Anda di halaman 1dari 3

Aliran-aliran Teori Behavioristik - Sebagaimana

disebutkan diatas, bahwa belajar menurut psikologi Berkaitan dengan prinsip atau hukum dalam
behavioristik adalah suatu kontrol instrumental belajar, Thorndike mengemukakan tiga prinsip
yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya atau hukum. Pertama, law of readness, belajar akan
seseorang bergantung kepada faktor-faktor berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk
kondisional yang diberikan oleh lingkungan. melakukan perbuatan tersebut. Kedua, law of
Beberapa teori yang termasuk kategori aliran exercise, belajar akan berhasil apabila banyak
behavioristik adalah koneksionisme, pembiasaan latihan, ulangan. Ketiga, law of effect, belajar akan
klasik (classical conditioning), pengkondisian bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan
kontiguitas (contigous conditioning), pembiasaan hasil yang lebih baik (Sukmadinata, 2007).
perilaku respons (operant conditioning).
2. Teori Pembiasaan Klasik (Classical
1. Koneksionisme Conditioning)
Tokoh paling terkenal dari teori koneksionisme Teori pembiasaan klasik (classical conditioning)
adalah Edward Lee Thorndike (1874-1949). ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang
Koneksionisme merupakan teori paling awal dari dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Seperti
rumpun behaviorisme. Oleh karena itu, pendidikan halnya dengan Thorndike, Pavlov dan Watson
dan pengajaran di Amerika serikat pada mulanya yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa
banyak di dominasi oleh pengaruh Thondike. Teori belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama
belajar Thondike disebut “connectionism”, karena dengan manusia.
belajar merupakan proses pembentukan koneksi-
koneksi antara stimulus dan respons. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu
dengan kondisi tertentu (Sanjaya, 2006). Teori
Thorndike mulai mempelajari pembelajaran Pavlov berkembang dari percobaan laboratoris
dengan serangkaian eksperimen yang terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi
dilakukannya terhadap hewan. Hewan-hewan yang stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat
berada pada situasi yang bemasalah mencoba pada anjing. Anjing tersebut diberi makanan dan
untuk mencapai tujuannya (misalnya: diberi lampu. Pada saat diberi makanan dan lampu
mendapatkan makanan, mencapai tempat yang keluarkan respon anjing tersebut berupa keluamya
dituju). Dari banyaknya respon yang mereka air liur.Demikian juga jika dalam pemberikan
lakukan mereka memilih satu, menjalankannya dan makanan tersebut disertai dengan bel, air liur
menerima akibatnya. Makin sering mereka tersebut juga keluar. Pada saat bel atau lampu
membuat respons terhadap suatu stimulus, makin diberikan mendahului makanan, anjing tersebut
kuat repons tersebut, menjadi terkoneksi dengan juga mengeluarkan air liur. Makanan yang
stimulus tersebut (Schunk, 2012). Koneksi-koneksi diberikan tersebut oleh Pavlov disebut sebagai
terbentuk secara mekanis melalui perulangan, perangsangan yang bersyarat, sementara bel atau
persepsi dari pikiran sadar tidak diperlukan. lampu yang menyertai disebut sebagai perangsang
Thorndike menyadari bahwa pembelajaran bersyarat.
manusia lebih kompleks karena manusia terlibat
dalam tipe-tipe pembelajaran lainnya yang Terhadap perangsang tak bersyarat yang disertai
memerlukan pengkoneksian ide-ide, analisis dan dengan perangsang bersyarat tersebut, anjing
penalaran (Schunk, 2012). memberikan respons berupa keluamya air liur.
Selanjutnya, ketika perangsang bersyarat (bel,
Secara garis besar, teori koneksionisme Thorndike lampu) diberikan tanpa perangsang tak bersyarat
dapat dijelaskan dengan satu kesimpulan bahwa anjing tersebut tetap memberikan respon dalam
“belajar” dapat terjadi dengan dibentuknya bentuk keluamya air liur. Oleh karena perangsang
hubungan, atau ikatan, atau asosiasi, atau koneksi bersyarat (sebagai pengganti perangsang tak
netral yang kuat antara stimulus dan respons. bersyarat : makanan) ini ternyata dapat
Untuk dapat mencapai hubungan antara stimulus menimbulakn respons, maka dapat berfungsi
dan respons ini, perlu adanya kemampuan untuk sebagai conditioned. Karena itu, teori Pavlov ini
memilih respons yang tepat, serta melalui usaha- dikenal teori classical conditioning. Menurut
usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan Pavlov pengkondisian yang dilakukan pada anjing
kegagalan-kegagalan (errors) terlebih dahulu. demikian ini, dapat juga berlaku pada manusia.
Berdasarkan hal ini, Thorndike mengutarakan bila
bentuk paling dasar dari belajar adalah trial and Pengkondisian klasik menurut Pavlov merupakan
error learning atau selecting-connecting learning sebuah prosedur multilangkah yang pada mulanya
dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu membutuhkan sebuah stimulus yang tidak
(Roziqin, 2007). terkondisikan (UCS=Unconditioned Stimulus)
yang menghasilkan sebuah respon yang tak menambah gerakan, mengkombinasikan gerakan-
terkondisikan (UCR= Unconditioned Respons). gerakan menjadi tindakan dan membentuk
Pada penelitiannya, Pavlov sering menggunakan tindakan dalam kondisi lingkungan yang berbeda-
metronom yang berdetak sebagai stimulus netral. beda. Lebih lanjut, menurut Guthrie, belajar
Metronom menjadi sebuah stimulus yang memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus
terkondisikan (CS) yang menghasilkan respon dan respon. Guthrie yakin bahwa respons-respons
yang terkondisikan (CR) serupa dengan UCR tidak perlu di beri imbalan untuk dapat dipelajari.
aslinya. Pemberian CS (dalam hal ini tampa UCS) Mekanisme pokoknya adalah kontiguitas atau
yang dilakukan berulangkali tampa ada penguatan pemasangan yang tepat pada waktunya antara
membuat CR menurun intensitasnya dan kemudian stimulus dan respons. Gutrie berpendapat, bahwa
hilang; sebuah fenomena yang dikenal dengan hukuman itu tidak baik dan tidak pula buruk.
kepunahan (Schunk, 2012). Efektif tidaknya hukuman tergantung pada apakah
hukuman itu menyebabkan murid belajar ataukah
Pemulihan spontan (SR) terjadi setelah selang tidak. Gutrie berpendapat bahwa tingkah laku
waktu dimana CS tidak diberikan dan CR dianggap manusia dapat diubah tingkah laku jelek dapat
menghilang. Jika kemudian CS diberikan dan diubah menjadi baik. Teori Gutrie berdasarkan atas
Crnya kembali lagi, bisa kita katakan bahwa CR model penggantian stimulus saut ke stimulus yang
tersebut secara spontan dipulihkan dari kepunahan. lain. Responsi atas suatu situasi cenderung di ulang
Kenyataan bahwa pasangan CS-CR dapat manakala individu menghadapi situasi yang sama.
diperbaiki tampa banyak kesulitan menunjukan Inilah yang disebut dengan asosiasi. Menurut
bahwa kepunahan bukan merupakan pembatalan Gutrie, setiap situasi belajar merupakan gabungan
pembelajaran atas asosiasi-asosiasi tersebut berbagai stimulus (dapat intemal dan dapat
(Radish dkk dalam Schunk, 2012). Pavlov yakin ekstemal) dan respon. Dalam situasi tertentu,
bahwa stimulus apa pun yang dirasakan dapat banyak stimulus yang berasosiasi dengan banyak
dikondisikan untuk respons apapun dapat dibuat. respon. Asosiasi tersebut, dapat benar dan dapat
Namun dalam penelitian berikutnya menunjukan juga salah.Ada tiga metode pengubahan tingkah
bahwa generalisasi untuk pengkondisian itu laku menurut teori ini, yaitu :
terbatas. Pengkondisian tergantung pada
kesesuaian stimulus dan respons dengan reaksi- a) Metode respon bertentangan. Misalnya saja, jika
reaksi yang spesifik untuk tiap-tiap species (Hollis anak jijik terhadap sesuatu, sebutlah misalkan saja
dalam Schunk, 2012). boneka, maka permainan anak yang disukai
tersebut diletakkan di dekat boneka. Dengan
3. Teori Pengkondisian Kontiguitas meletakkan permainan di dekat boneka, dan
(Contigous Conditioning) ternyata boneka tersebut sebenamya tidak
menjijikkan, lambat laun anak tersebut tidak jijik
Tokoh lain yang mengemukakan sebuah perspektif lagi kepada boneka. Peletakan permainan yang
behavioral untuk pembelajaran adalah Edwin R paling disukai tersebut dapat dilakukan secara
Guthrie. Guthrie memperluas penemuan Watson berulang-ulang.
tentang belajar. Guthrie menyatakan bahwa
prinsip-prinsip pembelajaran berdasarkan pada b) Metode membosankan. Misalnya saja anak kecil
asosiasi-asosiasi dimana prilaku-prilaku pokok suka mengisap rokok. Ia disuruh merokok terus
dalam pembelajaran adalah tindakan dan gerakan. sampai bosan ; dan setelah bosan, ia akan berhenti
Prinsip dasar Guthrie menyajikan gagasan merokok dengan sendirinya.
kontiguitas stimulasi dan respons. Kombinasi dari
stimulus-stimulus yang telah mencapai suatu c) Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan
gerakan, jika berulang akan cenderung diikuti oleh belajar, maka lingkungan belajarnya dapat diubah-
gerakan tersebut. Dengan kata lain, pola-pola ubah sehingga ada suasana lain dan
stimulus yang aktif pada saat sebuah respons memungkinkan ia betah belajar.
terjadi akan cenderung menghasilkan respons
tersebut jika dimunculkan berulang-ulang (Schunk, 4. Teori pembiasaan perilaku respons
2012). (operant conditioning)

Teori Guthrie menyebutkan bahwa pembelajaran Teori Behavioral lain yang terkenal adalah teori
terjadi melalui pemasangan stimulus dan repons pengkondisian operan yang dirumuskan oleh B.F
serta kekuatan asosiatif. Meskipun Guthrie tidak Skinner pada awal 1930-an. Skinner
menyatakan bahwa orang mempelajari prilaku mengemukakan ada 2 jenis pembelajaran, yakni
kompleks dengan melakukannya satu kali saja, pertama bahwa prilaku reponden dihasilkan oleh
namun satu atau lebih gerakan menjadi stimuli spesifik dan yang kedua bahwa tidak ada
terasosiasikan. Perulangan dari sebuah situasi akan stimulus tertentu yang bisa dipastikan secara
konsisten akan menghasilkan respons operan (Hill,
2012).

Seperti halnya Thondike, Skinner menganggap


“reward” atau “reinforcement” sebagai faktor
terpenting dalam proses belajar. Skinner
berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah
meramal dan mengontrol tingkah laku. Skinner
membagi dua jenis respon dalam proses belajar,
yakni: Respondens (respon yang terjadi karena
stimulus khusus misalnya Pavlov) dan Operants
(respon yang terjadi karena situasi random).

Skinner membuat eksperimen sebagai berikut:


dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus
yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut
“Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan
berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi
makanan, penampung makanan, lampu yang dapat
diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus
berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama
tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari
box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan
keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara
bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan
burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan
(reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan
yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan.

Anda mungkin juga menyukai