Anda di halaman 1dari 26

Teori Belajar Dan Pembelajaran

Behavioristik II

Oleh
Muliani
Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik merupakan teori


dengan pandangan tentang belajar sebagai
perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus (rangsangan)
dan respon (perilaku reaktif).
Konsep behavioristik memandang bahwa
perilaku individumerupakan hasil belajar yang
dapat diubah dengan memanipulasi dan
mengkreasikan kondisi-kondisi belajar dan
didukung dengan berbagai penguatan
(reinforcement) untuk mempertahankan
perilaku atau hasil belajar yang dikehendaki
(Sanyata, 2012)
Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik

• Menurut Suryabrata (2007) dan Rusuli (2014)


teori belajar behavioristik memiliki ciri-ciri
spesifik, yaitu:
1. Mementingkan faktor lingkungan.
2. Perkembangan tingkah laku seseorang itu
tergantung pada belajar.
3. Menekankan pada tingkah laku tampak
dengan mempergunakanmetode obyektif.
4. Menekankan pada faktor bagian (elemen-
elemen dan tidak keseluruhan).
5. Sifatnya mekanis atau mementingkan reaksi
dan mekanisme "Bond", refleks dan
kebiasaan-kebiasaan.
6. Mementingkan masa lalu atau bertinjauan
historis, artinya segala tingkah lakunya
terbentuk karena pengalaman dan latihan.
Teori Belajar Menurut Pavlov (Classical
Conditioning)

Classical conditioning (pengkondisian atau


persyaratan klasik) adalah teori yang
ditemukan Ivan Pavlov melalui percobaanya
terhadap anjing, di mana perangsang asli dan
netral dipasang dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang, sehingga
memunculkan reaksi yang dinginkan
(Sugihartono et al., 2007).
Ada 4 komponen dasar yang membangun
Teori Pengkondisian Pavlov. Keempatnya
adalah
• Unconditioned stimulus (UCS)
• Unconditioned response (UCR)
• Conditioned stimulus (CS)
• Conditioned response (CR).
• Eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap
menghasilkan hukum-hukum belajar, di
antaranya:
1. Law of Respondent Conditioning yakni
hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya
akan meningkat
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum
pemusnahan yang dituntut.
Jika refleks yang sudah diperkuat melalui
Respondent conditioning itudidatangkan
kembali tanpa menghadirkan reinforcer,
maka kekuatannya akan menurun.
Teori Belajar Menurut Thorndike
(Koneksionisme/Asosiasi)

Thorndike, belajar adalah proses interaksi


(terbentuknya asosiasi-asosiasi) antara
stimulus (S) dan respon (R). Perubahan
tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang
dapat diamati atau yang tidak dapat diamati
(Uno, 2006).
• Thordike melakukan eksperimen terhadap
kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar
(puzzle box).
• Visualisasi dari eksperimen Thorndike seperti
pada Gambar 2.2.
• Eksperimen ini memberikan pengetahuan bahwa
agar tercapai hubungan antara stimulus dan
respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih
respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau
percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-
kegagalan (error) terlebih dahulu.

