Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTEK KERJA PSIKOLOGI

PRODI PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

PEMINATAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PEMBIMBING
Yulia Hairina, M. Psi, Psikolog

DISUSUN OLEH :
Rusmini 170104040032
Hilda 180103040091
Erika Ayu Lestari 180103040257

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ANTASARI
BANJARMASIN
2021
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN
PRAKTEK KERJA PSIKOLOGI
PRODI PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

OLEH:
Rusmini 170104040032
Hilda 180103040091
Erika Ayu Lestari 180103040257

Banjarmasin, Juni 2021

Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Prodi

(Yulia Hairina, M.Psi Psikolog) (Yulia Hairina, M.Psi, Psikolog)


NIP. 19840318 012011 2 009 NIP. 19840318 012011 2 009

KATA PENGANTAR

ii
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu
wa ta’ala yang mana atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
program kerja yang bersifat non-lapangan ini. Sholawat serta salam juga tak lupa kami panjatkan
kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam beserta pada sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persayaratan dalam penyelesaikan
Praktek Kerja Psikologi Non Lapangan bagi Mahasiswa Program Studi Psikologi Islam, Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora UIN Antasari Banjarmasin.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan kepada kami, terutama dosen pembimbing peminatan
yang telah membantu kami ketika kesulitan dalam proses menyelesaikan laporan ini. Serta
seluruh pihak yang mendukung serta memberikan semangat dalam proses pengerjaan laporan ini.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini tentu terdapat kesalahan yang mana
kiranya harus diperbaiki. Kami menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun demi
terciptanya pengembangan ilmu yang lebih lagi kedepannya

Banjarmasin, 9 Juni 2021

Kelompok 4 Peminatan Pendidikan

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
RINGKASAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitiann 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS 5
Teori Anak Beekebutuhan Khusus 5
Difinisi Anak Berkebutuhan Khusus 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Gambaran Umum 15
Identifikasi Masalah 15
Prioritas Masalah 15
Akar Masalah 17
Alternatif Solusi 19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 21
Kesimpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 25

RINGKASAN

iv
Ketiadaan pembelajaran langsung (offline) menjadi pengalaman baru di masa
pandemi ini. Proses pembelajaranpun pada akhirnya bergeser menggunakan media daring
sebagai medium komunikasi virtual. Kenyamanan interaksi para pihak yang terlibat harus
dibangun dan diwujudkan bersama melalui komunikasi di tengah krisis untuk
mengurangi entrophy atau ketidakpastian. Pembelajaran yang dilakukan secara daring
tentu memiliki dampak tersendiri, sebab pembelajaran yang biasanya dilakukan secara
bertatap muka di dalam ruangan dengan dilengkapi fasilitas-fasilitas yang ada sekarang
harus dilakukan dengan jarak dan melalui media teknologi pembelajaran komunikasi dan
informasi.

Pembelajaran daring terutama pada anak berkebutuhan khusus perlu kiranya


menyesuaikan dengan kondisi siswa itu sendiri. Anak berkebutuhan khusus sebagai anak
yang secara signifikan berbeda dalam beberapa pengertian, mereka yang secara fisik,
psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan
dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang mengalami tuli, buta, mempunyai
gangguan bicara, cacat tubuh retardasi mental, gangguan emosi. Juga anak-anak berbakat
dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus
atau anak luar biasa, karena memerlukan penangganan yang lebih ekstra yang terlatih
dari tenaga yang profesional.

Strategi terbaik untuk anak berkebutuhan khusus selama ditetapkan saat pjj, yang
pertama strategi pengajaran yang diindividualisasikan yaitu menyesuaikan kedalaman
materi pembelajaran dengan kemampuan peserta didiknya. Namun, hal ini berbeda
dengan pengajaran individual. Pengajaran individual adalah pengajaran satu per satu
siswa, tetapi ini adalah strategi pengajaran yang diindividualisasikan karena biasanya
untuk para pendidik berkebutuhan khusus, ini disesuaikan dengan kemampuan mereka
sehingga anak bisa berinteraksi sesuai dengan minatnya. Kemudian kemampuan belajar,
mengadakan pusat belajar. Kedua strategi kooperatif merupakan kemampuan heterogen
untuk membangun semangat, kekeluargaan, dan keakraban. Salah satu finalis
penghargaan Guru dan Kepala Sekolah Dedikasi, Inovasi, dan Inspirasi ini menjabarkan
pengalamannya saat mengadakan pembelajaran luring dengan strategi kooperatif. Ketika
anak-anak berkebutuhan khusus terkadang ada kakaknya, ada teman-temannya juga di

v
lingkungan sekitarnya atau bahkan mungkin ada adik-adiknya, untuk belajar bersama
anak-anak lainnya supaya semangat, kekeluargaan, dan keakraban dapat terbangun.
Ketiga strategi modifikasi tingkah laku ialah mengubah, menghilangkan, atau
mengurangi tingkah laku tidak baik menjadi baik. Kemudian, guru dapat memberikan
penguatan kepada anak atau reinforcement seperti hadiah, pujian, dan elusan. Guna untuk
mendorong Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) lebih semangat dalam belajar.

Penelitian menunjukan bahwa kolaborasi yang efektif memiliki sejumlah manfaat


yang signifikan. Belajar mengajar yang dilakukan oleh guru pendidikan luar biasa dengan
siswanya dapat melalui kurikulum tetapi pembelajaran difokuskan pada hal yang
berkaitan langsung dengan kebutuhan belajar individu siswa. Penyesuaian tersebut akan
menghubungkan pada strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran.

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada saat ini Indonesia bahkan di seluruh kawasan benua sedang terjadi
wabah Coronavirus atau yang sering kita sebut dengan COVID 19. Coronavirus
merupakan virus yang mendatangkan penyakit seperti gejala ringan hingga dengan
gejala berat. Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tanggal 24
Maret mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 yang berisi tentang
pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID 19.1 Surat
Edaran tersebut menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar akan ditetapkan
dilaksanakan di rumah dengan melalui pembelajaran daring atau jarak jauh. Hal ini
dilaksanakan agar memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan baru bagi
para siswa. Dengan pembelajaran daring maka waktu yang digunakan untuk belajar
sangat banyak, bisa dimanapun dan kapanpun karena sistem interaksi antara siswa
dengan guru melalui beberapa aplikasi seperti classroom, google meet, zoom, dan
whatsapp group.
Pembelajaran daring tidak hanya ditetapkan pada peserta didik yang biasa
tetapi juga dilakukan oleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), ABK ini adalah
seseorang yang mengalami kelainan khusus atau karakteristik yang berbeda.
Pembelajaran daring sendiri memiliki banyak kendala terkecuali pada anak yang
berkebutuhan khusus dan hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Nurullyta Puspita Dewi, Nurul Fadilah, dan Solehawati Rahma dengan judul
“Problematika Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Pada Masa Pendemi
COVID-19 di Sekolah Inklusi dan Strategi Menanganinya”. Subjek dalam penelitian
ini adalah guru dan orang tua peserta didik”. Hasil dari penelitian ini adalah
pembelajaran untuk anak yang berkebutuhan khusus pada masa pendemi yaitu kurang
siapnya guru dan orang tua dalam pembelajaran jarak jauh ini, kurangnya
keterampilan orang tua dalam mengakses internet, rasa bosan yang muncul pada anak

1
Yeslin Anjelina Terayanti, “PENGARUH PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI MASA PANDEMI COVID 19,” 2020. Hal 2

1
sehingga membuat anak malas untuk melakukan pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran daring untuk anak berkebutuhan khusus perlu dilakukan dengan
starategi yang tepat,seperti mempertimbangkan kemampuan peserta didik
berkebutuhan khusus. Tidak hanya itu, hal lain bisa juga dilakukan dengan cara
menerapkan strategi 5 M yaitu memodifikasi program, memodifikasi kurikulum,
memodifikasi cara pengajaran, modifikasi komunikasi dan fleksibilitas.2
Hal ini seperti yang dilakukan Hamidaturrohman dan mulyani dalam
penelitiannya dengan judul “Strategi Pembelajaran Jarak Jauh Siswa Berkebutuhan
Khusus di SD Inklusi Era Pendemi Covid-19” hasil penelitiannya mengungkapkan
bahwa strategi yang dilakukan yaitu memanusiakan hubungan, memahami konsep,
membangun keberlanjutan dengan memberikan stimulasi, memilih tantangan dengan
guru memberikan bermacam aktivitas pembelajaran yang menarik, dan dan
memerdayakan konteks melibatkan sumber daya dirumah sebagai sumber daya
belajar.3
Selain itu juga ada penelitian yang meneliti tentang Model Pendidikan dan
Implementasi Kurikulum untuk Anak Berkebutuhan Khusus oleh Kumiana
Bektiningsih, Dkk, yang berjudul Model Pendidikan Inklusi dan Implementasinya
pada Masa Pendemi Covid-19 di Sekolah Dasar. Subjek penelitian ini adalah empat
anak SD dalam satu kelas. Untuk pengembangkan kurikulum yang sering digunakan
untuk mengikuti pembelajaran daring bagi anak berkebutuhan khusus ada empat yaitu
duplikasi, modifikasi, subtitusi, dan omisi. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan
bahwa strategi yang dapat dilakukan dalah pelatihan dan pendampingan bagi semua
guru untuk mengadakan penyesuaian terhadap kurikulum dan pembelajaran dikelas
untuk anak yang berkebutuhan khusus. Tidak hanya itu, semua guru juga disiapkan
untuk melaksanakan dan mengkombinasikan berbagai model pendidikan inklusi.4
Selain itu dapat dilihat juga pada penelitian dengan judul Model
Pendampingan Belajar Orang Tua untuk Anak Berkebutuhan Khusus Selama Masa
2
Nurul Puspita Dewi, “Problematika Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Pada Masa Pandemi
Covid-19 Di Sekolah,” JPI (Jurnal Pendidikan Inklusi) 4, no. 1 (2020): 1–10.
3
Hamidaturrohmah Hamidaturrohmah dan Tri Mulyani, “STRATEGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH
SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI ERA PANDEMI COVID-19,” ELEMENTARY: Islamic
Teacher Journal 8, no. 2 (2020): 247–78.
4
Bektiningsih, Trimurtini, “Model Pendidikan Inklusi dan Implementasinya pada Masa Pendemi Covid-19
disekolah dasar,” Jurnal Pemberdayaan, 4 (2020). Hal 261

2
Pendemi dari Tias Rahmawati, Fartiwi, dkk. Subjek pada penelitian ini adalah orang
tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus usia 4 sampai 6 tahun. Hasil dari
penelitian ini mengungkapkan bahwa beberapa strategi yang bisa dilakukan mengenai
model pendampingan belajar orang tua untuk anak berkebutuhan khusus pada masa
pendemi yaitu strategi pendampingan belajar dengan menggunakan pendekatan po;a
asuh permisif artinya memberikan kebebasan pada anak untuk menentukan kegiatan
belajar yang ingin dia lakukan, strategi kedua dengan menggunakan pendekatan pola
asuh otoriterpenuh dari orang tua dan strategi ketiga adalah strategi yang
menggunakan pendekatan pola asuh otoritarian artinya orang tua memberi kebebasan
pada anak untuk melakukan sesuai yang diinginkannya tetapi orang tua ikut serta
dalam memberi arahan dan tetap harus mengontrol keadaannya.5
Penelitian dengan judul study diskriptif Anak Berkebutuhan Khusus selama
pendemi Covid-19 oleh Diana Shanty. Subjek pada penelitian ini adalah peserta
didik. Hasil dari study ini adalah proses atasi pembelajaran anak yang berbeda-beda
terutama pada anak yang berkebutuhan khusus.
Praktek kerja psikologi merupakan kegiatan praktek disuatu lembaga yang
releven sebagai sarana dalam menerapkan konsep serta teori yang dipelajari oleh
mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja
professional. Tujuan yang hendak dicapai dari Praktek Kerja Psikologi ini yaitu
Mahasiswa mempunyai kemampuan dalam professional serta ilmuan untuk
menghadapi permasalahan yang terjadi di kalangan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa akar permasalahan proses Pembelajaran Daring pada anak berkebutuhan khusus?
2. Apa solusi alternatif Pembelajaran Daring pada Anak Berkebutuhan Khusus agar
mendapat pengajaran yang efektif?

5
Tias Rahmawati, Fartiwi Fartiwi, dan Umi Nur Fatimah, “MODEL PENDAMPINGAN BELAJAR
ORANG TUA UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SELAMA MASA PANDEMI,” Academica:
Journal of Multidisciplinary Studies 4, no. 2 (2020): 257–66.

