Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN

UJIAN AKHIR SEMESTER SOSIAL EMOSIONAL

Nama : Valentina Febyanti


Kelas : 2022 B
NIM : 22010684013
Dosen Pengampu : Dra Nurhenti Dorlina Simatupang, M. Sn
Eka Cahya Maulidiyah, M.Pd
1. Sosial emosional pada anak usia dini sangat penting dikembangkan sejak usia dini.
Anak yang cerdas sosial emosionalnya akan mengatarkannya memiliki jaringan
pergaulan yang luas dan kedepan anak akan memiliki keterampilan kerja sama yang
baik. Anak juga dapat Menjalin hubungan sosial dengan teman dan lingkungan juga
sebuah proses untuk belajar berkomunikasi, berbagi, dan berinteraksi.

2. Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak prasekolah


atau TK. Faktor ini dapat berasal dari dalam individu, konflik-konflik dalam proses
perkembangan, dan sebab yang bersumber dari lingkungan. Hurlock (1991) dan
Lazarus (1991), menyatakan bahwa perkembangan emosi pada anak dipengaruhi oleh
dua faktor penting, yaitu :
1. maturation atau kematangan
Hurlock (1991), memandang pentingnya faktor kematangan pada masa kanak-kanak
terkait dengan masa krisis perkembangan (critical period), yaitu saat-saat ketika anak
siap menerima sesuatu dari luar. Kematangan yang telah dicapai dapat dioptimalkan
dengan pemberian rangsangan yang tepat (patmododewo, 1993). Contoh dalam
perkembangan emosi, pengendalian pola reaksi emosi yang diinginkan perlu
diberikan kepada anak guna menggantikan pola emosi yang tidak diinginkan, sebagai
tindakan preventif.5
2. Faktor lingkungan belajar.
Faktor lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk perkembangan
emosi, erutama lingkungan yang berada paling dekat dengan anak khususnya ibu atau
pengasuh anak. Thompson dan Lagatutta (2006), menyatakan bahwa perkembangan
emosi anak usia dini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan hubungan keluarga
dalam setiap hari, anak belajar emosi baik penyebab maupun konsekuensinya.6
Hurlock (1991), mengungkapkan proses belajar yang menunjang perkembangan
emosi terdiri dari beberapa,7 yaitu:
a) Belajar dengan cara meniru (learning by imitation). Dengan mengamati hal-hal
yang membangkitkan emosi tertentu orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi
dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati.
b) Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). Disini anak
hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
c) Belajar melalui pengkondisian (conditioning). Metode ini berhubungan dengan
aspek ransangan, bukan dengan aspek reaksi. Pengkondisian terjadi dengan
mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka, anak kecil kurang
mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan
kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
d) Pelatihan (training). Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada
aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu
emosi terangsang.
e) Belajar dengan coba-coba. Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan emosi
dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan
menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit.

3. Menurut saya dengan cara kita sebagi orangtua atau pendidik yaitu menyadari
pentingnya kemampuan pengelolaan emosi bagi orang tua dan guru, Membangun
kelekatan dan hubungan yang hangat bersama anak, serta fokus pada peningkatan
pengaturan diri anak, dan memperluas kesempatan bekerja sama saat pembelajaran.

4. Menurut saya dari beberapa jurnal yang pernah saya baca Pengembangan sosial
emosional anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang, contohnya
pada anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek
fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani,
rohani, motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal. perkembangan sosial emosional anak usia dini
adalah proses perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan
keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan
yang sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar, mengamati,
meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan modeling (contoh).

5. Menggunakan Metode Bercerita, Karena Metode bercerita merupakan proses


mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresikepada anak, misalnya marah, sedih,
gembira, kesal, dan lucu melalui kegiatan bercerita. Hal iniakan memperkaya
pengalaman emosinya yang akan berpengaruh terhadap pembentukan dan
perkembangan kecerdasan emosional. Metode bercerita dalam kegiatan pembelajaran
di TK mempunyai manfaat penting dalam pencapaian tujuan Pendidikan di TK.
Melalui kegiatan bercerita guru dapat menyampaikan pesan pesan moral,
pengetahuan,sosial, dan keagamaan. Melalui kegiatan bercerita juga akan melatih
anak menjadi pendengar yang baik, sehingga anak akan mendapatkan berbagai
macam informasi tentang pengetahuan, nilai, sikap untuk dihayati dan diterapkan
dalam kehidupan sehari hari. Berikut beberapa Tujuan dari metode bercerita :
- Mengembangkan kemampuan berbahasa, di antaranya kemampuan menyimak,
jugakemampuan dalam berbicara serta menambah kosa kata yang dimilikinya.
- Mengembangkan kemampuan berfikir karena dengan bercerita anak diajak untuk
memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta
mengembangkankemampuan berpikir secara simbolik.
- Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang
akanmengembangkan kemampuan moral dan agama.
- Mengembangkan kepekaan sosial emosional anak tentang hal-hal yang
terjadidisekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan.
- Melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi
melaluituturan peristiwa yang disampaikan.
- Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.
- Meningkatkan kreativitas anak dalam bahasa.
- Mengembangkan kemampuan Imajinasi.

Anda mungkin juga menyukai