Anda di halaman 1dari 16

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Penggalan 1
Dosen: Dr. Hartono, M.Si.
Program Pascasarjana
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami teori
belajar behavioristik, dan
mengaplikasikan ke dalam
pembelajaran
PANDANGAN TENTANG BELAJAR
 Belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
 Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
 Stimulans adalah lingkungan belajar anak, baik yang
internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
 Respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik
terhadap stimulans.
 Belajar berarti penguatan S-R (stimulus-Respons).
Teori Behavioristik

1. Mementingkan faktor lingkungan.


2. Menekankan pada faktor bagian.
3. Menekankan pada tingkah laku yang
nampak.
4. Sifatnya mekanis.
5. Mementingkan masa lalu.
Edward Lee Thorndike (1874-1949):
Teori Koneksionisme

 Belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-

asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut

stimulus (S) dengan respons (R ).

 Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan

eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan

organisme/siswa untuk beraksi atau berbuat.

 Respons adalah tingkah laku yang dimunculkan

karena adanya perangsang.


PERCOBAAN THORNDIKE
• Kucing lapar
dimasuukkan ke dlm
sangkar;
• Pintu ditutup
dihubungkan dengan
knop, bila disentuh,
pintu otomatis
membuka;
• Trial and error.

S R S1 R1 S2 R2, dst
HUKUM BELAJAR MENURUT THORNDIKE

1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu


organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah


laku diulang/dilatih, maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respons


cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan, dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan:

a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response).


Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan
error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respons, sebelum
memperoleh respons yang tepat dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
b. Hukum Sikap (Attitude).
Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar seseorang tidak hanya
ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respons saja, tetapi juga
ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi,
sosial , maupun psikomotornya.
c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element).
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan
respons pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap
keseluruhan situasi (respons selektif).
d. Hukum Response by Analogy.
Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam melakukan respons pada situasi yang belum
pernah dialami, karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum
pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami, sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur yang sama
maka transfer akan makin mudah.

e. Hukum perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)


Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum
dikenal dilakukan secara bertahap, dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru
dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
Revisi Hukum Belajar antara lain oleh Thorndike:

• Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja tidak


cukup untuk memperkuat hubungan stimulus respons, sebaliknya tanpa
pengulangan pun hubungan stimulus respons belum tentu diperlemah.

• Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa yang berakibat


positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman
tidak berakibat apa-apa.

• Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respons bukan kedekatan,


tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan respons.

• Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun
pada individu lain.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

• Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan


klasik)

adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui


percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan.
Percobaan Pavlov
Step 1:
NS (bell) no response
Step 2:
NS (bell)
UCS (meat) UCR

Step 3:
CS (bell) CR
NS = Neutral stimulus
UNS = unconditioned stimulus
UCR = unconditioned response
CS = conditioned stimulus
CR = conditioned response
 Berdasarkan asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan.
 Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang
(anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia.
Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda
dengan binatang.
 Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat
diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh
bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan
ternyata air liur anjing keluar sebagai respons yang dikondisikan.
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)

• Operant Conditioning

Seorang dapat mengontrol tingkah laku


organisme/siswa melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam
lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada
conditioning klasik.
Prinsip belajar menurut Skinner
– Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika
salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
– Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
– Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
– Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Untuk
itu lingkungan perlu diubah, untukmenghindari adanya
hukuman.
– dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
– Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal
variabel Rasio reinforcer (penguat).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai