Anda di halaman 1dari 24

Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap pasangan suami-istrikarena

dalam keharmonisanitu terbentuk hubungan yang hangat antaranggota keluarga dan juga
merupakan tempat yang menyenangkan sertapositif untuk hidup. Adapun pengertian
tentang keharmonisan keluarga, dibawah ini akan dipaparkan menurut beberapa tokoh.

Secara terminologi keharmonisan berasal dari kata harmonis yangberarti serasi,


selaras.Titik berat dari keharmonisan adalah keadaan selarasatau serasi.Keharmonisan
bertujuan untuk mencapai keselarasan dankeserasian dalam kehidupan.Keluarga perlu
menjaga kedua hal tersebut untukmencapai keharmonisan.1[1]

Basri mengatakan, “keluarga yang harmonis dan berkualitasyaitu keluarga yang


rukun bahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuhpemaaf, tolong menolong dalam
kebajikan, memiliki etos kerja yang baik,bertetangga dengan saling menghormati, taat
mengerjakan ibadah, berbaktipada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan
memanfaatkan waktuluang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar
keluarga.2[2]

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Qaimi,“bahwa keluarga harmonis


merupakan keluarga yang penuh denganketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan
dan kelangsungan generasimasyarakat, belas-kasih dan pengorbanan, saling melengkapi,
danmenyempurnakan, serta saling membantu dan bekerja sama.3[3]Selain itu, Drajatjuga
berpendapat bahwa keluarga yang harmonis atau keluarga bahagiaadalah apabila kedua
pasangan tersebut saling menghormati, saling menerima,saling menghargai, saling
mempercayai, dan saling mencintai.4[4]

Sedangkan Gunarsah berpendapat bahwa keluarga bahagiaadalah apabila seluruh


anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai olehberkurangnya rasa ketegangan,

1[1] Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2[2] Basri, Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 111

3[3] Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya. Hlm 14

4[4] Djarajat, Zakiyah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta: BulanBintang. Hlm 9
kekecewaan, dan puas terhadap seluruhkeadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan
aktualisasi diri) yang meliputiaspek fisik, mental, emosi, dan sosial.5[5]

Menurut Sarlito bahwa keluarga harmonis hanya akan tercipta kalaukebahagiaan


salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggotakeluarga lainnya. Secara
psikologi dapat berarti dua hal6[6]:

1. Terciptanya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan-harapan dari semuaanggota


keluarga.
2. Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masingmaupun antar pribadi.
Suami istri yang bahagia menurut Hurlock adalah suami istriyang memperoleh
kebahagiaan bersama dan membuahkan keputusan yangdiperoleh dari peran yang mereka
mainkan bersama, mempunyai cinta yangmatang dan mantap satu sama lain, dan dapat
melakukan penyesuaian seksualdengan baik, serta dapat menerima peran sebagai orang
tua.7[7]

Dlori berpendapat keharmonisan keluarga adalah bentukhubungan yang dipenuhi


oleh cinta dari kasih, karena kedua hal tersebutadalah tali pengikat keharmonisan.8[8]
Kehidupan keluarga yang penuh cintakasih tersebut dalam islam disebut mawaddah-
warahma. Yaitu keluarga yangtetap menjaga perasaan cinta; cinta terhadap suami/istri,
cinta terhadap anak,juga cinta pekerjaan. Perpaduan cinta suami-istri ini akan menjadi
landasanutama dalam berkeluarga. Islam menganjarkan agar suami memerankan

5[5]Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1991.Psikologi Praktis AnakRemaja dan Keluarga. Jakarta:

Gunung Mulia. Hlm. 51

6[6] Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Menuju Keluarga Bahagia. Jakarta: BatharaKarya Aksara. Hlm 2

7[7] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan, edisi

kelima. Jakarta:Erlangga. Hlm. 299

8[8]Dlori, Muhammad M. 2005.Dicintai Suami (Istri) Sampai Mati. Jogjakarta:Katahati. Hlm. 30-32
tokohutama dan istri memerankan peran lawan yaitu menyeimbangkan karaktersuami.
Allah berfirman dalam Q.S Ar-Rum: 21

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakanuntukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung danmerasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dansayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tandabagi kaum yang berfikir”.

Dari beberapa definisi tentang keharmonisan keluarga yangdikemukakan para


tokoh di atas, maka dapat disimpulkankeharmonisan keluarga adalah keadaan keluarga di
mana para anggotanyamerasa bahagia, saling mencintai dan saling menghormati serta
dapatmengaktualisasikan diri sehingga perkembangan anggota keluargaberkembang secara
normal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga

Ada banyak ahli yang mengemukakan tentang faktor-faktor yangmempengaruhi


keharmonisan keluarga. Di bawah ini akan dikemukakanbeberapa faktor yang
mempengaruhi keharmonisan keluarga menurut paraahli.

Keluarga harmonis atau sejahtera merupakan tujuan penting.Olehkarena itu untuk


menciptakan perlu diperhatikan faktor-faktor berikut:

1. Perhatian. Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasarutama
hubungan yang baik antar anggota keluarga. Baik padaperkembangan keluarga dengan
memperhatikan peristiwa dalam keluarga,dan mencari sebab akibat permasalahan, juga
terdapat perubahan pada setiapanggotanya.
2. Pengetahuan. Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untukmemperluas
wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupankeluarga. Sangat perlu untuk
mengetahui anggota keluaranya, yaitu setiapperubahan dalam keluarga, dan perubahan
dalam anggota keluarganya, agarkejadian yang kurang diinginkan kelak dapat diantisipasi.
3. Pengenalan terhadap semua anggota keluarga. Hal ini berarti pengenalanterhadap diri
sendiri dan pengenalan diri sendiri yang baik penting untukmemupuk pengertian-
pengertian.
4. Bila pengenalan diri sendiri telah tercapai maka akan lebih mudahmenyoroti semua
kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam keluarga.Masalah akan lebih mudah diatasi,
karena banyaknya latar belakang lebihcepat terungkap dan teratasi, pengertian yang
berkembang akibatpengetahuan tadi akan mengurangi kemelut dalam keluarga.
5. Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap pengertian adalah sikapmenerima, yang
berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dankelebihannya, ia seharusnya tetap
mendapatkan tempat dalam keluarga.Sikap ini akan menghasilkan suasana positif dan
berkembangnyakehangatan yang melandasi tumbuh suburnya potensi dan minat
darianggota keluarga.
6. Peningkatan usaha. Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlumeningkatkan
usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari aspekkeluarganya secara optimal, hal ini
disesuaikan dengan setiap kemampuamnmasing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta
perubahan-perubahan danmenghilangkan keadaan bosan.
7. Penyesuaian harus perlu mengikuti setiap perubahan baik dari fisik orangtua maupun
anak.9[9]
Keluarga harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila dalamkehidupannya telah
memperlihatkan faktor-faktor berikut:

1. Faktor kesejahteraan jiwa. Yaitu rendahnya frekwensi pertengkaran danpercekcokan di


rumah, saling mengasihi, saling membutuhkan, salingtolong-menolong antar sesama
keluarga, kepuasan dalam pekerjaan danpelajaran masing-masing dan sebagainya yang
merupakan indikator-indikatordari adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat.
2. Faktor kesejahteraan fisik. Serinnya anggota keluarga yang sakit, banyakpengeluaran
untuk kedokter, untuk obat-obatan, dan rumah sakit tentu akanmengurangi dan
menghambat tercapainya kesejahteraan keluarga.

9[9]Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga. Jakarta: Gunung Mulia, hlm. 42-

44
3. Faktor perimbangan antara pengeluaran dan pendapatan keluarga.Kemampuan keluarga
dalam merencanakan hidupnya dapatmenyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam
keluarga10[10].
Kunci utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahamanhidup suami dan
istri. Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk salingmemahami ini akan membuat
keluarga menjadi rapuh. Makin banyakperbedaan antara kedua belah pihak maka makin
besar tuntutan pengorbanandari kedua belah pihak.Jika salah satunya tidak mau berkorban
maka pihaksatunya harus mau berkorban.Jika pengorbanan tersebut telah melampaui
batasatau kerelaannya maka keluarga tersebut terancam.Maka fahamilah keadaanpasangan,
baik kelebihan maupun kekurangannya yang kecil hinga yangtebesar untuk mengerti
sebagai landasan dalam menjalani kehidupanberkeluarga. Rencana kehidupan yang
dilakukan kedua belah pihak merupakanfaktor yang sangat berpengaruh karena dengan
perencanaan ini keluarga bisamengantisiapsi hal yang akan datang dan terjadi saling
membantu untuk misikeluarga11[11].

Membina rumah tangga akan berhasil tergantung dari penyesuaianantara kedua


belah fihak dan bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan, makakedua belah pihak harus
memperhatikan:

1. Menghadapi kenyataan. Suami istri perlu menghadapi kenyataan hidup darisemua yang
terungkap dan tersingkap sebagai suatu tim, danmenanggulanginya dengan bijaksana untuk
menyelesaikan masalah.
2. Penyesuaian timbal balik perlu usaha terus menerus dengan salingmemperhatikan, saling
mengungkapkan cinta kasih dengan tulus,menunjukkan pengertian, penghargaan, dan
saling memberi dukungansemangat. Kesemuanya berperan penting dalam memupuk
hubungan yangbaik, termasuk dalam hubungan yang paling intim dalam hubungan
suamiistri adalah seks.
3. Latar belakang suasana yang baik. Untuk menciptakan suasana yang baik,dilatar belakangi
oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuhkasih sayang. Maka macam-

10[10] Sarlito,op.cit, hlm 79

11[11]Ibid, hlm. 79-82


macam perasaan jengkel, kecewa, tidak adilyang bisa menimbulkan prasangka curiga yang
mewarnai suasana hubungansuami istri dan mempengaruhi hubungan intem mereka harus
dijauhi.12[12]
Pembentukan keluarga harmonis hendaknya diniatkan untukmenyelenggarakan
kehidupan keluarga yang penuh dengan semangatmawaddah-warahmah dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah danmendambakan keridhaanNya, limpahan hidayah dan
taufiq-Nya. Kehidupankeluarga yang didasari oleh niat dan semangat beribadah kepada
Allah, insyaAllah keluarga yang demikian akan selalu mendapatkan perlindungan
dalammendapatkan tujuan-tujuannya yang penuh dengan keluhuran.13[13]

Kasih sayang yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalamsikap,
tindakan dan ucapan akan memberikan hamba tersebut ketenangankalbu. Karenanya
pasangan yang tingkah lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam
kehidupannya.Cinta yang berakar pada tempramen yang lembut pada siapapun
yangdicintai. Begitu pula dalam keluarga, jika suami mempunyai sikap lembut
padaistrinya, terhadap keluarga, terhadap masyarakat, maka suasana akan dirasanyaman,
keluarga menjadi harmonis, punya banyak teman, disukai dandihormati oleh
masyarakat.14[14] Firman Allah dalam Q.S Ali-Imran ayat 159:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembutterhadap


mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulahmereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu.karena itu ma'afkanlah mereka,mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan merekadalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Makabertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orangyang bertawakkal kepada-Nya”.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas yang menyebutkantentang faktor-


faktor keharmonisan keluarga, maka kita dapatmenyimpulakan bahwa faktor keharmonisan

12[12]Gunarsa, op. cit, hlm. 202-203.

13[13] Basri, Hasan.2002. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm, 27.

14[14]Dlori, op.cit.hlm. 34-35


keluarga adalah adanya salingmenghargai diantara anggota keluarga, saling menyayangi,
terjaganyakesehatan rohani dan jasmani serta perekonomian yang matang.

Ciri-Ciri Keluarga Harmonis

Suatu keluarga dapat dikatakan harmonis jika cirri-ciri yang melatarbelakangi


keharmonisan keluarga sudah terpenuhi atau tercapai. Di bawah iniakan dijelaskan ciri-ciri
keluarga harmonis menurut beberapa tokoh.Kunci dalampembentukan keluarga
adalah:15[15]

1. Rasa cinta kasih sayang. Tanpa keduanya rumah tangga takkan berjalanharmonis. Karena
keduanya adalah power untuk menjalankan kehidupanrumah tangga.
2. Adaptasi dalam segala jenis interaksi masing-masing, baik perbedaan ide,tujuan, kesukaan,
kemauan, dan semua hal yang melatar belakangimasalah. Hal itu harus didasarkan pada
satu tujuan yaitu keharmonisanrumah tangga.
3. Pemenuhan nafkah lahir batin dalam keluarga. Dengan nafkah makaharapan keluarga dan
anak dapat terealisasi sehingga terciptakesinambungan dalam rumah tangga.
Menurut Basri untuk meraih keharmonisan keluargaperlu memiliki sifat-sifat ideal
dan menerapkannya dalam rumah tangga, sifattersebut adalah:16[16]

1. Persyaratan fisik biologis yang sehat-bugar. Hal ini penting karena: untukmenjalankan
tugasnya keduanya memerlukan tubuh atau anggota badanyang sehat.
2. Psikis rohaniah yang utuh. Kondisi psikis rohaniah yang utuh sangatdiperlukan dalam
menunjang kemampuan seseorang dalam menghadapi danmenyelesaikan masalah dalam
rumah tangga dengan mental yang sehat akanmampu mengendalikan emosi yang kadang
tergoncang karena berbagaimacam alasan dan situasi. Taraf kepribadian dan rohani yang
utuh danteguh sangat diperlukan, karena dalam perjalanan hidup banyak godaan dancobaan
silih berganti, baik dalam moral kesusilaan, keadilan, kejujuran,tanggung jawab sosial dan
keagamaan.

15[15] Ibid, hlm 16-23

16[16]Basri, op.cit. hlm, 32-37.


3. Kondisi sosial dan ekonomi yang cukup memadai untuk memenuhi hiduprumah tangga.
Hal ini dapat berupa semangat dan etos kerja yang baikdalam memenuhi nafkah, kreatifitas
dan semangat untuk mengusahakannya,sehingga keluarga akan terpenuhi kebutuhannya.
Zakia Daradjat menjelaskan beberapa persyaratan dalammencapai keluarga yang
harmonis, adapun syarat tersebut adalah:17[17]

1. Saling mengerti antara suami istri, yaitu; (a) mengerti latar belakangpribadinya; yaitu
mengetahui secara mendalam sebab akibat kepribadian(baik sifat dan tingkah lakunya)
pasangan, (b) mengerti diri sendiri;memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan
kekurangan kita, dantidak menilai orang berdasarkan diri kita sendiri.
2. Saling menerima. Trimalah apa adanya pribadinya, tugas, jabatan dansebagainya jika perlu
diubah janganlah paksakan, namun doronglah dia agarterdorong merubahnya sendiri.
Karena itu; (a) terimalah dia apa adanyakarena menerima apa adanya dapat menghilangkan
ketegangan dalmkeluarga. (b) Terimalah hobi dan kesenangannya asalkan tidak
bertentangandengan norma dan tidak merusak keluarga. (c) terimalah keluarganya.
3. Saling menghargai. Penghargaan sesungguhnya adalah sikap jiwa terhadapyang lain. Ia
akan memantul dengan sendirinya pada semua aspekkehidupan, baik gerak wajah maupun
prilaku. Perlu diketahui bahwa setiapoaring perlu dihargai. Maka menghargai keluarga
adalah hal yang sangatpenting dan harus ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan.Adapun cara menghargai dalam keluarga adalah: (a) Menghargaiperkataan
dan perasaannya. Yaitu: menghargai seseorang yang berbicaradengan sikap yang pantas
hingga ia selesai, menghadapi setiap komunikasidengan penuh perhatian positif dan
kewajaran, mendengarkan keluhanmereka. (b) Menghargai bakat dan keinginan sepanjang
tidak bertentangandengan norma. (c) Menghargai keluarganya.
4. Saling mempercayai. Rasa percaya antara suami istri harus dibina dandilestarikan hingga
hal terkecil terutama yang berhubungan dengan akhlaq,maupun segala kehidupan.
Diperlukan diskusi tetap dan terbuka agar tidakada lagi masalah yang disembunyikan.
Untuk menjamin rasa saling percayahendaknya memperhatikan: (a). Percaya pada dirinya.

17[17]Djarajat, op.cit. hlm. 35-37


Hal ini ditunjukkansecara wajar dalam sikap ucapan, dan tindakan. (b). Percaya
akankemampuannya, baik dalam mengtur perekonomian keluarga,mengendalikan rumah
tangga, mendidik anak, maupun dalam hubungannyadengan orang lain dan masyarakat.
5. Saling mencintai. Syarat ini merupakan tonggak utama dalam menjalankankehidupan
keluarga. Cinta bukanlah keajaiban yang kebetulan datang danhilang namun ia adalah
“usaha untuk…”. Adapun syarat untukmempertalikan dengan cinta adalah; (a). Lemah
lembut dalm bicara. (b).Menunjukkan perhatian pada pasangan, terhadap pribadinya
maupunkeluarganya. (c). Bijaksana dalam pergaulan. (d). Menjauhi sikap egois (e).Tidak
mudah tersinggung. (f) Menentramkan batin sendiri. Karena takkanbisa menentramkan
batin seseorang apabila batinnya sendiri tidak tentram,orang disekitarnya pun tidak akan
nyaman. Saling terbuka danmembicarakan hal dengan pasangan adalah kebutuhan yang
dapatmenentramkan masalah. Peran agama dan spiritual pun sangat
menentukan.Dengannya kemuliyaan hati tercermin dalam tingkah laku yang lebih baikdan
menarik. Oleh sebab itu oarng yang tentram batinnya akanmenyenangkan dan menarik
bagi orang lain. (g). Tunjukkan rasa cinta. Halini dapat melalui tindakan, ucapan, terhadap
pasangan.
Pegangan atau kriteria keluarga bahagia atau harmonis, kriteritersbut adalah;18[18]

1. Menciptakan kehidupan agama atau spiritualitas dalam keluarga. Karenadalam agama


terdapat nilai-nilai moral atau etika kehidupan. Landasanutama agama dalam kehidupan
terutama rumah tangga adalah kasih sayang.Penelitian mengatakan keluarga yang tidak
religious, komitmen agamanyarendah, atau yang tidak mempunyai komitmen sama sekali
berisiko empatkali tidak bahagia, dan berakhir dengan broken home, perceraian, tak
adakesetiaan, dan kecanduan NAZA.
2. Terdapat waktu bersama keluarga. Sesibuk apapun keluarga tersebuthendaknya para
anggota keluarga harus menyediakan waktu untuk keluargaatau suasana kebersamaan
dengan unsur-unsur keluarga sebagai usahapemeliharaan hubungan.

18[18]Prof Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan

Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Hlm. 805-808


3. Dalam interaksi segitiga, keluarga menciptakan hubungan yang baik antaraanggotanya.
Komunikasi yang baik dan dua arah, suasana demokratis dalamkeluarga harus dijaga agar
tidak terjadi kesenjangan diantara anggotakeluarga.
4. Saling harga-menghargai dalam interaksi ayah, ibu, dan anak. Hal inidilakukan melalui
ucapan, tindakan, dan sikap yang tertanam dalamanggota keluarga.
5. Keluarga sebagai unit terkecil harus erat dan kuat, jangan longgar, danjangan rapuh.
Mereka bukan hanya dekat di mata namun juga harus dekat dihati. Hubungan silaturrahmi
berdasarkan kasih sayang haruslah dibinadalam keluarga.
6. Jika mengalami krisis dan benturan-benturan, maka prioritas utamanyaadalah keutuhan
keluarga.
Jika aspek di atas telah terpenuhi dan berfungsi dengan baik berdasarkanpada
tuntunan nilai-nilai spiritual agama maka keharmonisan keluarga akanmudah diraih.Dalam
agama islam juga disebutkan ciri-ciri keharmonisan keluargaadalah sebaai berikut:

1. Pembentukan keluarga yang didasari harapan keridhaan Allah tanpa yanglain. Kedua belah
pihak salin melengkapi dan menyempurnakan, memenuhipanggilan fitrah dan sunnah,
menjalin persahabatan dan kasih sayang, sertameraih ketentraman dan ketenangan jasmani.
Dalam menentukan standarjodoh keduanya hanya bertolak pada keimanan dan ketaqwaan.
2. Tujuan pembentukan keluarga. Keharmonisan rumah tangga akan terwujudapabila kedua
pasangan saling konsisten terhadap perjanjian yang merekatetapkan bersama. Tujuan
utama mereka adalah menuju jalan yang telahdigariskan Allah dan mengharap ridha-Nya.
Dalam segala tindakan merekayang tertuju hanyalah Allah semata.
3. Linkungan. Dalam keluarga yang harmonis upaya yang selalu dipeliharaadalah suasana
yang penuh kasih sayang dan masing-masing anggotanyamenjalankan peran secara
sempurna. Lingkungan keluarga merupakantempat untuk berteduh dan berlindung, tempat
di mana perkembangan dansusah-senang dialuli bersama.
4. Hubungan antar kedua pasangan. Dalam hubungan rumah tangga yang harmonis dan
seimbang suami-istri berupaya saling melengkapi danmenyempurnakan. Mereka menyatu
dan ikut merasakan apa yang dirasakananggota keluarga yang lain. Mereka saling
mengobati, salingmembahagiakan dan menyatukan langkah dan tujuan,
keduanyamenyiapkan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah.
5. Hubungan dengan anak. Keluarga harmonis menganggap anak sebagaibagian darinya
mereka membangun hubungan atas dasar penghormatan,penjagaan hak, pendidikan,
bimbingan yang layak, pemurnian kasih sayangserta pengawasan akhlak dan prilaku anak.
6. Duduk bersama. Keluarga harmonis selalu siap duduk bersama danberbincang-bincang
dengan para anggota keluarganya, mereka berupayasaling memahami dan menciptakan
hubungan mesra. Islam mengajarkanagar yang tua menyayangi dan membimbing yang
muda, dan yang mudamenghormati dan mematuhi nasehat yang tua.
7. Kerja sama dan saling membantu. Dalam kehidupan rumah tangga yangharmonis setiap
anggota rumah tangga memiliki tugas tertentu, merekabersatu untuk memikul beban
bersama. Dalam bangunan ini nampak jelaspersahabatan, saling tolong-menolong,
kejujuran, saling mendukung dalamkebaikan, saling menjaga sisi rohani dan jasmani
masing-masing.
8. Upaya untuk kepentingan bersama. Dalam kehidupan keluarga yangharmonis mereka
saling membahagiakan. Mereka saling berupaya untukmemenuhi keinginan dan
mempertahankan selera pasangannya. Salingmenjaga dan memperhatikan cara berhias dan
berpakaian. Untukkepentingan bersama mereka selalu bermusyawarah dan
berkomunikasiuntuk meminta pendapat, pada waktu anak telah mampu memahamimasalah
tersebut ia diikutkan dalam musyawarah tadi.19[19]
Adapun indikator-indikator keluargaharmonis menurut Islam adalah:20[20]

1. Kehidupan beragama dalam keluarga. Yaitu: (a). Segi keimanan, keislamandan


keihsanannya. (b). Dari segi pengetahuan agama mereka memilikisemangat belajar,
memahami, serta memperdalam ajaran agama, dan taatmelaksanakan tuntunan akhlak
mulia. (c). Saling memotivasi danmendukung agar keluarga dapat berpendidikan.
2. Kesehatan keluarga. Meliputi kesehatan anggota keluarga, lingkungankeluarga dan
sebagainya.
3. Ekonomi keluarga. Terpenuhinya sandang, pangan, papan yang cukup, dandapat
mendapatkan dan mengelola nafkah dengan baik.

19[19]Qaimi, op.cit. hlm. 16-21

20[20] Musthofa, Aziz. 2001. Untaian Mutiara buat Keluarga. Yogyakarta: PustakaPelajar, hlm. 12-14
4. Hubungan antar anggota keluarga yang harmonis. Saling mencintai,menyayangi, terbuka,
menghormati, adil, saling membantu, saling percaya,saling bermusyawarah, dan saling
memaafkan. Hubungan dengan kerabatdan tetangga harus juga terbentuk.
Keluarga merupakan sebuah karunia dari Allah. Maka jagalah rumahtangga dengan
aroma kasih sayang, kerja sama dengan baik, selalu dibacakanAl-Qur’an dan dilantunkan
dzikir, sholat dan puasa selalu ditegakkan, do’a dankebutuhan kepada Allah selalu
dipanjatkan, dengan menerapkan kesemuanyamaka Allah akan memenuhi rumah tersebut
dengan keberkahan.21[21]

Berdasarkan teori di atas banyak ciri keluarga harmonis, ciri tersebutada yang
berasal dari dalam individu maupun dari lingkungan. Dari dalamindividu misalnya
kematangan emosi, menanamkan sikap saling percaya antaraanggota keluarga, sedangkan
dari lingkungan misalnya: menjaga hubungandengan sesama anggota keluarga baik
keluarga inti maupun keluarga jauh,serta menjaga hubungan dengan tetangga. Selain itu
pemenuhan ekonomi jugasangat mempengaruhi keharmonisan keluarga.

Cara Membentuk Keluarga Harmonis

Keluarga harmonis adalah dimulai dengan keluarga yang akrab.Diperlukan upaya


dan cara pandang yang lebih matang untuk menciptakannya,banyak hal yang dapat
mempengaruhi kualitas dari keharmonisan tadi. Namunyang lebih penting adalah menjaga
keintiman, dengan cara sebagai berikut:

1. Toleransi. Toleransi disini adalah memahami bahwa orang-orang yang kitacintai mungkin
mempunyai gambaran yang berbeda dalm fikiran merekatentang cara menghadapi suatu
peristiwa. Jadi dalam keluarga tidakmeributkan hal sepela, mencoba menyamakan persepsi
dan bekerja sama.
2. Waktu bersama-sama, menggali kreatifitas dan mengambil manfaatnya bagikeluarga,
merencanakan waktu khusus, isi momen-momen istimewa, ubahcara rutin dengan

21[21] Mazhari, Husain. 2004. Membangun Surga dalam Rumah Tangga. Bogor:Cahaya, hlm. 179
melibatkan seluruh keluarga, nikmati bersama hobi anda,dan libatkan diri dengan
melibatkan anak dalam kegiatan yang digemari.
3. Jatuh bangun (terus berusaha). Jangan menyerah terus mencoba pendekatanbaru untuk
menjalin hubungan yang lebih mandalam dengan anak,pasangan, dan sesuaikan dengan
minat, usia, serta keadaan.
4. Terjunlah kedunia (menunjukkan kasih sayang dalam tindakan).
5. Kurangi menggurui, perbanyak mendengar. Berusahalah untuk salingmenghormati sudut
pandang dan impian satu sama lain.
6. Sarana hidup sebagai penyimpanan keyakinan yang harus ditanamkan. Halini dilakukan
dengan membuat kotak, buku, dan sebagainya untukmenyimpam gagasan, nilai, yang layak
disimpan di kotak tersebut, namunsebelumnya harus melalui komunikasi dengan keluarga,
serta carapenggunaanya diatur oleh keluarga.
7. Cinta menyeluruh. Tunjukkan dan sering-seringlah menunjukkan cintakepada
keluarga.22[22]
Dalam ajaran agama islam ada beberapa hal yang perlu diperhatikanuntuk
membentuk keluarga yang sakinah atau harmonis.Keluarga sakinah merupakan idaman
bagi semua orang.Untukmewujudkannya memerlukan strategi yang disertai dengan
kesabaran dankeuletan dari suami istri. Islam memberikan rambu-rambu dalam sejumlah
ayatAl-Qur’an sebagai legitimasi yang dapat digunakan untuk pegangan bagi suamiistri
dalam upaya membangun dan melestarikannya antara lain:

1. Selalu bersyukur saat mendapatkan nikmatKalau kita mendapat karunia dari Allah swt
berupa harta, ilmu, anak,dll, bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah
diberikan tersebutsupaya apa yang ada pada genggaman kita itu berbarakah. Sebagaimana
firmanAllah Q.S Ibrahim ayat 7

22[22]Doe, Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan Ketentraman Ruhani.

Bandung: Penerbit Kaifa, hlm. 65-66


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)kepadamu, dan
jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnyaazab-Ku sangat pedih".
2. Senantiasa sabar saat ditimpa kesulitan.Semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan
kehidupannya selalulancar dan bahagia, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sangat
mungkindalam kehidupan berkeluarga menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian;bereupa
kekurangan harta, ditimpa penyakit, dll. Pondasi yang harus kitabangun agar keluarga tetap
bahagia walaupun sedang ditimpa musibah.Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Lukman
ayar 17:
“bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yangdemikian
itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
3. Bertawakal saat memiliki rencanaAllah sangat suka kepada orang-orang yang melakukan
sesuatu secaraterencana. Nabi Muhammad saw kalau melakukan sesuatu yang penting
selalubermusyawarah dengan para sahabatnya. Musyawarah merupakan bagian dariproses
perencanaan. Alangkah indahnya apabila suami istri selalubermusyawarah dalam
merencanakan hal-hal yang dianggap penting dalamkehidupan berumah tangga, misalnya
masalah pendidikan anak, tempat tingal,dll. Dalam menyusun sebuah rencana hendaknya
berserah diri kepada Allahswt, itulah yan disebut tawakal. Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S Ali-Imran: 159.
“…kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Makabertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orangyang bertawakkal kepada-Nya”.
4. Bermusyawarah.Seseorang pemimpin harus berani mengambil keputusan keputusanyang
srtategis. Alangkah mulia kalau suami sebagai pemimpin selalu mengajakbermusyawarah
kepada istri dan anak-anaknya dalam mengambil keputusan-keputusanpentingyang
menyangkut urusan keluarga. Hindarkan diri dari sikapotoriter, insya Allah hasil
musyawarah itu akan lebih baik. Sebagaimana firmanAllah dalam Q.S Asy-Syuura: 38:
“…sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antaramereka…”
5. Tolong menolong dalam kebaikanMenurut Aisya ra, Rosulullah sebagai suami selalu
menolon isterinya.Beliau tidak segan untuk mengerjakan pekerjaan yang bisa dilakukan
istriseperti mencuci piring/ baju, menggendong anak, dll. Nah kalau kita inginmembangun
keluarga yan shaleh, maka suami harus berusaha meringankanbeban istri, begitu juga
sebaliknya. Jadikan tolong menolong sebagai hiasanrumah tangga. Sebagaimana firman
Allah dalam Q.S Al-Maidah:2
“…Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat beratsiksa-Nya”.
6. Senantiasa memenuhi janjiMemenuhi janji merupakan bukti kemuliaan seseorang.
Sedalamapapun ilmu yang dimiliki seseorang, setinggi apapun kedudukannya, tapikalau
sering menyalahi janji tentu orang tidak akan lagi percaya. Bagaimanaseseorang akan
menjadi suami yang dihargai istri dan anak-anak jika seringmenyalahi janji kepada mereka.
Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Maidah: 1
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu…”
7. Segera bertaubat bila terlanjur melakukan kesalahanDalam mengarungi bahtera rumah
tangga, tak jarang suami istriterjerumus pada kesalahan. Itu tidak dapat dipungkiri. Apabila
suami/istrimelakukan kesalahan, hendaklah segera bertaubat dari kesalahan
itu.Sebagaimana firman Allah Q.S Ali-Imran: 135
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atauMenganiaya diri
sendirimereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunterhadap dosa-dosa mereka dan
siapa lagi yang dapat mengampuni dosaselain dari pada Allah? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinyaitu, sedang mereka mengetahui”.
8. Saling menasehatiUntuk membentuk keluarga yang shaleh, tentunya dibutuhkan
sikaplapang dada dari masing-masing pasangan untuk dapat menerima nasihatkepada
pasangannya. Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Ashr:1-3
1. demi masa.2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalamkerugian,3.
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalsaleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehatmenasehati supaya menetapi kesabaran”.
9. Saling member maaf dan tidak segan untuk meminta maaf kalau
melakukankekeliruanSebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah swt Q.S Ali-
Imran:134
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)orang.Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
10. Suami istri selalu berprasangka baikSuami-istri hendaknya selalu berprasangka baik akan
lebihmenentramkan hati, sehingga konflik dalam keluarga lebih dapatmenentramkan hati,
sehingga konflik dalam keluarga lebih dapat diminimalisir.Dalam firman Allah swt Q.S
Al-Hujurat:12
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka(kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlahmencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu samalain”.
11. Mempererat silaturrahmi dengan keluarga istri atau suami.Dalam firman Allah swt Q.S Al-
Hujurat:13
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilakidan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa danbersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orangyang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang palingtaqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
MahaMengenal”.
12. Melakukan ibadah secara berjamaahDengan melaksanakan ibadah secara berjama’ah
ikatan batin antarasuami-istri akan lebih erat. Di samping itu, pahala yang dijanjikan Allah
punbegitu besar. Sebagai mana yang diterangkan dalam hadist H.R.Mutafaq’Alaihi yang
artinya:“Shalat berjama’ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalatSendiri-
sendiri”.
13. Mencintai keluarga istri atau suami sebagaimana mencintai keluargasendiri.Berlaku adil
atau tidak berat sebelah adalah hal mesti dijalankan olehmasing-masing pasangan agar
tercipta suasana saling menhormati dalam rumahtangga, sebagaimana hadist H.R. Muslim
yang artinya:
“Tidak sempurna iman seseorang diantara kamu, sehingga mencintaisaudaranya
(keluarga, sahabat, dan sebaginya) seperti mencintai dirinyasendiri”.
14. Memberi kesempatan kepada suami atau istri untuk menambah ilmu.Kewajiban mencari
ilmu melekat kepada siapa pun termasuk kepadasuami istri, sebagaimana dijelaskan
dijelaskan oleh Rasulullah saw yan artinya:
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (H.R Muslim).
Apabila keempat belas hal di atas dikerjakan secara konsekuen olehmasing-masing
pasangan, insyaAllah akan tercipta keluarga yang menjadipenyejuk hati.23[23]Agar

23[23]Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam.Malang: UIN- Malang Press, hlm. 210-218
mendapatkan keluarga harmonis sesuai dengan harapan, makahal-hal di atas harus benar-
benar dilaksanaka oleh pasangan suami istri danpara anggota keluarga. Jika hal tersebut
sudah dilaksanakan maka keluargaharmonispun akan senantiasa tercipta dengan
sendirinya.

Pengaruh Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan


Spiritual (SQ) dalam Mewujudkan Keharmonisan Keluarga.

Meminjam istilah Dr. Ali Shariati, seorang intelektual muslim yang mengatakan bahwa:
Manusia adalah makhluk dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan
pentingnya jasmani dan rohani. Oleh karena itu, manusia harus memiliki konsep duniawi
atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik (EQ & IQ) dan penting pula penguasaan
ruhaniah vertical atau Spiritual Quotient (SQ).24[24]

Kecerdasan Intelektul

Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yangmembedakan


kualitas orang yang satu dengan orang yang lain.Kecerdasan intelektual lazim disebut dengan
inteligensi.Istilah ini dipopulerkankembali pertama kali oleh Francis Galton, seorang ilmuwan
dan ahli matematika yangterkemuka dari Inggris.Inteligensi adalah kemampuan kognitifyang
dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yangkompleks dan
selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik.25[25]

Istilah inteligensi digunakan dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidak hanya
oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu.Anastasi
mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kemampuan tunggal dan seragam tetapi merupakan
komposit dari berbagai fungsi.Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup gabungan
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya
tertentu.Kemampuan intelektual ini dapat diukur dengan suatu alat tes yang biasa disebut IQ
(Intellegence Quotient). IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat

24[24]Dalam Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi danSpiritual

(ESQ), Arga.Jakarta, hlm. xvi

25[25] Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York VNR
tertentu, dalam hubungan dengan norma usia yang ada menyebutkan bahwa ada berbagai
macam pengukuran inteligensi dan setiap tes IQ yang digunakan akan disesuaikan dengan
tujuan dan kebutuhan dari penggunaan tes IQ tersebut.26[26]

Intelektual dan Keharmonisan Keluarga

Membangun keluarga erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang dimiliki


olehseseorang.Anggota keluarga yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat menghasilkan pola
hubungan dan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih rendah.
Haltersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi lebih mudah menyerap ilmu yangdiberikan
sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang berkaitandengan keluarga dan
lingkungan disekitarnya akan lebih baik.

Kecerdasan Emosi

Orang yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain akademik
yang dapat mempengaruhi keberhasilan sesorang adalah Gardner. Kecerdasan lain itu disebut
dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi.27[27]

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif


dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif.
Menurut Salovey dan Mayer, 1999 (handbook Emotional Intelligence training, prime
consulting) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan emosi, menerima dan
membangun emosi dengan baik, memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga dapat
meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual.

Salovey juga memberikan definisi dasar tentang kecerdasan emosi dalam limawilayah
utama yaitu, kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang kain, dan kemampuan membinahubungan dengan orang lain. Seorang
ahli kecerdasan emosi, Goleman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi
di dalamnya termasukkemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat

26[26]Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological Testing), PT.Prehanllindo, Jakarta

27[27]Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence LebihTinggi Daripada IQ, Alih

Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia PustakaUtama, Jakarta.


memotivasi dirisendiri.Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan bentuk emosi baik yang
positifmaupun negatif.28[28]

Purba berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuandi bidang emosi yaitu
kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikanemosi, semamgat optimisme,
dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lainatau empati.29[29]

Emosionaldan Keharmonisan Keluarga

Kehidupan Keluarga mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapioleh
setiap anggota keluarganya terutama bagi suami dan istri, misalnya perbedaan pandangan
hidup, tuntutan rumah tangga, suasana rumah yangtidak nyaman dan masalah hubungan
dengan anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.Masalah-masalah tersebutdalam
keluarga bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan kemampuanintelektualnya, tetapi dalam
menyelesaikan masalah tersebut kemampuan emosi ataukecerdasan emosi lebih banyak
diperlukan. Bila sesorang dapat menyelesaikanmasalah-masalah di dalam rumah tangga yang
berkaitan dengan emosinya maka dia akanmenghasilkan kerja yang lebih baik

Kecerdasan Spiritual

Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan lain disamping
keduakecerdasan diatas, yaitu kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshalmendefinisikan
kecerdasan spiritual sebagai rasa moral, kemampuan menyesuaikanaturan yang kaku dibarengi
dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setarauntuk melihat kapan cinta dan
pemahaman sampai pada batasannya, jugamemungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik dan
jahat, membayangkan yangbelum terjadi serta mengangkat kita dari kerendahan. Kecerdasan
tersebutmenempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan

28[28] Ibid.

