dalam keharmonisanitu terbentuk hubungan yang hangat antaranggota keluarga dan juga
merupakan tempat yang menyenangkan sertapositif untuk hidup. Adapun pengertian
tentang keharmonisan keluarga, dibawah ini akan dipaparkan menurut beberapa tokoh.
1[1] Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2[2] Basri, Hasan. 1996. Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 111
3[3] Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya. Hlm 14
4[4] Djarajat, Zakiyah. 1975. Ketenangan dan Kebahagiaan Keluarga. Jakarta: BulanBintang. Hlm 9
kekecewaan, dan puas terhadap seluruhkeadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan
aktualisasi diri) yang meliputiaspek fisik, mental, emosi, dan sosial.5[5]
5[5]Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1991.Psikologi Praktis AnakRemaja dan Keluarga. Jakarta:
6[6] Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Menuju Keluarga Bahagia. Jakarta: BatharaKarya Aksara. Hlm 2
7[7] Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan, edisi
8[8]Dlori, Muhammad M. 2005.Dicintai Suami (Istri) Sampai Mati. Jogjakarta:Katahati. Hlm. 30-32
tokohutama dan istri memerankan peran lawan yaitu menyeimbangkan karaktersuami.
Allah berfirman dalam Q.S Ar-Rum: 21
1. Perhatian. Yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga sebagai dasarutama
hubungan yang baik antar anggota keluarga. Baik padaperkembangan keluarga dengan
memperhatikan peristiwa dalam keluarga,dan mencari sebab akibat permasalahan, juga
terdapat perubahan pada setiapanggotanya.
2. Pengetahuan. Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untukmemperluas
wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupankeluarga. Sangat perlu untuk
mengetahui anggota keluaranya, yaitu setiapperubahan dalam keluarga, dan perubahan
dalam anggota keluarganya, agarkejadian yang kurang diinginkan kelak dapat diantisipasi.
3. Pengenalan terhadap semua anggota keluarga. Hal ini berarti pengenalanterhadap diri
sendiri dan pengenalan diri sendiri yang baik penting untukmemupuk pengertian-
pengertian.
4. Bila pengenalan diri sendiri telah tercapai maka akan lebih mudahmenyoroti semua
kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam keluarga.Masalah akan lebih mudah diatasi,
karena banyaknya latar belakang lebihcepat terungkap dan teratasi, pengertian yang
berkembang akibatpengetahuan tadi akan mengurangi kemelut dalam keluarga.
5. Sikap menerima. Langkah lanjutan dari sikap pengertian adalah sikapmenerima, yang
berarti dengan segala kelemahan, kekurangan, dankelebihannya, ia seharusnya tetap
mendapatkan tempat dalam keluarga.Sikap ini akan menghasilkan suasana positif dan
berkembangnyakehangatan yang melandasi tumbuh suburnya potensi dan minat
darianggota keluarga.
6. Peningkatan usaha. Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlumeningkatkan
usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari aspekkeluarganya secara optimal, hal ini
disesuaikan dengan setiap kemampuamnmasing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta
perubahan-perubahan danmenghilangkan keadaan bosan.
7. Penyesuaian harus perlu mengikuti setiap perubahan baik dari fisik orangtua maupun
anak.9[9]
Keluarga harmonis atau keluarga bahagia adalah apabila dalamkehidupannya telah
memperlihatkan faktor-faktor berikut:
9[9]Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga. Jakarta: Gunung Mulia, hlm. 42-
44
3. Faktor perimbangan antara pengeluaran dan pendapatan keluarga.Kemampuan keluarga
dalam merencanakan hidupnya dapatmenyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam
keluarga10[10].
Kunci utama keharmonisan sebenarnya terletak pada kesepahamanhidup suami dan
istri. Karena kecilnya kesepahaman dan usaha untuk salingmemahami ini akan membuat
keluarga menjadi rapuh. Makin banyakperbedaan antara kedua belah pihak maka makin
besar tuntutan pengorbanandari kedua belah pihak.Jika salah satunya tidak mau berkorban
maka pihaksatunya harus mau berkorban.Jika pengorbanan tersebut telah melampaui
batasatau kerelaannya maka keluarga tersebut terancam.Maka fahamilah keadaanpasangan,
baik kelebihan maupun kekurangannya yang kecil hinga yangtebesar untuk mengerti
sebagai landasan dalam menjalani kehidupanberkeluarga. Rencana kehidupan yang
dilakukan kedua belah pihak merupakanfaktor yang sangat berpengaruh karena dengan
perencanaan ini keluarga bisamengantisiapsi hal yang akan datang dan terjadi saling
membantu untuk misikeluarga11[11].