3
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini terbagu dua bagian.
Pertama tujuan secara umum adalah praktek non-lapangan ini dilakukan
dengan tujuan untuk menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan-kemampuan
profesional serta ilmuan praktis saat menghadapi permasalahan yang terjadi didalam
masyarakat agar tidak membahayakan mahasiswa dalam kondisi sekarang yaitu
pendemi Covid-19.
Bagian kedua adalah tujuan khusus yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan
khususnya dibidang Psikologi Pendidikan.
Adapun sebagai jawabaan dari rumusan masalah diatas, maka ditetapkanlah
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi akar permasalahan yang Anak Berkebutuhan
Khusus
2. Untuk mengetahui solosi alternatif pembelajaran daring pada Anak Berkebutuhan
Khusus agar mendapat pengajaran yang relative

D. Manfaat
Manfaat praktek kerja ini adalah mengetahui akar permasalahan dari Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) dan apa solosi alternatif pembelajaran daring pada
Anak Berkebutuhan Khusus agar mendapat pengajaran yang relatif.
Hasil dari praktek ini agar bisa menjadi pelajaran atau cerminan bagi
masyarakat Indonesia tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dimasa pendemi
Covid-19. Hasil dari praktek ini dapat digunakan sebagai acuan dan gambaran untuk
masyarakat umum khususnya untuk kalangan pendidikan bagi para guru yang
menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Hasil praktek kerja ini juga dapat
memberikan sedikit pengertian kepada masyarakat dan pendidikan akan pentingnya
strategi atasi pembelajaran daring pada anak berkebutuhan khusus.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Anak Berkebutuhan Khusus


1. Definisi Anak Berkenutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan layanan atau
perlakuan khusus untuk mencapai perkembangan yang optimal sebagai akibat dari
kelainan atau keluarbiasaan yang disandangnya.6 Anak berkebutuhan khusus adalah
anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan
anak pada umumnya.7 Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai
kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya dalam hal fisik,
mental maupun karakteristik perilaku sosialnya. Anak berkebutuhan khusus tentu akan
menghadapi berbagai masalah yang berhubungan dengan kekhususannya.8
Pengertian lainnya bahwa anak yang membutuhkan pendidikan khusus adalah anak
yang secara permanen (individu dengan hambatan sesori penglihatan, pendengaran,
perkembangan intelektual, fisik dan motorik, emosi dan perilaku, individu berbakat,
tunaganda, individu berkesulitan belajar individu dengan autisme dan individu dengan
hambatan konsenterasi dan perhatian) atau temporer (kondisi sosial-emosi, ekonomi dan
politik) selama jenjang sekolah mereka memerlukan penanganan pendidikan khusus
dari pihak guru, institusi, dan/atau sistem sebagai akibat kelainan mereka baik secara
fisik, mental, atau gabungannya, atau kondisi emosi, atau karena alasan situasi yang
kurang menguntungkan.9
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti
disability, impairment, dan handicap. Menurut World Health Organization (WHO),
definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut: Disability yaitu keterbatasan atau
kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas
sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam

6
Mega Iswari, “Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus,” 2007. Hal 1-2
7
Lilik Maftuhatin, “Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kelas Inklusif di SD
Plus Darul’ulum Jombang,” Religi: Jurnal Studi Islam 5, no. 2 (2014): 201–27.
8
Nandiyah Abdullah, “Mengenal anak berkebutuhan khusus,” Magistra 25, no. 86 (2013): 1.
9
Jurnal Ilmu Sosial, Model Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Yang Mengalami
Kecacatan Fisik, (Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, Vol. 5, No. 1, Juni 2019, pp. 46-54)

5
level individu. Impairment yaitu kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis,
atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ. Handicap
yaitu ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang
membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.10

2. Klarifikasi Anak Berkenutuhan Khusus


Menurut IDEA atau Individuals with Disabilities Education Act Amandements
yang dibuat pada tahun 1997 dan ditinjau kembali pada tahun 2004: secara umum,
klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus adalah:
a. Anak dengan Gangguan Fisik:
1) Tunanetra, yaitu anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi (blind/low
vision) sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti
orang awas.
2) Tunarungu, yaitu anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal.
3) Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap
pada alat gerak (tulang, sendi dan otot).
b. Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku:
1) Tunalaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan
bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
2) Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara, yaitu anak yang
mengalami kelainan suara,artikulasi (pengucapan), atau kelancaran
bicara,yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa,isi
bahasa,atau fungsi bahasa.
3) Hiperaktif, secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang
tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak
mampu mengendalikan gerakan dan memusatkan perhatian.

c. Anak dengan Gangguan Intelektual:

10
Dinie Ratri Desiningrum, Psikologi anak berkebutuhan khusus (psikosain, 2017). Hal 1-2

6
1) Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh dibawah rata-rata
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi
maupun sosial.
2) Anak Lamban belajar (slow learner), yaitu anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita
(biasanya memiliki IQ sekitar 70-90).
3) Anak berkesulitan belajar khusus, yaitu anak yang secara nyata mengalami
kesulitan dalam tugastugas akademik khusus, terutama dalam hal kemampuan
membaca,menulis dan berhitung atau matematika.
4) Anak berbakat, adalah anak yang memiliki bakat atau kemampuan dan
kecerdasan luar biasa yaitu anak yang memiliki potensi kecerdasan
(intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task
commitment) diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk
mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
5) Autisme, yaitu gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya
gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6) Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan khusus yang
tidak dimiliki manusia pada umumnya.11
3. Pembelajaran Daring
Pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran ketika siswa dan pengajar tidak
selalu hadir secara fisik secara bersamaan di sekolah. Pelaksanaan dapat sepenuhnya
jarak jauh (hybrid) atau campuran jarak jauh dengan kelas (blended).12 Perkembangan
penggunaan internet telah menjadikan pembelajaran jarak jauh lebih mudah dan cepat,
bahkan saat ini sekolah dan universitas virtual memberikan kurikulum daring penuh
(Gold & Maitland, 1999). Kelebihan pembelajaran jarak jauh antara lain: dapat
memperluas akses pendidikan untuk masyarakat umum dan bisnis karena struktur

11
Desiningrum. Hal 7-8
12
Lembar Kegiatan Literasi Saintifik untuk Pembelajaran dan Jarak Jauh, “EDUKATIF: JURNAL ILMU
PENDIDIKAN,” 2020. Hal 30

7
penjadwalan yang fleksibel mengurangi efek dari banyak kendala waktu dan tempat,
penyerahan beberapa kegiatan di luar lokasi mengurangi kendala kapasitas
kelembagaan yang timbul dari kebutuhan bangunan infrastruktur, serta terdapat potensi
untuk meningkatkan akses ke lebih banyak pakar dari beragam latar belakang
geografis, sosial, budaya, ekonomi, dan pengalaman. Namun, pembelajaran jarak jauh
juga memiliki kekurangan antara lain: hambatan untuk pembelajaran efektif seperti
gangguan rumah tangga dan teknologi yang tidak dapat diandalkan, interaksi yang
tidak memadai antara siswa dan pengajar, serta kebutuhan untuk pengalaman yang
lebih banyak.13

4. Proses Pembelajaran Daring Anak Berkebutuhan Khusus


Belajar mengajar yang dilakukan oleh guru pendidikan luar biasa dengan
siswanya dapat melalui kurikulum tetapi pembelajaran difokuskan pada hal yang
berkaitan langsung dengan kebutuhan belajar individu siswa (Ní Bhroin & King,
2020).14
Strategi Pengajaran yang diindividualisasikan yaitu guru menyesuaiakan materi
yang diberikan sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus agar mereka bisa
berinteraksi dengan minat mereka. Strategi kooperatif yang dilakukan dengan
melibatkan orang-orang di lingkungan sekitar, misalnya keluarga. Strategi kooperatif
ini membuat anak berkebutuhan khusus memiliki rasa kekeluargaan, keakraban dan
dapat memunculkan semangat sehingga anak tidak mudah bosan. Strategi modifikasi
perilaku memiliki tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak
baik. Menurut Martin dan Pear (2003) modifikasi perilaku sebagai sebuah aplikasi
yang sistematis dari prinsip-prinsip dan teknik-teknik belajar untuk mengukur dan
meningkatkan tingkah laku individu dalam rangka membantunya agar dapat berfungsi
secara penuh di tengah masyarakat (Parmawati, Prasetyawati, & Prianto, 2017).15

13
Adib Rifqi Setiawan dan Surotul Ilmiyah, “Lembar kegiatan siswa untuk pembelajaran jarak jauh
berdasarkan literasi saintifik pada topik penyakit coronavirus 2019 (COVID-19),” EdArXiv. DOI: https://doi.
org/10.35542/osf. io/h4632, 2020.
14
Saida Luthfia Aghniya, “STRATEGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH UNTUK SISWA
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TENGAH PANDEMI,” 2020.
15
{Citation}

8
Di dalam penelitian Hamidaturrohmah (2020) mengatakan pada hasil
penelitiannya dia menerapkan strategi 5M untuk pembelajaran daring, yang memiliki
manfaat siswa dapat belajar sesuai dengan panduan kegiatan di modul yang diberikan
guru dengan pendampingan orang tua. 5M disini yaitu,
a. Memanusiakan hubungan.
b. Memahami konsep.
c. Membangun keberlanjutan dengan memberikan stimulasi.
d. Memilih tantangan dengan guru memberikan bermacam aktivitas pembelajaran
yang menarik.
e. Memberdayakan konteks melibatkan sumber daya dirumah sebagai sumber belajar.
Langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran daring ialah, pertama
membuat perencanaan pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus. Perencanaan
dibuat sebenarnya sama saja, akan tetapi untuk aktivitasnya diganti dengan media dan
alat yang digunakan orang tua. Kedua, menggunakan kegiatan dengan strategi 5M.
Ketiga, melaksanakan refleksi bersama orang tua siswa. Keempat, melaksanakan
kunjungan (Home Visit) ini merupakan layanan pendukung untuk anak berkebutuhan
khusus.16

BAB III
16
Terayanti, “PENGARUH PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI
MASA PANDEMI COVID 19.”

9
HASIL DAN PEMBAHASAN UMUM

A. Gambaran Umum
Diana Shanty selaku salah satu guru dari Sekolah Luar Biasa Swasta (SLBS)
Putra Hanjuang, Bungbulang, Garut, Jawa Barat berpendapat bahwa seorang guru harus
menemukan cara untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa siswi ABK
selama pada masa pandemi Covid-19. ia dan rekan-rekannya mengkaji ulang model PJJ
(pembelajaran jarak jauh), Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan teknologi dari
para pendidik bahkan orang tua,tidak adanya alat komunikasi serta akses internet pada
tempat tinggal siswa.
Diana membaginya menjadi tiga model pengajaran saat pandemi Covid-19, yaitu
dalam jaringan (daring), luar jaringan (luring), dan blended atau campuran (daring dan
luring). Daring merupakan pengajaran menggunakan gawai dan jaringan internet melalui
aplikasi pembelajaran ataupun Learning Management System (LMS). Sementara itu,
luring merupakan pembelajaran tanpa menggunakan internet, bisa dari televisi, radio,
modul belajar mandiri, Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan belajar cetak, dan bahkan alat
peraga dan media belajar dari benda-benda di lingkungan sekitar. Namun, bila sekolah
bisa melakukan pembelajaran daring dan luring juga tidak masalah. Pasalnya untuk
pemilihan cara pengajaran, Diana menuturkan bahwa hal tersebut tergantung dari situasi
dan kondisi maupun rintangan yang sedang sekolah hadapi. “Itu alternatif (adalah
singkatan) yang pertama. Kita coba nih apa yang akan kita implementasikan,”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil gambaran umum kasus tantangan pembelajaran daring Anak
Berkebutuhan Khusus, maka didapatkan beberapa permasalahan yang ditemukan:
1. kurangnya pengetahuan teknologi dari para pendidik bahkan orang tua
2. tidak adanya akses internet pada tempat tinggal siswa tersebut
3. keterbatasan alat komunikasi untuk selalu mengikuti PJJ

C. Prioritas Masalah

10
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka ditentukan prioritas yang paling
perlu untuk diselesaikan terlebih dahulu yaitu keterbatasan alat komunikasi untuk selalu
mengikuti pembelajaran daring tersebut. Tak sedikit dari anak-anak yang keluarganya
mengalami ketahanan ekonomi yang kurang. Bahkan mereka kesulitan mendapatkan
makanan.
Sebenarnya istilah pendidikan jarak jauh (distance education) telah lama dikenal
yaitu sejak tahun 1870-an (Ibrahim, 2005:7). Sistem pendidikan jarak jauh pada mulanya
berbentuk korespodensi. Sistem korespondensi ini sasaran utamanya adalah orang
dewasa. Proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan bahan belajar cetak/
tertulis, yang didistribusikan (delivery) melalui jasa pos. Dalam penyelenggaraannya PJJ
tidak hanya menggunakan bahan belajar cetak saja melainkan juga telah memanfaatkan
berbagai media lain, termasuk media elektronik seperti program radio dan televisi, dan
pada tahun 1990 telah menggunakan multimedia.
Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari
pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi
informasi dan komunikasi dan media lain (UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15).
Karakteristik pendidikan jarak jauh adalah (1) adanya keterpisahan yang mendekati
permanen antara tenaga pengajar dari peserta didik selama program pendidikan,(2)
adanya keterpisahan yang mendekati permanenantara seorang peserta didik dengan
peserta didik lain selama program pendidikan, (3) ada suatu institusi yang mengelola
program pendidikannya,(4) pemanfaatan sarana komunikasi baik mekanis maupun
elektronis untuk menyampaikan bahan belajar, (5) penyediaan sarana komunikasi dua
arah sehingga peserta didik dapatmengambil inisiatif dialog dan mengambil manfaatnya
(Keegan, 1984 dalam Warsita, 2007: 13).
Karena peserta pendidikan jarak jauh pada umumnya tersebar dan adanya
keluwesan waktu maka administrasi pendidikan jarak jauh harus rapi. Mekanisme
pengadministrasian peserta merupakan salah satu kunci pendidikan jarak jauh
kebehasilan. Dalam penyelenggaraan pendidikan jarak jauh diperlukan mekanisme yang
baik agar peserta didik dapat dengan mudah menyampaikan keluhan dalam belajar.

11
Perbaikan dan penyempurnaan hendaknya terus dilakukanatas dasar umpan balik
tersebut.17
Berdasarkan pendapat Rahadi (2008) “pembelajaran jarak jauh adalah kesatuan
belajar secara individu atau mandiri, materi dalam belajar mengajar bisa berupa
pemanfaatan teknologi seperti kaset video, slide, dll yang disampaikan melalui media
eletronik tanpa adanya pertemuan antara guru dan peserta didik”. Sejalan dengan
pendapat Rahadi, Munir (2009:18) menyatakan bahwa “pembelajaran jarak jauh
merupakan bentuk pendidikan yang mana memberikan kesempatan kepada siswa dan
guru belajar tanpa kegiatan tatap muka, namun masih bisa diadakan pertemuan langsung
seperti tugas tertentu dan hari penting/istimewa”. Dalam sistem pembelajaran jarak jauh
guru mempunyai peran ganda yaitu sebagai pengajar sekaligus pengembang bahan ajar.
Peran mutlak guru tersebut menjadi sangat utama dalam pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Hal ini terkait dengan karakteristik anak
berkebutuhan khusus berdasarkan pendapat Ishartiwi (2012:2) yang mana menyatakan
bahwa “anak berkebutuhan khusus merupakan individu yang memiliki hambatan fungsi
perkembagan fisik, mental dan sosial, bersifat unik dan individual, kerakteristik unik
tersebut berdampak pada variasi belajar dalam merespon pembelajaran dari guru”.18

D. Akar Penyebab Masalah


Ketiadaan pembelajaran langsung (offline) menjadi pengalaman baru. Proses
pembelajaran bergeser menggunakan media daring sebagai medium komunikasi virtual.
Kenyamanan interaksi para pihak yang terlibat harus dibangun dan diwujudkan bersama
melalui komunikasi di tengah krisis untuk mengurangi entrophy atau ketidakpastian.
Pendidikan daring menawarkan budaya pembelajaran baru. Siswa didik dapat belajar
secara mandiri, mengakses materi pembelajaran kapan dan dari mana saja (Sarısakaloglu
dkk., 2015). Sebagai sesuatu yang baru, pembelajaran daring membutuhkan adaptasi
terhadap pola komunikasi yang baru. Berbagai hambatan pun bermunculan. Proses
pembelajaran daring menghadirkan ketidaknyamanan dan kegagapan, termasuk beragam
17
Nurdin S Ag, “KENDALA PANDEMI COVID-19 TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN ONLINE
DI MIN 4 BUNGO,” Jurnal Inovasi Pendidikan dan Teknologi Informasi (JIPTI) 2, no. 01 (2021): 25–33.
18
Restu Mulfajril, Faizal Chan, dan Hendra Budiono, “STRATEGI GURU DALAM PEMBELAJARAN
JARAK JAUH BAGI PESERTA DIDIK INKLUSIF DI SEKOLAH DASAR NEGERI 131/IV KOTA JAMBI”
(PhD Thesis, UNIVERSITAS JAMBI, 2021). Hal 8

12
hambatan komunikasi dan budaya. Realitas komunikasi virtual adalah realitas simbolik,
bukan realitas objektif. Oleh karenanya, tidak mudah bagi setiap orang termasuk peserta
didik, untuk beradaptasi dengan situasi tersebut.19
Pembelajaran daring memerlukan fasilitasi seperti Smartphone atau laptop, tetapi
ada sebagian siswa yang tidak memiliki Smarthpnone atau laptop ditambah lagi tidak
adanya kuota internet untuk melakukan pembelajaran secara daring ini menjadi masalah
besar bagi guru dan siswa. Selain itu dengan pembelajaran daring guru juga menjadi
kewalahan dalam menerapkan metode apa yang akan disampaikan dalam pembelajaran
daring agar siswa paham materi yang disampaikan karena pembelajaran daring dilakukan
tidak secara bertatap muka langsung. Pembelajaran secara daring ini kurang efektif
karena ada saja alasan dari siswa yang tidak ada jaringan, tidak ada perangkat seperti
handphone ataupun laptop. Maka dari itu guru jadi kesulitan dalam melakukan proses
pembelajaran daring ini. Setiap siswa memang menginginkan belajar dengan tenang serta
mudah dipahami pada proses pembelajaran daring. Namun guru juga menjadi bingung
bagaimana pembelajaran daring bisa dilaksanakan tanpa ada hambatan apapun serta tidak
menjadi beban untuk siswa.
Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring
juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar tatap muka langsung ke sistem daring
amat mendadak tanpa persiapan yang matang. Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan
agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun
dalam kondisi pandemi ini.20
Kebijakan yang dikeluarkan tersebut membuat pembelajaran yang dilakukan
disekolah maupun perguruan tinggi yang ada di Indonesia harus dilakukan secara daring
untuk menyikapi pandemi Covid-19 yang mana telah terjadi di seluruh dunia. Dengan
pembelajaran yang dilakukan secara daring tentu memiliki dampak tersendiri, sebab
pembelajaran yang biasanya dilakukan secara bertatap muka didalam ruangan dengan
dilengkapi fasilitas-fasilitas yang ada sekarang harus dilakukan dengan jarak dan melalui
media teknologi pembelajaran komunikasi dan informasi.

19
IMAMA LAVI INSANI, “STRATEGI KETAHANAN INFORMASI MELAWAN ‘INFODEMIK’ DI-
COVID-KAN RUMAH SAKIT SAAT PANDEMI COVID-19,” Jurnal Kajian Lemhannas RI 9, no. 1 (2021): 592–
604.
20
Ag, “KENDALA PANDEMI COVID-19 TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN ONLINE DI MIN
4 BUNGO.”

13
Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, sehingga berdampak pula
pada kemajuan media pembelajaran yang digunakan sekarang ini meskipun dengan
penanaman yang berbeda-beda (Yaumi, 2018). Teknologi dan informasi tersebut menjadi
solusi untuk pembelajaran yang dilakukan sekarang ini. Media pembelajaran telah maju
dan berkembang seiring dengan lahirnya revolusi komunikasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan pembelajaran selain media yang sudah ada sebelumnya seperti guru, buku teks dan
papan tulis (Yaumi, 2018), tetapi teknologi pemebelajaran disini dapat berupa media
yang bisa membantu untuk mempermudah manusia dalam hal pekerjaan terutama dalam
bidang pendidikan apalagi ketika dimasa pandemi yang sekarang sedang kita rasakan.21

Hambatan komunikasi dari orang tua

Akar masalah
pembelajaran daring

Tidak ada perangkat seperti


handphone dan laptop

Pengajaran yang kurang inovatif

21
Riasatul Habibah dkk., “Pemanfaatan Teknologi Media Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19,”
Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar 2, no. 2 (2020): 1–13.

14
E. Alternatif Solusi
Penulis setuju dengan alternatif solusi yang tercantum pada artikel Strategi Atasi
Tantangan Pembelajaran Daring Anak Berkebutuhan Khusus, Kolaborasi antar orang tua
dengan guru diperlukan agar mengurangi banyaknya hambatan dan kendala dalam
pembelajaran jarak jauh. Jika pada pembelajaran tatap muka segala sesuatu yang telah
disampaikan oleh guru di sekolah akan ditindak lanjuti oleh orang tua di rumah, maka
saat pembelajaran jarak jauh ini orang tua akan mendampingi siswa berkebutuhan khusus
dalam proses belajarnya di sekolah dan kemudian langsung menindak lanjutinya di
rumah. Selama pembelajaran jarak jauh, orang tua menjadi pegangan utama bagi siswa
berkebutuhan khusus.
Pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus menyesuaikan dengan kondisi
siswa itu sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi yang efektif memiliki
sejumlah manfaat yang signifikan. Belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
pendidikan luar biasa dengan siswanya dapat melalui kurikulum tetapi pembelajaran
difokuskan pada hal yang berkaitan langsung dengan kebutuhan belajar individu siswa
(Ní Bhroin & King, 2020). Penyesuaian tersebut akan menghubungkan pada strategi yang
akan digunakan dalam pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran selama masa pandemi covid-19 ini dikhususkan untuk
belajar di rumah, pelaksanaanya guru yang khusus untuk menangani anak ABK untuk
datang ke rumah peserta didik, untuk mengecek dan memberikan kegiatan pembelajaran
di rumah masing-masing anak. Namun pada masa pandemi covid-19 ini, pembelajaran
efektif yang seharusnya dilakukan di sekolah menjadi tidak kondusif, sehingga belajar
mengajar di lakukan di rumah, yang pada umumnya di pantau langsung oleh orang tua
anak, ada pula 2/3 kali dalam seminggu guru ABK datang ke rumah siswa untuk
memberikan pembelajaran kepada si anak.Tentunya ini cukup menyulitkan, mengingat
letak rumah siswa yang terkadang tidak berada di dekat lingkungan sekolah. Namun demi
untuk tujuan pembelajaran dan tugas belajar yang di emban guru, sehingga tetap
mengharuskan guru untuk memberikan pembelajaran di rumah siswa. 22

22
TIARA NOVITA DEWI, SKRIPSI:” STRATEGI GURU DALAM MENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS (ABK) PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI PAUD ALAM MAHIRA KOTA BENGKULU”
(BENGKULU:IAIN)5

15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pendidikan daring menciptakan budaya pembelajaran baru. Sehingga siswa didik
diharuskan belajar secara mandiri, mengakses materi pembelajaran kapan dan dari mana

16
saja. Sebagai sesuatu yang baru, pembelajaran daring membutuhkan adaptasi terhadap
pola komunikasi interaksi yang baru. Pembelajaran daring memerlukan fasilitasi seperti
Smartphone atau laptop, tetapi ada sebagian siswa yang tidak memiliki Smarthpnone atau
laptop ditambah lagi tidak adanya kuota internet untuk melakukan pembelajaran secara
daring ini menjadi masalah besar bagi guru dan siswa. Selain itu dengan pembelajaran
daring guru juga menjadi kewalahan dalam menerapkan metode apa yang akan
disampaikan dalam pembelajaran daring agar siswa paham materi yang disampaikan
karena pembelajaran daring dilakukan tidak secara bertatap muka langsung. Perlu
disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga menjadi
masalah. Perpindahan sistem belajar tatap muka langsung ke sistem daring sangat
mendadak tanpa persiapan yang matang.
Solusi alternatif antara orang tua dengan guru sangat diperlukan untuk
mengurangi banyaknya hambatan dan kendala dalam pembelajaran Daring.
1. Orang tua akan mendampingi siswa berkebutuhan khusus dalam proses belajarnya di
sekolah dan kemudian langsung menindak lanjutinya di rumah. Selama pembelajaran
daring , orang tua menjadi pegangan utama bagi siswa berkebutuhan khusus.
2. Guru ABK datang ke rumah siswa 2/3 kali dalam seminggu untuk mengecek dan
memberikan pembelajaran kepada si anak.

B. Saran
1. Laporan praktek kerja ini jauh dari kata sempurna, akar permasalahan dan sosuli
alternatif dari kasus ini bisa jadi lebih dari yang ada dilaporan jadi kepada peneliti
selanjutnya agar bisa mencari dan menganalisis lebih banyak lagi akar masalah dan
solusi alternatifnya.
2. Laporan praktek kerja ini akan lebih baik bagi peneliti selanjutnya untuk lebih
menambah pemehaman referensi agar laporan semakin terbukti kevalidan nya.
3. Untuk lembaga dan pendidikan
Kepeda lembaga pendidikan hendaknya kembali memperhatikan sistem yang
diterapkan di sekolah-sekolah dalam perihat sistem pembelajaran yang efektif dan

17
strategis bagi siswa agar siswa tidak terbebani pada cara belajar pada masa pendemi
sekarang.
Untuk guru dan orang tua hendaknya jangan memaksa anak untuk selalu belajar
apalagi pada masa sekarang perpindahan sistem belajar tatap muka langsung ke
sistem daring amat mendadak tanpa persiapan yang matang, terkhusus pada anak
berkebutuhan khusus yang memiliki keterbatasan, kita sebagai orang tua dan guru
haruslah memberi semangat untuk anak jangan malah selalu memberi beban yang
dituntut pada pihak sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

18
Abdullah, Nandiyah. “Mengenal anak berkebutuhan khusus.” Magistra 25, no. 86
(2013): 1.
Ag, Nurdin S. “KENDALA PANDEMI COVID-19 TERHADAP PROSES
PEMBELAJARAN ONLINE DI MIN 4 BUNGO.” Jurnal Inovasi
Pendidikan dan Teknologi Informasi (JIPTI) 2, no. 01 (2021): 25–33.
Aghniya, Saida Luthfia. “STRATEGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH
UNTUK SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TENGAH
PANDEMI,” 2020.
Bektiningsih, Trimurtini. “Model Pendidikan Inklusi dan Implementasinya pada
Masa Pendemi Covid-19 disekolah dasar,” Jurnal Pemberdayaan, 4 (2020).
Desiningrum, Dinie Ratri. Psikologi anak berkebutuhan khusus. psikosain, 2017.
Dewi, Nurul Puspita. “Problematika Pembelajaran Untuk Anak Berkebutuhan
Khusus Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Sekolah.” JPI (Jurnal
Pendidikan Inklusi) 4, no. 1 (2020): 1–10.
Habibah, Riasatul, Unik Hanifah Salsabila, Windi Mega Lestari, Oqy Andaresta,
dan Diah Yulianingsih. “Pemanfaatan Teknologi Media Pembelajaran di
Masa Pandemi Covid-19.” Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar 2, no. 2
(2020): 1–13.
Hamidaturrohmah, Hamidaturrohmah, dan Tri Mulyani. “STRATEGI
PEMBELAJARAN JARAK JAUH SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI SD INKLUSI ERA PANDEMI COVID-19.” ELEMENTARY: Islamic
Teacher Journal 8, no. 2 (2020): 247–78.
INSANI, IMAMA LAVI. “STRATEGI KETAHANAN INFORMASI
MELAWAN ‘INFODEMIK’ DI-COVID-KAN RUMAH SAKIT SAAT
PANDEMI COVID-19.” Jurnal Kajian Lemhannas RI 9, no. 1 (2021):
592–604.
Iswari, Mega. “Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus,”
2007.

19
Maftuhatin, Lilik. “Evaluasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di
Kelas Inklusif di SD Plus Darul’ulum Jombang.” Religi: Jurnal Studi Islam
5, no. 2 (2014): 201–27.
Mulfajril, Restu, Faizal Chan, dan Hendra Budiono. “STRATEGI GURU
DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH BAGI PESERTA DIDIK
INKLUSIF DI SEKOLAH DASAR NEGERI 131/IV KOTA JAMBI.” PhD
Thesis, UNIVERSITAS JAMBI, 2021.
Pembelajaran, Lembar Kegiatan Literasi Saintifik untuk, dan Jarak Jauh.
“EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN,” 2020.
Rahmawati, Tias, Fartiwi Fartiwi, dan Umi Nur Fatimah. “MODEL
PENDAMPINGAN BELAJAR ORANG TUA UNTUK ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS SELAMA MASA PANDEMI.”
Academica: Journal of Multidisciplinary Studies 4, no. 2 (2020): 257–66.
Setiawan, Adib Rifqi, dan Surotul Ilmiyah. “Lembar kegiatan siswa untuk
pembelajaran jarak jauh berdasarkan literasi saintifik pada topik penyakit
coronavirus 2019 (COVID-19).” EdArXiv. DOI: https://doi.
org/10.35542/osf. io/h4632, 2020.
Terayanti, Yeslin Anjelina. “PENGARUH PEMBELAJARAN PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI MASA PANDEMI COVID 19,” 2020.

LAMPIRAN

20
Kasus yang didapatkan dari media terkait dengan Strategi Atasi Tantangan Pembelajaran Jarak
Jauh Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Dikutip dari Elisabeth Diandra Sandi, terbitan Kamis, 5 November 2020 | 11:14 WIB

“3 Strategi Atasi Tantangan PJJ Anak Berkebutuhan Khusus”

Pandemi Covid-19 bukan hanya memengaruhi sistem pendidikan biasa, melainkan juga
menjadi tantangan baru bagi guru Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam melaksanakan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Diana Shanty selaku salah satu guru dari Sekolah Luar Biasa
Swasta (SLBS) Putra Hanjuang, Bungbulang, Garut, Jawa Barat mengatakan bahwa guru harus
menemukan cara untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi ABK selama pandemi
Covid-19.

Setelah ia dan rekan-rekannya mengkaji ulang model PJJ, Diana melihat bahwa adanya
integrasi teknologi dalam PJJ sehingga menjadi rintangan baru. “Ini juga merupakan suatu
rintangan juga, di mana kita mungkin Sumber Daya Manusia (SDM), baik para pendidiknya
maupun orangtua yang sangat kurang terhadap teknologi. Kami cobakan untuk
diimplementasikan sedikit demi sedikit, untuk dikenalkan teknologi sedikit demi sedikit dalam
pembelajaran jarak jauh,” cerita Diana pada Rabu (4/11/2020).

Dalam webinar yang diadakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Diana
memaknai PJJ sebagai pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
“Pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik,
meski tidak selalu bisa bertatap muka secara langsung antara guru dan peserta didik,” jelasnya
lewat webinar bertemakan Inovasi dan Pengabdian bagi Pendidikan Inklusi. Guru sekaligus
operator di SLBS Putra Hanjuang ini membagikan sistem ASIK yang selama pandemi Covid-19
ia ingat dan terapkan dalam PJJ.

Sistem ASIK merupakan singkatan dari Alternatif, Strategi, Inovatif, dan Komunikatif.

21
Alternatif cara pengajaran

Pada bagian alternatif, Diana membaginya menjadi tiga model pengajaran saat pandemi
Covid-19, yaitu dalam jaringan (daring), luar jaringan (luring), dan blended atau campuran
(daring dan luring). Daring merupakan pengajaran menggunakan gawai dan jaringan internet
melalui aplikasi pembelajaran ataupun Learning Management System (LMS). Sementara itu,
luring merupakan pembelajaran tanpa menggunakan internet, bisa dari televisi, radio, modul
belajar mandiri, Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan belajar cetak, dan bahkan alat peraga dan
media belajar dari benda-benda di lingkungan sekitar. Namun, bila sekolah bisa melakukan
pembelajaran daring dan luring juga tidak masalah. Pasalnya untuk pemilihan cara pengajaran,
Diana menuturkan bahwa hal tersebut tergantung dari situasi dan kondisi maupun rintangan yang
sedang sekolah hadapi. “Itu alternatif (adalah singkatan) yang pertama. Kita coba nih apa yang
akan kita implementasikan,” imbuh Diana.

Strategi terbaik untuk ABK

Dari rintangan yang ada, sekolah dapat menggunakan berbagai strategi yang cocok
dengan kriteria peserta didiknya. “Tentunya semua strategi adalah baik, tetapi tergantung kita
bagaimana menerapkannya,” lanjut Diana lewat aplikasi Zoom. Ia pun membagikan tiga strategi
yang selama ini diterapkan saat PJJ.

1. Strategi pengajaran yang diindividualisasikan

Dalam strategi ini, Diana menyesuaikan kedalaman materi pembelajaran dengan


kemampuan peserta didiknya. Namun, hal ini berbeda dengan pengajaran individual.
“Pengajaran individual adalah pengajaran satu per satu siswa, tetapi ini adalah strategi
pengajaran yang diindividualisasikan karena biasanya untuk para pendidik berkebutuhan khusus,
ini disesuaikan dengan kemampuan mereka sehingga anak bisa berinteraksi sesuai dengan
minatnya. Kemudian kemampuan belajar, mengadakan pusat belajar,” jelasnya.

2. Strategi kooperatif

22
Diana memaparkan, kooperatif merupakan kemampuan heterogen untuk membangun
semangat, kekeluargaan, dan keakraban. Salah satu finalis penghargaan Guru dan Kepala
Sekolah Dedikasi, Inovasi, dan Inspirasi ini menjabarkan pengalamannya saat mengadakan
pembelajaran luring dengan strategi kooperatif. “Ketika anak-anak berkebutuhan khusus
terkadang ada kakaknya, ada teman-temannya juga di lingkungan sekitarnya atau bahkan
mungkin ada adik-adiknya. Saya selalu bilang, ‘Oh iya boleh ya, dik. Nanti belajar bersama-
bersama',” ucap Diana. Dari tindakannya, Diana ingin ABK untuk belajar bersama anak-anak
lainnya supaya semangat, kekeluargaan, dan keakraban dapat terbangun.

3. Strategi modifikasi tingkah laku

Tujuan pertama dalam strategi ini ialah mengubah, menghilangkan, atau mengurangi
tingkah laku tidak baik menjadi baik. Kemudian, guru dapat memberikan penguatan kepada anak
atau reinforcement seperti hadiah, pujian, dan elusan. Guna untuk mendorong Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus (PDBK) lebih semangat dalam belajar. “Kalau saya biasanya gini, saya
udah kasih modul. Di dalam modulnya itu di akhir ada seperti bintang. Nanti kalau adik bisa
menyimpan bintang ini lebih banyak, nanti boleh Ibu berikan hadiah ya. Dari 3 bintang misalnya,
diberikan sebuah hadiah untuk anak supaya lebih semangat,” tutur Diana.

Inovatif supaya menarik

Dengan konteks inovatif, guru dapat membuat media belajar yang menarik sebagai alat
fisik untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang bermanfaat. Syarat pembuatan media
pembelajarannya adalah harus bisa menyajikan pesan pembelajaran menjadi jelas, mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. Selain itu, media belajar harus dapat menarik
keterlibatan dan motivasi siswa serta mengubah pengalaman abstrak menjadi konkret. “Jenisnya
juga ada banyak secara media visual, seperti contohnya hanya fokus pada indra penglihatan.
Contohnya seperti buku, modul, jurnal, poster, dan media realitas alam sekitarnya,” jelas Diana.
Kemudian ada media audio yang hanya fokus untuk melibatkan indra pendengaran seperti musik
dan bunyi-bunyian di alam. Jenis yang ketiga adalah audio visual yang melibatkan indra
penglihatan dan pendengaran. Film, iklan, dan video, misalnya. Keempat, guru dapat membuat

23
media pembelajaran yang multimedia dengan menggunakan beberapa jenis media secara
terintegrasi. Contohnya adalah aplikasi komputer yang interaktif.

Dalam membuat media pembelajaran, Diana mengatakan bahwa guru harus


memerhatikan beberapa hal di bawah ini.
1. Harus terbuat dari bahan yang aman sehingga tidak membahayakan PDBK.
2. Alat dan bahan mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
3. Media bisa digunakan oleh anak.
4. Warna disesuaikan dengan karakteristik anak.
5. Media tidak abstrak karena untuk membantu menjelaskan materi dari abstrak ke semi konkret
menuju konkret.

Bagian terakhir dari sistem ASIK adalah Komunikatif. Pasalnya dalam masa PJJ, guru,
orangtua, maupun peserta didik memerlukan kolaborasi dengan menjaga komunikasi. Diana pun
meringkas komunikatif dengan singkatan 5M yang terdiri dari memanusiakan hubungan,
memahami konsep, membangun berlanjutan, memilih tantangan, dan memberdayakan hubungan.
Dalam pendekatannya dengan orangtua, guru-guru di SLBS Putra Hanjuang pun mencoba untuk
membangun komunikasi untuk mencari solusi menang-menang atau win win solution.

Setelah disetujui kedua belah pihak, guru pun mencoba untuk membuat jadwal bersama
orangtua dalam rangka melakukan kunjungan ke rumah PDBK atau home visit. Masalahnya,
beberapa peserta didik di SLBS Putra Hanjuang tidak memiliki akses internet maupun gawai.
Maka dari itu, guru-guru di sana berusaha untuk memberikan pengajaran secara luring. Namun
bila orangtua memiliki kuota dan gawai, Diana mempersilakan untuk menghubungi sekolah
lewat grup WhatsApp.

Pendekatan ini dibutuhkan agar anak tidak hanya dibiarkan diam di rumah saja.
“Orangtua sudah, gapapa ikutin aja gimana anak diam aja di rumah gitu, malah seperti itu. Saya
pribadi ya, jangan sampai anak itu hanya diam saja di rumah gitu, apalagi anak-anak
berkebutuhan khusus. Saya sendiri terasa ya, di sebuah perdesaan yang anaknya itu yang
yaudahlah tiduran aja, enggak tahu mau ngapain,” ungkap Diana. Akan tetapi ketika guru

24
bergerak dan melakukan koordinasi dengan orangtua, anak akan bisa belajar dan beraktivitas
kembali. Pihak sekolah pun menyediakan modul untuk orangtua dan PDBK yang sudah ada
instruksi di dalamnya serta membuat jadwal kunjungan ke rumah yang berkesinambungan.“Jadi
jangan sampai komunikasi ini karena perlu sekali di saat PJJ ini. Kalau misalkan tidak ada
komunikasi, ya pembelajaran menjadi terganggu,” jelas Diana.

Diana menyadari bahwa dalam masa pandemi ini, tidak mudah bagi Bapak dan Ibu guru
untuk menghadapinya. Oleh karena itu, ia pun memberikan semangat kepada guru-guru di Tanah
Air. "Jadi intinya adalah kepada Bapak dan Ibu semua yang ada di Tanah Air Indonesia, terus
semangat bagaimanapun keadaan kita. Saya berdoa mudah-mudahan pandemi ini segera
berakhir. Tetap semangat terus bagaimana keadaannya," pungkas Diana.

Link Artikel

https://edukasi.kompas.com/read/2020/11/05/111443271/3-strategi-atasi-tantangan-pjj-anak-berkebutuhan-
khusus?amp=1&page=2

25
hal 2
Hal 1

26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai