Anda di halaman 1dari 10

I.

Pendahuluan
Pernikahan merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam keluarga, karena bukan
hanya sebuah legalitas secara hukum yang diakui oleh negara tetapi juga sebuah lembaga yang
ditetapkan Tuhan sejak Dia menciptakan manusia pertama (Adam dan Hawa). Pernikahan
dijalani oleh dua orang (Pria dan Wanita) yang membuat komitmen melalui ikrar janji nikah di
depan altar untuk sehidup semati. Dalam perjalanan panjang sebuah pernikahan, cinta memiliki
peran yang sangat penting dalam mengokohkan dan melanggengkan sebuah pernikahan.
Banyaknya masalah yang dihadapi dalam tahun-tahun panjang sebuah pernikahan, membutuhkan
cinta yang tulus dan murni dari masing-masing pasangan untuk melalui berbagai tantangan dan
kesulitan dalam keluarga.

II. Apa itu Cinta


Cinta adalah sebuah perasaan yang lebih dalam dari pada rasa suka. Cinta dan suka
berakar dari kedekatan. Dalam ilmu psikologi, cinta merupakan bagian dari sikap emosi
seseorang terhadap orang yang menggambarkan rasa suka, tertarik dan senang. Cinta bukan
hanya terkait dengan lawan jenis, melainkan juga cinta dalam bentuk rasa yang luas misalnya,
cinta kepada Allah, orang tua, anak, keluarga, guru, teman, dan makhluk hidup lainya dimuka
bumi ini.

a. Cinta Menurut Alkitab


Di dalam Alkitab perjanjian baru, ada beberapa istilah yang diartikan sebagai cinta atau
kasih. Istilah-istilah yang dimaksud itu adalah:
1. Storge
Cinta storge menggambarkan cinta yang ada dalam keluarga. Kata ini menggambarkan
ikatan mendalam dan penuh perhatian antara anak dan orang tua, suami istri, saudara kandung,
dan lainnya. Storge artinya adalah cinta yang alami dan rasa memiliki satu sama lain.
Pasangan-pasangan yang mendapatkan kepastian akan kesetiaan satu sama lain serta
perlindungan emosional akan mengalami cinta storge.
2. Philia
Philia yaitu cinta persaudaraan dan persahabatan yang melebihi ikatan keluarga, hal ini
menjadi salah satu prioritas yang penting untuk perkawinan. Philia memiliki arti persahabatan,
komunikasi, kerjasama, dan kesukacitaan yang luar biasa atau kehadiran satu sama lain. Pikiran,
perasaan, sikap, pengalaman serta impian akan dibagi bersama. Pasangan Philia saling
menghargai dan menikmati hubungan satu sama lain secara penuh.
3. Eros
Berarti setia pada atau cenderung membangkitkan, cinta atau keinginan seksual. Eros
menggambarkan seseorang yang sangat kuat terpengaruh oleh keinginan seksual. Akan tetapi
Eros bisa diatur dan menjadi positif, atau tidak terkontrol dan menjadi dosa.
4. Agape
Merupakan cinta yang tidak dilandasi pada perasaan, melainkan tindakan dari kehendak.
Dan cinta Agape tidak berasal dari diri sendiri melainkan cinta dari Allah. Agape juga
merupakan suatu disiplin yang harus dibina dengan komitmen terus menerus serta memohon dari
Allah atas kekuatan-Nya.

b. Beberapa fakta tentang cinta


1. Cinta pada pandangan pertama
Meski ada istilah “cinta pada pandangan pertama”, tetapi faktanya sebuah cinta
yang sejati umumnya membutuhkan waktu untuk bertumbuh. Jadi, dapat dikatakan
bahwa istilah tersebut sebenarnya jarang terjadi.
2. Cinta itu tidak konsisten
Konteks konsisten dalam cinta ini terkait dengan respon emosional. Selama
berbulan-bulan, bertahun-tahun berhubungan, respon emosional seseorang terhadap
pasangannya akan bervariasi.
3. Cinta beberapa kali
Faktanya, seseorang dapat jatuh cinta beberapa kali, tetapi ketertarikan emosional
dan fisik saat jatuh cinta yang tidak disadari seharusnya tidak dikacaukan dengan
komitmen yang kekal atau semacam memberi harapan untuk mencintai seseorang yang
telah mencuri hati dengan tanpa pamrih.
4. Cinta selama pacaran akan berubah dan makin dalam
Kualitas cinta selama masa pacaran itu akan berubah dan semakin dalam di
pernikahan dan cinta yang berhasil akan membahagiakan, menjanjikan, serta memuaskan
seumur hidup.

5. Cinta dalam hubungan perkawinan dapat pudar bahkan musnah


Hal ini menunjukkan bahwa cinta harus dibina dan dipelihara dengan hati-hati
selama bertahun-tahun apabila cinta harus mengalami tekanan dari dua orang yang tidak
sempurna dan hidup bersama.
6. Tidak hanya dengan satu orang seseorang itu bisa menikah dengan bahagia
Ketika seseorang memiliki keyakinan bahwa kehendak Allah adalah menikahi
satu orang dan menikahi seseorang yang juga menjadi pilihan orang tersebut, maka akan
ada kebahagiaan di antara pasangan tersebut.

c. Jenis-jenis Cinta
1. Cinta persahabatan
Cinta dalam persahabatan tumbuh berdasarkan persahabatan, berhubungan, saling
berbagi masalah, bergantung, kemudian pengungkapan diri. Jenis cinta ini umumnya
hadir dalam pasangan yang memiliki kesamaan dan menyukai hal yang sama, seperti
hobi.
2. Cinta pertandingan
Cinta pertandingan ini hadir dalam pasangan yang memiliki pandangan bahwa
hubungan emosional merupakan sebuah perlombaan yang harus dimenangkan. Tak
jarang, pasangan yang memiliki cinta pertandingan ini akan mencari tantangan, bahkan
menciptakan berbagai risiko untuk menambah bumbu bagi hubungan mereka agar tidak
membosankan. Namun sayangnya, dalam cinta pertandingan ini, seseorang cenderung
mengeksploitasi perasaan pasangannya, sehingga cinta ini terkesan berpusat pada diri
sendiri.
3. Cinta logis
Cinta logis lebih berfokus pada nilai-nilai praktis yang bisa ditemukan dalam
hubungan percintaan. Umumnya, seseorang yang pragmatis memiliki cinta logis ini. Tak
jarang pula mereka membuat daftar terkait apa sih yang mereka cari dari seorang teman.
Cinta logis ini akan berlangsung dengan stabil ketika hubungan masih dianggap sebagai
pertukaran yang adil. Orang yang memiliki cinta logis ini sangat selektif dalam memilih
pasangan yang tepat.
4. Cinta yang memiliki
Orang yang memiliki jenis cinta ini sering bertanya seperti, “Apakah aku
dicintai?” Nah, orang ini juga biasanya mengalami perubahan emosi yang tergolong
sering. Misalnya, dari yang awalnya optimis, mendadak jadi putus asa. Dari yang
awalnya cinta, jadi cemburu. Cinta yang memiliki ini tuh dimiliki sama orang yang punya
qtimenya tinggi karena selalu menginginkan kebersamaan yang intens. Kecemburuan pun
dipandang sebagai bagian dari cinta, ketika dia udah ga jealous, malah nanya kek “gua
beneran lagi jatuh cinta ga sih?”
5. Cinta romantis
Nah, sekarang. Coba teman-teman lihat foto yang ada di PPT. Foto ini menjadi
simbol dari cinta romantis, di mana dua orang terlibat dalam hubungan emosional yang
total. Bagi mereka, hari valentine sama pentingnya dengan hari natal. Istilah cinta pada
pandangan pertama menjadi sebuah hal yang wajib bagi orang yang memiliki cinta yang
romantis. Ketertarikan secara fisik, perhatian, dan gestur tubuh juga menjadi faktor
penting. Untuk menjadi orang dengan cinta yang romantis, seseorang harus
mengungkapkan dirinya dan menanggung risiko terkait naik turunnya emosi.
6. Cinta yang tidak Egois
Cinta yang tidak egois ini memelihara dan merawat tanpa syarat. Cinta ini pun
pemaaf, murah hati, dan penuh pengorbanan. Dalam hal ini, sekalipun seseorang disakiti
oleh pasangannya, ia akan tetap mencintai pasangannya. Bahkan, seseorang akan lebih
memperhatikan kebutuhan pasangannya ketimbang kebutuhannya sendiri. Cinta yang
tidak egois pun akhirnya dimaknai sebagai hal yang lebih sempurna dalam konteks
memberi ketimbang menerima.

III. Pernikahan yang dilandasi cinta


a. Apa itu pernikahan?
Secara umum arti pernikahan berasal dari akar kata “nikah”. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia kata nikah berarti adalah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan hukum dan ajaran agama (KBBI). Dalam pernikahan seorang
laki-laki mengambil seorang perempuan sebagai istrinya dan hal itu disaksikan oleh keluarga dan
masyarakat. Hal yang sama juga dilakukan oleh seorang perempuan yang mengakui di depan
umum bahwa laki-laki yang dinikahinya adalah suaminya. Jadi dua orang yang menikah
merupakan sebuah pengakuan dari masyarakat sehingga ketika mereka memiliki anak maka
anak-anak yang dilahirkan akan diakui secara sah sebagai anak-anak mereka. Negara
berkewajiban untuk memberikan kekuatan hukum kepada sebuah pernikahan (Bimbingan
pranikah, 2017).
Pernikahan Kristen dipahami sebagai sebuah lembaga yang ditetapkan Tuhan sejak di
taman Eden (Kej 2:18, 24). Hal ini juga dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam perjanjian baru
bahwa “Seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya
sehingga keduanya menjadi satu daging” (Mat 19:4-5). Apa yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus
menunjukan bahwa inisiatif dari terbentuknya lembaga pernikahan berasal dari Tuhan sendiri.
(Keluarga Kristen bahagia dan sejahtera, 2021).
Memahami pengertian pernikahan seperti yang dijelaskan diatas, maka setiap pasangan
yang memutuskan untuk menikah harus memandang bahwa pernikahan adalah sesuatu yang
bersifat sakral dan suci. Selain itu pernikahan Kristen merupakan lembaga yang monogami
artinya bahwa tidak diperbolehkan untuk mengambil istri kedua atau suami kedua dengan alasan
apapun (Mat 19:5). Oleh karena itu, pernikahan Kristen merupakan suatu persekutuan antara
seorang pria dan wanita dan hanya maut yang dapat memisahkan (Roma 7:1-2). (Bimbingan
pranikah, 2017).
b. Tujuan pernikahan
Setiap orang yang menikah memiliki tujuan yang berbeda-beda. Hal ini akan
mempengaruhi perjalanan sebuah pernikahan karena ada banyak tantangan yang akan dilalui
oleh mereka yang menikah. Kehadiran seorang wanita dalam penciptaan manusia pertama
disebut sebagai “penolong yang sepadan” (Kej 2:18). Hal ini dapat berarti bahwa ketika Allah
menciptakan wanita, kehadirannya adalah untuk melengkapi pria (suami) dan saling menolong
dan menopang dalam kehidupan bersama meskipun menghadapi situasi yang sulit. Kata sepadan
memberi arti bahwa suami dan istri adalah mitra untuk saling melengkapi karena itu dibutuhkan
kerendahan hati dalam saling menghargai, menghormati, dan mengakui. Selain itu suami istri
harus memahami bahwa mereka akan melewati proses untuk bertumbuh bersama dalam
melayani Tuhan dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Jadi tujuan dari pernikahan Kristen
adalah supaya suami dan istri saling melengkapi dan bertumbuh bersama (Keluarga Kristen
bahagia dan sejahtera, 2021).