1. Menghadapi kenyataan. Suami istri perlu menghadapi kenyataan hidup darisemua yang
terungkap dan tersingkap sebagai suatu tim, danmenanggulanginya dengan bijaksana untuk
menyelesaikan masalah.
2. Penyesuaian timbal balik perlu usaha terus menerus dengan salingmemperhatikan, saling
mengungkapkan cinta kasih dengan tulus,menunjukkan pengertian, penghargaan, dan
saling memberi dukungansemangat. Kesemuanya berperan penting dalam memupuk
hubungan yangbaik, termasuk dalam hubungan yang paling intim dalam hubungan
suamiistri adalah seks.
3. Latar belakang suasana yang baik. Untuk menciptakan suasana yang baik,dilatar belakangi
oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuhkasih sayang. Maka macam-
Kasih sayang yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalamsikap,
tindakan dan ucapan akan memberikan hamba tersebut ketenangankalbu. Karenanya
pasangan yang tingkah lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam
kehidupannya.Cinta yang berakar pada tempramen yang lembut pada siapapun
yangdicintai. Begitu pula dalam keluarga, jika suami mempunyai sikap lembut
padaistrinya, terhadap keluarga, terhadap masyarakat, maka suasana akan dirasanyaman,
keluarga menjadi harmonis, punya banyak teman, disukai dandihormati oleh
masyarakat.14[14] Firman Allah dalam Q.S Ali-Imran ayat 159:
13[13] Basri, Hasan.2002. Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm, 27.
1. Rasa cinta kasih sayang. Tanpa keduanya rumah tangga takkan berjalanharmonis. Karena
keduanya adalah power untuk menjalankan kehidupanrumah tangga.
2. Adaptasi dalam segala jenis interaksi masing-masing, baik perbedaan ide,tujuan, kesukaan,
kemauan, dan semua hal yang melatar belakangimasalah. Hal itu harus didasarkan pada
satu tujuan yaitu keharmonisanrumah tangga.
3. Pemenuhan nafkah lahir batin dalam keluarga. Dengan nafkah makaharapan keluarga dan
anak dapat terealisasi sehingga terciptakesinambungan dalam rumah tangga.
Menurut Basri untuk meraih keharmonisan keluargaperlu memiliki sifat-sifat ideal
dan menerapkannya dalam rumah tangga, sifattersebut adalah:16[16]
1. Persyaratan fisik biologis yang sehat-bugar. Hal ini penting karena: untukmenjalankan
tugasnya keduanya memerlukan tubuh atau anggota badanyang sehat.
2. Psikis rohaniah yang utuh. Kondisi psikis rohaniah yang utuh sangatdiperlukan dalam
menunjang kemampuan seseorang dalam menghadapi danmenyelesaikan masalah dalam
rumah tangga dengan mental yang sehat akanmampu mengendalikan emosi yang kadang
tergoncang karena berbagaimacam alasan dan situasi. Taraf kepribadian dan rohani yang
utuh danteguh sangat diperlukan, karena dalam perjalanan hidup banyak godaan dancobaan
silih berganti, baik dalam moral kesusilaan, keadilan, kejujuran,tanggung jawab sosial dan
keagamaan.
1. Saling mengerti antara suami istri, yaitu; (a) mengerti latar belakangpribadinya; yaitu
mengetahui secara mendalam sebab akibat kepribadian(baik sifat dan tingkah lakunya)
pasangan, (b) mengerti diri sendiri;memahami diri sendiri, masa lalu kita, kelebihan dan
kekurangan kita, dantidak menilai orang berdasarkan diri kita sendiri.
2. Saling menerima. Trimalah apa adanya pribadinya, tugas, jabatan dansebagainya jika perlu
diubah janganlah paksakan, namun doronglah dia agarterdorong merubahnya sendiri.
