0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan26 halaman
Teori belajar behavioristik menekankan perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori-teori utama meliputi teori Pavlov tentang pengkondisian klasik, teori Thorndike tentang asosiasi, teori Skinner tentang pengkondisian operan, dan teori Watson tentang ikatan stimulus-respon. Para ahli behaviorisme melakukan eksperimen pada hewan dan menghasilkan hukum-hukum belajar seperti hukum efek, latihan, dan ke
Teori belajar behavioristik menekankan perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori-teori utama meliputi teori Pavlov tentang pengkondisian klasik, teori Thorndike tentang asosiasi, teori Skinner tentang pengkondisian operan, dan teori Watson tentang ikatan stimulus-respon. Para ahli behaviorisme melakukan eksperimen pada hewan dan menghasilkan hukum-hukum belajar seperti hukum efek, latihan, dan ke
Teori belajar behavioristik menekankan perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori-teori utama meliputi teori Pavlov tentang pengkondisian klasik, teori Thorndike tentang asosiasi, teori Skinner tentang pengkondisian operan, dan teori Watson tentang ikatan stimulus-respon. Para ahli behaviorisme melakukan eksperimen pada hewan dan menghasilkan hukum-hukum belajar seperti hukum efek, latihan, dan ke
dengan pandangan tentang belajar sebagai perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (perilaku reaktif). Konsep behavioristik memandang bahwa perilaku individumerupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar dan didukung dengan berbagai penguatan (reinforcement) untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar yang dikehendaki (Sanyata, 2012) Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik
• Menurut Suryabrata (2007) dan Rusuli (2014)
teori belajar behavioristik memiliki ciri-ciri spesifik, yaitu: 1. Mementingkan faktor lingkungan. 2. Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar. 3. Menekankan pada tingkah laku tampak dengan mempergunakanmetode obyektif. 4. Menekankan pada faktor bagian (elemen- elemen dan tidak keseluruhan). 5. Sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi dan mekanisme "Bond", refleks dan kebiasaan-kebiasaan. 6. Mementingkan masa lalu atau bertinjauan historis, artinya segala tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan. Teori Belajar Menurut Pavlov (Classical Conditioning)
Classical conditioning (pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah teori yang ditemukan Ivan Pavlov melalui percobaanya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasang dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang, sehingga memunculkan reaksi yang dinginkan (Sugihartono et al., 2007). Ada 4 komponen dasar yang membangun Teori Pengkondisian Pavlov. Keempatnya adalah • Unconditioned stimulus (UCS) • Unconditioned response (UCR) • Conditioned stimulus (CS) • Conditioned response (CR). • Eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap menghasilkan hukum-hukum belajar, di antaranya: 1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat 2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itudidatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun. Teori Belajar Menurut Thorndike (Koneksionisme/Asosiasi)
Thorndike, belajar adalah proses interaksi
(terbentuknya asosiasi-asosiasi) antara stimulus (S) dan respon (R). Perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati atau yang tidak dapat diamati (Uno, 2006). • Thordike melakukan eksperimen terhadap kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box). • Visualisasi dari eksperimen Thorndike seperti pada Gambar 2.2. • Eksperimen ini memberikan pengetahuan bahwa agar tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan- kegagalan (error) terlebih dahulu.
• Kucing cenderung meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang tidak mempunyai hasil dalam melaksanakan coba-coba ini. Setiap respon menimbulkan stimulus baru, selanjutnya akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya Thorndike kemudian menyimpulkan bahwa bentuk paling dasar dari belajar adalah trial and error learning atau selecting and connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan Teori Belajar Koneksionisme atau Teori Asosiasi • Eksperimen kucing lapar yang dilakukan Thorndike telah menghasilkan hukum-hukum belajar, di antaranya: 1. Law of Effect Law of Effect artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efekyang memuaskan, maka hubungan Stimulus-Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. 2. Law of Readiness Law of Readiness artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), di mana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. 3. Law of Exercise Law of Exercise artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih. Teori Belajar Menurut Skinner (Operant Conditioning) • Munculnya teori Operant Conditioning merupakan bentuk reaksi ketidakpuasan Skinner atas teori S-R yang kemudian dikenal dengan model classical conditioning dari Pavlov dan koneksionisme Thorndike yang pada saat itu telah memberi pengaruh yang kuat dalam pelaksanaanpenelitian. • B.F. Skinner mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan dalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku dapat menguatkan cenderung diulangi kemunculannya, sedangkan perilaku tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. • Oleh karena itu, Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning. • Operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek sama terhadap lingkungan. Inti dari teori Skinner tentang operant conditioning adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang diikuti oleh penguatan. • Berdasarkan eksperimen itu Skinner menghasilkan hukum-hukum belajar, di antaranya: 1. Law of operant conditioning Law of operant conditioning yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2. Law of operant extinction Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operan telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. • Menurut Suryabrata (2007) Skinner membedakan 2 macam respon, yaitu: 1. Respondent Response (reflexive response) Respondent Response (reflexive response), yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu. 2. Operant Response (instrumental response) Operant Response (instrumental response) yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Teori Belajar Menurut Watson (Sarbon: Stimulus and Response Bond Theory)
• Hergenhahn & Olson menyebut John B. Watson
adalah pendiri aliran behavioristik meskipun ia datang sesudah Thorndike (Hergenhahn & Olson, 2011). • Watson mendefinisikan proses belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon. Namun, stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. • Watson berpendapat bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respons- respons bersyarat melalui stimulus pengganti. • Menurutnya, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksireaksi emosional berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui "conditioning". • Jadi, menurut Watson belajar dipandang sebagai cara menanamkan sejumlah ikatan antara perangsang dan reaksi (asosiasi asosiasi tunggal) dalam sistem susunan saraf (Rusuli, 2014). Teori Belajar Menurut Hull (Systematic Behavior)
• Teori Hull dikenal sangat behavioristik dan
mekanistik. Konsep utama dari teori Hull adalah kebiasaan, yang disimpulkan dari berbagai penelitian tentang kebiasaan dan respons terkondisi yang dilakukan Hull melalui percobaan terhadap binatang. • Menurut Hull, perilaku yang kompleks diasumsikan berasal dari hasil belajar terhadap bentuk-bentuk perilaku yang sederhana. Proses belajar menurut Hull merupakan upaya menumbuhkan kebiasaan melalui serangkaian percobaan. Untuk dapat memperoleh kebiasaan diperlukan adanya penguatan dalam proses percobaan Teori Belajar Menurut Guthrie (Contiguous Conditioning)
Edwin R. Guthrie menegaskan kembali
pendapat Thorndike dan Pavlov, dimana ia menyatakan bahwa gabungan atau kombinasi suatu kelas stimulus yang menyertai atau mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada kecenderungan bahwa gerakan itu akan diulangi lagi pada situasi/stimulus yang sama. • Asal belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguitas, yaitu gabungan stimulus- stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Gredler, 1991). • Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus dan tidak ada respon lain yang dapat terjadi (Gandhi, 2011).