Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TEORI-TEORI BELAJAR
Dosen Pengempu :

Disusun oleh :
Subagus Putra Pratama
Dwi Melyyanah Putri

UNIVERSITAS BOROBUDUR
JAKARTA
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan

itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar Didalam masa perkembangan

psikologi pendidikan ini muncullah secara beruntun berupa aliran psikologi pendidikan,

masing-masing yaitu: Psikologi behavioristik, Psikologi kognitif, dan Psikologi

humanistis. Ketiga aliran psikologi pendidikan tersebut tumbuh dan berkembang secara

beruntun, dari periode ke peride berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran

psikologi tersebut bermunculan teori tentang belajar.

Uraian tentang teori-teori di atas perlu kita pahami dalam praktik pembelajaran.

Maka dari itu kami menyusun makalah dengan judul Teori-Teori Psikologi Belajar.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dari penyusunan makalah dengan judul “Teori-Teori

Psikologi Belajar” ini dapat ditarik beberapa rumusan masalah yaitu:


1. Teori behaviorisme

2. Teori belajar kognitif

3. Teori pemrosesan informasi

4. Teori belajar gestalt

BAB II

TEORI-TEORI BELAJAR

A. TEORI BELAJAR PSIKOLOGI BHAEVIORISME

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu

hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan

kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,minat dan perasaan

individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks

sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep

behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,sehingga dapat diubah dengan

memanipulasi dan mengkreasi kondisi kondisi belajar. Teori belajar behaviorisme

sangat menekankan perilakau atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam

rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri

atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul.


1.1 Pandangan Belajar Menurut Teori Behaviorisme

Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi

oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-

pengalaman tertentu kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat

dilihat, yaitu tingkah laku, dan kurang memperhatikan apa yang terjadi didalam pikiran

karena tidak dapat dilihat. Skinner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat

diamati secara langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya

(Semiawan, 2002:3). Menurut aliran psikologi ini proses belajar lebih dianggap sebagai

suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa membicarakan apa yang

terjadi selama itu didalam diri siswa yang belajar.

Sebagaimana pada kebanyakan aliran psikologi belajar lainnya, behaviorisme

juga melihat bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku. Ciri yang paling

mendasar dari aliran ini adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi adalah

berdasarkan paradigma S-R (Stimulus Respon), yaitu suatu proses yang memberikan

respon tertentu terhadap sesuatu yang datang dari luar.

Proses S-R ini terdiri dari dari beberapa unsur dorongan (drive). Pertama

seseorang merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Kedua, rangsangan atau stimulus. Kepada seseorang diberikan

stimulus yang akan menyebabkannya memberikan respons. Ketiga, adalah respons, di

mana seseeorang akan memberikan reaksi atau respons terhadap stimulus yang

diterimanya dengan melakukan suatu tindakan yang dapat diamati. Keempat, unsur
penguatan atau reinforcement, yang perlu diberikan kepada seseorang agar ia

merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons lagi.

Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa

dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil

interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah belajar apabila. ia'telah dapat

menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah

masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa

respons. Teori ini mengutamakan pengukuran,sebab pengukuran merupakan suatu hal

yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Mengajar

menurut pandangan ini yaitu memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar bukan

menggali makna. Peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan

pengajar terhadap pengetahuan yang dipelajari.

1.2 Teori Behaviorisme Menurut Tokoh Alirannya

a. Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan

hukum-hukum belajar, diantaranya: Law of Effect,artinya bahwa jika sebuah

respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus

Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang

dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara

Stimulus- Respons:

a) Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa

kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar


(conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang

mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

b) Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan

Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan

semakin berkurang apabila jarang atau tidak

c) Law of Effect ; Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respons cenderung

diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika

akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau

makin lemahnya koneksisebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang

disertai akibat menyenangkancenderung dipertahankan dan lain kali akan

diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatanyang diikuti akibat tidak

menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akandiulangi

b. Teori Belajar menurut Ivan Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan

hukum-hukum belajar, diantaranya ;

a) Law of Respondent Conditioning ; yakni hukum pembiasaan yang dituntut.

Jika dua macam stimulus dihadirkan secacra simultan (yang salah satunya

berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan

meningkat.

b) Law of Respondent Extinction ; yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika

refleks yang sudah diperkuat melaluui Respondent Conditioning itu

didatangkan Kembali tanpa menghadirkan reinforcer maka kekuatannya akan

menurun.
c. Teori Belajar Menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya

terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar diantaranya ;

a) Law of operant concitioning ; yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan

stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat

b) Law of operant excintion ; yaitu jika timbulnya periallku operant telah

diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka

kekuatan perilaku tersebut akakn menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

operant adalah sejumlah perilaku yangmembawa efek yang sama terhadap lingkungan.

Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan

oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah

stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun

tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical

conditioning.

d. Social Learning Menurut Albert Bandura

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah

sebuah teori belajar yang elatif masig baru dibandingkan dengan teori-teori

belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura

memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus

(S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interkasi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu sendiri. Prinsip dasar belajar

menurut teori ini, bahwa yang dipejari individu terutama dalam belajar sosial dan

moral terjadi melalui peniruan (imitaition) dan penyajian contoh perilaku

(modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui

pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan

memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori

belajar behavioristik ini, seperti: Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan

dan orinsip kebaruan, Guthire dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory

yang menghasilkan metode Ambang (The Treshold Method), metode meletihkan

(The Fatigue Method) dan metode rangsangan tak serasi (The Incompatible

Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.

B. TEORI BELAJAR KOGNITIF

Piaget merupakakn salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor

aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan

sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori

tentangtahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif

individu meliputi empat tahap yaitu :

1. Sensor motoric

2. Pra opersiional

3. Operasional konkret

4. Opersional formal
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekontruksi pengetahuan individu yaitu

asmilasi (James Atherton, 2005)

Belajar akan lebih berhsil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan

kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan

eksperimemn dengan dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interkasi dengan teman

sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan

rangsangan kepada peserta didik agar mau beriteraksi dengan lingkungan secara aktif,

mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

1. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena

itu guru mengajar dengan menggunakan bahsa yang sesuai dengan cara

berpikir anak

2. Anank-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinterkasi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak

asing.

4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5. Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk diskusi saling

berbicara dan diskusi dengan temannya.

C. TEORI PEMROSESAN INFORMASI BELAJAR

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor

yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif


dari pembelajaran.menurut Gagne bahwa dalam pembekajaran terjadi proses

penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilakln keluaran dalam

bentuk hasil belajar

Dalam pemrosesan informas terjadi antara kondisi-kondisi eksternal individu.

Kondisi internal yaitu keadaan dalam dalam diiri individu yang diperlakukan untuk

mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan

kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu

dalalm proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu :

1. Motivasi

2. Pemahaman

3. Pemerolehan

4. Penyimpanan

5. Ingatan Kembali

6. Generalisasi

7. Perlakuan dan

8. Umpan balik

D. TEORI BELAJAR GESTALT

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padananarti sebagai

"bentuk atau konfigurasi". Pokok pandangan Gestalt adalahbahwa obyek atau peristiwa

tertentu akan dipandang sebagai sesuatukeseluruhan yang terorganisasikan. Menurut

Koffka dan Kohler (dalamNana 2008:76), ada 6 prinsip organisasi yang terpenting yaitu:
1. Hubunganbentukdan latar(figure and groundrelationship); yaitu menganggap

bahwa setiap bidangpengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan

latarbelakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan,warna dan

sebagainya membedakan figure dari latarbelakang. Bila figure dan latar

bersifat samar-samar, makaakan terjadi kekaburan penafsiran antara latar

dan figure.

2. Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang salingberdekatan (baik

waktu maupun ruang) dalam bidangpengamatan akan dipandang sebagai

satu bentuk tertentu.

3. Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memilikikesamaan cenderung

akan dipandang sebagai suatu obyekyang saling memiliki.

4. Arah bersama (common direction);bahwa unsur-unsurbidang pengamatan

yang berada dalam arah yang samacenderung akan dipersepsi sebagi suatu

figure atau bentuktertentu.

5. Kesederhanaan (simplicity); bahwa orangcenderungmenata bidang

pengamatannya bentuk yangsederhana,penampilan reguler dan cenderung

membentuk keseluruhanyang baik berdasarkan susunan simetris dan

keteraturan;dan

6. Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akanmengisi kekosongan

suatu pola obyek atau pengamatanyang tidak lengkap.

Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt,yaitu:

1. Perilaku “Molar" hendaknya banyak dipelajari dibandingkandengan perilaku

“Molecular". Perilaku “Molecular" adalahperilaku dalam bentuk kontruksi otot


atau keluarnya kelenjar,sedangkanperilaku "Molar" adalah perilaku

dalamketerkaitandengan lingkungan luar. Berlari, berjalan,mengikuti kuliah,

bermain sepakbola adalah beberapaperilaku “Molar"..Perilaku “Molar" lebih

mempunyai maknadibanding dengan perilaku "Molecular".

2. Hal yang penting dalam

mempelajariperilakuialahmembedakanantaralingkungangeografisdenganling

kunganbehavioral. Lingkungangeografisadalahlingkungan yang sebenarnya

ada, sedangkan lingkunganbehavioral merujuk pada sesuatu yang nampak.

Misalnya,gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yangindah

(lingkungan behavioral), padahal kenyataannyamerupakan suatu lingkungan

yang penuh dengan hutan yanglebat(lingkungan geografis).

3. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atauunsur atau suatu

bagian peristiwa,akan tetapi mereaksiterhadap keseluruhan obyek atau

peristiwa. Misalnya,adanya penamaan kumpulan bintang, seperti:

sagitarius,virgo,pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dariprinsip ini.

Contoh lain,gumpalan awan tampak sepertigunung atau binatang tertentu.

4. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensorisadalah merupakan

suatu proses yang dinamis dan bukansebagai suatu reaksi yang statis.

Proses pengamatanmerupakan suatu proses yang dinamis dalam

memberikantafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

Aplikasi

Aplikasi tecri Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain


1. Pengalaman dari dalam (insight); bahwa dari dalam memegang peranan

yang penting dalam prilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta

didik memiliki kemampuan dari dalam yaitu kemampuan mengenal

keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa

2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) kebermaknaan unsur-

unsur yang terkait akan menunjang pembentukan dan dalam dalam proses

pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif

sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan

masalah, khususnya dalam identifikasi masalan dan pengembangan

alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya

memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3. Perlaku bertujuan (pusposive behavior): bahwa perlako terarah pada tujuan.

Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada

keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan

berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya.

Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas

pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

4. Prinsip ruang hidup (life space): bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan

dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan

hendaknya memilik keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan

kehidupan peserta didik

5. Transfer dalam Belajar yaitu pemindahan pola-pola perilaku.dalam situasi

pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menuntpandangan Gestalt transfer


belajar terjadi dengan jalar.melepaskan pengertian obyek dan suatu

konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam

situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan

pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam

pembelajaran dan kemudian Menyusun ketentuan-ketentuan umum

(generalisasi). Transfer belajar akakkn terjadi apabila peserta didik telah

menangkap prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi

untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk

menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.


Bab III
PENUTUP
KESIMPULAN

Belajar dapat didefinisikan “suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan didalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah

laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagiannya.

Belajar adalah sutu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh-

sungguh dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik

fisik, mental, serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, dmikian

pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan

sebagiannya

Dari uraian di atas dapat diketahui belajar adalah kegiatan manusia yang

sangat penting dan haus dilakukan selama hiidup, karena melalui belajar dapat

melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup.

Dengan kata lain,melalui belajar dapat memperbaiki nasib, mencapai cita-cita

yang didambakan. Karena itu, tidak boleh lalai, jangan malas dabmembuang

waktu secara percuma, tetapi memanfaaatkakn dengan seefektif mungkin agar

tidak timbul penyesalan dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai