Anda di halaman 1dari 6

Aspek-aspek Pola Asuh

Lestari (dalam Glasfita, 2018) mengungkapkan bahwa pola asuh orang tua memiliki aspek-aspek
sebagai berikut:
1. Kontrol dan Pemantauan
Menurut Baldwin kontrol diartikan sebagai penekanan terhadap adanya batasan-
batasan terhadap perilaku yang disampaikan secara jelas kepada anak. Sedangkan menurut
Baumrind, kontrol yang tegas adalah ketika orang tua membuat tuntutan-tuntutan yang
sesuai dengan usia anak, misalnya membantu pekerjaan rumah, sarapan pagi, yang harus
dituruti anak sebagaimana diminta oleh orang tua. Secara lebih spesifik, Barber
membedakan antara kontrol ;psikologis dan kontrol perilaku. Kontrol psikologis adalah
upaya-upaya pengendalian yang bersifat memaksa terhadap perkembangan psikologi dan
emosi anak, misalnya proses berpikir, pengungkapan diri, ekspresi emosi, dan kelekatan
pada orang tua. Kontrol perilaku adalah upaya orang tua untuk mengatur dan mengelola
perilaku anak.
Menurut Grolnick, pada dasarnya cara melakukan kontrol dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu kontrol yang jelas (overt) dan kontrol tersamar (covert). Kontrol yang jelas dapat
dilakukan melalui pemberian hukuman, sedangkan kontrol tersamar dapat dilakukan
melalui pemberian pujian dan hadiah. Lebih lanjut Grolnick menguraikan hasil dari kontrol
juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepatuhan dan internalisasi. Tentu saja
internalisasi merupakan hasil yang lebih baik, karena anak akan mampu menerapkan
kontrol dan regulasi diri tanpa harus selalu di bawah pengawasan orang lain.
Montemayor mendefinisikan pemantauan sebagai hasil aktivitas yang
memungkinkan orang tua mengetahui keberadaan anak, aktivitas yang dilakukan, dan
teman-temannya. Waizebhofer dkk. membedakan pemantauan terhadap aktivitas yang
dilakukan oleh anak menjadi dua, yaitu (1) Metode aktif, yakni dengan menanyakan
langsung kepada anak atau berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak; dan
(2) Metode pasif, yakni dengan mengetahui aktivitas rutin atau mendapatkan informasi dari
orang lain yang mengetahui tanpa menanyakannya pada anak.
2. Dukungan dan Keterlibatan
Ellis, Thomas, dan Rollins mendifinisikan dukungan orang tua sebagai interaksi
yang dikembangkan oleh orang tua yang dicirikan oleh perawatan, kehangatan,
persetujuan, dan berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Dukungan orang tua
membuat anak merasa nyaman terhadap kehadiran orang tua dan menegaskan dalam benak
anak bahwa dirinya diterima dan diakui sebagai individu. Young dkk, mengungkapkan
dukungan orang tua kepada anak dapat berupa dukungan emosi dan dukungan
instrumental.
Dukungan emosi mengarah kepada aspek emosi dalam relasi orang tua dan anak,
yang mencakup perilaku perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau
dorongan dan komunikasi yang positif/terbuka. Dukungan instrumental mencakup
perilaku-perilaku yang tidak menunjukkan afeksi secara terbuka, namun masih
berkontribusi pada perasaan diterima dan disetujui yang dirasakan).
Bentuk dukungan instrumental orang tua misalnya penyediaan sarana dan
prasarana bagi pencapaian prestasi atau penguasaan kompetensi. Dukungan orang tua
terbukti berdampak positif pada harga diri, penurunan perilaku agresif, kepuasan hidup,
dan pencapaian prestasi akademik. Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu
dukungan orang tua yang baik adalah yang berupa dukungan otonom (autonomy support)
dan bukan dukungan direktif (directive support).
Dukungan otonom orang tua bertindak sebagai fasilitator bagi anak untuk
menyelesaikan masalah, membuat pilihan dan menentukan nasib sendiri. Dukungan
direktif adalah orang tua banyak memberikan instruksi, mengendalikan, dan cenderung
mengambil alih. Wong mengungkapkan bahwa keterlibatan orang tua adalah derajat yang
ditunjukkan orang tua dalam hal ketertarikan, berpengetahuan dan kesediaan untuk
berperan aktif dalam aktivitas anak sehari-hari. Keterlibatan orang tua juga dapat diartikan
sebagai persepsi orang tua terhadap keterlibatannya dalam pengasuhan anak dalam
partisipasi aktif ketika bermain dan mengisi waktu luang maupun kontribusi substantif
dalam perawatan dan supervisi.
Grolnick dan Slowlaczek menggambarkan keterlibatan orang tua dalam empat
dimensi, yakni keterlibatn di sekolah, keterlibatan di rumah, keterlibatan dalam kehidupan
pribadi anak, dan keterlibatan dalam aktivitas kognitif. Sementara itu Wenk, Hardesty,
Morgan, Blair membedakan keterlibatan orang tua menjadi dua, yakni keterlibatan perilaku
yang memfokuskan pada waktu yang dihabiskan bersama orang tua dan keterlibatan emosi
yang memfokuskan pada perasaan dekat dengan orang tua.
3. Komunikasi
Clark dan Shileds menemukan bukti bahwa komunikasi yang baik antara orang tua
dan anak berkorelasi dengan rendahnya keterlibatan anak dalam perilaku melanggar
peraturan. Orang tua dan anak juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indikator rasa
percaya dan kejujuran dengan mencermati nada emosi yang terjadi dalam interaksi anggota
keluarga.
Fitzpatrick dan Badzinski menyebutkan dua karakteristik yang menjadi fokus
penelitian komunikasi keluarga dalam relasi orang tua dan anak. Pertama, komunikasi yang
mengontrol yakni tindakan komunikasi yang mempertegas otoritas orang tua atau
egalitarianisme orang tua dan anak. Kedua, komunikasi yang mendukung yang mencakup
persetujuan, membesarkan hati, ekspresi afeksi, pemberian bantuan, dan kerja sama.
menjelaskan bahwa komunikasi orang tua dan anak sangat penting bagi orang tua dalam
upaya melakukan kontrol, pemantauan, dan dukungan pada anak. Tindakan orang tua
untuk mengontrol, memantau, dan memberikan dukungan dapat dipersepsi positif atau
negatif oleh anak, diantaranya dipengaruhi oleh cara orang tua berkomunikasi.
4. Kedekatan
Kehangatan (warmth) merupakan salah satu aspek dalam pengasuhan yang
menyumbangkan akibat-akibat positif bagi perkembangan. Kedekatan merupakan aspek
penting dalam kehangatan yang memprediksi kepuasan pengasuhan dan pengasuhan dan
keterlibatan anak dalam aktivitas keluarga. Jika kehangatan berkenaan dengan perasaan
positif secara umum terhadap keluarga, kedekatan merupakan aspek yang lebih spesifik
yang mencakup keintiman, afeksi positif, dan pengungkapan diri. Kedekatan
mengisyaratkan adanya saling ketergantungan dan perasaan terhubung.
5. Pendisiplinan
Disiplin adalah metode pembentukan karakter serta pengajaran kontrol diri dari
perilaku yang dianggap pantas. Cara orang tua melakukan pendisiplinan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu penonjolan kekuasaan (Power Assertion), Teknik Induktif (Inductive
Techniques), dan Penarikan Kasih Sayang (Withdrawal od Love). Penonjolan kekuasaan
(Power Assertion) ditujukan untuk menghentikan atau menekan perilaku yang tidak
diinginkan melalui kotrol orang tua yang dilakukan secara verbal atau fisik; dalam hal ini
termasuk meminta, ancaman, penarikan hak-hak, memukul, atau bentuk hukuman lainnya
(Papalia, Olds, dan Feldman, dalam Glasfita 2018).
Teknik induktif (Inductive Techniques) dirancang untuk mendorong perilaku yang
diinginkan (atau menekan perilaku yang tidak diinginkan) melalui argumen dengan anak;
dalam hal ini termasuk penetapan batasan, menunjukkan konsekuensi logis dari sebuah
tindakan, memberikan penjelasan, berdiskusi, dan memperoleh ide dari anak mengenai hal
yang dianggap adil (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009).
Penarikan kasih sayang (Withdrawal of Love) dapat berbentuk pengabaian, isolasi,
atau menunjukkan ketidaksukaan pada anak . pemilihan dan keefektifan dari strategi
disiplin dapat bergantung pada kepribadian orang tua, kepribadian dan usia anak, dan
kualitas hubungan di antara orang tua dan anak, sesuai pengharapan dan batasan budaya
yang ada (Papalia, Olds, dan Feldman, dalam Glasfita 2018).
Aspek-Aspek Pola Asuh Orang Tua
Baumrind (dalam Damon & Learner, Nina (2017) mengatakan bahwa terdapat iga aspek pola asuh
orang tua yaitu warmth (kehangatan), control (pengaturan) ,dan communication (komunikasi).
1. Warmth (kehangatan): ditandai dengan adanya kasih sayang dan keterlibatan emosi antara
orang tua dan anak.
2. Control (pengaturan): ditandai dengan orang tua menerapkan cara disiplin kepada anak
yang dilakukan secara konsisten.
3. Communication (komunikasi): ditandai dengan orang tua memberikan penjelasan kepada
anak mengenai standar atau aturan, serta reward atau punish yang dilakukan kepada anak.
Hurlock (Ginintasri, Nina (2017) mengungkapkan aspek-aspek pola asuh orang tua sebagai
berikut:
1. Kontrol orang tua, yaitu usaha yang dilakukan orang tua untuk membatasi pola asuh
anak yang didasarkan pada sasaran yang bertujuan memodifikasi perilaku anak.
2. Hukuman dan hadiah, yaitu usaha orang tua dalam memberikan hukuman dan hadiah
yang didasarkan pada perilaku anak.
3. Komunikasi, yaitu pencapaian informasi antara orang tua dan anak yang didalamnya
bersifat mendidik, menghibur, dan pemecahan masalah.
4. Disiplin, yaitu usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk mendisiplinkan nilai agar
anak dapat menghargai dan menaati peraturan yang berlaku.

Jadi dapat dipersingkat bahwa dalam teori Baumrind (dalam Ni Luh dkk, 2014) dikemukakan
empat dimensi pola asuh, yaitu:
1. kendali orang tua/kontrol,
2. kejelasan komunikasi orang tua dengan anak,
3. tuntutan kedewasaan,
4. kasih sayang.
Kendali orang tua terkait dengan segala perilaku yang merujuk pada upaya orang tua dalam
menerapkan kedisiplinan pada anak sesuai dengan patokan tingkah laku yang sudah dibuat
sebelumnya. Kejelasan komunikasi orang tua dengan anak merujuk pada kesadaran orang tua
untuk mendengarkan atau menampung pendapat, keinginan atau keluhan anak, dan juga kesadaran
orang tua dalam memberikan hukuman kepada anak bila diperlukan. Tuntutan kedewasaan
merujuk pada dukungan prestasi, sosial, dan emosi dari orang tua terhadap anak. Kasih sayang
merujuk pada kehangatan dan keterlibatan orang tua dalam upaya memperhatikan kesejahteraan
dan kebahagiaan anak.

Anda mungkin juga menyukai