Anda di halaman 1dari 18

TEORI BEHAVIORISTIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu: Maghfira Febriana M.Pd
Disusun Oleh:

Kelompok 1
1. Rizqi Agustina Setyaningrum (2017402104)
2. Dea Syarifa Ulil Amalia (224110404009)
3. Fina Arta Fitriana (224110404020)
4. Hanan Amar Musanif (224110404022)
5. Septibinar Mahara Azani (224110404040)
6. Syifa Salsabilla (224110404042)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
TAHUN 2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau puji.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah sebagai berikut :
➢ Apa pengertian Dari Teori Belajar Behaviorisme?
➢ Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar Behaviorisme?
➢ Bagaimana apklikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran siswa?
➢ Apa tujuan pembelajaran Behaviorisme?
➢ Apa prinsip-prinsip teori pembelajaran Behaviorisme?
➢ Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran Behaviorisme?
➢ Bagaiman analisis dari teori behavirisme ?

2
C. TUJUAN
➢ Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar behaviorisme
➢ Untuk mengetahui dan menjelaskan dari pemikiran berbagai tokoh-tokoh
terhadap teori belajar Behaviorisme
➢ Untuk mengetahui dan menjelaskan apklikasi teori behaviorisme terhadap
pembelajaran siswa
➢ Untuk menjelaskan tujuan pembelajaran Behaviorisme?
➢ Untuk mengetahui dan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dalam teori
pembelajaran Behaviorisme
➢ Untuk mengetahui dan menjelaskan dari analisis dari teori behavirisme

3
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME

A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme


Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu
aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.[1]
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya.[2] Misalnya; siswa belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti;
kerja bakti, ronda dll.
Menurut teori ini yang terpenting adalah :
1. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya alat perkalian, alat
peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon
adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
2. Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Misalnya, ketika
peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat

4
belajarnya, maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar,
begitu juga sebaliknya.
Prinsip-prinsip behaviorisme adalah :
1. Objek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikemalikan kepada reflek
3. Mementingkan terbentuknya kebiasaan.[3]

B. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik.


a. Edward Lee Thorndike(1874-1949)
Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika uus
S1 dari Universitas Weseyan tahun 1895,S2 dari Harvard Tahun 1896 dan meraih gear Dokter
di Coumbia tahun 1898.
Menurutnya” belajar merupakan proses interaksi antara Stimulus (S) yang mungkin berupa
pikiran, perasaan atau gerakan dan Respon (R) yang juga berupa pikiran, perasaan atau
gerakan.”
Stimulus adalah perubahan dari lingkungan exsternal yang menjadi tanda untuk
mengaktifkan organisme untuk beraksi/berbuat. Sedangkan respon adalah sembarang tingkah
laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Dari percobaannya yang terkenal (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan
antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta
melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (Error)
terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah Trial and Error learning atau selecting
and conecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori
belajar yang dikemukakan oleh thorndike ini sering disebut teori belajar koneksionisme atau
asosiasi.
Edward L. Thorndike dalam teori connectionism dari Amerika Serikat, menyatakan bahwa
dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan panca indera dan inplus untuk bertindak atau
terjadinya hubungan antara stimulus dan respon disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S
– R Bond.

Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimuus dan respon ini
mengikuti hukum-hukum berikut

5
1. Hukum kesiapan (Law of readiness)
Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku,maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasaan individu sehingga
asosiasi cenderung di perkuat.
2. Hukum Latihan (law of exercise)
Yaitu semakin sering suatu tingkah laku di ulang/di latih(digunakan) ,maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.
3. Hukum akibat (law of effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung di perkuat bila akibatnya menyenangkan
dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan

Selanjutnya Thorndike menambahan hukum tambahan sebagai berikut :

a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response)


Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan eror yang
menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang
tepat dalam memecahkan masalah yang di hadapi.
b. Hukum sikap (set/attitude) menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya
ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja,teteapi juga di tentukan
keadfaan yang ada dalam diri individu baik kognitif,emosi,sosial,maupun
psikomotornya.
c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
Bahwa individu dalam proses belajar memberikan respon hanya pada stimulus tertentu
saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif)
d. Hukum Respon by Analogy
Hukum ini mengatakan bahwa individu dapat melakukan respon pada situasi yang
belum pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi
yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah dialami sehingga terjadi
transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal kesituasi baru. Makin banyak
unsur yang sama/identik,maka transfer akan makin mudah
e. Hukum perpindahan asosiasi (Associative Shifting)
Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal kesituasi yang
belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi
sedikit unsur baru dan membuang sedikiut demi sedikit unsur lama.

6
b. Burhus Fredederic Skinner (1904-1990)

B. F. Skinneradalah seorang yang berkebangsaan Amerika yang dikenal sebagai seorang


tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku individu dikontrol melalui proses operant
conditioning dimana seseorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar. Gaya mengajar guru
dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan (drill) dan latihan (exercise)
Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku
antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan
dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning atau
pengkondisian operanadalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif)
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.
Teori belajar behavioristik ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun dari
semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar Behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang
berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-fktor penguat
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh skinner.[5]
Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung merpati – unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus respond akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif
dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk
penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Skinner tidak percaya pada asumsi yang dikemukakan guthrie bahwa hukuman memegang
peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan menurut skinner : 1. Pengaruh
hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara
2 Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa
terhukum) bila hukuman berlangsung lama

7
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
agar ia terbebas dari hukuman
4. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala
lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya dengan
apa yang disebut penguatan baik negatif maupun positif.[6]
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain :

1. Hasil belajar harus segera di beritahukan kepada siswa,jika salah dibetulkan,jika benar
diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
3. Materi pelajaran digunakan sistem modul
4. Dalam proses pembelajaran ,lebih di pentingkan aktivitas sendiri
5. Dalam proses pembelajaran,tidak digunakan hukuman. Untuk ini,lingkungan perlu diubah
,untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik,diberi hadian,dan sebaiknya hadian diberikan
dengan jadwal variable rasio reinforcer
7. Dalam pembelajaran,digunakan shaping.

C. David Ausubel

Lahir pada 25 Oktober 1918 di Brooklyn New York.Belajar menurut Ausubel adalah
proses internal yang tidak dapat diamatisecara langsung. Perubahan terjadi dalam
kemampuan seseorang untuk bertingkahlaku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan
dalam tingkah laku hanyalahsuatu reflek dari perubahan internal (berbeda dengan aliran
behaviorisme, alirankognitif mempelajari aspek-aspek yang tidak dapat diamati secara
langsungseperti, pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreativitas, harapan dan pikiran).

Belajar bermakna menurut Ausubel merupakan suatu proses dikaitkannya informasi


barupada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorangfaktor yang
paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telahdiketahui siswa.Pandangan
Ausubel agak berlawanan dengan Burner yang beranggapanbahwa belajar dengan
menemukan sendiri (discovery learning) adalah sesuaidengan hakikat manusia sebagai
seorang yang mencari-cari secara aktif danmenghasilkan pengetahuan serta pemahaman yang
sungguh-sungguh bermakna Sedang menurut Ausubel kebanyakan orang belajar terutama
dengan menerimadari orang lain (reception learning).

8
Kedua pandangan tersebut sangat mirip yakni sebuah konstruksipengetahuan baru
yang sesungguhnya bergantung pada sistem pembelajaran yangbermakna. Hanya saja
discovery learning Burner menonjolkan corak berpikirinduktif sedangkan reception learning
Ausubel menonjolkan corak berpikirdeduktif. Sebagai konsekuensinya, Ausubel
mencanangkan mengajar yangdisebutkan “mengajar dengan menguraikan” (expository
teaching).Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari
hukum belajar yang bermakna.

D. Robert Gagne

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa Conditions of Learning. Ia lahir pada 21 Agustus 1918.

Teori Gagne banyak dipakai untuk mendesain software instruksional (program – program
berupa drill, tutorial atau simulasi). Kontribusi terbesar dari teori instruksional Gagne adalah
“9 kondisi Instruksional” yaitu :

1. Mendapatkan perhatian
2. Menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai
3. Stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar
4. Penyajian materi baru
5. Menyediakan pembimbingan
6. Memunculkan tindakan
7. Siap memberikan umpan balik langsung terhadap hasil yang baik
8. Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9. Meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat

Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisikondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu
dalam proses pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa pembelajaran harus
dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.

9
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :

1. Belajar isyarat (signal learning)

2. Belajar stimulus respon

3. Belajar merantaikan (chaining)


4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association)

5. Belajar membedakan (discrimination)

6. Belajar konsep (concept learning)

7. Belajar dalil (rule learning)

8. Belajar memecahkan masalah (problem solving)

E. Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir tanggal 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat
ayahnya Peter Dmitrievich Palvov. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke seminari.
Palvov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia
menjadi direktur departemen fisiologi dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan.
Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging
yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang
dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang
dikondisikan.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari
ada situasi yang sama pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es creem Walls yang
berkeliling dari rumah kerumah. Awalnya mingkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es
creem sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

10
F. Albert Bandura

Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta. Ia seorang psikolog yang
terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Teori belajar sosial
bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan reaksi
emosi orang lain.

Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.

Faktor – faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah :

1. Perhatian (atensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan perasaan,


tingkat kerumitan, kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengamat (kemampuan indra,
minat, presepsi, penguatan sebelumnya)
2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik,
pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan motorik
3. Reproduksi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan
balik
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.

C. Aplikasi teori behaviorisme terhadap pembelajaran Siswa

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran yaitu karena memandang


pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi
sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi pikiran adalah untuk
menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berfikir yang dapat dianalisis
dan dipilih, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
11
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon.
Ciri – ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik :

1. Mementingkan pengaruh lingkungan


2. Mementingkan bagian – bagian (elementalistik)
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
5. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
6. Mengutaman mekanime terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan

Secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang
dikemukakan oleh Sociati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang
pembelajaran, langkah-langkah pembelajara tersebut antara lain :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan awal siswa
3. Menentukan materi pembelajaran
4. Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan sub
pokok bahasan, topik dsb
5. Menyajikan materi pembelajaran
6. Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu tertulis, tes atau kuis,
latihan atau tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
8. Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif), ataupun hukuman
9. Memberikan stimulus baru
10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
11. Evaluasi belajar
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses

12
evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga
hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran
lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi
hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.
Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.

D. Tujuan Pembelajaran Behaviorism


Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.
1. Berkomunikasi atau transfer prilaku adalah pengambaran pengetahuan dan kecakapan peserta
didik (tidak mempertimbangkan proses mental
2. Pengajaran adalah untuk memperoleh keinginan respon dari peserta didik yang dimunculkan
dari stimulus
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatkan respon sebaik mungkin pada kondisi
respon diciptakan.[10]
Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih
banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan
mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila pebelajar menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar
dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan
pebelajar secara individual.

13
E. Prinsip-prinsip teori Pembelajaran Behavioristik

Dalam pembelajaran behaviorisme pembelajaran merupakan penguasan respons


(Acquisition of responses) dari lingkungan yang dikondisikan. Peserta didik haruslah melihat
situasi dan kondisi apa yang yang menjadi bahan pembelajaran.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip pembelajaran behavioristik menekankan pada pengaruh
lingkungan terhadap perubahan perilaku :
1. Mengunakan prinsip penguatan, yaitu untuk menidentifikasi aspek paling diperlukan
dalam pembelajaran untuk mengarahkan kondisi agar peserta didik dapat mencapai
peningkatan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
2. Menidentifikasi karakteristik peserta didik, untuk menetapkan pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Lebih menekankan pada hasil belajar daripada proses pembelajaran.

4.

F. Kelebihan dan kekurangan dalam teori pembelajaran behavioristik

Sesuai dengan teori ini, guru dapat menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh
guru. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti
contohcontoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara
hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan.

a. Kelebihan :

Dalam teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behavioristik terdapat beberapa


kelebihan di antaranya :
1) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.

14
2) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang
menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
3) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
4) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

b. Kekurangan :

1. Memandang belajar merupakan asosiasi belaka antara stimulus dan respon


2. Mengabaikan pengertian belajar sebagai unsure pokok
3. Proses belajar berlangsung secara teori
Selain teorinya, beberapa kekurangan perlu dicermati guru dalam menentukan teknik
pembelajaran yang mengacu ke teori ini, antara lain:
a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah
siap
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid
d) Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap
metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa
f) Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan guru.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan:

1. Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan
tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
2. Teori behaviristik terdiri dari dari 4 landasan: koneksionisme, pengkondisian,
penguatan, dan Operant conditioning.
3. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan tingkah lakunya.
4. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. .
5. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar

16
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes.
6. Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristik. :

Edward Lee Thorndike (1874-1949) Burhus Fredederic Skinner (1904-


1990) David Ausubel Robert Gagne Ivan Petrovich Pavlov
Albert Bandura

B. Saran

Kita sebagai calon guru harusnya mampu mendidik para peserta didik kita dengan baik, dengan
metode serta teori yang tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Oleh
karena itu pelajarilah teori-teori pembelajaran yang ada agar kita mampu menemukan
kecocokan dalam metode mengajar yang tepat.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004
B. Uno, Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara,
2006
Bambang warsita, Teknologi pembelajaran, Rineka cipta, 2008.
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.
Gage, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology, 1979.
Hall S. Calvin & Lindzey, Gardner, Psikology kebribadian 3, Teori-Teori sifat dan
behavioristik(diterjemahkan dari bukuTheories of personality, New york, Santa barbara
Toronto, 1978) , yogyakarta: Kanisius, 1993.
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009
Skinner, The Behavior of Organism, 1989.
Slavin, Belajar dan Pembelajaran, 2000.

17
Sukardjo, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2009
Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2011
Kamalfachri, “Teori Behavioristik”, dalam Websitefile:///H:/Teori behavioristik dan
Permaslahan/Kamalfachri. Weblog.htm, data diakses pada tanggal 2 Juni 2011.
Diposkan oleh Ismail M.Pd.I di 00.49

18

Anda mungkin juga menyukai