Anda di halaman 1dari 12

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

(CONNECTIONISN, CLASSICAL,
CONDITIONISM, OVERANT,
CONDITIONING)

Dosen Pengampu : Dr. Ria Susanti, M.Pd.I


Anggota Kelompok 2:
1. Norkhalisah (20.04.07039)
2. Rabiatul Zahrah (20.04.07047)
3. Riska Aulia Rahmah (20.04.07059)
4. Siti Aisyah (20.04.07067)
5. Siti Fatma Ruhilda (20.04.07072)
6. Sri Ayu Rahmadani (20.04.07074)
A. Teori Belajar Behavioristik
B C
Teori Teori Classical
Connectionism Conditioning

D
Teori Operant
conditioning
A. Teori Belajar Behavioristik
Behavioristik atau yang dikenal juga dengan behaviorisme
merupakan aliran psikologi yang memandang individu dari sisi
fenomena jasmaniah saja, dan mengabaikan aspek-aspek mental
seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam
kegiatan belajar.

Teori belajar Behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan


perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulan) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respons) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulan tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik
yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
B. Teori Connectionism
Teori Connectionism juga akrab disebut sebagai teori Trial and Error. Teori yang
mengemukakan bahwa sebagian besar unsur atau gagasan saling terkait satu sama
lain melalui pengalaman dan gagasan yang kompleks. Untuk pertama kalinya,
Connectionism diperkenalkan oleh tokoh-tokoh psikologi, seperti Herbert Spencer,
William James, dan Edward L. Thorndike
Thorndike menghasilkan teori belajar “Connectionisme” karena belajar merupakan
proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons.
Dia mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu:
1) Law of readines, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk
melakukan perbuatan tersebut
2) Law of exercise, yaitu belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan
3) Law of effect, yaitu belajar akan semangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik.
Pemikiran Tahapan Pertama muncul pada periode sebelum tahun 1930. Thorndike
menggagas beberapa ide penting yang berkaitan dengan hukum-hukum belajar
yaitu hukum kesiapan, hukum latihan, hukum akibat dan hukum sikap.

Pertama Hukum kesiapan, Menurut hukum ini, hubungan antara stimulus dan
respons akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dari diri individu.
Kedua Hukum latihan, bahwa hubungan stimulus dan respons akan semakin kuat
manakala terus-menerus dilatih atau diulang, dan sebaliknya.
Ketiga hukum efek (law of effect), Hukum ini menunjukkan pada kuat atau
lemahnya hubungan antara stimulus dan respons tergantung pada akibat yang
ditimbulkannya.
C. Teori Classical Conditioning
Dalam dunia psikologi belajar tersebut, salah satu teori yang berusaha untuk
menjelaskan hubungan antara stimulus dan respons adalah teori conditioning yang
dikenalkan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936). teori ini menjelaskan bahwa
bentuk paling sederhana dalam suatu proses belajar adalah pengondisian.
Peran dari clasical conditioning
dalam membentuk kepribadian individu adalah untuk kemungkinan, namun dalam
pembentukan reaksi-reaksi secara emosional yang mengalami rasa cemas terhadap
pembelajaran, disebabkan sering mendapat teguran, Kritikan, atau peringatan yang
negatif dari guru dalam setiap proses pembelajaran kritikan, atau peringatan yang
negatif dari guru dalam setiap proses pembelajaran
Menurut teori Classical Conditioning belajar adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-
syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan rekasi
(respon). Jika terjadi perubahan tingkah laku, maka
seseorang telah melakukan proses belajar. Yang terpenting
dalam belajar menurutteori conditioning adalah adanya
latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori
ini ialah belajar yang terjadi secara otomatis, segala
tingkah laku manusia tidak lain adalah hasil daripada
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan
D. Teori Operant conditioning
Teori belajar ini dikembangkan oleh Skinner, Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan
positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan
pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah
yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar Behavioristik.
• Kelebihan Teori Operant Conditioning
Pertama, pada teori Skinner, Pendidik diarahkan untuk menghargai anak didik,
memberikan penghargaan bagi anak didik yang bisa mengikuti dan melakukan
apa yang diajarkan oleh sang guru.
Kedua, Dengan diterapkannya dalam pendidikan akan memberikan semangat
tersendiri bagi anak didik karena adanya pemberian hadiah, sehingga memacu
anak didik untuk belajar lebih giat lagi dan juga berperilaku yang baik.
Ketiga, anak didik lebih aktif dan semangat dalam menjawab pertanyaan guru
dengan harapan akan mendapatkan penghargaan.
Keempat, memacu anak didik untuk terus berprestasi di dalam kelas.
• Kekurangan Teori Operant Conditioning. Pertama, dalam teori
Skinner, proses belajar dapat diamati secara langsung. Padahal,
belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan
dari luar, kecuali sebagai gejalanya. Lalu, proses belajar bersifat
otomatis-mekanis. Alhasil, proses belajar terkesan gerakan mesin
dan robot. Kedua, adanya kecemburuan antar sesama. Ketiga,
bagi anak didik yang dapat menjawab pertanyaan guru, ia akan
mendominasi, sedangkan yang tidak bisa, ia akan tetap diam.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai