Anda di halaman 1dari 12

BEHAVIOR

Dosen Pengampu:
Yulia Hairina, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:
Maulidia 200103040106
Anis Hasana Hani 200103040152
Prenata Nur Rahma Adjani 200103040109
Reishi Rahmadaniah 200103040129
Sri Vina Agustina 200103040093
Dewi Oktavia 200103040108
Rika Yolanda 200103040112
Pengertian Detail Terkait Teori Behavioristik dan
Padangan Tentang Belajar
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik
sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Dan Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.
sehingga Teori belajar ini berorientasi pada perilaku yang lebih baik.

Hal yang terpenting dan perlu diperhatikan adalah perilaku dari stimulus dan respon. Maksudnya apa yang
diberikan guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh murid (respon) harus diperhatikan dan diukur. Hal itu
dilakukan karena pengukuran stimulus dan respon merupakan hal yang penting agar dapat mengetahui
apakah murid mengalami perubahan tingkah laku atau tidak.

Menurut Mukinan, prinsip teori belajar behavioristik adalah sebagai berikut:

1) Apabila seseorang sudah mampu menunjukkan perubahan perilaku, maka dikatakan sudah belajar.
Artinya, kegiatan belajar yang tidak membawa perubahan perilaku tidak dianggap belajar menurut teori
ini.
2) Hal yang paling penting pada teori ini adalah stimulus dan respon karena bisa diamati. Hal-hal selain
stimulus dan respon tidak dianggap penting karena tidak bisa diamati.
3) Adanya penguatan (reinforcement), yaitu hal-hal yang bisa memperkuat respon. Penguatan bisa berupa
penguatan positif dan negatif
Tokoh-tokoh Behavioristik

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di selangnya adalah Thorndike,


Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.

Menurut Thorndike, berupaya bisa adalah babak interaksi selang stimulus


dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya keaktifan
berupaya bisa seperti akal, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
menempuh peralatan indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika berupaya bisa, yang dapat pula berupa
akal, perasaan, atau gerakan/tindakan. Aci perubahan tingkah laku
kesudahan suatu peristiwa keaktifan berupaya bisa dapat bermodel konkrit,
yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi
tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang
tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini dikata pula dengan teori
koneksionisme.
Tokoh-tokoh Behavioristik

Teori Berupaya bisa Menurut Watson. Watson mendefinisikan berupaya


bisa sebagai babak interaksi selang stimulus dan respon, namun stimulus
dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Aci walaupun dia mengakui beradanya perubahan-perubahan
mental dalam diri seseorang selama babak berupaya bisa, namun dia
menganggap faktor tsb sebagai hal yang tidak perlu diperkirakan karena
tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang berupaya bisa disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi
Fisika atau Biologi yang sangat berpandangan pada pengalaman empirik
semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
Tokoh-tokoh Behavioristik

Teori Berupaya bisa Menurut Clark Hull. Clark Hull juga memanfaatkan
variabel hubungan selang stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian berupaya bisa. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin. Untuk Hull, seperti halnya teori evolusi, semua
fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga supaya
organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan
kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menduduki jabatan sentral dalam seluruh
keaktifan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam
belajarpun nyaris selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun
respon yang akan muncul mungkin dapat bermodel macam-macam.
Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan
dengan kondisi biologis
Tokoh-tokoh Behavioristik

Teori Berupaya bisa Menurut Edwin Guthrie Azas berupaya bisa Guthrie yang
utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai
suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan disertai oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga memanfaatkan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya babak berupaya bisa. Berupaya
bisa terjadi karena gerakan terakhir yang dilaksanakan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak berada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil berupaya bisa yang baru supaya tidak hilang dengan perlintasan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan selang stimulus dan respon
bersifat sementara, oleh karena dalam keaktifan berupaya bisa peserta didik perlu
sesering mungkin diberi stimulus supaya hubungan stimulus dan respon bersifat
lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam babak berupaya bisa. Hukuman yang diberikan
pada ketika yang tepat akan dapat mengubah tingkah laku seseorang.
Tokoh-tokoh Behavioristik
Teori Berupaya bisa Menurut Skinner. Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner
tentang berupaya bisa lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Beliau
dapat menjelaskan konsep berupaya bisa secara sederhana, namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan selang stimulus dan respon yang terjadi
menempuh interaksi dengan lingkungannya, yang selanjutnya menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh
sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan memengaruhi respon yang diproduksi. Respon yang diberikan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami
tingkah laku seseorang secara sah harus memahami hubungan selang stimulus yang
satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul kesudahan suatu peristiwa respon tsb.
Skinner juga mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan perubahan-perubahan
mental sebagai peralatan untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah
berlibatnya masalah. Sebab setiap peralatan yang dipakai perlu penjelasan lagi,
demikian seterusnya.
Aplikasi dalam kelas/ penerapan Teori
Behavior
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran,
materi pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran,
lingkungan, dan penguatan. Teori belajar behavioristik
cenderungmengarahkansiswa untuk berfikir. Pandangan teori
belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu
membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik
memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar
merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa
diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh
guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.
Beberapa kegiatan di kelas yang dapat dikategorikan sebagai
penerapan teori belajar behavioristik antara lain:

1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap.


Dimulai dari materi sederhana sampai kompleks.
2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama
mengajar.
3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada
siswa maka guru akan segera memperbaiki.
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk
perilaku atau pembiasaan seperti yang diinginkan.
5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan
(reinforcement), baik dari sisi positif dan negatif.
Kelebihan Teori Behavior
Dapat mengganti cara mengajar (stimulus) yang satu dengan stimulus lainnya
hingga mendapatkan apa yang diterima oleh murid (respon). Dengan teori
belajar ini sangat cocok untuk mendapatkan kemampuan yang mengandung
unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.

Sangat cocok untuk memperoleh Membangun konsentrasi pikiran.


kemampuan yang membutuhkan Dalam teori ini adanya penguatan dan
praktek dan pembiasaan. Dengan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini
bimbingan yang diberikan secara Materi yang diberikan sangat detail akan membantu mengaktifkan siswa
terus menerus akan membuat Hal ini adalah proses memasukkan untuk memperkuat munculnya
peserta didik paham sehingga stimulus yang yang dianggap tepat. respon. Hukuman yang diberikan
mereka bisa menerapkannya Dengan banyaknya pengetahuan adalah yang sifatnya membangun
dengan baik. yang diberikan, diharapkan peserta sehingga peserta didik mampu
didik memahami dan mampu berkonsentrai dengan baik.
mengikuti setiap pembelajarannya.
KEKURANGAN TEORI BEHAVIOR
01
Tidak semua pelajaran
03
Murid cenderung diarahkan
dapat memakai teori untuk berpikir linier, konvergen,

02
belajar behavioristik. tidak kreatif, dan memposisikan
murid sebagai murid pasif.

04
Guru diharuskan untuk

Dalam proses belajar


menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk
yang sudah siap.
05
Murid membutuhkan
mengajar, murid hanya bisa motivasi dari luar dan
mendengar dan menghafal sangat bergantung
yang didengarkan. pada guru
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai