Anda di halaman 1dari 11

CONSTRUCTIVI AND BEHAVIOURIST TEACHING & LEARNING

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada


mata kuliah Teaching English as a Foreign Language
semester 4 program studi Tadris Bahasa Inggris

OLEH

ANDI FITRA RAMADANI


(882032020090)

DEWI BUNGA TERATAI


(882032020064)

RANGGA PERDANA PUTRA


(882032020092)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
2022
A. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
1. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan
perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya
perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Teori belajar ini berorientasi pada perilaku yang lebih baik.
2. Prinsip Teori Belajar Behavioristik
Seperti Bapak/Ibu ketahui bahwa teori belajar behavioristik menekankan pada
perubahan perilaku peserta didik. Namun, penerapan teori tersebut dalam
pembelajaran harus mengacu pada prinsip yang ada. Menurut Mukinan, prinsip teori
belajar behavioristik adalah sebagai berikut.
Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka
dikatakan sudah belajar. Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan
perilaku tidak dianggap belajar menurut teori ini.
Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa
diamati. Hal-hal selain stimulus dan respon tidak dianggap penting  karena tidak bisa
diamati.
Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat
respon. Penguatan bisa berupa penguatan positif dan negatif.
3. Hukum pada Teori Belajar Behavioristik
Hergenhahn dan Matthew menyatakan bahwa teori belajar ini mencakup
empat hukum, yaitu sebagai berikut.
a. Hukum kesiapan
Hukum kesiapan berarti bahwa kegiatan pembelajaran akan memberikan hasil
yang diinginkan jika ada kesiapan, baik kesiapan oleh pendidik maupun
peserta didik.
b. Hukum latihan
Hukum latihan memiliki arti bahwa semakin banyak latihan, semakin besar
peluang untuk berhasil. Artinya, kegiatan pembelajaran akan berhasil jika
peserta didik dibiasakan untuk latihan secara kontinu dan terukur.
c. Hukum efek
Hukum efek berarti bahwa efek yang dirasakan oleh peserta didik setelah
belajar akan memotivasi dirinya untuk terus belajar. Contohnya, seorang
peserta didik mendapatkan hadiah berupa buku paket Matematika karena
berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian tulis Matematika. Efek yang
dirasakan adalah bangga dan bahagia. Efek itu diharapkan bisa memotivasi
peserta didik tersebut untuk terus belajar.
d. Hukum sikap
Hukum sikap berarti sikap yang terbentuk setelah melakukan pembelajaran.
Perubahan sikap dipengaruhi oleh hal-hal yang ia dapatkan selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
4. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar ini dianggap sudah kuno oleh sebagian kalangan. Namun, sampai
saat ini teori ini masih sering digunakan di Indonesia. Memangnya, apa ciri yang
membedakan teori ini dengan teori belajar yang lain?
 Mengutamakan pengaruh lingkungan.
 Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.
 Mementingkan pembentukan reaksi atau respon.
 Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya
meminta maaf.
 Menganggap latihan itu adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran.
5. Contoh Penerapan Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik ini adalah teori belajar yang umum digunakan di
Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari beberapa contoh berikut.
 Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai materi sederhana
sampai kompleks.
 Selama mengajar, guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi.
 Jika guru menjumpai adanya kesahalan, baik pada materi maupun pada peserta
didik maka akan segera diperbaiki.
 Guru lebih aktif memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang
diinginkan.
 Guru memberikan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
 Guru harus mampu memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi
positif dan negatif.
6. Salah satu tokoh Teori belajar Behavioristik

Edward Lee Thorndike


Tokoh behaviorisme yang pertama adalah Edward Lee Thorndike. Dia adalah
salah satu psikolog amerika pertama yang menerima semua pendidikannya di
Amerika. Thorndike belajar dibawah bimbingan William James di Harvard
University. Dia adalah periset perkembangan psikologi hewan, dia sendiri pernah
berencana untuk menjadikan anak-anak sebagai subyek penelitian. Namun hal ini
terlarang, kemudian dia memilih anak ayam untuk dijadikan risetnya.
Pokok Pemikiran Tokoh Behaviorisme Thorndike
Thorndike menciptakan sebuah teori pembelajaran mekanistik dan obyektif
yang memfokuskan pada perilaku-tampak. Dia lebih menginterpretasikan pada
hubungan stimulus dan respon. Thorndike menyebut pendekatan eksperimentalnya
untuk studi asosiasi sebagai koneksionisme. Posisi ini adalah perluasan dari filosofis
lama yang membahas tentang asosiasi, pendekatan Thorndike terhadap pembelajaran,
berdasarkan koneksi antara situasi dan respon. Dia berpendapat bahwa sebuah
perilaku harus terus direduksi hingga tahap yang paling sederhana: kesatuan stimulus-
respon.
Kesatuan stimulus-respon adalah unsur-unsur perilaku (bukan kesadaran) dan
merupakan bahan penyusun dari perilaku kompleks yang terbangun.Thorndike
mengkaji pembelajaran mengenai hewan melalui laporan-laporan Romanes dan
Morgan yang menggambarkan cara kucing dan anjing membuka grendel pada
gerbang kotak pasel, alat yang dibuat Thorndike untuk melakukan penelitiannya.
Sehingga dengan penelitian ini Thorndike menulis tentang “pelekatan” dan
“peniadaan”.
7. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
Produk yang dibuat oleh manusia selalu memiliki dua sisi yang saling
berkebalikan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan teori belajar
behavioristik. Adapun kelebihan dan kekurangan teori belajar ini adalah sebagai
berikut.
a. Kelebihan
 Peserta didik dibiasakan untuk latihan dan praktik yang di dalamnya memuat
unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
 Mampu mendorong peserta didik untuk berpikir linier dan konvergen.
 Memudahkan peserta didik untuk mencapai suatu target tertentu dalam
pembelajaran.
b. Kekurangan
 Membatasi kreatifitas, produktifitas, dan imajinasi peserta didik.
 Pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga peserta didik terkesan pasif.
 Berpotensi menimbulkan hukuman verbal dan fisik, seperti memberi hukuman
peserta didik yang melanggar aturan atau bahkan menjewer. Hukuman
semacam itu justru bisa berakibat buruk pada perubahan perilaku peserta
didik.
 Timbul kesulitan untuk menjelaskan kondisi belajar yang kompleks karena
hanya beracuan pada stimulus dan respon.
 Jika guru belum mampu memberikan hal-hal mendasar yang dibutuhkan,
peserta didik bisa beralih ke dunia digital karena everything is available.

B. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK


1. Pengertian Dan Definisi Konstruktivistik 
 Karli (2003:2) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang (perolehan pengetahuan) diawali dengan
terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan
pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. 
 Poedjiadi (2005:70) juga menyampaikan bahwa “konstruktivisme bertitik tolak
dari pembentukan pengetahuan dan rekonstruksi pengetahuan, yaitu mengubah
pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk
sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan
lingkungannya”.
 Konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa
pengetahuan (knowledge) merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang
sedang belajar. Maksudnya setiap orang membentuk pengetahuannya sendiri
(Kukla, 2003: 39).
 Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Matthews, dalam Paul
Suparno,1997 : 18-17). Piaget (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori Belajar Piaget)
bahwa semua pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan atau
tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat
tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau
dunia sejauh dialaminya. Proses pengetahuan berjalan terus menerus dengan setiap
kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Konstruktivistik merupakan perkembangan teori belajar Kognitif.
Kostruktivisme berangkat dari keyakinan bahwa pengetahuan adalah suatu proses
pembentukan yang terus menerus berkembang dan berubah. Pengetahuan selalu
merupakan akibat dari konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang tertentu atau tetap, melainkan suatu
proses untuk menjadi tahu
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan
dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini
pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima
pengetahuan. Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan
kaum objektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa
banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah
memfasilitasi proses tersebut, dengan: 
 Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;
 Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan
 Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme
adalah suatu pandangan yang mendasarkan bahwa perolehan pengetahuan atau
konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar yang diawali dengan terjadinya
konflik kognitif yang pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh
melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya. 
Konstruktivistik dapat dilakukan dengan memberikan masalah pada siswa.
Pemberian masalah dimaksudkan untuk merangsang siswa agar berpendapat dan
berpikir kritis ketika mereka dihadapkan pada fakta-fakta baru. Siswa diperlakukan
sebagai pemikir-pemikir, atau dilatih untuk menjadi pemikir, bukan hanya sebagai
penerima pasif pengetahuan. Pembelajaran konstruktivistik lebih menekankan kepada
peningkatan keterampilan proses belajar, tidak semata-mata pada hasil belajar. Untuk
mencapai tujuan belajar, strategi yang dijalankan guru adalah menciptakan belajar
kolaboratif, yang memungkinkan pembahasan suatu masalah dari berbagai sudut
pandang.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivistik 
Yuleilawati (2004:54) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran konstruktivis
menurut beberapa literatur yaitu sebagai berikut:
 Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah
ada sebelumnya
 Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia 
 Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan
berdasarkan pengalaman
 Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui
berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau
bekerja sama dengan orang lain.
 Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus
terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
Sedangkan menurut Siroj (http://www.depdiknas.go.id/ Jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm)
ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis adalah :
 Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses
pembentukan pengetahuan.
 Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua
mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan
dengan berbagai cara.
 Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan
dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu
konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.
 Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi
sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain
atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa,
guru, dan siswa-siswa.
 Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
 Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga menjadi menarik dan
siswa mau belajar.
Pembelajaran konstruktivistik dapat dikenali melalui ciri-cirinya yang antara lain
sebagai berikut:
 Adanya kerjasama;
 Saling menunjang;
 Menyenangkan, tidak membosankan; 
 Belajar dengan bergairah;
 Pembelajaran terintegrasi;
 Menggunakan bebagai sumber;
 Siswa aktif, sharing dengan teman;
 Siswa kritis, guru kreatif;
 Laporan kepada orang tua berwujud, rapor, hasil karya siswa, laporan
praktikum, dan karangan siswa, dll.
Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme
yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara
personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa,
kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi
secara terus menerus, sehingga terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih
rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu
menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. 
Dalam proses itu, menurut Glasersfeld (Suparno, 1997: 20), diperlukan
beberapa kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil
keputusan mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih
menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivistik 
Paul Suparno (1997 : 69-70) menjelaskan beberapa ciri mengajar
konstruktivistik adalah sebagai berikut :
a. Orientasi.
Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari
suatu topik dan murid di beri kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap
topik yang hendak dipelajari.
b. Elicitasi. 
Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi,
menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi kesempatan untuk
mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar atau
poster. 
c. Restrukturisasi ide yang terdiri dari tiga hal yaitu :
Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau lewat teman
diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain,
seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok
dan sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
d. Penggunaan ide dalam banyak situasi.
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada
bermacam-macam situasi yang dihadapai. Hal ini akan membuat pengetahuan
murid lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam
pengecualiannya.
e. Review, bagaimana ide itu berubah.
Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi sehari-hari,
seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu
keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.
Dari langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
kostruktivistik di atas maka tugas guru adalah menjadi mitra yang aktif bertanya,
merangsang pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan pebelajar
mengungkapkan gagasan atau konsepnya, serta kritis menguji konsep siswa. Yang
terpenting adalah menghargai dan menerima pemikiran siswa apapun adanya sambil
menujukkan apakah pemikiran itu jalan atau tidak. Guru harus menguasai bahan
secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel menerima gagasan siswa
yang berbeda.
4. Kekurangan Dan Kelebihan Teori Kognitif Dan Konstruktivistik
 Analisis Kelebihan Teori Kognitif
 Dapat meningkatkan motivasi
 Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
 Dapat membantu guru untuk mengenal siswasecara individu sehingga
dapat mengembangkan kemampuan siswa
 Dapat melihat tingkat perkembangan kognitif manusia mulai dari bayi
hingga dewasa sehingga memudahkan untuk memilih pelajaran yang
tepat bagi anak di usia tertentu
 Dapat mempelajari materi pembelajaran yang rumit untuk memecahkan
dan untuk menciptakan kreasi atau ide baru
 Analisis Kekurangan Teori Kognitif
 Teori ini dianggap dekat dengan psikologi belajar daripada teori belajar,
sehingga dalam proses belajar menjadi tidak mudah
 Teori ini dianggap sulit dipraktekkan secara murni karena seringkali
merasa bingung untuk memahami unsur-unsur kognitif menjadi bagian-
bagian yang jelas
 Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan
 Teori ini sulit dipraktekkan khususnya ditingkat lanjut
 Beberapa dari teori ini sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-
behavioristik/amp/

http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/04/pengertian-ciri-ciri-dan-
definisi.html?m=1

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/06/kekurangan-dan-kelebihan-teori-
kognitif-dan-konstruktivistik/

https://psikologmudha.com/tokoh-behaviorisme-dan-pokok-pemikiran/

Anda mungkin juga menyukai