Karena itu; (a) terimalah dia apa adanyakarena menerima apa adanya dapat menghilangkan
ketegangan dalmkeluarga. (b) Terimalah hobi dan kesenangannya asalkan tidak
bertentangandengan norma dan tidak merusak keluarga. (c) terimalah keluarganya.
3. Saling menghargai. Penghargaan sesungguhnya adalah sikap jiwa terhadapyang lain. Ia
akan memantul dengan sendirinya pada semua aspekkehidupan, baik gerak wajah maupun
prilaku. Perlu diketahui bahwa setiapoaring perlu dihargai. Maka menghargai keluarga
adalah hal yang sangatpenting dan harus ditunjukkan dengan penuh keikhlasan dan
kesungguhan.Adapun cara menghargai dalam keluarga adalah: (a) Menghargaiperkataan
dan perasaannya. Yaitu: menghargai seseorang yang berbicaradengan sikap yang pantas
hingga ia selesai, menghadapi setiap komunikasidengan penuh perhatian positif dan
kewajaran, mendengarkan keluhanmereka. (b) Menghargai bakat dan keinginan sepanjang
tidak bertentangandengan norma. (c) Menghargai keluarganya.
4. Saling mempercayai. Rasa percaya antara suami istri harus dibina dandilestarikan hingga
hal terkecil terutama yang berhubungan dengan akhlaq,maupun segala kehidupan.
Diperlukan diskusi tetap dan terbuka agar tidakada lagi masalah yang disembunyikan.
Untuk menjamin rasa saling percayahendaknya memperhatikan: (a). Percaya pada dirinya.
18[18]Prof Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan
1. Pembentukan keluarga yang didasari harapan keridhaan Allah tanpa yanglain. Kedua belah
pihak salin melengkapi dan menyempurnakan, memenuhipanggilan fitrah dan sunnah,
menjalin persahabatan dan kasih sayang, sertameraih ketentraman dan ketenangan jasmani.
Dalam menentukan standarjodoh keduanya hanya bertolak pada keimanan dan ketaqwaan.
2. Tujuan pembentukan keluarga. Keharmonisan rumah tangga akan terwujudapabila kedua
pasangan saling konsisten terhadap perjanjian yang merekatetapkan bersama. Tujuan
utama mereka adalah menuju jalan yang telahdigariskan Allah dan mengharap ridha-Nya.
Dalam segala tindakan merekayang tertuju hanyalah Allah semata.
3. Linkungan. Dalam keluarga yang harmonis upaya yang selalu dipeliharaadalah suasana
yang penuh kasih sayang dan masing-masing anggotanyamenjalankan peran secara
sempurna. Lingkungan keluarga merupakantempat untuk berteduh dan berlindung, tempat
di mana perkembangan dansusah-senang dialuli bersama.
4. Hubungan antar kedua pasangan. Dalam hubungan rumah tangga yang harmonis dan
seimbang suami-istri berupaya saling melengkapi danmenyempurnakan. Mereka menyatu
dan ikut merasakan apa yang dirasakananggota keluarga yang lain. Mereka saling
mengobati, salingmembahagiakan dan menyatukan langkah dan tujuan,
keduanyamenyiapkan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah.
5. Hubungan dengan anak. Keluarga harmonis menganggap anak sebagaibagian darinya
mereka membangun hubungan atas dasar penghormatan,penjagaan hak, pendidikan,
bimbingan yang layak, pemurnian kasih sayangserta pengawasan akhlak dan prilaku anak.
6. Duduk bersama. Keluarga harmonis selalu siap duduk bersama danberbincang-bincang
dengan para anggota keluarganya, mereka berupayasaling memahami dan menciptakan
hubungan mesra. Islam mengajarkanagar yang tua menyayangi dan membimbing yang
muda, dan yang mudamenghormati dan mematuhi nasehat yang tua.
7. Kerja sama dan saling membantu. Dalam kehidupan rumah tangga yangharmonis setiap
anggota rumah tangga memiliki tugas tertentu, merekabersatu untuk memikul beban
bersama. Dalam bangunan ini nampak jelaspersahabatan, saling tolong-menolong,
kejujuran, saling mendukung dalamkebaikan, saling menjaga sisi rohani dan jasmani
masing-masing.
8. Upaya untuk kepentingan bersama. Dalam kehidupan keluarga yangharmonis mereka
saling membahagiakan. Mereka saling berupaya untukmemenuhi keinginan dan
mempertahankan selera pasangannya. Salingmenjaga dan memperhatikan cara berhias dan
berpakaian. Untukkepentingan bersama mereka selalu bermusyawarah dan
berkomunikasiuntuk meminta pendapat, pada waktu anak telah mampu memahamimasalah
tersebut ia diikutkan dalam musyawarah tadi.19[19]
Adapun indikator-indikator keluargaharmonis menurut Islam adalah:20[20]
20[20] Musthofa, Aziz. 2001. Untaian Mutiara buat Keluarga. Yogyakarta: PustakaPelajar, hlm. 12-14
4. Hubungan antar anggota keluarga yang harmonis. Saling mencintai,menyayangi, terbuka,
menghormati, adil, saling membantu, saling percaya,saling bermusyawarah, dan saling
memaafkan. Hubungan dengan kerabatdan tetangga harus juga terbentuk.
Keluarga merupakan sebuah karunia dari Allah. Maka jagalah rumahtangga dengan
aroma kasih sayang, kerja sama dengan baik, selalu dibacakanAl-Qur’an dan dilantunkan
dzikir, sholat dan puasa selalu ditegakkan, do’a dankebutuhan kepada Allah selalu
dipanjatkan, dengan menerapkan kesemuanyamaka Allah akan memenuhi rumah tersebut
dengan keberkahan.21[21]
Berdasarkan teori di atas banyak ciri keluarga harmonis, ciri tersebutada yang
berasal dari dalam individu maupun dari lingkungan. Dari dalamindividu misalnya
kematangan emosi, menanamkan sikap saling percaya antaraanggota keluarga, sedangkan
dari lingkungan misalnya: menjaga hubungandengan sesama anggota keluarga baik
keluarga inti maupun keluarga jauh,serta menjaga hubungan dengan tetangga. Selain itu
pemenuhan ekonomi jugasangat mempengaruhi keharmonisan keluarga.
1. Toleransi. Toleransi disini adalah memahami bahwa orang-orang yang kitacintai mungkin
mempunyai gambaran yang berbeda dalm fikiran merekatentang cara menghadapi suatu
peristiwa. Jadi dalam keluarga tidakmeributkan hal sepela, mencoba menyamakan persepsi
dan bekerja sama.
2. Waktu bersama-sama, menggali kreatifitas dan mengambil manfaatnya bagikeluarga,
merencanakan waktu khusus, isi momen-momen istimewa, ubahcara rutin dengan
21[21] Mazhari, Husain. 2004. Membangun Surga dalam Rumah Tangga. Bogor:Cahaya, hlm. 179
melibatkan seluruh keluarga, nikmati bersama hobi anda,dan libatkan diri dengan
melibatkan anak dalam kegiatan yang digemari.
3. Jatuh bangun (terus berusaha). Jangan menyerah terus mencoba pendekatanbaru untuk
menjalin hubungan yang lebih mandalam dengan anak,pasangan, dan sesuaikan dengan
minat, usia, serta keadaan.
4. Terjunlah kedunia (menunjukkan kasih sayang dalam tindakan).
5. Kurangi menggurui, perbanyak mendengar. Berusahalah untuk salingmenghormati sudut
pandang dan impian satu sama lain.
6. Sarana hidup sebagai penyimpanan keyakinan yang harus ditanamkan. Halini dilakukan
dengan membuat kotak, buku, dan sebagainya untukmenyimpam gagasan, nilai, yang layak
disimpan di kotak tersebut, namunsebelumnya harus melalui komunikasi dengan keluarga,
serta carapenggunaanya diatur oleh keluarga.
7. Cinta menyeluruh. Tunjukkan dan sering-seringlah menunjukkan cintakepada
keluarga.22[22]
Dalam ajaran agama islam ada beberapa hal yang perlu diperhatikanuntuk
membentuk keluarga yang sakinah atau harmonis.Keluarga sakinah merupakan idaman
bagi semua orang.Untukmewujudkannya memerlukan strategi yang disertai dengan
kesabaran dankeuletan dari suami istri. Islam memberikan rambu-rambu dalam sejumlah
ayatAl-Qur’an sebagai legitimasi yang dapat digunakan untuk pegangan bagi suamiistri
dalam upaya membangun dan melestarikannya antara lain:
1. Selalu bersyukur saat mendapatkan nikmatKalau kita mendapat karunia dari Allah swt
berupa harta, ilmu, anak,dll, bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah
diberikan tersebutsupaya apa yang ada pada genggaman kita itu berbarakah. Sebagaimana
firmanAllah Q.S Ibrahim ayat 7
22[22]Doe, Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan Ketentraman Ruhani.
23[23]Mufidah. 2008. Psikologi Keluarga Islam.Malang: UIN- Malang Press, hlm. 210-218
mendapatkan keluarga harmonis sesuai dengan harapan, makahal-hal di atas harus benar-
benar dilaksanaka oleh pasangan suami istri danpara anggota keluarga. Jika hal tersebut
sudah dilaksanakan maka keluargaharmonispun akan senantiasa tercipta dengan
sendirinya.
Meminjam istilah Dr. Ali Shariati, seorang intelektual muslim yang mengatakan bahwa:
Manusia adalah makhluk dua dimensi yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan akan
pentingnya jasmani dan rohani. Oleh karena itu, manusia harus memiliki konsep duniawi
atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik (EQ & IQ) dan penting pula penguasaan
ruhaniah vertical atau Spiritual Quotient (SQ).24[24]
Kecerdasan Intelektul
Istilah inteligensi digunakan dengan pengertian yang luas dan bervariasi, tidak hanya
oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota-anggota berbagai disiplin ilmu.Anastasi
mengatakan bahwa inteligensi bukanlah kemampuan tunggal dan seragam tetapi merupakan
komposit dari berbagai fungsi.Istilah ini umumnya digunakan untuk mencakup gabungan
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bertahan dan maju dalam budaya
tertentu.Kemampuan intelektual ini dapat diukur dengan suatu alat tes yang biasa disebut IQ
(Intellegence Quotient). IQ adalah ekspresi dari tingkat kemampuan individu pada saat
24[24]Dalam Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi danSpiritual
25[25] Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York VNR
tertentu, dalam hubungan dengan norma usia yang ada menyebutkan bahwa ada berbagai
macam pengukuran inteligensi dan setiap tes IQ yang digunakan akan disesuaikan dengan
tujuan dan kebutuhan dari penggunaan tes IQ tersebut.26[26]
Kecerdasan Emosi
Orang yang pertama kali mengungkapkan adanya kecerdasan lain selain akademik
yang dapat mempengaruhi keberhasilan sesorang adalah Gardner. Kecerdasan lain itu disebut
dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi.27[27]
Salovey juga memberikan definisi dasar tentang kecerdasan emosi dalam limawilayah
utama yaitu, kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri,memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang kain, dan kemampuan membinahubungan dengan orang lain. Seorang
ahli kecerdasan emosi, Goleman mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi
di dalamnya termasukkemampuan mengontrol diri, memacu, tetap tekun, serta dapat
26[26]Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological Testing), PT.Prehanllindo, Jakarta
27[27]Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence LebihTinggi Daripada IQ, Alih
Purba berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuandi bidang emosi yaitu
kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan mengendalikanemosi, semamgat optimisme,
dan kemampuan menjalin hubungan dengan orang lainatau empati.29[29]
Kehidupan Keluarga mempunyai berbagai masalah dan tantangan yang harus dihadapioleh
setiap anggota keluarganya terutama bagi suami dan istri, misalnya perbedaan pandangan
hidup, tuntutan rumah tangga, suasana rumah yangtidak nyaman dan masalah hubungan
dengan anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.Masalah-masalah tersebutdalam
keluarga bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan kemampuanintelektualnya, tetapi dalam
menyelesaikan masalah tersebut kemampuan emosi ataukecerdasan emosi lebih banyak
diperlukan. Bila sesorang dapat menyelesaikanmasalah-masalah di dalam rumah tangga yang
berkaitan dengan emosinya maka dia akanmenghasilkan kerja yang lebih baik
Kecerdasan Spiritual
Pada masa kini orang mulai mengenal istilah kecerdasan lain disamping
keduakecerdasan diatas, yaitu kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshalmendefinisikan
kecerdasan spiritual sebagai rasa moral, kemampuan menyesuaikanaturan yang kaku dibarengi
dengan pemahaman dan cinta serta kemampuan setarauntuk melihat kapan cinta dan
pemahaman sampai pada batasannya, jugamemungkinkan kita bergulat dengan ihwal baik dan
jahat, membayangkan yangbelum terjadi serta mengangkat kita dari kerendahan. Kecerdasan
tersebutmenempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan
28[28] Ibid.
29[29]Ahmad Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus,Dian Raya, Jakarta
kaya,kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sesorang lebih bernilai
danbermakna.30[30]
Kecerdasan spiritual muncul karena adanya perdebatan tentang IQ dan EQ,oleh karena
itu istilah tersebut muncul sebab IQ dan EQ dipandang hanyamenyumbangkan sebagian dari
penentu kesuksesan sesorang dalam hidup. Ada factor lain yang ikut berperan yaitu kecerdasan
spiritual yang lebih menekankan pada maknahidup dan bukan hanya terbatas pada penekanan
agama saja.Peran SQ adalah sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan
EQsecara efektif.32[32]Nggermanto mengatakan bahwasesorang yang memiliki SQ tinggi
adalah orang yang memiliki prinsip dan visi yangkuat, mampu memaknai setiap sisi kehidupan
serta mampu mengelola dan bertahandalam kesulitan dan kesakitan.33[33]
LondonDalam Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ),
Arga. Jakarta
31[31]Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ),
Arga.Jakarta
32[32] Ibid.
33[33]Agus Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara TepatMelejitkan IQ, EQ, dan SQ
a. Mutlak Jujur
Kata kunci pertama untuk sukses membangun keluarga harmonis selain berkata benar
dankonsisten akan kebenaran adalah mutlak bersikap jujur. Ini merupakan hukum spiritual
dalam hidup berumah tangga.
b. Keterbukaan
34[34]Maria Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini,www.google.com, 08 Juni 2011
35[35]Mudali, 2002, Quote : How High Is Yous Spiritual Intelligence ?.www.google.com, 08 Juni 2011
Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dalam keluarga, makalogikanya apabila
sesorang bersikap fair atau terbuka maka ia telahberpartisipasi di jalan menuju dunia yang
baik.
c. Pengetahuan diri
Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalammewujudkan
harmoni keluarga karena lingkungan belajar yang baik sangat dibituhkan dalam menciptakan
keluarga yang baik.
Ahmad Purba 1999, Emotional Intelligence, Seri Ayah Bunda, 26 Juli-8 Agustus, Dian Raya,
Jakarta
Agus Nggermanto, 2002, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum) : Cara Tepat Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ Secara Harmonis, Nuansa, Bandung
Ary Ginanjar Agustian, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ), Arga.Jakarta
Anastasi, A, dan Urbina, S, 1997, Tes Psikologi (Psychological Testing), PT. Prehanllindo,
Jakarta
Doe, Mimie. 2002. SQ Untuk Ibu: Cara-Cara Praktis dan Inspiratif UntukMewujudkan
Ketentraman Ruhani. Bandung: Penerbit Kaifa.
Goleman, D, 2000, Kecerdasan Emosi : Mengapa Emotional Intelligence Lebih Tinggi Daripada
IQ, Alih Bahasa : T. Hermay, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D. Gunarsa.1986.Psikologi UntukKeluarga. Jakarta: Gunung
Mulia,
Joseph, G, 1978, Interpreting Psychological Test Data, Vol.1, New York VNR
Maria Sumediyani, 2002, Kecerdasan Spiritual dan Problema Bangsa Ini, www.google.com, 08
Juni 2011
Mudali, 2002, Quote : How High Is Yous Spiritual Intelligence ?.www.google.com, 08 Juni 2011
Mazhari, Husain. 2004. Membangun Surga dalam Rumah Tangga. Bogor:Cahaya.
Prof Nick Stinnet dan John DeFrain dalam Hawari, Dadang. 2004. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran
Jiwa dan Kesehatan Jiwa.Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Qaimi Ali. 2002. Menggapai Langit Masa Depan Anak. Bogor: Cahaya.
Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Menuju Keluarga Bahagia. Jakarta: BatharaKarya Aksara.
Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
4 komentar: