuk mendelegasikan tugas dan tanggung jawab pelayanan pada
mereka sambil memberikan bimbingan dan arahan.

Kita perlu menjadi mentor bagi para pelayan baru. Mentoring itu bukan hanya menolong seseorang
untuk meningkatkan kompetensi dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan baik,
tetapi bagaimana kita dapat menularkan kebijaksanaan dan nilai-nilai yang perlu dimiliki seorang
pelayan melalui teladan hidup dan hubungan yang hangat.

Setelah proses delegasi dilakukan bersamaan dengan mentoring, maka perlu juga dilakukan proses
evaluasi untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan yang terjadi, serta hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam upaya untuk mengembangkan pelayanan. Ketika proses delegasi dan evaluasi
dilakukan dengan baik, maka setiap anggota dapat semakin mengembangkan potensi dirinya, pun
juga dapat melanjutkan tugas kepemimpinan dengan baik, bahkan lebih baik daripada generasi
sebelumnya.

Kami menyadari juga bahwa pelayanan memang tak terbatas di gedung gereja saja sehingga
selayaknya gereja memperlengkapi, memberikan informasi dan inspirasi, sekaligus mendukung
anggota jemaat maupun simpatisannya untuk mengambil peran pelayanan di tengah masyarakat
secara luas.

6. Memimpin

Nah ketika anggota jemaat atau simpatisan telah terlibat dalam pelayanan selama minimal 1
tahun, mereka sudah atau sedang terlibat dalam Life Groups, telah mengikuti BIDIK, maka di
sinilah MJ dapat mulai mengkader para pemimpin-pemimpin baru, terkhusus untuk menjadi
pengurus Bapel.// Barulah setelah seseorang menjadi pengurus Bapel selama 1-2 kali masa
pelayanan, mereka dapat dipilih sebagai penatua.

Memang di GKI Manyar, setidaknya dalam masa pelayanan saya di GKI Manyar 5 tahun terakhir ini
sejak saya menjalani masa Bantuan Pelayanan, kami bisa dibilang hampir tidak pernah tiba-tiba
memohon kesediaan seseorang yang belum pernah terlibat dalam pelayanan apapun untuk menjadi
penatua.

Kami khawatir jika seseorang yang belum terbiasa dengan kultur organisasi GKI dan tiba-tiba
memasuki kemajelisan itu seperti culture shock dengan pola kepemimpinan kita yang kolektif
kolegial. Sehingga kami merasa bahwa sebaiknya orang-orang yang dirasa berpotensi untuk menjadi
penatua tetapi belum terlibat dalam pelayanan, diajak terlebih dulu dalam kepanitiaan atau badan
pelayanan tertentu.

Nah memang dalam kenyataannya saudara 6 alur ini tidak berjalan secara berurutan. Dalam arti
begini. Ada orang-orang yang terlibat dulu dalam pelayanan baru mereka bergabung ke Life Groups.
Ada juga yang terlibat di Life Group sambil terlibat di pelayanan. Jadi memang alur ini tidak saklek
seperti itu, tetapi kami membuat alur ini sebagai acuan bagi kami dalam pertumbuhan iman jemaat.

Ketiga, kita perlu menyediakan ruang perjumpaan antargenerasi untuk membantu terciptanya
proses regenerasi dengan baik. Saudara, jika kita berbicara tentang regenerasi, maka idealnya
perpindahan estafet kepemimpinan pelayanan akan terjadi dari satu generasi kepada generasi
sesudahnya. Namun, kerapkali yang terjadi adalah sulitnya menemukan generasi yang lebih muda
untuk mau terlibat dalam pelayanan, bahkan menjadi pengurus atau penatua.

Hal ini dapat terjadi karena belum adanya ruang perjumpaan antargenerasi di gereja, sehingga
generasi muda merasa asing, atau bahkan tidak tahu akan berbagai pelayanan yang ada di gereja.
Dengan demikian, perlu dibuat ruang perjumpaan antargenerasi dalam berbagai pelayanan, seperti
Ibadah Intergenerasi, Persekutuan Sektor, Kepanitiaan, dan sebagainya.

Melalui perjumpaan ini, diharapkan dapat tercipta persekutuan antargenerasi yang hangat,
melunturkan stigma-stigma yang kerapkali ada terhadap generasi tertentu (mis : generasi muda tak
peduli terhadap spiritualitas, generasi tua tak mau berubah, dsb), dan tercipta ruang kolaborasi
untuk bersama melayani.

(cerita tentang Sienny yang dilamar dan mau menerima karena iklim MJ yang hangat)

(cerita tentang kepanitiaan yang sekarang diisi anak-anak muda, tunjukkan foto Panitia Paskah dan
Natal)

Nah dengan demikian saudara, panggilan untuk melaksanakan misi Allah bersifat tetap dan
berlangsung sepanjang masa. Maka sebagai para pelayan Tuhan, kita tak selayaknya hanya berfokus
untuk melayani jemaat, tetapi juga melibatkan semakin banyak orang untuk melayani Dia. Regenerasi
pelayanan adalah sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan dilakukan agar pelayanan gereja dapat
tetap berjalan, bahkan terus berkembang dengan berbagai pembaruan.

Peran MJ sangatlah penting dalam regenerasi, sebab pemimpin bertugas untuk memberikan arahan
dan juga pengaruh kepada mereka yang dipimpinnya. Melalui iklim yang hangat, identifikasi dan
pendayagunaan potensi jemaat, keberanian untuk memberikan delegasi yang diiringi dengan proses
mentoring, pun juga keterbukaan untuk mengevaluasi setiap karya layanan, kiranya roda pelayanan
gereja dapat terus berputar dengan orang-orang baru yang juga memberikan ide-ide segar dan
berbagai pembaruan lainnya.

Pertanyaan Diskusi :

1. Ceritakan pergumulan jemaat saudara dalam hal regenerasi?


2. Hal-hal bersengaja apa sajakah yang sudah dilakukan dalam proses regenerasi?
3. Melalui materi yang didapatkan pada hari ini, hal apakah yang kira-kira dapat dilakukan di
jemaat saudara untuk merancang proses regenerasi secara bersengaja?

Dan kalau yang terjadi seperti ini, maka biasanya kepemimpinan dalam kemajelisan dan badan
pelayanan dikendalikan oleh generasi usia paruh baya. Saudara, apakah ada yang keliru kalau
kepemimpinan gereja didominasi oleh kelompok paruh baya? Tidak. Hanya saja pada titik tertentu,
kita patut bertanya tentang di mana keterlibatan anak muda dalam kepemimpinan gereja.
Ada banyak gereja yang menganggap bahwa generasi muda adalah gereja masa depan ketimbang
gereja masa kini. Dengan demikian, generasi muda harus menunggu waktu yang lama (belasan
sampai puluhan tahun) untuk dapat berkarya di gereja. Padahal sebagaimana yang kita bahas di
awal, bahwa tanggung jawab dalam melaksanakan misi Allah ada pada seluruh anggota gereja, pun
juga simpatisan.

Anggota sidi di GKI itu kan adalah mereka yang telah menerima pelayanan baptisan dewasa atau
pengakuan percaya dan telah berusia 15 tahun. Usia 15 tahun itu merupakan usia yang masuk dalam
kategori remaja. Anggota baptisan pun (mereka yang belum disidi atau baptis dewasa) kalau kita lihat
di Tata Gereja gitu yah juga tertulis bahwa mereka selayaknya mengembangkan diri dalam kehidupan
dan penghayatan iman pada kegiatan persekutuan dan pelayanan.

Jadi memang kaum muda pun sebaiknya juga dilibatkan dan dipersiapkan untuk pelayanan di ranah
badan pelayanan, bahkan juga dalam kemajelisan.

Anda mungkin juga menyukai