Psikososial berkaitan dengan individeu yang mengembangkan konsep diri
dengan berinteraksi dengan orang lain dan bagaimaa bersikap terhadap dunia. Terkait dengan psikologi pendidikan, teori ini bisa digunakan untuk memotivasi peserta didik sehingga guru dapat meberikan motivasi kepada siswa, karena setiap tingkatan siswa memiliki sifat yang berbeda. Secara tidak langsung guru memiliki tanggung jawab untuk menguasai teori perkembangan psikosisal sebagai dasar dalam pembelajarann. Teori ini juga menjadi dasar bagaimana interaksi dengan peserta didik Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling banyak dianut adalah teori psikosisal dari Erik Erikson. Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap tergantung dari hasil tahapan sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego harus mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat. Eric Erikson memeperkenalkan teori yang menyebutkan 8 tahap perkembangan psikososial yaitu terjadi selama rentan waktu kehidupan.
Ciri khas perkembangan psikososial
Terdapat tugas perkembangan disetiap stage/tahap (setiap stage memiliki tantangan). Semakin baik seseorang mengatasi tantangan tugas perkembangan di setiap stagenya maka seseorang itu akan cepat menaikan stage nya karena stage pada dasarnya sudah kuat dan kokoh untuk melanjutkan stage berikutnya. Stage 1: Kepercayaan vs ketidakpercayaan sejak lahir hingga satu tahun, stage dimana seseorang sedang mencari kepercayaan pada lingkungannya. Jika ketidak percayaan anaka tidak tumbuh dengan baik akan menyebabkan kesulitan untuk melanjutkan pada stage selanjutnya. Stage 2: Otonomi vs ragu & salah (usia 1- 2th) Pelajaran untuk mandiri untuk anak dengan belajar berjalan. Stage 3: Inisiatif vs rasa bersalah (3-5th) Menurut Riendravi (2018), Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya. Stage 4: Upaya vs Inferioritas (usia sekolah dasar) menghargai upaya, orang tua atau guru mengutamakan upaya anak, jika anak memiliki upaya yang baik akan lebih baik di apresiasi namun jika salah diberi penjelasan hal yang benar Stage 5: Identitas vs kebingungan (masa smp-kuliah) masa masa trasisi remaja dan dewasa, mereka kan mencari identitas dan mencari jati dirinya. Kenakalan anak smp sma merupakan bagian dari ketidaktepatan anak anak tersebut dalam mengidentifikasi dirinya, maka guru atau orang tua harus bisa mengarahkan hal yang baik untuk menunjukan anak pada identitas mereka. Stage 6: Intimasi vs isolasi (masa dewasa dewasa) Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan social yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta. Stage 7: Genrativitas vs stagnansi (usia >40) Stage 8: Integritas vs Putus asa (dewasa lanjut/tua)
(Khaisah 2019) Perkembangan psikososial yang normal yaitu anak
memiliki personality yang baik, memiliki keberanian, kooperatif, mampu menerima pendapat dan kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya jika anak memiliki perkembangan psikososial yang kurang baik atau meyimpang, anak akan memiliki sifat negatif seperti tidak percaya diri, mengasingkan diri dan merasa rendah diri. Gunarsa dan Singgih (2008), bahwa proses perkembangan yang terjadi dalam diri seorang anak serta apa yang dialami dan diterima selama masa anak-anak, secara sedikit demi sedikit membuat anak tumbuh menjadi lebih dewasa
Kaitannya perkembangan perasaan dan emosi. Bagian integral dari keselurahan
aspek psikis manusia. Teori sentral: gejala kejasmanian timbul sebagai akibat emosi yang dialami. Teori perifir: perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan adanya perubahan fisiologis. Teori kedaruratan: emosi merupakan reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi emergensi atau darurat. Perkembangan Moral Dalam kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangai yang dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. (Dwiyanti, 2013) Harapan dan keinginan orangtua terhadap anak-anaknya di masa depan inilah yang akan banyak mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan anak-anaknya, memberi tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap kebutuhan anak-anaknya, baik fisik maupun non fisik. Termasuk didalamnya, dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak, agar anak memiliki pemahan yang baik terhadap nilai dan norma yang akan membawa pengaruh baik terhadap moralitas anak sehingga mereka dapat hidup harmonis di lingkungannya. Anak memperoleh perkembangan moral yang paling pertama didapatkan dari keluarga. Bagaimana anak itu diperlakukan dan bagaimana penanaman moral yang telah diterapkan oleh orang tuanya akan menjadi dasar perkembangan moral dari anak.Saat tingkah laku orang tua yang tidak baik dan terjadi didepan anak, maka anak akan meresap hal tersebut dan bisa jadi membuat moral anak tidak baik karena meniru tingkah laku orang tuanya yang tidak baik. Secara tidak langsung perilaku orang tua terhadap anak sejak kecil dapat mempengaruhi perkembangan moral yaitu dari proses peniruan. Penanaman disiplin sejak kecil akan menjadi contoh baik dan akan tertanaman pada anak. Orang tua sebagai teladan anak juga dapat memberikan pegamalan dan penghayata agama, dengan bimbingan orang tua akan menciptakan suasana keluarga yag religius dan nilai nilai ajaran agama akan mudah diteri dan diresapi oleh anak. (Riendravi, 2018) Perkembangan moral dapat berlangsung melalui beberapa cara yaitu pendidikan langsung, identifikasi dan proses coba-coba. Perkembangan moral dengan cara pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertia tentang tingkah laku yang benar dan salah atau yang baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Hal yang terpenting dalam pendidikan moral adalah keteladanan dari orang tua, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai- nilai moral. Perkembangan moral dengan cara identifikasi yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi panutannya. Perkembangan moral dengan proses coba-coba yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya. Heteronomous: umur 5-10 th, berpaku pada aturan yang ditetapkan orang tua, reward and punishment Atonomus: 10th keatas, aturan didiskusikan Perkembangan moral (Lawrence Kohlberg) Anak: mengindari punsihment, mencari reward Remaja: mengerti aturan namun belum tentu bisa diatur Dewasa: mengerti aturan, taat aturan Implikasi dalam perkembangan moral Guru tahu murid berada pada stage psikososial dan moral Guru secara tidak langsung membantu mengatasi tantangan tugas perkembangan psikososial, emosi, dan moral. (Maharani 2014) Harapan dan keinginan orangtua terhadap anak-anaknya di masa depan inilah yang akan banyak mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan anak-anaknya, memberi tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap kebutuhan anak-anaknya, baik fisik maupun non fisik. Termasuk didalamnya, dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak, agar anak memiliki pemahan yang baik terhadap nilai dan norma yang akan membawa pengaruh baik terhadap moralitas anak sehingga mereka dapat hidup harmonis di lingkungannya.
Daftar Pustaka Dwiyanti, Retno. "Peran orang tua dalam perkembangan moral anak (kajian teori Kohlberg)." Prosiding seminar nasional parenting. 2013.
Maharani, Laila. "Perkembangan moral pada anak." KONSELI: Jurnal Bimbingan
dan Konseling (E-Journal) 1.2 (2014): 93-98.
Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT
BPK gunung mulia.
Riendravi, S. (2018). Perkembangan Psikososial Anak. Proceedings of the
Physical Society, 87(1), 293-298. Khasanah, U. A., Livana, P. H., & Indrayati, N. (2019). Hubungan Perkembangan Psikososial dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3), 157-162.