Anda di halaman 1dari 3

Pengertian pola asuh

Secara epistimologi kata “pola” diartikan sebagai cara kerja, dan kata “asuh” berarti menjaga,
merawat, mendidik membimbing, membantu, melatih anak yang berorientasi menuju kemandirian.
Secara terminology pola asuh orang tua adalah cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam
mendidik anak sebagai perwujudan dari tanggung jawab kepada anak (Arjoni, 2017).

Pola asuh adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua
memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam
mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan
nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat (Fitriyani, 2015).

Berdasarkan definisi tentang pola asuh orang tua di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang
tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak
selama mengadakan kegiatan pengasuhan untuk membentuk perilaku anak yang baik.

Tahap-tahap Perkembangan Usia Remaja

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11-14
tahun) karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti penonjolan payudara pada remaja
perempuan, pembesaran testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut
pubis. Karakteristik seks sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-
17 tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan reproduktif hampir
komplit dan remaja telah matang secara fisik.

2. Kemampuan berpikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan energi baru serta membandingkan normalitas dengan
teman sebaya yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir, mereka telah
mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas intelektual sudah terbentuk.

3. Identitas

Pada tahap awal,ketertarikan terhadap teman sebaya ditunjukkan dengan penerimaan atau
penolakan. Remaja mencoba berbagai peran, mengubah citra diri, kecintaan pada diri sendri
meningkat, mempunyai banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas harga diri dan definisi
terhadap citra tubuh serta peran jender hampir menetap pada remaja di tahap akhir.

4. Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada orangtua adalah ciri yang dimiliki oleh remaja
pada tahap awal. Dalam tahap ini, tidak terjadi konflik utama terhadap kontrol orang tua. Remaja
pada tahap pertengahan mengalami konflik utama terhadap kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini
terjadi dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri. Perpisahan emosional dan dan fisik dari
orang tua dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja akhir.

5. Hubungan dengan sebaya

Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari afiliasi dengan teman sebaya untuk menghadapi
ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis
kelamin yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi kemampuan untuk menarik lawan jenis.
Mereka berjuang untuk mengambil tempat di dalam kelompok; standar perilaku dibentuk oleh
kelompok sebaya sehingga penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat penting. Sedangkan pada
tahap akhir, kelompok sebaya mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk pertemanan
individu. Mereka mulai menguji hubungan antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan
yang permanen.

Pada umumnya pola asuh itu menurut tim PKK Pusat (1995:25) memiliki 2 elemen penting, yaitu
parental responsiveness (respons orang tua) dan parental demandingness (tuntutan orang tua) yaitu:

(1) Parental Responsiveness (respons orang tua), pengertian respons orang tua di sini adalah
orang tua yang secara sengaja mengatur dirinya sendiri untuk sejalan, mendukung dan
menghargai kepentingan dan tuntutan anaknya.
(2) Parental demandingness (tuntutan orang tua) artinya orang tua menuntut anaknya untuk
menjadi bagian dari keluarga dengan pengawasan, penegakkan disiplin dan tidak segan
memberi hukuman jika anaknya tidak menuruti.

Dimensi Pola Asuh

Menurut Frick membagi dimensi parenting practices dalam lima dimensi (Mutiah, 2011) yaitu:

a. Involment with children : sejauhmana orang tua terlibat bersama aktivitas bersama anak-
anaknya. Orang tua akan melakukan banyak hal bagi anak-anak mereka dan dalam sepanjang
kehidupannya. Mereka akan menupayakan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya baik
kebutuhan secara fisik, emosi maaaupun sosial.
b. Positive parenting : suatu bentuk pujian atau reward yang diberikan orang tua kepada anak-
anaknya ketika melakukan suatu aktivitas yang membanggakan atau mencapai suatu
keberhasilan/prestasi.
c. Corporal punishment : pemberian hukuman, lebih mengarah kepada hukuman fisik. Orang
tua memberikan hukuman kepada anak ketika mereka tidak mau mematuhi ataupun tidak
mentaati apa yang di inginkan atau yang diharapkan oleh orang tuanya.
d. Monitoring : suatu kegiatan dari orang tua terhadap anak-anak dalam memantau aktivitas
anak, mencatat kegiatan anak serta memastikan bahwa mereka tetap dalam batas-batas
yang wajar dan tidak menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan.
e. Consistency in the use of such discipline : menerapkan apa yang telah dibuat sesuai
kesepakatan atau memberikan sanksi yang sesuai bila anak-anak melanggar aturan yang
telah ditetapkan bersama.

Sumber

Ade Wulandari, KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN REMAJA DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP MASALAH KESEHATAN DAN KEPERAWATANNYA, Jurnal Keperawatan Anak . Volume 2, No.
1, Mei 2014; 39-43

Agus Hermawan, POLA ASUH PARENTAL RESPONSIVENESS DAN PARENTAL DEMANDINGNESS DALAM
KELUARGA DI ERA GLOBALISASI, INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication) Vol. 3, No. 1
Juni 2018: h. 105-123
Asmariani, Ni Putu Putri (2019) HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINDAKAN
PENCEGAHAN KEKERASAN PADA ANAK DI SDN 3 BATUBULAN KANGIN GIANYAR TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai