Shalom, saya ucapkan selamat siang untuk pak Abraham, saya ucapkan juga selamat siang dan
apa kabar untuk teman-teman semua?
Sebelum kami memulai presentasi, sesuai dengan request pak Abraham, kami
ada satu pantun dulu nih buat bapak dan teman-teman semua.
Beli bagasi di pulau Bali
Beli bunga dibuat bonsai
Kalau presentasi kami dimulai
Mohon disimak hingga selesai.
Okey teman-teman, pada kesempatan hari ini kami dari kelompok 4 akan mempresentasikan
Prioritas utama seorang pendeta maka dari itu langsung kita mulai presentasi pada hari ini.
I. Pendahuluan
Setiap orang dalam hidupnya hendaklah memiliki skala prioritas. Hal apa yang paling
utama dan hal apa yang menjadi perhatian yang kurang utama haruslah diatur atau disusun
sehingga membuat orang tersebut dapat menggunakan perhatian dan waktunya dengan tepat dan
terarah.
● Tanyakan pada teman-teman apa prioritas mereka sebagai mahasiswa? (belajar,
mengerjakan tugas-tugas akademik, mengikuti kegiatan di kampus, mengasah skill).
● Banyak yah? Di setiap tempat dan waktu juga pasti kita memiliki prioritas yang berbeda-
beda. Bahkan seseorang pun bisa menjadi hal yang kita prioritaskan
Seorang pendeta juga perlu memahami skala prioritas dalam hidupnya, sehingga perhatiannya
dan waktu yang diberikan akan terarah dengan benar dan baik dalam hubungan dengan Tuhan,
keluarga, pelayanan, dan hal-hal lain dalam hidupnya. Jika seorang pendeta salah menunjukkan
skala prioritas dalam hidupnya dapat berakibat mengorbankan hal-hal utama dan sangat penting,
sehingga pelayanan dan keluarganya akan bermasalah dan membuat pendeta tersebut gagal
dalam pelayanan dan rumah tangganya. Apakah prioritas utama seorang pendeta? Hal-hal ini
akan menjadi pembahasan dalam presentasi kami.
Sebagai seorang pendeta, ada 5 prioritas utama yang harus diperhatikan agar pendeta dapat
mengatur waktunya dengan efektif dan produktif bagi pelayanan. Nah berikut ada 5 prioritas
utama bagi seorang pendeta:
1. Allah
Prioritas yang paling pertama dan yang paling utama dalam kehidupan seorang pendeta
sudah pasti memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Allah. Kalo seorang pendeta
punya persekutuan yang erat dengan Allah, maka hal tersebut dapat memperkuat
kehidupan rohani, baik secara pribadi maupun dalam pelayanan penggembalaan. Nah,
a. Punya waktu untuk bersekutu dengan Allah. Dengan berdoa, dapat
mempersiapkan seorang pendeta untuk melayani di atas mimbar.
b. Mencari wajah Tuhan. Kita bisa cari wajah Tuhan itu di mana? Tentu banyak hal,
salah satunya adalah melalui berkat Tuhan. Melalui berkat-Nya, kita dapat
menemukan siapa Dia yang sebenarnya.
c. Menjaga kekudusan dan kemurnian hidup dalam segala sesuatu. Hal ini dapat
menghasilkan kelayakan untuk melayani di depan umum.
d. Kehidupan serta perjalanan hidup harus dipimpin, dipenuhi, dan dijalani bersama
Roh Kudus. Roh Kudus pun dapat dialirkan melalui kuasa dan pujian.
e. Menggali Firman Allah sendiri. Hal ini dapat membuat kita semakin bijaksana
dalam hal keselamatan dan menghasilkan pertumbuhan dalam kerohanian.
f. Senantiasa hidup oleh karena iman di dalam Kristus. Nah, iman itu bisa timbul
dari mana? Iman itu bisa timbul melalui setiap pengalaman pribadi kita bersama
dengan Tuhan.
g. Memikirkan hal-hal yang berorientasi pada kekekalan dan senantiasa
mengharapkan perkara-perkara besar. Keberhasilan dalam penilaian Allah bagi
hamba-Nya tidak sama dengan penilaian dunia. Jadi perlu dicamkan bahwa suatu
keberhasilan dapat dinyatakan sebagai keberhasilan berdasarkan penilaian Allah,
bukan manusia.
h. Menyerahkan dirinya untuk mengabdi kepada pekerjaan Allah serta harus
mengizinkan atau memberi tempat bagi Kristus untuk tinggal bersama-sama
dengan dirinya.
i. Memancarkan kehidupan yang menjadi teladan, disiplin, kesehatan dan makanan
yang baik. Seorang pendeta pun perlu memperhatikan keseimbangan fisik dan
mental yang mendukung untuk pelayanan.
j. Saling menghargai dan menghormati orang lain. Seorang pendeta akan
menasehati jemaatnya dengan penuh kasih serta memberi teguran/koreksi yang
bersifat membangun sehingga dapat mengarahkan jemaat kepada kebenaran
Allah.
2. Keluarga
Nah, selain ada hubungan yang dekat sama Allah, pendeta pun harus memprioritaskan
keluarganya, sebagai prioritas utama yang kedua. Dalam konteks keluarga, seorang
pendeta harus mengatur komitmen dengan istrinya agar dapat bertumbuh dan memberi
support terhadap pelayanannya. Nah selain itu, seorang pendeta juga harus memberi
kasih, memberi perlindungan, serta memberi perhatian kepada istri dan anak-anaknya
(tercatat dalam Ef. 5:25-33 yang tentang istri harus tunduk sama suami dan suami harus
mengasihi istrinya)
Perlu diingat bahwa ketika seorang pendeta tidak dapat mengatur keluarganya sendiri,
maka pendeta itu tuh gapunya hak buat ngatur keluarga orang lain. Hal ini tu tercatat
dalam I Tim 3:5 yang berbunyi “Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya
sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?” Kalo dia aja gabisa ngurus atau
ngatur apa yang udah Tuhan percayain ke dia, gimana dia mau ngurus atau ngatur hal
yang di luar itu?
Cara cara apa aja sih yg bisa dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara pelayanan
dan keluarga?
a. Kalo rumah dari pendeta itu deket sama gereja atau mungkin rumahnya itu
dijadiin gereja, lebih baik diskusi sama istri soal siapa yang nerima tamu
b. Ngejadiin rumah sebagai tempat buat kea ngadain pertemuan atau pendekatan
sama jemaat yang baru atau jemaat yang masih muda. Bisa juga ngundang
pasangan yang baru menikah biar bisa ngeliat teladan dari keluarga pendeta itu
c. Seorang hamba Tuhan harus bisa memimpin, melayani, dan menggembalakan
keluarganya dulu, baru jemaatnya. Dalam 2 Tim 3:1-5 jelas ya kalo mau jadi
penilik jemaat itu harus ga bercacat, suami dari satu istri (setia), bisa menahan
diri, bijak sana, dan lain-lainnya. Sehingga jelas, sebagai hamba Tuhan, harus
mengutamakan Tuhan, keluarga, kemudian pelayanan, terutama dalam hal
membagi waktu.
d. Menjadi suami, ayah, dan gembala yang setia yang bertanggung jawab dalam
semua bidang kehidupannya.
Trus gimana kalo kita sebagai orang tua sekaligus pendeta yang punya anak tuh
“bermasalah”? Kadang, meski orang tua udah ngedidik anaknya sebaik mungkin, cuma
orang tua ini tuh ga selalu bisa nguasain perilaku dari anak-anaknya. Apalagi, anak itu
ada di masa remaja.
Solusi:
a. Jangan frustrasi, apalagi sampai meninggalkan pelayanan atau melepas jabatan
yang sudah Tuhan percayakan. Kita bisa menyelesaikannya dengan hikmat Tuhan
disertai dengan banyak berdoa karena Tuhan juga tidak akan membiarkan kita kea
hidup dalam kehancuran.
b. Terkadang, Tuhan juga sengaja membiarkan penderitaan atau ujian hidup itu
hadir dalam kehidupan untuk membentuk kita menjadi hamba Tuhan yang
semakin dekat dengan Tuhan, bahkan bisa dipakai oleh Tuhan semakin luar biasa.
Ending :
Siang-siang pergi ke rumah budi,
Jangan lupa beli alpukat.
Demikian presentasi kami,
Semoga bisa bermanfaat.
Referensi
(1) Kamus Alkitab & Theologi Jonar S. [355]
Diana
Bagaimana dengan pendeta yang belum menikah?
Apakah seorang gembala yang sudah berkeluarga, apakah ada perbedaannya sama yang
belum berkeluarga