Anda di halaman 1dari 14

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

MAKALAH

Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh

PANDU NAKULA SADEWA


NIM. 2016150071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAMULANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving Pada

Pembelajaran” yang di susun oleh:

Nama : Pandu Nakula Sadewa


NIM : 2016150071
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
telah di pertahankan dalam Siding Ujian Skripsi, Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pamulang, pada tanggal 15 Juli 2022.

Tanggerang Selatan, 15 Juli 2022

Panitia Ujian
Ketua Penguji

Roni Rustandi, S.Pd.,M.H


NIDN. 0431088803

Penguji I Penguji II

Dr. Imas Masriah, S.Pd.,M.M.Pd. Ichwani Siti Utami, S.Pd., M.H.


NIDN. 0320116803 NIDN. 0413018901

Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi Pendidikan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan

Drs. H. Alinurdin, M.Pd Drs. H. Alinurdin, M.Pd


NIDN. 0429095704 NIDN. 0429095704

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu yang esensial bagi manusia. Melalui

pendidikan manusia dapat belajar menghadapi segala problematika yang ada di

alam semesta demi mempertahankan kehidupan. Pendidikan dalam kehidupan

manusia mempunyai peranan yang sangat penting, ia dapat membentuk

kepribadian seseorang dan diakui sebagai kekuatan yang dapat menentukan

potensi dan produktivitas seseorang. Dengan bantuan pendidikan seseorang

dapat memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, sehingga

ia mampu menciptakan karya yang gemilang dalam hidupnya. Dengan kata

lain manusia dapat mencapai suatu peradaban dan kebudayaan yang tinggi

berkat bantuan pendidikan.

Artinya bahwa Pendidikan salah satu hal terpenting dalam kehidupan, ini

berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu

berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu

proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup

dan melangsungkan kehidupan. Oleh karena itu pendidikan sangat penting

sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan

terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul di arahkan untuk

mengahasilkan manusia yang berkulitas dan mampu bersaing.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional,

menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas


3

manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh,

cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, sehat jasmani dan rohani (UU Sisdiknas

No.20/2003).

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan

sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar bagi peserta

didik. Dalam mengajar, guru tidak hanya sekedar menerangkan dan

menyampaikan sejumlah materi pelajaran kepada peserta didik, namun guru

hendaknya selalu memberikan rangsangan dan dorongan agar pada diri siswa

terjadi proses belajar. Oleh karena itu, setiap guru perlu menguasai berbagai

Pembelajaran belajar dan dapat mengelola kelas secara baik sehingga mampu

menciptakan iklim yang kondusif.

Salah satu masalah dalam pendidikan Indonesia yang banyak

diperbincangkan oleh masyarakat ialah rendahnya keterampilan berpikir

peserta didik. Solusi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini yang

diakibatkan oleh kurangnya kemampuan peserta didik dalam mengeluarkan

suatu gagasan tertentu dalam proses pembelajaran, peranan pendidik sangat

dibutuhkan dalam upaya pembaharuan pada proses pembelajaran.

Namun pada kenyataannya, prndidik telah melakukan banyak usaha

pembaharuan dalam proses kegiatan pembelajaran, terkhusus dalam

pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan dengan memakai

beberapa metode yang selama ini digunakan, ternyata masih mempunyai

kelemahan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kritik dan saran di dunia
4

pendidikan, khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran. Adapun

masalah yang terlihat pada penggunaan metode, yaitu pada umumnya terlihat

pada sikap peserta didik dalam menghadapi pelajaran, seperti peserta didik

terlihat gelisah dan bosan mengikuti pelajaran, yang sebagian besar

penyebabnya adalah kesalahan dalam penggunaan metode.

Pembelajaran PPKn merupakan salah satu mata pelajaran yang di

dalamnya terdapat banyak Undang-Undang ataupun Pasal-Pasal untuk

dipahami dan dianalisa dengan baik oleh para peserta didik. Namun

kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didik itu berbeda-beda dalam

memahami dan menganalisis Undang-Undang ataupun Pasal-Pasal PPKn

tersebut. Undang-Undang ataupun Pasal-Pasal dalam PPKn sangatlah

kompleks, mulai dari banyaknya definisi, menggunakan simbol-simbol yang

bervariasi yang sangat beraneka ragam, semua itu menuntut peserta didik untuk

lebih konsentrasi agar dapat menguasai semua hal yang berkaitan dengan

PPKn.

Dalam Permendiknas No. 20 Th. 2006 mengatur tentang Standar isi,

bahwa pembelajaran pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan bertujuan

supaya siswa memiliki kemampuan penalaran tinggi melalui latihan

memecahkan masalah, membuat keputusan dan kesimpulan. Harapannya,

pembelajaran seperti ini membuat siswa terlatih untuk berpikir kritis dalam

menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Pembelajaran pendidikan

Pancasila dan kewarganegaraan yang baik diharapkan siswa akan dapat

memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan


5

kemampuan untuk bekerjasama secara efektif sesuai dengan yang tercantum

dalam Kurikulum 2013 (Permendikbud, 2013).

Menurut Elva Pristy Afifah, dkk (2019:97) mengungkapkan bahwa

berpikir kritis ialah proses berpikir ke arah yang lebih detail atau lebih

mendalam. Berpikir kritis menuntut siswa untuk lebih meningkatkan

kemampuan menganalisa suatu masalah, menemukan penyelesaian masalah

serta memberikan ide-ide baru yang bisa memberikan gambaran baru atas

pemecahan suatu masalah.

