Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

APLIKASI TEORI BEHAVIORISTIK DAN KELEBIHAN SERTA


KEKURANGAN DALAM PROSES BIMBINGAN KONSELING

DI SUSUN OLEH :

NAMA KELOMPOK 4 : ANDI NIRFAL ARYA AKDANI


MUH IDNAR DWI ANANDA
PIKRAM
GREGORIUS GUNAWAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah ini diajukan sebagai untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
semester ganjil 2019-2020 yang berjudul “Teori Belajar Behavioristik” Dalam penyusunan
makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada ibu Mega Elvianasti, M. Pd selaku sebagai dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran dan pembimbing makalah ini yang telah memberikan banyak bantuan, masukan,
dan dukungan terkait penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini
masih belum sempurna dan perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi perbaikan makalah ini dan
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap pada makalah ini dapat
bermanfaat dan bisa dipahami dengan baik oleh para pembaca.

Makassar, 25 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Teori Belajar Behavioristik.........................................................................................
B. Tokoh-tokoh, Teori Belajar, dan Penerapannya.......................................................................
C. Kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Behavioristik.........................................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..............................................................................................................................
B.Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Belajar merupakan aktivitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses kerja faktor
internal. Belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi melalui asimilasi dan akomodasi antara
stimulasi dengan unit dasar kognisi seseorang menjadi schema. Menurut pandangan psikologi
behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon.
Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang
lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau
pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori behavioristik memandang bahwa
belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar
perubahan mendekati tujuan yang diinginkan.
Stimulus tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun ekstrenal
yang menjadi penyebab belajar sedangkan respons adalah dampak atau akibat berupa reaksi fisik
terhadap dari stimulan. Belajar berarti penguatan ikatan asosiasi, sifat dan kecederungan stimulus
respons. Teori Behavioristik pada prinsip mementingkan faktor lingkungan, menekankan pada
faktor bagian, menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan mempergunakan metode
objektif sifatnya mekanis dan memetingkan masa lalu.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah definisi Teori Belajar Behavioristik?
2. Siapa sajakah Tokoh-tokoh, Teori Belajar, dan Penerapannya mengenai teori belajar
behavioristik?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristic?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku
yang diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan
(stimulan) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) baik yang internal
maupun eksternal. Respon adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulan. Teori behavioristik pada prinsipnya mementingkan faktor lingkungan,
menekankan pada faktor bagian, menekankan pada tingkah laku yang tampak dengan
mempergunakan metode objektif, sifatnya mekanis, dan mementingkan masa lalu .
B. Tokoh-tokoh, Teori Belajar, dan Penerapannya
Berikut dipaparkan bberapa tokoh dan teorinya serta penerapannya adalam
pembelajaran :
1. Edward Lee Thorndike (1874-1949) : Teori Koneksionisme
Thorndike mengemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus
(yang mungkin berupa pikiran, perasaan, gerakan) dan respon (yang juga bisa
berbentuk berupa pikiran, perasaan, gerakan)
Menurut Thorndike, belajar dapat dilakukan dengan mencoba-coba (trial dan
error). Mencoba-coba dilakukan bila seseorang tidak tahu bagaimana harus
memberikan respon atau sesuatu, kemungkinan akan ditemukan respon yang tepat
yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya.
Karakteristik belajar “trial dan error”
a. Adanya motif pada diri seseirang yang mendorong untuk mendorong untuk
melakukan sesuatu
b. Seseorang berusaha melakukan berbagai macam respon dalam rangka
memenuhi motif-motifnya
c. Respon-respon yang dirasakan tidak bersesuaian dengan motifnya dihilangkan
d. Akhirnya seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.
Thorndike juga mengemukakan beberapa hukum tentang belajar sebagai berikut :
a. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Jika seseorang siap melakukan sesuatu, ketika ia melakukan maka ia puas dan
sebaliknya. Contohnya : siswa yang siap ujian, ketika dilakukan ujian, maka ia
akan puas, tetapi jika ujiannya ditunda maka, ia menjadi tidak puas.
b. Hukum Latihan (Law of Exercise) Jika respon terhadap stimulus diulang-
ulang, maka akan memperkuat hubungan antara respon dengan stimulus dan
sebaliknya. Contohnya : Siswa yang belajar bahasa Inggris, sering digunakan
bahasa Inggrisnya, maka akan semakin terampil dalam berkomunikasi dalam
menggunakan bahasa Inggris. Tapi, tidak digunakan, maka ia tidak akan
terampil berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
c. Hukum Akibat (Law of Effect) Bila hubungan antara respon dan stimulus
menimbulkan kepuasan, maka tingkat penguatannya semakin besar dan
sebaliknya. Contoh : Siswa yang mendapatkan nilai tinggi akan semakin
menyukai pelajaran, namun jika perolehan nilainya rendah maka siswa akan
semakin malas belajar atau malah menghindari pelajaran tersebut2 . Thorndike
menambahkan hukum tambahan sebagai berikut :
d. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response) Hukum ini mengatakan bahwa
pada individu diawali oleh proses trial dan error yang menunjukkan adanya
bermacam-macam respon sebelum memperoleh respons yang tepat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
e. Hukum Sifat (Set/Attitude) Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar
seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja,
tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif,
emosi, sosial, maupun psikomotor.
f. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element) Hukum ini
mengatakan bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon pada
stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi
(respons selektif).
g. Hukum Response by Analogy Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam
melakukan respon pada situasi yang belum penah dialami karena individu
sesungguhnya dapat menghubungkan situasi yang belum pernah dialami
dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau
perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak
unsur yang sama maka transfer akan semakin mudah.
h. Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting) Hukum ini mengatakan
bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal
dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit
unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.
2. Ivan P. Pavlov
Teori conditioning ini dikembangkan oleh Pavlov (1927) dengan melakukan
percobaan terhadap anjing. Pada saat seekor anjing diberi makan dan lampu keluarlah
respon anjing itu berupa keluarnya air liur. Demikian juga jika dalam pemberian
makanan tersebut disertai dengan bel, air liur anjing juga keluar. Makanan yang
diberikan oleh Pavlon disebut perangsang tak bersyarat (unconditioned stimulus),
sementara bel atau lampu yang menyertaikan disebut sebagai perangsang bersyarat
(conditions stimulus).
3. Edwin Gutrie (1886 – 1959)
Gutrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah, tingkah laku baik
dapat diubah menjadi buruk dan sebaliknya. Teori Gutrie berdasarkan atas model
penggantian stimulus satu ke stimulus yang lain.

