Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan Psikososial Dan Moral

oleh: Salsabila Diva Cinta


5402420048
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Pembahasan

Psikososial berkaitan dengan individeu yang mengembangkan konsep diri


dengan berinteraksi dengan orang lain dan bagaimaa bersikap terhadap dunia.
Terkait dengan psikologi pendidikan, teori ini bisa digunakan untuk memotivasi
peserta didik sehingga guru dapat meberikan motivasi kepada siswa, karena setiap
tingkatan siswa memiliki sifat yang berbeda. Secara tidak langsung guru memiliki
tanggung jawab untuk menguasai teori perkembangan psikosisal sebagai dasar
dalam pembelajarann. Teori ini juga menjadi dasar bagaimana interaksi dengan
peserta didik
Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling banyak
dianut adalah teori psikosisal dari Erik Erikson. Teori psikososial dari Erik Erikson
meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap
tergantung dari hasil tahapan sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis
ego adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego harus
mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk mengatasi tiap tuntutan
penyesuaian dari masyarakat. Eric Erikson memeperkenalkan teori yang
menyebutkan 8 tahap perkembangan psikososial yaitu terjadi selama rentan
waktu kehidupan.

Ciri khas perkembangan psikososial


Terdapat tugas perkembangan disetiap stage/tahap (setiap stage memiliki
tantangan). Semakin baik seseorang mengatasi tantangan tugas perkembangan di
setiap stagenya maka seseorang itu akan cepat menaikan stage nya karena stage
pada dasarnya sudah kuat dan kokoh untuk melanjutkan stage berikutnya.
 Stage 1: Kepercayaan vs ketidakpercayaan sejak lahir hingga satu tahun,
stage dimana seseorang sedang mencari kepercayaan pada
lingkungannya. Jika ketidak percayaan anaka tidak tumbuh dengan baik
akan menyebabkan kesulitan untuk melanjutkan pada stage selanjutnya.
 Stage 2: Otonomi vs ragu & salah (usia 1- 2th) Pelajaran untuk mandiri
untuk anak dengan belajar berjalan.
 Stage 3: Inisiatif vs rasa bersalah (3-5th) Menurut Riendravi (2018),
Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau
mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil
melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh
adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
 Stage 4: Upaya vs Inferioritas (usia sekolah dasar) menghargai upaya,
orang tua atau guru mengutamakan upaya anak, jika anak memiliki
upaya yang baik akan lebih baik di apresiasi namun jika salah diberi
penjelasan hal yang benar
 Stage 5: Identitas vs kebingungan (masa smp-kuliah) masa masa trasisi
remaja dan dewasa, mereka kan mencari identitas dan mencari jati
dirinya. Kenakalan anak smp sma merupakan bagian dari ketidaktepatan
anak anak tersebut dalam mengidentifikasi dirinya, maka guru atau
orang tua harus bisa mengarahkan hal yang baik untuk menunjukan anak
pada identitas mereka.
 Stage 6: Intimasi vs isolasi (masa dewasa dewasa) Dalam tahap ini,
orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain
secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan
social yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil
mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
 Stage 7: Genrativitas vs stagnansi (usia >40)
 Stage 8: Integritas vs Putus asa (dewasa lanjut/tua)

(Khaisah 2019) Perkembangan psikososial yang normal yaitu anak


memiliki personality yang baik, memiliki keberanian, kooperatif, mampu
menerima pendapat dan kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya
jika anak memiliki perkembangan psikososial yang kurang baik atau meyimpang,
anak akan memiliki sifat negatif seperti tidak percaya diri, mengasingkan diri dan
merasa rendah diri. Gunarsa dan Singgih (2008), bahwa proses perkembangan yang
terjadi dalam diri seorang anak serta apa yang dialami dan diterima selama masa
anak-anak, secara sedikit demi sedikit membuat anak tumbuh menjadi lebih dewasa

Kaitannya perkembangan perasaan dan emosi. Bagian integral dari keselurahan


aspek psikis manusia.
 Teori sentral: gejala kejasmanian timbul sebagai akibat emosi yang dialami.
 Teori perifir: perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan
adanya perubahan fisiologis.
 Teori kedaruratan: emosi merupakan reaksi yang diberikan oleh organisme
dalam situasi emergensi atau darurat.
Perkembangan Moral
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah
penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya
dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangai yang dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak
layak, patut maupun tidak patut.
(Dwiyanti, 2013) Harapan dan keinginan orangtua terhadap anak-anaknya di
masa depan inilah yang akan banyak mempengaruhi bagaimana mereka
memperlakukan anak-anaknya, memberi tugas dan tanggung jawab, serta
pemenuhan terhadap kebutuhan anak-anaknya, baik fisik maupun non fisik.
Termasuk didalamnya, dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak, agar anak
memiliki pemahan yang baik terhadap nilai dan norma yang akan membawa
pengaruh baik terhadap moralitas anak sehingga mereka dapat hidup harmonis di
lingkungannya.
Anak memperoleh perkembangan moral yang paling pertama didapatkan dari
keluarga. Bagaimana anak itu diperlakukan dan bagaimana penanaman moral yang
telah diterapkan oleh orang tuanya akan menjadi dasar perkembangan moral dari
anak.Saat tingkah laku orang tua yang tidak baik dan terjadi didepan anak, maka
anak akan meresap hal tersebut dan bisa jadi membuat moral anak tidak baik karena
meniru tingkah laku orang tuanya yang tidak baik. Secara tidak langsung perilaku
orang tua terhadap anak sejak kecil dapat mempengaruhi perkembangan moral
yaitu dari proses peniruan. Penanaman disiplin sejak kecil akan menjadi contoh
baik dan akan tertanaman pada anak. Orang tua sebagai teladan anak juga dapat
memberikan pegamalan dan penghayata agama, dengan bimbingan orang tua akan
menciptakan suasana keluarga yag religius dan nilai nilai ajaran agama akan mudah
diteri dan diresapi oleh anak.
(Riendravi, 2018) Perkembangan moral dapat berlangsung melalui beberapa
cara yaitu pendidikan langsung, identifikasi dan proses coba-coba. Perkembangan
moral dengan cara pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertia tentang
tingkah laku yang benar dan salah atau yang baik dan buruk oleh orang tua, guru
atau orang dewasa lainnya. Hal yang terpenting dalam pendidikan moral adalah
keteladanan dari orang tua, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-
nilai moral. Perkembangan moral dengan cara identifikasi yaitu dengan cara
mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang
menjadi panutannya. Perkembangan moral dengan proses coba-coba yaitu dengan
cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang
mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan sementara
tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
 Heteronomous: umur 5-10 th, berpaku pada aturan yang ditetapkan orang
tua, reward and punishment
 Atonomus: 10th keatas, aturan didiskusikan
Perkembangan moral (Lawrence Kohlberg)
 Anak: mengindari punsihment, mencari reward
 Remaja: mengerti aturan namun belum tentu bisa diatur
 Dewasa: mengerti aturan, taat aturan
Implikasi dalam perkembangan moral
 Guru tahu murid berada pada stage psikososial dan moral
 Guru secara tidak langsung membantu mengatasi tantangan tugas
perkembangan psikososial, emosi, dan moral.
(Maharani 2014) Harapan dan keinginan orangtua terhadap anak-anaknya di masa
depan inilah yang akan banyak mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan
anak-anaknya, memberi tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap
kebutuhan anak-anaknya, baik fisik maupun non fisik. Termasuk didalamnya,
dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak, agar anak memiliki pemahan yang
baik terhadap nilai dan norma yang akan membawa pengaruh baik terhadap
moralitas anak sehingga mereka dapat hidup harmonis di lingkungannya.

Daftar Pustaka
Dwiyanti, Retno. "Peran orang tua dalam perkembangan moral anak (kajian teori
Kohlberg)." Prosiding seminar nasional parenting. 2013.

Maharani, Laila. "Perkembangan moral pada anak." KONSELI: Jurnal Bimbingan


dan Konseling (E-Journal) 1.2 (2014): 93-98.

Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT


BPK gunung mulia.

Riendravi, S. (2018). Perkembangan Psikososial Anak. Proceedings of the


Physical Society, 87(1), 293-298.
Khasanah, U. A., Livana, P. H., & Indrayati, N. (2019). Hubungan Perkembangan
Psikososial dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 2(3), 157-162.

Anda mungkin juga menyukai