Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK

Disusun oleh :

1. Hikmah Srikando Indonesia


2. Yulia Agustina
3. Riski Saputra

Semester : II B

Dosen pengampu:

Rismiliana, S.Pd.,M.Pd.I

YAYASAN PERGURUAN AGAMA ISLAM AL-KALAM (YPAI)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUARA ENIM (STIT)

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa
melimpahkan Rahmat, hidayah dan, inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan salah satu tugas kelompok mata kuliah "Psikologi Pendidikan".
Shalawat beriringkan salam tak lupa kami sampaikan kepada rasulullah SAW
sebagai tauladan umat manusia.
Dengan kerendahan hati, pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan seingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Secara khusus kami juga mengucapkan terima kasiah kepada
Ibu Rismiliana, S. Pd. I., M. Pd selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Kami selaku penulis makalah ini, menyadari bahwa penulisan makalah ini
jauh dari kata kesempumaan mengingat keterbatasan dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
mengembangkan makalah ini,
Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dalam
menambahkan ilmu pengetahuan dan Allah melimpahkan hidayalinya serta
lindungannya kepada kita semua Amiin.

Muara Enim, 08 Maret 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang
membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti :
Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dari Teori Belajar Behaviorisme?


2. Bagaimana Pemikiran Tokoh-tokoh Terhadap Teori Belajar
Behaviorisme?
3. Bagaimana Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap Pembelajaran Siswa?
4. Apa Tujuan Pembelajaran Behaviorisme?

iii
5. Apa Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Behaviorisme?
6. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori Pembelajaran
Behaviorisme?
7. Bagaiman Analisis Dari Teori Behavirisme ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Dari Teori Belajar Behaviorisme?


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pemikiran Tokoh-tokoh Terhadap Teori
Belajar Behaviorisme?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Aplikasi Teori Behaviorisme Terhadap
Pembelajaran Siswa?
4. Untuk Mengetahui Apa Tujuan Pembelajaran Behaviorisme?
5. Untuk Mengetahui Apa Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Behaviorisme?
6. Untuk Mengetahui Apa kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori
Pembelajaran Behaviorisme?
7. Untuk Mengetahui Bagaiman Analisis Dari Teori Behavirisme ?

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan


salah satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. 1
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya.2 Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil
dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial jika dia belum bisa/tidak mau
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti; kerja bakti, ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
a) Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa misalnya alat perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara
tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.
1
Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004).hal.21
2
B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2006).hal.125

1
b) Penguatan (reinforcement) Penguatan adalah apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas
oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat
belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif
dalam belajar, begitu juga sebaliknya.

Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :


1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.3

B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar


Behavioristik.
A. Edward Lee Thorndike(1874-1949).
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan
Amerika uus S1 dari Universitas Weseyan tahun 1895,S2 dari Harvard Tahun
1896 dan meraih gear Dokter di Coumbia tahun 1898. Menurutnya” belajar
merupakan proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin berupa pikiran,
perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau
gerakan.”
Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya
tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk
memilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan
(trial) dan kegagalan-kegagalan (Error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari
belajar adalah Trial and Error learning atau selecting and conecting learning dan
berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang

3
Bambang warsita, Teknologi pembelajaran,(Bandung :Rineka cipta, 2008.).hal.23

2
dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau
asosiasi.4
Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat,
menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera
dan inplus untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon
disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond.
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimuus dan respon
ini mengikuti hukum-hukum berikut:
a) Hukum kesiapan (Law of readiness).
Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan
tingkah laku,maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasaan individu sehingga asosiasi cenderung di
perkuat.
b) Hukum Latihan (law of exercise) .
Yaitu semakin sering suatu tingkah laku di ulang/di
latih(digunakan) ,maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
c) Hukum akibat (law of effect).
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung di perkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak
memuaskan.5

Selanjutnya Thorndike menambahan hukum tambahan sebagai berikut :


a) Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response).
Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial
dan eror yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum
memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang di
hadapi.
b) Hukum sikap (set/attitude).

4
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005).hal.256
5
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.