4. Watson (1878-1959)
Setelah ia mengadakan berbagai eksperimen Watson menyimpulkan pengubahan
tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan atau membiasakan memberikan reaksi
terhadap stimulus yang diterima. Stimulus dan respon tersebut harus dapat diamati
dalam bentuk tingkah laku.
Menurut pandangan Watson, Behaviorisme harus menerapkan teknik-teknik
penyelidikan binatang, yaitu conditioning untuk memperlajari manusia. Oleh karena
itu, ia mendefinisikan kembali monsep mental sebagai respons perilaku. Sebagai
contoh, berpikir dikenali sebagai tutur subvokal, dan perasaan diartikan sebagai reaksi
kelenjar.
Watson juga percaya bahwa kepribadian orang itu berkembang melalui
conditioning sebagai refleks. Ia berpendirian bahwa manusia waktu lahir hanya
memiliki tiga respons emosi yaitu takut, marah, dan saying.
5. Clark Hull (1894-1959)
Clark Hull sangat berpengaruh terhadap teori evolusi Charles Darwin. Hull
mengemukakan bahwa semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk
menjaga kelangsungan hidup karena itu kebutuhan biologis menempati posisi sentral.
Oleh Hull, kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive) seperti lapar, haus, tidur,
hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus dorongan (SD)
dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu mendorong adanya tingkah laku.
6. Skinner
Skinner mengembangkan teori conditioning dengan menggunakan tikus sebagai
percobaan. Menurutnya suatu respon menghasilkan sejumlah konsekuensi yang
nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
7. Robert Gagne (1916-2002)
Gagne disebut guru sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru yang
merencenakan instruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat
dimodifikasi. Keterampilan paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan
kemampuan yang lebih tinggi dari hierarki keterampilan intelektual.
8. Albert Bandura ( 1925-sekarang)
Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan
lebih banyak penekanan pada efek-efek isyarat pada perilaku dan proses mental
internal. Jadi, dalam teori belajar sosial kita akan menggunakan penjelasan
reinforcement eksternal dan penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana
kita belajar dari orang lain.

C. Kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Behavioristik


1. Kelebihan

a. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
b. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur – unsur
seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan
sebagainya.
c. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar
mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang
bersangkutan.
d. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak – anak yang masih
membutuhkan Dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi, dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk – bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
e. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan
positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang
didasari pada perilaku yang tampak.
f. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinu dapat
mengoptimalkan bakal dan kecerdasaan siswa yang sudah terbentuk
sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan
lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinu
tersebut dan lebih optimal.
g. Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian –
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu
mampu menghasilkan suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu.

2. Kekurangan

a. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam


bentuk yang sudah siap.
b. Tidak setiap mata pelajaran bias mengggunakan metode ini.
c. Penerapan teori behavioristic yang salah dalam suatu situasi pembelajaran
juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid.
d. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang
efektif.
e. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristic
justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
f. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan guru.
g. Penerapan teori behavioristic yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran
juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak
menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid sehingga dapat menekan kreativitas siswa. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif
siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bias
dielesaikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada
perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar apabila ia bias menunjukkan perubahan tingkah lakunya, para guru yang
menggunakan paradigma behavioristik akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan
secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi intruksi singkat yang
diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

B. Saran
Sebagai sebagai calon guru seharusnya mampu mendidik para peserta didik
dengan baik, dengan metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik. Oleh karena itu, teori-teori pembelajaran bertujuan agar mampu
menemukan kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, Ratna Wilis. 2018. Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.
Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Oktariska, Bariska, Anselmus J.E Toenlie, Susilaingsih. 2018. Studi Kasus Penerapan Teori
Belajar Behavioristik dalam Menumbuhkembangkan Perilaku Peduli Lingkungan Hidup Siswa
di SMKN 6 Malang. JKTP, 1(2), 159-168
Siregar, Evelin dan Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
Sukardjo, M dan Ukim Komarudin. 2010. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya.
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai