Anda di halaman 1dari 6

KEGIATAN BELAJAR 1 :

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK, MOTORIK, EMOSI,


DAN SOSIAL ANAK.
A. Karakteristik Perkembangan Fisik
1. Pengaruh Keluarga/Keturunan
Yang dimaksud adalah faktor keturunan. Anak akan mewarisi gen dari orang tuanya.
2. Gizi
Anak yang dalam pertumbuhannya dibesarkan dengan gizi maupun perawatan yang
serba berkecukupan, akan terlihat lebih besar, lebih tinggi dan sehat untuk seumurnya.
3. Tingkat Sosial Ekonomi
Anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan tigkat sosial ekonomi sosial yang
lebih tingg biasanya akan lebih terpenuhi semua kebutuhan hidupnya, terutama
kebutuhan fisik.
4. Faktor Emosional
Anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan
berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan.
5. Jenis Kelamin
Sekitar umur 11-12 tahun, anak perempuan lebih cepat tinggi dan berat daripada anak
laki-laki.
6. Kesehatan
Anak yang sehat dan jarang sakit, akan terlihat sehat dan segar penampilannya, aktif
bergerak seakan tidak mengenal lelah.
7. Suku Bangsa/Ras
Keadaan anak dapat juga dipengaruhi oleh suku bangsa/ras yang diwarisi dari nenek
moyangnya.

B. Karakteristik Perkembangan Motorik


Motorik merupakan gerakan-gerakan tubuh yang terkoordinasi karena adanya kerja
sama antara otot, otak dan saraf. Keterampilan motorik akan berkembang dengan baik bila
dipelajari dan adanya bimbingan. Keterampilan anak menggunakan jari-jarinya, seperti
menulis, atau memegang sendok disebut sebagai keterampilan motorik halus.
Sedangkan keterampilan anak berjalan, melompat, melempar, menangkap, berlari
serta menjaga keseimbangan badannya disebut sebagai keterampilan motorik kasar. Semakin
bertambah usia anak, maka semakin sempurna gerakan motoriknya, seperti gerakan-gerakan
berikut.
1. Cara Memegang
Anak-anak yang masih kecil, cara memegang sesuatu masih asal-asalan saja, setelah
lebih dewasa, cara memegang sesuatu sudah sempurna dan siap untuk melakukan segala
aktivitas tanganya dengan baik.
2. Cara Berjalan
Anak kecil yang berjalan, seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak. Namun, pada anak
yang lebih dewasa, mereka hanya mempergunakan otot yang perlu saja, karena mereka
sudah dapat mengoordinasi anggota badanya.
3. Cara menendang
Anak kecil yang menendang bola, kedua belah tangannya mengayun ke depan dengan
berlebihan, seakan seluruh anggota badannya ikut bergerak. Namun, pada anak yang
lebih dewasaakan menendang bola dengan menggunakan kakinnya dengan menempatkan
pada objek sasaran dengan tepat.

C. Karakteristik Perkembangan Emosi


Anak usia Sekolah Dasar sudah mulai tahu bahwa ungkapan emosi terutama emosi
yang kurang baik, secara sosial tidak diterima oleh teman sebaya atau orang lain, sehingga
anak mulai berusaha mengendalikan ungkapan-ungkapan emosinya tersebut. Cara mendidik
anak yang bersifat demokratis dan permisif akan meninjang ekspresi emosi yang
menyenangkan. Anak akan lebih terbuka, santai, dan mudah bergaul. Usia Sekolah Dasar
merupakan masa peralihan antara masa anak dan menjelang remaja, sehingga emosi anak
kadang-kadang kurang stabil. Dengan menanamkan pengertian perlunya menahan luapan
emosi yang sangat berlebihan. Hal tersebut akan membawa kerugian bagi diri sendiri maupun
orang lain. Melalui bimbingan tersebut, emosi anak bisa terkendali.

D. Karakteristik Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial berarti suatu gambaran tentang perilaku anak dalam kehidupan
sosialnya. Pada usia Sekolah Dasar perkembangan sosial anak dapat disebut sebagai usia
berkelompok. Pada usia ini ditandai dengan adanya minat anak terhadap aktivitas bersama
teman-teman. Mereka merasa puas dengan perilaku hidup berkelompok dan bahagia apabila
dapat diterima menjadi anggota dalam suatu kelompok tersebut.
Agar anak dapat bersosialisasi dengan baik, perlu belajar mengenal, menafsirkan dan
melakukan reaksi secara tepat terhadap situasi sosial yang mereka hadapi. Motivasi berteman
pada anak Sekolah Dasar dapat dibedakan dalam tiap tahap, yaitu: tahap pemenuhan
kebutuhan, tahap balas jasa, dan tahap akrab.
1. Tahap Pemenuhan Kebutuhan
Pada tahap ini anak menghargai teman sebagai individu bukan karena status sosial
ekonomi atau yang lainnya, tetapi mereka lebih tertarik kepada anak lain yang mau
bermain bersama, sehingga terjalin persahabatan. Sebab, anak mengaggap bahwa
berteman dan bersahabat merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Tahap Balas Jasa
Pada tahap ini, anak mendapatkan teman karena adanya suatu kepentingan rasa keadilan.
3. Tahap Akrab
Pada tahap ini, anak-anak menjalin persahabatan yang betul-betul akrab. Mereka saling
berbagi perasaan, masalah maupun konflik, bercanda, tertawa, bercerita, dan kadang-
kadang juga terjadi pertengkaran kecil yang kemudian bercanda lagi, sehingga akan
terbentuk ikatan emosional yang mendalam.
Perkembangan sosial anak usia SD merupakan suatu tahapan yang dapat menentukan
kkualitas sosial mereka setelah dewasa. Guru memegang peran untuk membangun kehidupan
sosial siswanya. Untuk mengetahui hubungan antar siswa dalam satu kelas, guru dapat
mempergunakan teknik sosiometri. Dalam hal ini, guru dapat mempergunakan teknik
sosiometri untuk mengetahui hubungan sosial mereka. Sosiometri adalah suatu teknik untuk
menggambarkan struktur hubungan yang ada dalam bentuk sosiogram. Adapun kegunaan
sosiometri bagi guru atau konselor adalah dengan sosiometri tersebut dapat diidentifikasi
siswa mana yang memerlukan bantuan dalam menyesuaikan dirinya teerhadap kelompok.

KEGIATAN BELAJAR 2

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL, BAHASA, MORAL,


DAN SPIRITUAL ANAK
A. Karakteristik Perkembangan Intelektual
Intelegensi atau intelek, pada adasarnya mempunyai arti yang sama, dalam hal ini
intelek maksudnya ialah pikir, sedang intelektual adalah kemampuan kecerdasan. Berpikir
merupakan perbuatan menimbang-nimbang, menguraikan, menghubungkan, sampai pada
akhirnya mengambil keputusan. Sedang kecerdasan merupakan kemampuan kemampuan
seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat.
1. Desentrasi dan Konservasi
Anak punya konsep bahwa perubahan pada satu dimensi, dapat dikompensasikan
dengan perubahan dari dimensi lain.
2. Seriasi
Karakteristik lain dari tahap operasional konkret adalah kemampuan utuk mengatur
benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif, seperti berat atau ukuran. Pada tahap
ini anak mampu mengurutkan benda dari yang besar sampai yang terkecil atau
sebaliknya.
3. Pemikiran Rasional
Anak dapat membandingkan dua benda atau lebih atau suatu kejadian. Dalam hal ini
anak dapat berpikir secara rasional sesuai dengan yang mereka lihat.
4. Inklusi Kelas
Anak pada tahap operasi konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan
keseluruhan.Selain itu, anak dalam tahap operasi konkret dapat mengerti bahwa sifat
khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu golongan yang mempunyai hubungan
pada satu saat yang disebut dengan prinsip penggandaan kelas atau relasi. Di sekolah,
guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat memberi kesempatan
pada siswa untuk beraktivitas baik dalam kelas maupun di luar kelas untuk memberikan
pengetahuan dan pengalaman belajar yang lain. Anak harus diberi kesempatan untuk
bergerak, berbuat, bertindak, dan sekaligus berpikir.

B. Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak


Manusia mempunyai kemampuan berbahasa lebih tinggi derajatnya daripada
binatang. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran, juga mempunyai ragam bahasa.
Nilai-nilai moral harus diberikan sedini mungkin, agar tertanam dalam diri anak tentang hal-
hal yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana bersikap, bertutur
kata yang baik terhadap oranng lain.
1. Perkembangan Bahasa
Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Bahasa yang
digunakan dapat dalam bentuk percakapan, tulis, isyarat tangan, gerak tubuh, ekspresi
wajah, ungkapan musik, dan sebagainya. Tiap individu dituntut memiliki kemampuan
untuk menyatakan/mengekspresikan pikirannya dan menanngkap pemikiran orang lain
melalui bahasa, sehingga komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
Semakin matang organ-organ yang berkaitan dengan proses berbicara, anak akan
semakin jelas mengutarakan kemauan, pikiran maupun perasaannya melalui ucapan atau
bahasanya. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, orang tua atau orang
yang selalu dekat dengan anak yangn mampu memberikan rangsangan dengan cara
mengajak berbicara. Dengan sering mengajak berbicara, maka anak akan cepat berbicara
dan mengenal bahasa. Keluarga sebagai salah satu model yang dapat dicontoh anak
dalam belajar bicara, dapat mempengaruhi kelancaran anak dalam berbahasa.
2. Fungsi Bahasa
a. Untuk mengekspresikan perasaan
b. Untuk memengaruhi orang lain
c. Untuk menyampaikan informasi
3. Tahap-tahap Berbicara
a. Menangis
Menangis merupakan cara bayi untuk berkomunikasi dan juga melakukan
hubungan sosial dengan sekelilingnya. Melalui irama, intensitas maupun gerakan
badan yanng mengiringinnya tersebut akan diketahui arti tagisan bayi.
b. Berceloteh
Dengan bertambahnya umur dan semakin berkembangnya mekanisme suara,
bayi dapat mengeluarkan sejumlah bunyi eksplosif. Suara-suara yang dikeluarkan
kalau didengar tidak menimbulkan arti, hanya beberapa huruf hidup atau mati yang
digabungkan sehingga menimbulkan bunyi.
c. Holofrase
Selain sebagai sarana berkomunikasi, berbicara juga berfungsi sebagai sarana
bersosialisasi. Disamping sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi, berbicara
dapat berfungsi untuk memperoleh kemandirian.
d. Mengobrol Mengobrol merupakan bentuk berbicara yang mempunyai makna sosial,
bertujuan agar pembicaraannya didengar dan dimengerti oleh orang lain. Inti dari
berkomunikasi adalah mengerti apa yang dikatakan orang lain.
4. Faktor-faktor yang Memacu Anak Cepat Berbicara
a. Keluarga
Peran orang tua sebagai pembimbing bicara dan bahasa anak, sehingga akan memacu
anak berani mengutarakan pendapatnya.
b. Media elektronik
Media elektronik dapat membantu anak untuk belajar bicara dan menambah
kosakata.
c. Sekolah
Melalui buku pelajaran, komunikasi dengan guru dan teman-teman di sekolah, anak-
anak dapat meningkatkan penguasaan kosakata. Mereka juga mampu mennngkatkan
pemahaman terhadap kalimat-kalimat yang dibaca, dan didengar di sekolah.
C. Perkembangan Moral
Dalam pergaulan sehari-hari kita sering mendengar kata moral yang dihubungkan
dengan tingkah laku orang. Tingkah laku yang bermoral adalah tingkah laku yang sesuai
dengan nilai-nilai tata cara/adat yang terdapat dalam kelompok atau masyarakat. Nilai moral
bukanlah sesuatu yang diperoleh dari lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar. Pada
mulanya anak mempelajari nilai-nilai moral yang beerlaku di rumah, kemudian di sekolah,
dan selanjutnya setelah mereka bergaul dan menyesuaikan dengan dengan norma
kelompoknya.
1. Perkembangan Moral Menurut Pakar
a. Menurut Piaget
Anak usia 5 tahun mempunyai konsep bahwa benar salah masih dipahami dengan
kaku. Tetapi pada anak usia 11 tahun, proses berpikirnya sudah mulai berkembang,
banyak bergaul dengan teman sebayanya dan adanya pengaruh dari lingkungan, kadang-
kadang mengangggap bahwa berbohong tidak selalu buruk.
b. Menurut Kohlberg
Kohlberg menamakan moralitas anak baik untuk tinngkat pertama pekembangan
moral anak-anak. Pada tahap ini anak mengikuti semua peratutan yang telah diberikan,
dengan tujuan untuk mengambil hati orang lain dan berharap dapat diterima dalam
kelompok. Sedangkan pada tingkat kedua tingkat perkembangan anak, ia sebut dengan
morallitas konvensional atau moralitas dari aturan-aturan. Pada tahap ini anak
menyesuaikan diri pada aturan-aturan yang ada dalam kelompok dan disepakati bersama
oleh kelompok tersebut.
2. Fakto-faktor yang mempengaruhi moral
a. Lingkungan Rumah
b. Lingkungan Sekolah
c. Teman Sebaya dan Aktivitasnya
d. Intelegensi dan Jenis Kelamin

D. Perkembangan Agama
Agama menjadi pengarah dan penentu dalam siap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam ajaran agama terkandung nilai-nilai moral dan etika yang harus dipakai
sebagai pedoman hidup yang universal dan abadi sifatnya. Selain itu, agama mengajarkan
untuk bertingkah laku dan berakhlak yang baik, seperti kejujuran maupun keadilan.
Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek, yaitu aspek pembentukan
kepribadian (ditujukan kepada jiwa) dan pengajaran agama (ditujukan kepada pikiran).
Belajar agama dengan mencontoh, melalui pendengaran, penglihatan dan berbagai panca
indera lainnya. Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia, anak mampu berpikir secara
abstrak, sehingga dapat mencerna pendengaran dan penglihatan yang diterimanya dan
menjalankan agama dengan penuh kesadaran. Metode-metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran agama, antara lain.
1. Metode Bercerita
2. Metode Bermain
3. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Pemberian Tugas
6. Metode Diskusi dan Tanya Jawab

Anda mungkin juga menyukai