Anda di halaman 1dari 4

Perkawinan

Pengertian Perkawinan

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa (UU RI Nomor 1/1974, bab I, pasal 1)
Duvall dan Miller (1985) menyebutkan perkawinan adalah suatu hubungan antara
seorang laki-laki dan perempuan yang diakui secara sosial, menyediakan hubungan seksual dan
pengasuhan anak yang sah, dan didalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi
masing-masing pihak baik suami atau istri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia memaknai perkawinan sebagai membentuk keluarga


dengan lawan jenis, menjadi bersuami atau beristri, menikah, melakukan hubungan kelamin.

Perkawinan adalah komitmen emosional dan hukum dari dua orang untuk membagi
kedekatan emosional dan fisik, berbagi bermacam tugas dan sumber-sumber ekonomi. (Olson
and deFrain, 2006)

Herning dalam Soewondo (2001) menyatakan bahwa perkawinan adalah suatu ikatan
antara laki-laki dan perempuan yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan
tujuan mendapatkan kebahagiaan.

Perkawinan sebagai pemenuhan hasrat seksual sekaligus meneruskan keturunan pasangan


suami istri. Dibutuhkan adanya ikatan lahir dan batin yang lebih dari kata-kata manis atau
sekedar cinta, yaitu pengertian karena ada kalanya kehidupan perkawinan mengalami pasang-
surut sehingga masing-masing individu dapat menemukan jalan keluar yang paling baik bagi
mereka. Perkawinan bukan hanya tentang dua orang, tapi juga mempersatukan keluarga besar,
lingkungan, dan sosial di antara mereka.

Tahap-Tahap Perkawinan

Bagi kebanyakan orang, perkawinan dianggap suatu fase penting dalam kehidupan, di
mana untuk melakukan suatu perkawinan dibutuhkan persiapan yang matang baik mental, fisik,
dan materiil. Persiapan mental ini dimulai dari hal yang paling sederhana, yaitu mengenal dan
memahami pasangan serta memahami arti pernikahan bagi diri sendiri. Dalam tahap persiapan
pernikahan, membina hubungan sosial yang romantis dan harmonis merupakan hal yang penting
dan perlu dijalani. Berikut adalah tahap-tahap perkawinan:

Menurut Dawn J. Lipthrott, LCSW (2000)

1. Romantic Love
Pasangan suami istri (pasutri) sedang menggebu-gebu cintanya, karena masih pada awal
pernikahan. Ikatan pasutri sangat kuat dan keinginan untuk melakukan kegiatan bersama-
sama selalu penuh keromantisan. Pasutri masih mabuk cinta dan tidak memikirkan hal
lain.
2. Dissapointment or Distress
Pada tahap ini, ikatan pasutri mulai turun. Pasutri dihadapkan pada masalah-masalah
hidup dan mulai menyadari cela pada pasangan. Rasa kecewa mulai muncul. Pasutri
saling menyalahkan, marah, dan kecewa terhadap pasangannya sehingga berkonflik. Jika
hal ini muncul, baik suami atau istri akan mencari stress reliever yang dapat berupa
teman curhat, memulai hobi baru, bertemu dengan komunitas tertentu, bahkan tidak
menutup kemungkinan kembali menjalin hubungan dengan mantan sehingga pada orang
yang tidak bisa mengelola diri saat tahap ini seringkali kecewa terlalu lama, dan memilih
berpisah dengan pasangan.
3. Knowledge and Awareness
Setelah melewati tahap kekecewaan, pasutri mulai berkembang menjadi sosok yang lebih
dewasa. Mereka dapat memahami dan tau tentang pasangannya lebih dalam. Pasutri
dapat memposisikan diri bagaimana menjadi pasangan yang baik. Masing-masing
berusaha mencapai kebahagiaan perkawinan dengan berdiskusi pada pasutri lain atau
mengikuti seminar perkawinan.
4. Transformation
Hubungan pasutri sudah matang. Masing-masing mencoba untuk membahagiakan
pasangannya. Pasutri sudah dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul. Pasutri akan
menunjukkan penghargaan, empati, dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan
perkawinan yang bahagia.
5. Real Love
Cinta pasutri kembali sehangat tahap Romantic Love. Keceriaan, kemesraan,
kebahagiaan, kebersamaan lebih intens. Usaha untuk saling memahami satu sama lain
berhasil. Waktu yang tersisa dihabiskan untuk memberikan perhatian satu sama lain.
Menurut Rita De Maria dan Sari Harrar (2007)

1. Passion stage
Pada tahap ini, pasutri merasa hubungan mereka hanya berisi mereka berdua,
kesenangan, seks, dan keintiman semata. Mereka lebih sering menggunakan kata kita
daripada aku atau kamu.
2. Realization stage
Masing-masing mulai menyadari kemampuan dan kelemahan pasangannya. Pada tahap
ini sangat penting untuk mengembangkan komunikasi berupa mendengarkan dan
menyimpan rahasia untuk memperdalam rasa saling memahami dan kepercayaan.
3. Rebellion stage
Pasutri menjalankan kepentingan pribadi sehingga mulai mengganggu kehidupan
perkawinan. Pada tahap ini terjadi pertengkaran-pertengkaran kecil. Pasutri hendaknya
belajar untuk negosiasi dan menepati janji untuk membangun rasa kepercayaan.
Diperlukan diskusi yang dalam antar pasangan.
4. Cooperation stage
Pasutri disibukkan oleh anak, uang, rumah, dan kerja. Mereka merasa seperti rekan bisnis
daripada sepasang kekasih. Jika hal ini terjadi, pasutri sebaiknya menjadikan perkawinan
sebagai prioritas utama dan mulai mencari ide-ide bagaimana menjadikan perkawinan
tetap hangat dan intim. Jika dirasa perlu, mencari babysitter bisa dilakukan.
5. Reunion stage
Kehampaan perkawinan terasa. Masing-masing merasa memiliki waktu lebih untuk
dirinya sendiri dan orang sekitar untuk memperbarui teman dan semangat. Pasutri
hendaknya mencoba menyusun rencana special untuk mengembalikan memori-memori
kehangatan masa lalu agar hubungan membaik.
6. Explosion stage
Krisis besar di berbagai aspek terjadi. Krisis karir, kesehatan, dan keluarga. Baik suami
atau istri hendaknya memberi dukungan emosional, fisik dan spiritual untuk diri sendiri
dan orang sekitar terutama keluarga inti.
7. Completion Stage
Perkawinan sudah stabil dan aman. Pasutri dapat merasakan kebahagiaan di perkawinan
yang telah mereka buat.
Daftar pustaka

Widyarini,M.N.N.,2009. Menuju Perkawinan Harmonis. PT.Elex Media Komputindo, Jakarta

Nancy MN, Wismanto B, Hastuti LW (2014). Hubungan Nilai dalam Perkawinan dan Pemaafan
dengan Keharmonisan Keluarga.Psikodimensia, 13: 84-97.

Skolnick, A.S. (1983). The intimate environment: Exploring marriage and the family. Boston:
Little Brown & Co.

Hall, Scott S. (2006). Marital Meaning: Exploring Young Adults Belief Systems About Marriage.
The Family Journal: Sage Publication.

Anda mungkin juga menyukai