• Kucing cenderung meninggalkan perbuatan-


perbuatan yang tidak mempunyai hasil dalam
melaksanakan coba-coba ini. Setiap respon
menimbulkan stimulus baru, selanjutnya akan
menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya
Thorndike kemudian menyimpulkan bahwa
bentuk paling dasar dari belajar adalah trial
and error learning atau selecting and
connecting learning dan berlangsung menurut
hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu, teori
belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini
sering disebut dengan Teori Belajar
Koneksionisme atau Teori Asosiasi
• Eksperimen kucing lapar yang dilakukan
Thorndike telah menghasilkan hukum-hukum
belajar, di antaranya:
1. Law of Effect
Law of Effect artinya bahwa jika sebuah
respons menghasilkan efekyang memuaskan,
maka hubungan Stimulus-Respons akan
semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemah pula hubungan yang terjadi
antara Stimulus- Respons.
2. Law of Readiness
Law of Readiness artinya bahwa kesiapan
mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pemdayagunaan
satuan pengantar (conduction unit), di mana
unit-unit ini menimbulkan kecenderungan
yang mendorong organisme untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu.
3. Law of Exercise
Law of Exercise artinya bahwa hubungan
antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih
dan akan semakin berkurang apabila jarang
atau tidak dilatih.
Teori Belajar Menurut Skinner (Operant
Conditioning)
• Munculnya teori Operant Conditioning merupakan bentuk
reaksi ketidakpuasan Skinner atas teori S-R yang
kemudian dikenal dengan model classical conditioning
dari Pavlov dan koneksionisme Thorndike yang pada saat
itu telah memberi pengaruh yang kuat dalam
pelaksanaanpenelitian.
• B.F. Skinner mengemukakan pendapatnya sendiri dengan
memasukkan unsur penguatan dalam hukum akibat
tersebut, yakni perilaku dapat menguatkan cenderung
diulangi kemunculannya, sedangkan perilaku tidak dapat
menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus.
• Oleh karena itu, Skinner dianggap sebagai
bapak operant conditioning.
• Operant adalah sejumlah perilaku yang
membawa efek sama terhadap lingkungan.
Inti dari teori Skinner tentang operant
conditioning adalah proses belajar dengan
mengendalikan semua atau sembarang
respon yang muncul sesuai konsekuensi
(resiko) yang mana organisme akan
cenderung untuk mengulang respon-respon
yang diikuti oleh penguatan.
• Berdasarkan eksperimen itu Skinner menghasilkan
hukum-hukum belajar, di antaranya:
1. Law of operant conditioning
Law of operant conditioning yaitu jika timbulnya
perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya
perilaku operan telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah.
• Menurut Suryabrata (2007) Skinner
membedakan 2 macam respon, yaitu:
1. Respondent Response (reflexive response)
Respondent Response (reflexive response),
yaitu respon yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu.
2. Operant Response (instrumental response)
Operant Response (instrumental response)
yaitu respon yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.
Teori Belajar Menurut Watson (Sarbon:
Stimulus and Response Bond Theory)

• Hergenhahn & Olson menyebut John B. Watson


adalah pendiri aliran behavioristik meskipun ia
datang sesudah Thorndike (Hergenhahn &
Olson, 2011).
• Watson mendefinisikan proses belajar sebagai
proses interaksi antara stimulus dan respon.
Namun, stimulus dan respon yang dimaksud
harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur.
• Watson berpendapat bahwa belajar merupakan
proses terjadinya refleks-refleks atau respons-
respons bersyarat melalui stimulus pengganti.
• Menurutnya, manusia dilahirkan dengan
beberapa refleks dan reaksireaksi emosional
berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah
laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan
stimulus respon baru melalui "conditioning".
• Jadi, menurut Watson belajar dipandang sebagai
cara menanamkan sejumlah ikatan antara
perangsang dan reaksi (asosiasi asosiasi tunggal)
dalam sistem susunan saraf (Rusuli, 2014).
Teori Belajar Menurut Hull (Systematic
Behavior)

• Teori Hull dikenal sangat behavioristik dan


mekanistik. Konsep utama dari teori Hull
adalah kebiasaan, yang disimpulkan dari
berbagai penelitian tentang kebiasaan dan
respons terkondisi yang dilakukan Hull melalui
percobaan terhadap binatang.
• Menurut Hull, perilaku yang kompleks
diasumsikan berasal dari hasil belajar terhadap
bentuk-bentuk perilaku yang sederhana.
Proses belajar menurut Hull merupakan
upaya menumbuhkan kebiasaan melalui
serangkaian percobaan. Untuk dapat
memperoleh kebiasaan diperlukan adanya
penguatan dalam proses percobaan
Teori Belajar Menurut Guthrie (Contiguous
Conditioning)

Edwin R. Guthrie menegaskan kembali


pendapat Thorndike dan Pavlov, dimana ia
menyatakan bahwa gabungan atau kombinasi
suatu kelas stimulus yang menyertai atau
mengikuti suatu gerakan tertentu, maka ada
kecenderungan bahwa gerakan itu akan
diulangi lagi pada situasi/stimulus yang sama.
• Asal belajar Guthrie yang utama adalah
hukum kontiguitas, yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada
waktu timbul kembali cenderung akan diikuti
oleh gerakan yang sama (Gredler, 1991).
• Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus dan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi (Gandhi, 2011).

Anda mungkin juga menyukai