Anda di halaman 1dari 6

Ruang Kolaborasi Topik 2

Teori Perkembangan (Kognitif, Psikososial, Emosional, Sosial-Konteks)

Fafaid Nurul Fatimah (22507125)


Khoirul Azharudin (22507126)
Nabilah Azhari (22507101)
Shafira Dzata S.W (22507115)

1. Pilihlah usia peserta didik yang Anda harapkan bisa mengajarnya suatu hari nanti.
Jawaban : Kelompok Kami memilih usia peserta didik (11-15 Tahun) usia SMP
2. Buatlah Daftar Karakteristik Anak:
A. Perkambangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget pengertian dan pemahaman seseorang itu mengalami
perkembangan darilahir sampai menjadi dewasa. Piaget meyakini bahwa
perkembangan kognitif seseorang terjadi dalam empat tahapan yakni sensorimotor
(0-2 tahun), pra-operasional (2-7tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan operasi
formal (11-15 tahun). Tiap-tiap tahap berkaitan dengan usia dan tersusun dari jalan
pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget semakin banyak informasi tidak
membuat pikiran anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda. Tahap
operasional formal, usia sebelas sampai lima belas tahun.
Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman konkret, dan
memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan logis. Kualitas abstrak dari
pemikiran operasional formal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal. Pada
tahap operasional formal, anak telah mampu berpikir secara abstrak dan
mengembangkan hipotesis dengan logis. Anak mampu memecahkan masalah dan
membentuk argumen karena kompetensi operasionalnya berkembang menjadi
lebih kompleks.
Anak dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Ia dapat
memahami konsep yang bersifat abstrak seperti cinta dan nilai. Anak juga bisa
melihat kenyataan tidak selalu hitam dan putih, tetapi juga ada “gradasi abu-abu”
di antaranya. Kemampuan ini penting karena akan membantunya melewati masa
peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia nyata. Pada tahap ini,
anak mulai melakukan pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka
inginkan dalam diri mereka dan diri orang lain. Pada tahap ini kondisi berpikir
anak sudah dapat :
- Bekerja secara efektif dan sistematis.
- Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua
kemungkinan penyebabnya, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
- Berpikir secara proporsional.
- Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi.
B. Teori Perkembangan Sosial-Emosional Bronfrenbner
Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus
utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang
mempengaruhi perkembangan anak. Teori ekologi Bronfenbrenner terdiri dari lima
sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke pengaruh
kultur yang lebih luas. Bronfenbrenner menyebut sistem tersebut sebagai berikut :
a. Mikrosistem adalah setting. Dimana individu menghabiskan banyak waktu.
beberapa konteks dalam sistem ini antara lain keluarga, teman sebaya, sekolah dan
tetangga.
b. Mesosistem adalah kaitan antar mikrosistem. Contohnya, hubungan antara
pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman disekolah, dan antara keluarga
dan teman sebaya.Misalnya, salah satu mesosistem penting adalah hubungan antara
sekolah dan keluarga. Dalam sebuah studi terhadap seribu anak kelas delapan (atau
setingkat kelas 3 SMP ke awal SMA (Epstein, 1983). murid yang diberi
kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah
itu di rumah atau di kelas, menunjukkan inisiatif dan nilai akademik yang lebih
baik.
c. Eksosistem terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana murid
berperan aktif) memperngaruhi pengalaman murid dan guru dalam konteks mereka
sendiri. Misalnya dewan sekolah dan dewan pengawas taman di dalam satu
komunitas. Mereka memegang peran kuat dalam menentukan kualitas sekolah,
taman, fasilitas rekreasi, dan perpustakaan.
d. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang
mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak.
e. Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak.
Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang tergolong
pertama (Louv, 1990). anak-anak sekarang adalah generasi pertama yang
mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh di lingkungan
elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama
yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan generasi pertama yang tumbuh di dalam
kota yang semrawut dan tak terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota,
pedesaan atau subkota.
Teaching Strategies dalam Mendidik Anak Berdasarkan Teori
Bronfenbrenner
1. Pandanglah anak sebagai sosok yang terlibat dalam berbagai sistem lingkungan
dan dipengaruhi oleh sistem-sistem itu. Lingkungan itu antara lain sekolah dan
guru, orangtua dan saudara kandung, komunitas dan tentangga, teman sebaya,
media, agama, dan budaya.
2. Perhatikan hubungan antara sekolah dan keluarga. Jalin hubungan ini melalui
saluran formal dan informal.
3. Sadari arti penting dari komunitas, status sosioekonomi, dan budaya dalam
perkembangan anak.
C. Teori Perkembangan Sosial-Emosional Eriksen
Teori Erikson (1902 – 1994) mengatakan bahwa kita berkembang dalam tahap-
tahap psikososial. Erikson menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus
kehidupan manusia.Dalam teori Erikson, 8 tahap perkembangan sosial-Emosional
yaitu:
1. Kepercayaan vs Ketidakpecyaan (usia 0-1 tahun). Pada tahap ini harus
belajar menumbuhkan kepercayaan pada oranglain, contohnya anak kepada
ibunya. Jika anak tidak berhasil dalam tahap ini, maka ia akan jadi anak yang
mudah takut dan rewel.
2. Otonomi vs Malu dan Ragu-Ragu (usia 1-3 tahun). Pada tahap ini anak mulai
belajar kemandirian (otonomi), seperti makan atau minum sendiri. Jika anak tidak
berhasil pada tahap ini karena selalu ditegur dengan kasar ketika proses belajar
maka anak akan menjadi pribadi yang pemalu dan selalu ragu-ragu dalam
melakukan sesuatu.
3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (usia 3-6 tahun). Pada tahp ini anak mulai memiliki
gagasan (inisiatif) berupa ide-ide sederhana. Jika anak mengalami kegagalan pada
tahap ini, maka ia akan terus merasa bersalah dan tidakmampu menampilkan
dirinya sendiri.
4. Kerja Keras vs Rasa Inferior (usia 6-12 tahun). Pada tahap ini anak mulai
mampu berkerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Jika pada
tahap ini anak tidak berhasil, maka kedepannya anak akan menjadi pribadi yang
rendah diri (minder) dan tidak mampu menjadi pemimpin.
5. Identitas vs Kebingungan Identitas (usia 12-19 tahun). Pada tahap ini
individu melakukan pencarian atas jati dirinya (identitasnya). Jika ia gagal pada
tahap ini, maka ia akan merasa tidak utuh.
6. Keintiman vs Isolasi (usia 20-25 tahun). Pada tahap ini individu mulai
keintiman psikologis dengan oranglain. Jika ia gagal pada tahap ini, maka ia akan
merasa kosong dan terisolasi.
7. Generativitas vs Stagnasi (usia 26-64 tahun). Pada tahap ini individu memiliki
keinginan untuk menciptakan dan mendidik generasi selanjutnnya. Jika ia tidak
berhasil dalam tahap ini, maka ia akan merasa bosan dan tidak berkembang.
8. Integritas vs Keputusan (usia 65 tahun ke atas). Pada tahap ini individu akan
menelaah kembali apa saja yg sudah ia lakukan dan ia capai dalam hidupnya. Jika
ia berhasil pada tahp ini, maka ia akan mencapai integritas (penerimaan akan
kekurarangan diri, sejarah kehidupan, dan memiliki kebijakan), sebaliknya jika ia
gagal, maka ia akan merasa menyesal atas apa yg telah terjadi dalam hidupnya.

3. Daftar Karakteristik Anak Ketika Masa Kecil.

No Aspek Karakteristik Pengalaman Masa Kecil

 Pola pikir masih anak-anak


 Menghindari berfikir kritis
1 Aspek dalam Berfikir  Sudah tau mana yang baik dan buruk serta dampaknya
 Egoisnya masih tinggi
 Belum punya pendirian / Plinplan terhadap tujuan Hidup
 Mampu berinteraksi dengan teman yang ada.
 Tetapi masih memilih teman yang baru kenal
2 Perilaku Sosial
 Sudah bisa menghargai perbedaan orang lain
 Mengedepankan etika ketika bertemu orang lain
3 Aspek Emosional  Belum bisa meredam emosi marah
 Mengedepankan emosi dari pada Tindakan
 Mulai menyukai lawan jenis
 Emosi labil, naik turun jika ada hal yang tidak sesuai.
4. Perbandingan Karakteristik teori dengan karakteristik semasa kecil
 Jelaskan dengan cara apa anak bisa mengembangkan fungsi kognitifnya serta sosio-
emosionalnya?
Dalam hal ini untuk mengembangkan fungsi kognitif pada siswa guru bk bisa
melaksanan layanan yang memiliki kaitan dengan aspek kognitif siswa, misalnya
memberikan layanan klasikal tentang studi lanjutan setelah SMA, macam-macam
profesi yang mana bisa menggunakan media pohon karir. Dalam pengembangan sosio
emosionalnya guru BK bisa melaksanakan Bimbingan kelompok dengan materi
layanan lingkungan baru, interaksi teman sebaya, pergaluan yang baik serta belajar
mengenai perkembangan emosi siswa dengan memberikan layanan klasikal.
 Penyesuaian yang seperti apa yang anda butuhkan agar anak bisa berinteraksi secara
efektif bersama anda?
Penyesuian guru Bk terhadap peserta didik. Guru Bk bisa menyesuaikan
kondisi kebutuhan siswa sesuai dengan layanan yang akan diberikan dengan tetap
memperhatikan aspek” yang ada, misalnya komunikasi yang bagus terhadap peserta
didik, attending ketika melakukan layanan, konfrontasi di layanan konseling
kelompok maupun konseling individual dan bimbingan klasikal yang menarik sesuai
dengan melibatkan peserta didik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini bisa
meningkat aspek kognitif, sosial emosional maupun perilaku peserta didik.
5. Bagaimana implementasi penyusunan layanan BK dan praksis layanan program BK di
sekolah?
Layanan bimbingan konseling di sesuaikan dengan tugas-tugas perkembangan peserta
didik, baik dalam capaiannya agar peserta didik mencapai tugas perkembangannya secara
matang dan juga proses layanan bimbingan konseling. Dimana di sini yakni usia remaja
yakni pada jenjang SMP sederajat hingga SMA sederajat.
Contoh praksis layanan BK dengan bimbingan klasikal yakni guru BK memberikan
stimulus berupa cerita, misalkan cerita yang bertema “bullying”. Kemudian guru BK
memberikan pertanyaan sebagai bahan diskusi peserta didik. Misalkan dengan pertanyaan
“Bagaimana seharusnya Anda bersikap terhadap teman yang sering melakukan bullying?”,
“Menurut Anda, bagaimana perasaan teman yang menjadi korban bullying?”. Dengan
begitu peserta didik akan mengeksplorasi kognitif dan afektifnya.
Contoh praksis BK dengan konseling Individual yakni bertujuan untuk pengentasan,
dimana peserta didik atau konseli menyadari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi.
Misalnya, problem konseli adalah tidak mengerjakan tugas karena tidak menyukai mata
pelajaran tersebut. Maka di sini guru BK perlu membantu konseli untuk mengungkap
penyebab konseli tidak menyukai mata pelajaran tersebut. Dengan perilaku konseli yang
tidak mengerjakan tugas tersebut, dampaknya apa terhadap konseli, nah disini guru BK
perlu membantu dengan memberikan pertanyaanpertanyaan terbuka untuk membantu
menyadarkan tanggung jawab konselisebagai peserta didik dan memberikan alternatif
pilihan berkaitan denga napa yang harus dia lakukan.

Anda mungkin juga menyukai