3
menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan
oleh hubungan stimulus dengan respon saja,teteapi juga di
tentukankeadaan yang ada dalam diri individu baik
kognitif,emosi,sosial,maupun psikomotornya.
c) Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element).
Bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada
stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan
situasi (respon selektif).
d) Hukum Respon by Analogy.
Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada
situasi yang belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat
menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama
yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-
unsur yang telah dikenal kesituasi baru. Makin banyak unsur yang
sama/identik,maka transfer akan makin mudah.
e) Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting).
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang
dikenal kesituasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan
cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang
sedikiut demi sedikit unsur lama.6

B. Burhus Fredederic Skinner (1904-1990).


B. F. Skinneradalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal
sebagai seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu
dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat mengontrol
tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam
lingkungan yang relatif besar. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa
pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill)
dan latihan (exercise).

6
Hall S. Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat dan
behavioristik (diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara Toronto,
1978) , yogyakarta: Kanisius, 1993.

4
Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk
memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun
pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning atau pengkondisian
operanadalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.
Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan
pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh skinner.7
Menurut skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung
merpati unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila
diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku
tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa hukuman
memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut
skinner :
1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari
jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama

7
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Pranada Media Group, 2009 Skinner,
The Behavior of Organism, 1989).hal.45

5
3) Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman
4) Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih
percaya dengan apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa,jika salah dibetulkan,jika
benar diberi penguat.
2. . Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
3. Materi pelajaran digunakan sistem modul
4. Dalam proses pembelajaran ,lebih di pentingkan aktivitas sendiri
5. Dalam proses pembelajaran,tidak digunakan hukuman. Untuk ini,lingkungan
perlu diubah ,untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik,diberi hadian,dan sebaiknya hadian
diberikan dengan jadwal variable rasio reinforcer
7. Dalam pembelajaran,digunakan shaping.8

C. David Ausubel.
Lahir pada 25 Oktober 1918 di Brooklyn New York.Belajar menurut
Ausubel adalah proses internal yang tidak dapat diamatisecara langsung.
Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkahlaku dan berbuat
dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah laku hanyalahsuatu reflek dari
perubahan internal (berbeda dengan aliran behaviorisme, alirankognitif
mempelajari aspek-aspek yang tidak dapat diamati secara langsungseperti,
pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreativitas, harapan dan pikiran).
Belajar bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi barupada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorangfaktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang
telahdiketahui siswa.Pandangan Ausubel agak berlawanan dengan Burner yang
beranggapanbahwa belajar dengan menemukan sendiri (discovery learning)
adalah sesuaidengan hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara

8
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Pranada Media Group, 2009 Skinner,
The Behavior of Organism, 1989). Hal.56.

6
aktif danmenghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang sungguh-sungguh
bermakna Sedang menurut Ausubel kebanyakan orang belajar terutama dengan
menerimadari orang lain (reception learning).
Kedua pandangan tersebut sangat mirip yakni sebuah
konstruksipengetahuan baru yang sesungguhnya bergantung pada sistem
pembelajaran yangbermakna. Hanya saja discovery learning Burner menonjolkan
corak berpikirinduktif sedangkan reception learning Ausubel menonjolkan corak
berpikirdeduktif. Sebagai konsekuensinya, Ausubel mencanangkan mengajar
yangdisebutkan “mengajar dengan menguraikan”(expository8 teaching).Psikologi
pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum
belajar yang bermakna.
D. Robert Gagne.
Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang
terkenal dengan penemuannya berupa Conditions of Learning. Ia lahir pada 21
Agustus 1918.9
Teori Gagne banyak dipakai untuk mendesain software instruksional
(program – program berupa drill, tutorial atau simulasi). Kontribusi terbesar dari
teori instruksional Gagne adalah “9 kondisi Instruksional” yaitu :
1. Mendapatkan perhatian
2. Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
3. Stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar
4. Penyajian materi baru
5. Menyediakan
6. Memunculkan tindakan
7. Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
8. Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan


informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk

9
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Gaung Persada Press, 2011).
Hal.120.

7
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-
kondisi internal dan kondisikondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu
keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan
proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran harus
dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning)
2. Belajar stimulus respon
3. Belajar merantaikan (chaining)
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)
5. Belajar membedakan (discrimination)
6. Belajar konsep (concept learning)
7. Belajar dalil (rule learning)
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving

E. Ivan Petrovich Pavlovv.


Ivan Petrovich Pavlov lahir tanggal 14 September 1849 di Ryazan Rusia
yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Palvov. Ia dididik di sekolah gereja
dan melanjutkan ke seminari. Palvov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan
bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi
dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Karyanya mengenai
pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Dari
eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa
daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai
stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing
keluar sebagai respon yang dikondisikan.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam
kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara
lagu dari penjual es creem Walls yang berkeliling dari rumah kerumah.

8
Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es creem sering
lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur. Dari contoh tersebut
dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu
tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.

F. Albert Bandura.
Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta. Ia seorang
psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi
diri. Teori belajar sosial 10 bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati
dan meniru perilaku, sikap dan reaksi emosi orang lain.
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh
lingkungan.
Faktor – faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah :
a).Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan,
keterlibatan perasaan, tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan
karakteristik pengamat (kemampuan indra, minat, presepsi, penguatan
sebelumnya)
b). Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean
simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan
motorik
c). Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru,
keakuratan umpan balik
d). Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri
sendiri.10

10
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.

9
G. Aplikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran Siswa.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena
memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah
pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowladge)
kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan
dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :
1). Mementingkan pengaruh lingkungan
2). Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3). Mementingkan peranan reaksi
4). Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5). Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6).Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon 7). Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori
behavioristik yang dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat
digunakan dalam merancang pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut
antara lain :
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
c. Menentukan materi pembelajaran
d. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok
bahasan sub pokok bahasan, topik dsb
e. Menyajikan materi pembelajaran

10
f. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes
atau kuis, latihan atau tugas-tugas
g. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
h. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
i. Memberikan stimulus baru
j. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
k. Evaluasi belajar
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang
bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai
kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar
atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.11
H. Tujuan Pembelajaran Behaviorism.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang
menuntut pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran

11
Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. (Sidoarjo. Nizamia
Learning Center. 2016). hlm:26- 27.

11
menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan.
1) Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran
pengetahuan dan kecakapan peserta didik (tidak
mempertimbangkan proses mental
2) Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari
peserta didik yang dimunculkan dari stimulus
3) Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon
sebaik mungkin pada kondisi respon diciptakan.

Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas


belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan
pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan
pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper
and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya
bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi
belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan
evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
E. Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik.
Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan
respons (Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta
didik haruslah melihat situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan
pembelajaran. Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik
menekankan pada pengaruh lingkungan terhadap perubahan perilaku :
1) Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling
diperlukan dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik
dapat mencapai peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.

12
2) Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
3) Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.
I. Kelebihan :
Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat
beberapa kelebihan di antaranya :
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan
yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-
unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan
belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru
yang bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus
dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
J. Kekurangan :
1). Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan
respon
2). Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3). Proses belajar berlangsung secara teori Selain teorinya, beberapa
kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik pembelajaran
yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang

13
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan
apa yang harus dipelajari murid.
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi
oleh penguatan yang diberikan guru.12

12
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung. Remaja Rosdakarya. 2011).
hlm:44- 45

14
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:

1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada


perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon.
2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian,
penguatan, dan Operant conditioning.
3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
4. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. .
5. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut
pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
6. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik. :
 Edward Lee Thorndike (1874-1949)
 Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)
 David Ausubel
 Robert Gagne
 Ivan Petrovich Pavlov
 Albert Bandura
B. Saran
Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita
dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar

15
mengajar berjalan dengan baik. Oleh karena itu pelajarilah teori-teori
pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan kecocokan dalam
metode mengajar yang tepat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004).

Bambang warsita, Teknologi pembelajaran,(Bandung :Rineka cipta, 2008.).

Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta,


2005).

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. (Bandung. Remaja Rosdakarya.


2011).

Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. (Sidoarjo.


Nizamia Learning Center. 2016).

Hall S. Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat


dan behavioristik (diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york,
Santa barbara Toronto, 1978) , yogyakarta: Kanisius, 1993.

Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik


dan Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni
2011.

Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik


dan Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni
2011.

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Pranada Media Group,


2009 Skinner, The Behavior of Organism, 1989).

Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Pranada Media Group,


2009 Skinner, The Behavior of Organism, 1989).

Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi


Aksara, 2006).
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran,( Jakarta : Gaung Persada Press,
2011).

17

Anda mungkin juga menyukai