PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
Disusun oleh :
Semester : II B
Dosen pengampu:
Rismiliana, S.Pd.,M.Pd.I
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa
melimpahkan Rahmat, hidayah dan, inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan salah satu tugas kelompok mata kuliah "Psikologi Pendidikan".
Shalawat beriringkan salam tak lupa kami sampaikan kepada rasulullah SAW
sebagai tauladan umat manusia.
Dengan kerendahan hati, pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan seingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Secara khusus kami juga mengucapkan terima kasiah kepada
Ibu Rismiliana, S. Pd. I., M. Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami selaku penulis makalah ini, menyadari bahwa penulisan makalah ini
jauh dari kata kesempumaan mengingat keterbatasan dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
mengembangkan makalah ini,
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dalam
menambahkan ilmu pengetahuan dan Allah melimpahkan hidayalinya serta
lindungannya kepada kita semua Amiin.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.
B. Rumusan Masalah
iii
5. Apa Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Behaviorisme?
6. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori Pembelajaran
Behaviorisme?
7. Bagaiman Analisis Dari Teori Behavirisme ?
C. Tujuan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1
b) Penguatan (reinforcement) Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas
oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat
belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif
dalam belajar, begitu juga sebaliknya.
3
Bambang warsita, Teknologi pembelajaran,(Bandung :Rineka cipta, 2008.).hal.23
2
dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau
asosiasi.4
Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat,
menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera
dan inplus untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon
disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimuus dan respon
ini mengikuti hukum-hukum berikut:
a) Hukum kesiapan (Law of readiness).
Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan
tingkah laku,maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasaan individu sehingga asosiasi cenderung di
perkuat.
b) Hukum Latihan (law of exercise) .
Yaitu semakin sering suatu tingkah laku di ulang/di
latih(digunakan) ,maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
c) Hukum akibat (law of effect).
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung di perkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.5
4
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005).hal.256
5
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.
3
menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan
oleh hubungan stimulus dengan respon saja,teteapi juga di
tentukankeadaan yang ada dalam diri individu baik
kognitif,emosi,sosial,maupun psikomotornya.
c) Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element).
Bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada
stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan
situasi (respon selektif).
d) Hukum Respon by Analogy.
Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada
situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat
menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama
yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-
unsur yang telah dikenal kesituasi baru. Makin banyak unsur yang
sama/identik,maka transfer akan makin mudah.
e) Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting).
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang
dikenal kesituasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan
cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang
sedikiut demi sedikit unsur lama.6
6
Hall S. Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat dan
behavioristik (diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara Toronto,
1978) , yogyakarta: Kanisius, 1993.
4
Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun
pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning atau pengkondisian
operanadalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.
Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan
pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh skinner.7
Menurut skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung
merpati unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila
diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku
tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa hukuman
memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut
skinner :
1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari
jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama
7
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Pranada Media Group, 2009 Skinner,
The Behavior of Organism, 1989).hal.45
5
3) Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman
4) Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih
percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa,jika salah dibetulkan,jika
benar diberi penguat.
2. . Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
3. Materi pelajaran digunakan sistem modul
4. Dalam proses pembelajaran ,lebih di pentingkan aktivitas sendiri
5. Dalam proses pembelajaran,tidak digunakan hukuman. Untuk ini,lingkungan
perlu diubah ,untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik,diberi hadian,dan sebaiknya hadian
diberikan dengan jadwal variable rasio reinforcer
7. Dalam pembelajaran,digunakan shaping.8
C. David Ausubel.
Lahir pada 25 Oktober 1918 di Brooklyn New York.Belajar menurut
Ausubel adalah proses internal yang tidak dapat diamatisecara langsung.
Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkahlaku dan berbuat
dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah laku hanyalahsuatu reflek dari
perubahan internal (berbeda dengan aliran behaviorisme, alirankognitif
mempelajari aspek-aspek yang tidak dapat diamati secara langsungseperti,
pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreativitas, harapan dan pikiran).
Belajar bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi barupada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorangfaktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang
telahdiketahui siswa.Pandangan Ausubel agak berlawanan dengan Burner yang
beranggapanbahwa belajar dengan menemukan sendiri (discovery learning)
adalah sesuaidengan hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara
8
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Pranada Media Group, 2009 Skinner,
The Behavior of Organism, 1989). Hal.56.
6
aktif danmenghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh
bermakna Sedang menurut Ausubel kebanyakan orang belajar terutama dengan
menerimadari orang lain (reception learning).
Kedua pandangan tersebut sangat mirip yakni sebuah
konstruksipengetahuan baru yang sesungguhnya bergantung pada sistem
pembelajaran yangbermakna. Hanya saja discovery learning Burner menonjolkan
corak berpikirinduktif sedangkan reception learning Ausubel menonjolkan corak
berpikirdeduktif. Sebagai konsekuensinya, Ausubel mencanangkan mengajar
yangdisebutkan “mengajar dengan menguraikan”(expository8 teaching).Psikologi
pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum
belajar yang bermakna.
D. Robert Gagne.
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang
terkenal dengan penemuannya berupa Conditions of Learning. Ia lahir pada 21
Agustus 1918.9
Teori Gagne banyak dipakai untuk mendesain software instruksional
(program – program berupa drill, tutorial atau simulasi). Kontribusi terbesar dari
teori instruksional Gagne adalah “9 kondisi Instruksional” yaitu :
1. Mendapatkan perhatian
2. Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
3. Stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar
4. Penyajian materi baru
5. Menyediakan
6. Memunculkan tindakan
7. Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
8. Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat
9
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Gaung Persada Press, 2011).
Hal.120.
7
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-
kondisi internal dan kondisikondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran harus
dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning)
2. Belajar stimulus respon
3. Belajar merantaikan (chaining)
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)
5. Belajar membedakan (discrimination)
6. Belajar konsep (concept learning)
7. Belajar dalil (rule learning)
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving
8
Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es creem sering
lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur. Dari contoh tersebut
dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu
tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.
F. Albert Bandura.
Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta. Ia seorang
psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi
diri. Teori belajar sosial 10 bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati
dan meniru perilaku, sikap dan reaksi emosi orang lain.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh
lingkungan.
Faktor – faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah :
a).Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan,
keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan
karakteristik pengamat (kemampuan indra, minat, presepsi, penguatan
sebelumnya)
b). Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean
simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan
motorik
c). Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,
keakuratan umpan balik
d). Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri
sendiri.10
10
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.
9
G. Aplikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran Siswa.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena
memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah
pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge)
kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan
dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :
1). Mementingkan pengaruh lingkungan
2). Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3). Mementingkan peranan reaksi
4). Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5). Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6).Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon 7). Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori
behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut
antara lain :
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
c. Menentukan materi pembelajaran
d. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok
bahasan sub pokok bahasan, topik dsb
e. Menyajikan materi pembelajaran
10
f. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes
atau kuis, latihan atau tugas-tugas
g. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
h. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
i. Memberikan stimulus baru
j. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
k. Evaluasi belajar
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang
bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai
kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar
atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.11
H. Tujuan Pembelajaran Behaviorism.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
11
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. (Sidoarjo. Nizamia
Learning Center. 2016). hlm:26- 27.
11
menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan.
1) Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran
pengetahuan dan kecakapan peserta didik (tidak
mempertimbangkan proses mental
2) Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari
peserta didik yang dimunculkan dari stimulus
3) Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon
sebaik mungkin pada kondisi respon diciptakan.
12
2) Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
3) Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.
I. Kelebihan :
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat
beberapa kelebihan di antaranya :
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan
yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru
yang bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus
dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
J. Kekurangan :
1). Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon
2). Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3). Proses belajar berlangsung secara teori Selain teorinya, beberapa
kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik pembelajaran
yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
13
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan
apa yang harus dipelajari murid.
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru.12
12
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung. Remaja Rosdakarya. 2011).
hlm:44- 45
14
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:
15
mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori
pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan kecocokan dalam
metode mengajar yang tepat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17