c. Cinta dalam pernikahan


Cinta dalam sebuah pernikahan merupakan sebuah hal yang sangat penting, namun tidak
timbul begitu saja karena melewati suatu proses. Cinta dapat diawali dari ketertarikan terhadap
ketampanan, kecantikan, badan atletis, rambut ikal dan sebagainya. Tetapi ada juga yang tertarik
kepada seseorang karena kepribadian dari orang tersebut (humoris, terbuka dan sebagainya). Jadi
ada berbagai macam proses awal ketika seseorang mencintai. Ada teori yang dikenal sebagai
cinta model Sternberg. Dia berpendapat bahwa cinta itu mengandung tiga hal yang penting yakni
: Passion, intimacy, dan komitmen. Dijelaskan bahwa passion berhubungan dengan dorongan
romantis (ketertarikan secara fisik). Intimacy berkaitan dengan kehangatan, kedekatan
(relationship). Komitmen berkaitan dengan janji-janji yang diungkapkan dalam jangka pendek
dan jangka panjang. Cinta model sternberg ini dikenal sebagai triangular theory of love
(Bimbingan & konseling perkawinan, 2017).
Proses terbentuk dan berkembangnya cinta secara umum dapat dijelaskan dalam 5 tahap
yakni : 1. Contact perceptual interactional. Tahap ini adalah dimana seseorang mulai memiliki
kontak secara perceptual artinya seseorang mulai melihat atau mendengar gambaran dari orang
seperti misalnya tinggi, bentuk tubuh, umur dan ciri-ciri lain lalu mengadakan kontak
interpersonal dengan orang yang bersangkutan. 2. Involvement testing intensifying. Pada tahap
ini hubungan kedua orang berkembang kepada mempelajari lebih dalam tentang keadaan
seseorang yang dikenalnya dengan melakukan tes seperti menanyakan langsung bagaimana
perasaan pasangannya?, bagaimana kalau ada orang lain yang memberi minat kepada
pasangannya?, bagaimana reaksi dirinya? Terhadap harapan-harapan kedepan apakah bisa
diteruskan atau tidak. 3. Intimacy, interpersonal commitment, social bonding. Dalam tahap ini
hubungan antara kedua orang menjadi lebih intens dan mulai memiliki kesepakatan untuk
melanjutkan hubungan ke tahap yang serius. Pada tahap ini biasanya melalui dua tahap yaitu
komitmen interpersonal dan social bonding. Biasanya hal itu akan dipublikasikan kepada teman
dan keluarga bahwa mereka sedang berpacaran. 4. Deterioration intrapersonal dissatisfaction,
interpersonal dissatisfaction. Tahap ini merupakan tahap dimana kedua pasangan merasa tidak
nyaman karena beberapa hal yang berkaitan dengan kekurangan atau kesalahan yang dilakukan
oleh pasangannya dalam masa berpacaran. Jika dapat dilakukan penyesuaian bisa berkembang ke
tahap berikutnya, tetapi jika tidak hubungan berpacaran atau pernikahan akan berakhir. 5.
Dissolution interpersonal separation, social public separation. Pada tahap ini merupakan tahap
yang berbahaya dalam pernikahan karena kedua pasangan tidak dapat menyesuaikan dan
menjalani pernikahan dalam ketidaknyamanan dan dapat berakibat kepada perceraian.
(Bimbingan & konseling perkawinan, 2017)

IV. Tantangan terhadap cinta dalam pernikahan


Pernikahan yang dijalani melewati fase yang penuh tantangan dimana bermunculan
berbagai hal yang dapat menjadi sumber konflik antara suami istri, sehingga tantangan-tantangan
itu menjadi ujian terhadap sebuah pernikahan. Melewati berbagai tantangan dalam pernikahan
akan mendewasakan sebuah pernikahan atau menghancurkannya. Ada berbagai tantangan yang
akan dihadapi dalam pernikahan yakni :
a. Perbedaan latar belakang
Pernikahan berarti menghadirkan dua orang yang menyatu dari beberapa perbedaan latar
belakang seperti antara lain : Budaya, kepribadian, status sosial, latar belakang
pendidikan, hobi, dll. Berbagai perbedaan ini dapat menjadi potensi atau sumber konflik
sehingga membutuhkan waktu penyesuaian. Misalnya seorang yang berkepribadian
sanguine menikah dengan seorang yang berkepribadian melankolis, maka dalam
kehidupan sehari-hari akan terjadi benturan karena si sanguine cenderung terbuka
sedangkan melankolis cenderung tertutup. Benturan kepribadian ini dapat menjadi
penyebab konflik, namun jika suami istri mampu melakukan penyesuaian terhadap
pasangannya maka dalam proses waktu konflik karena perbedaan kepribadian dapat
diminimalkan. Contoh lain misalnya perbedaan hobi bisa menjadi sumber masalah jika
suami memiliki hobi mendaki gunung sedangkan istri hobi ke pantai maka hal tersebut
dapat menjadi potensi konflik. Perbedaan-perbedaan yang berasal dari latar belakang
pendidikan, status sosial dan budaya juga dapat menjadi sumber konflik yang bisa
mendewasakan dan terjadi penyesuaian diantara suami istri atau dapat menjadi penyebab
masalah yang berakhir pada perceraian.
b. Masalah ekonomi
Pemenuhan kebutuhan keluarga sangat erat kaitannya dengan keuangan yang dimiliki
oleh suami istri. Pengelolaan keuangan rumah tangga membutuhkan keterbukaan dari
suami atau istri, supaya masalah yang ditimbulkan dari keuangan tidak akan berakibat
terjadinya konflik yang tajam dan membahayakan pernikahan. Gaji yang diterima oleh
suami dan istri yang bekerja perlu dikelola bersama dan didiskusikan pos-pos
pengeluarannya, sehingga kecurigaan atau penggunaan uang yang tidak diketahui
pasangan dapat dihindari. Konflik karena penggunaan keuangan bisa disebabkan oleh
penggunaan uang yang diberikan kepada keluarga, suami atau istri tanpa diketahui oleh
pasangannya masing-masing. Pengelolaan keuangan untuk hal-hal yang besar (pembelian
mobil atau sesuatu yang mahal) perlu didiskusikan terlebih dahulu, supaya tidak
membebani ekonomi keluarga atau membuat pasangan merasa tidak dilibatkan berkaitan
dengan pengeluaran keuangan dalam jumlah yang besar.
c. Masalah penyakit
Penyakit dapat menjadi tantangan dalam pernikahan karena selain membebani keuangan
keluarga juga mempengaruhi fungsi atau peran dari suami atau istri yang sedang sakit.
Penyakit yang memerlukan perawatan medis dalam waktu yang cukup lama akan
menjadi tantangan yang dihadapi oleh suami dan istri. Penyakit yang dialami oleh
pasangan akan menjadi beban psikologis dari suami atau istri yang sehat dalam menjalani
kehidupan sehari-hari karena memerlukan perhatian, pengorbanan dan kesabaran dari
pasangan dalam memperhatikan (suami atau istri) yang sedang sakit. Pasangan yang
sehat (suami atau istri) akan memiliki beban ganda dalam hal waktu, perhatian, tenaga
terhadap pasangannya yang sedang sakit.
e. Kemandulan
Pada umumnya setelah menikah suami dan istri merindukan anak. Bahkan dalam
budaya-budaya tertentu, anak laki-laki sangat diharapkan untuk meneruskan nama
keluarga dalam sistem patrilineal. Dalam kenyataan ada pasangan-pasangan yang tidak
memiliki anak dan hal tersebut menjadi beban mental yang dihadapi oleh suami dan istri.
Semakin lama pernikahan yang tidak dikaruniai anak akan menjadi sumber masalah
apabila pasangan tersebut tidak dapat menerima kenyataan itu. Biasanya akan dilakukan
berbagai upaya untuk menemukan penyebab dari tidak bisa memiliki keturunan oleh
pasangan yang mengalami hal tersebut. Jika upaya alternatif lain seperti mengadopsi anak
tidak dilakukan, maka kehidupan bersama tanpa seorang anak dapat menjadi tantangan
tersendiri dari suami istri yang sudah lama menikah.
d. Perselingkuhan
Di dunia saat ini dimana interaksi sosial sudah terbuka luas melalui internet dan media
sosial lainnya, memberi godaan dan peluang untuk terjadinya perselingkuhan.
Masalah-masalah dalam rumah tangga yang tidak terselesaikan dapat memicu seorang
suami atau istri secara diam-diam tergoda untuk melakukan perselingkuhan. Idealnya
suami atau istri harus mempertahankan kesetiaan hanya kepada pasangannya, namun
berbagai godaan dapat membuat salah satu pasangan atau kedua-duanya melakukan
perselingkuhan. Hal ini merupakan tantangan yang dapat mengarah kepada perceraian,
jika pasangan yang berselingkuh tidak berhenti dan kembali membangun kesetiaannya
kepada pasangannya.
f. Kematian pasangan
Kenyataan dalam pernikahan menunjukan bahwa suami atau isteri perlu mempersiapkan
diri setiap saat, karena kapan saja dan dimana saja (suami atau istri) salah satu pasangan
dapat mengalami kematian. Pengalaman ditinggal orang dikasihi yang telah hidup
bersama belasan atau puluhan tahun akan mempengaruhi kondisi mental dan psikologis
dari orang yang ditinggalkan. Dalam beberapa kasus menunjukan bahwa ada suami atau
istri yang mengalami down karena kematian pasangannya, sehingga mereka tidak dapat
menjalani hidup melewati masa duka cita dan akhirnya meninggal dalam waktu yang
tidak terlalu lama dengan pasangan mereka yang telah meninggal terlebih dahulu.
g. Keterlibatan orang ketiga
Adanya keterlibatan dan tekanan sosial dari pihak ketiga atau kerabat dapat menimbulkan
perasaan yang tidak nyaman dalam hubungan sehingga konflik dalam pernikahan rentan
untuk terjadi. Orang ketiga yang dimaksud disini seperti mertua misalnya. Masalah
dengan mertua sudah tidak asing lagi dalam sebuah pernikahan. Hal ini juga menjadi
masalah yang sering terjadi secara universal di beberapa negara seperti Amerika, Eropa,
Afrika, maupun Indonesia. Hubungan antara suami istri bisa menjadi ketidakharmonisan
jika konflik dengan mertua sering terjadi. Pasangan suami istri terkadang sering
dibingungkan dengan pilihan harus memihak kepada mertua atau pasangan hidupnya.
Seorang mertua seharusnya bisa menjadi saudara atau teman yang bisa mendukung dan
menjadi penengah bagi rumah tangga seorang anaknya, bukannya merusak atau
mengompori rumah tangga sang anak. Ada beragam permasalahan yang sering dijumpai
dengan seorang mertua. Mulai dari terlalu ikut campur dalam permasalahan rumah
tangga, ikut campur cara mengasuh anak, cerewet, masalah ekonomi dan lain sebagainya.
Permasalahan ini sering bermula karena pasangan suami istri harus tetap tinggal bersama
keluarga sang istri atau suami. Hal ini menyebabkan sang suami maupun istri tidak bisa
berkembang sebagai kepala maupun ibu rumah tangga yang baik.

V. Kesimpulan
Cinta dalam pernikahan merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga dan
memelihara sebuah pernikahan, melewati berbagai tantangan dan rintangan dalam pernikahan.
CInta merupakan sebuah hal yang dibangun melewati proses yang dalam waktu akan
mendewasakan sebuah pernikahan meskipun cinta menghadapi berbagai tantangan namun hal itu
merupakan sarana dalam pemurnian cinta.

Anda mungkin juga menyukai