29[29]Ahmad Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus,Dian Raya, Jakarta
kaya,kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sesorang lebih bernilai
danbermakna.30[30]

Berman mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) dapatmemfasilitasi dialog


antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia jugamengatakan bahwa kecerdasan
spiritual juga dapat membantu sesorang untuk dapatmelakukan transedensi diri. Pengertian lain
mengenai kecerdasan spiritual adalahkemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap
setiap perilaku dan kegiatanmelalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia yangseutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip
hanya karenaAllah.31[31]

Kecerdasan spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQ dan EQ,oleh karena
itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandang hanyamenyumbangkan sebagian dari
penentu kesuksesan sesorang dalam hidup. Ada factor lain yang ikut berperan yaitu kecerdasan
spiritual yang lebih menekankan pada maknahidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan
agama saja.Peran SQ adalah sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan
EQsecara efektif.32[32]Nggermanto mengatakan bahwasesorang yang memiliki SQ tinggi
adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yangkuat, mampu memaknai setiap sisi kehidupan
serta mampu mengelola dan bertahandalam kesulitan dan kesakitan.33[33]

30[30]Zohar, D, Marshal, I, 2000, SQ (Spiritual Intelligence) : The Ultimate Intelligence,Blomsburry Publishing,

LondonDalam Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ),

Arga. Jakarta

31[31]Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ),

Arga.Jakarta

32[32] Ibid.

33[33]Agus Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara TepatMelejitkan IQ, EQ, dan SQ

Secara Harmonis, Nuansa, Bandung


Ada beberapa hal yang dapat menghambat berkembangnya kecerdasanspiritual dalam
diri sesorang, yaitu:34[34]

1. Adanya ketidakseimbangan yang dinamis antara id, ego dan superego,ketidakseimbangan


antara ego sadar yang rasional dan tuntutan dari alam taksadar secara umum
2. Adanya orang tua yang tidak cukup menyayangi
3. Mengharapkan terlalu banyak
4. Adanya ajaran yang mengajarkan menekan insting
5. Adanya aturan moral yang menekan insting alamiah
6. Adanya luka jiwa, yaitu jiwa yang menggambarkan pengalaman menyangkutperasaan terasing
dan tidak berharga.
Spiritual dan Keharmonisan Keluarga

Pada pertengahan tahun 1990, untuk menjadi pintar tidaklah sesederhanadinyatakan


hanya dengan memiliki IQ yang tinggi. Penelitian Mudalimembuktikan tentang pentingnya
kecerdasan spiritual.35[35]Sesorang haruslah memilikiSQ yang tinggi agar dia dapat bebar-
benar menjadi pintar. Kecerdasan tersebut jugadibutuhkan dalam mewujudkan keharmonisan
keluarga, apabila ketiga kecerdasan tersebut dapat berfungsisecara efektif maka dia akan
menampilkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warohmah.

Nilai-nlai dari kecerdasan spiritual berdasarkan komponen-komponen dalam SQ yang


banyak dibutuhkan dalam membangun rumah tangga harmonis, diantaranya adalah:

a. Mutlak Jujur
Kata kunci pertama untuk sukses membangun keluarga harmonis selain berkata benar
dankonsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan hukum spiritual
dalam hidup berumah tangga.

b. Keterbukaan

34[34]Maria Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini,www.google.com, 08 Juni 2011

35[35]Mudali, 2002, Quote : How High Is Yous Spiritual Intelligence ?.www.google.com, 08 Juni 2011
Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dalam keluarga, makalogikanya apabila
sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telahberpartisipasi di jalan menuju dunia yang
baik.

c. Pengetahuan diri
Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalammewujudkan
harmoni keluarga karena lingkungan belajar yang baik sangat dibituhkan dalam menciptakan
keluarga yang baik.

d. Fokus pada kontribusi


Dalam rumah tangga terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberidaripada
menerima.Hal ini penting berhadapan dengan kecenderunganmanusia untuk menuntut hak
ketimbang memenuhi kewajiban.Untuk itulahorang harus pandai membangun kesadaran diri
untuk lebih terfokus padakontribusi.

e. Spiritual non dogmatis


Komponen ini merupakan nilai dari kecerdasan spiritual dimana didalamnyaterdapat
kemampuan untuk bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran yangtinggi, serta kemampuan
untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan
nilai.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus, Dian Raya,
Jakarta

Agus Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara Tepat Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa, Bandung

Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ), Arga.Jakarta

Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological Testing), PT. Prehanllindo,
Jakarta

Basri, Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basri, Hasan.2002. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta: PustakaPelajar.

Drajat, Zakiah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta: BulanBintang.

Dlori, Muhammad M. 2005.Dicintai Suami (Istri) Sampai Mati. Jogjakarta:Katahati.

Doe, Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan
Ketentraman Ruhani. Bandung: Penerbit Kaifa.

Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daripada
IQ, Alih Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga. Jakarta: Gunung
Mulia,

Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1991.Psikologi Praktis AnakRemaja dan


Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang


Kehidupan, edisi kelima. Jakarta:Erlangga.

Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York VNR

Maria Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini, www.google.com, 08
Juni 2011

Mudali, 2002, Quote : How High Is Yous Spiritual Intelligence ?.www.google.com, 08 Juni 2011
Mazhari, Husain. 2004. Membangun Surga dalam Rumah Tangga. Bogor:Cahaya.

Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam.Malang: UIN- Malang Press.

Musthofa, Aziz. 2001. Untaian Mutiara buat Keluarga. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Prof Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran
Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.

Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya.

Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Menuju Keluarga Bahagia. Jakarta: BatharaKarya Aksara.

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Diposting oleh Musafir di 18.09


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

4 komentar:

Anda mungkin juga menyukai