Sedangkan Eka Yuli Sari Asmawati berpendapat, Undang Rosidin,

Abdurrahman (2018:129) Berpikir kritis merupakan salah satu kecakapan dari

berpikir tingkat tinggi (higher order thingking) yang merupakan keterampilan

yang harus dimiliki peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Lebih lanjut (Ibrahim, 2007) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang

untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh

kemampuan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah-masalah

kehidupan yang dihadapinya Berpikir kritis adalah salah satu sisi menjadi

orang kritis yang mana pikiran harus terbuka, jelas, dan berdasarkan fakta.

Seorang pemikir harus mampu memberi alasan atas pilihan keputusan yang

diambilnya dan harus terbuka terhadap perbedaan keputusan dan pendapat

orang lain serta sanggup menyimak alasan-alasan mengapa orang lain memiliki

pendapat/keputusan yang berbeda.

Melihat permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kritis PPKn

peserta didik diperlukan inovasi pada pembelajaran. Hal ini bukan semata-mata
6

menyangkut kegiatan guru dalam mengajar, akan tetapi menitikberatkan pada

aktivitas belajar peserta didik, membantu peserta didik jika ada kesulitan atau

membimbingnya untuk memperoleh suatu kesimpulan yang benar.

Dalam membantu program anak berbakat diperlukan seseorang pengajar

yang disebut dengan guru, peran serta guru dalam dunia pendidikan sangatlah

dibutuhkan,tidak hanya sekedar untuk mengajar dan mengajari,tetapi

membentuk karakter anak tersebut sesuai dengan bakat anak tersebut. Sikap

guru terhadap diri dan orang lain adalah jauh lebih penting bagi keberhasilan

kelas dari pada teknik, praktek, dan materi yang diajarkan. Hal ini

mengindikasikan bahwa konsep diri guru merupakan variable yang sangat

penting jika menginginkan keberhasilan dari suatu kegiatan pembelajaran yang

mereka laksanakan.

Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Pasalnya, bangsa yang maju

tidak lepas dari campur tanagn dan peran seorang guru. Secanggih dan semaju

apapun fasilitas sekolah, tetap butuh seorang guru, jika tidak disertai seorang

guru yang unggul maka tujuan dari pendidkan yang di cita-citakan tersebut

mustahil untuk di wujudkan.

Tugas guru sebagai pendidik tidak hanya menyampaikan materi atau

pelajaran di dalam kelas saja, akan tetapi harus bisa memberikan motivasi

kepada siswa. Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa yang tinggi, maka

peranan guru dan siswa sangatlah dibutuhkan, sebab hanya seorang gurulah

dan siswa itu sendiri yang mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa pada

saat berada di dalam kelas. Menurut Sardiman A.M, (2018:125) guru adalah
7

“salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di

bidang pembangunan”. Peran guru yang baik akan terlihat dari sejauh mana

guru tersebut dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka

perlu di dukung oleh seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru

yaitu kompetensi.

Banyak para ahli yang menemukan model pembelajaran inovatif yang

dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat terlibat langsung pada proses

belajar mengajar. Salah satunya ialah model pembelajaran Problem Solving.

Menurut Elva Pristy Afifah. dkk (2019:98) menyatakan bahwa model

pembelajaran Problem Solving adalah proses pembelajaran pemecahan

masalah dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga dapat

melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain itu peserta didik juga

mendapatkan pengalaman langsung dari proses pembelajaran yang ada.

Sedangkan menurut Eka Yuli Sari Asmawati1, Undang Rosidin,

Abdurrahman (2018:130) Model pembelajaran Creative Problem Solving

merupakan model pembelajaran yang berpusat pada masalah yang menekankan

dalamkeseimbangan antara pemikiran divergen dan pemikiran konvergen

selain itu model pembelajaran Creative Problem Solving juga dapat

meningkatkan aktifitas dan berpikir kreatif siswa serta berpikir kritis dalam

proses pembelajarannya.

Menurut Murray, dkk (Huda, 2013) Pembelajaran Penyelesaian-Masalah

(Problem Solving Learning) ialah salah satu dasar teoritis dari berbagai strategi
8

pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai pembahasan utamanya. Bagi

pendapat mereka, pembelajaran muncul saat peserta didik berhadapan dengan

masalah-masalah yang dimana tidak terdapat metode rutin untuk

menyelesaikannya. Masalah, dengan demikian, harus disajikan pertama kali

sebelum metode solusinya diajarkan. Pendidik seharusnya tidak terlalu ikut

campur saat peserta didik sedang mencoba menyelesaikan masalah. Malahan,

Pendidik sebaiknya mendorong peserta didik untuk membandingkan metode-

metode satu sama lain, mendiskusikan masalah tersebut, dan seterusnya.

Disisi lain bahwa dengan menggunakan model pembelajran problem

solving dalam kegiatan pembelajaran dapat melatih peserta didik menghadapi

berbagai masalah seperti meneliti dengan seksama, mencari, menyelidiki,

memikirkan, menganalisis, dan sampai menemukan investigasi dan penemuan

yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah

Guru dituntut untuk dapat memilih model pembelajaran yang dapat

memacu semangat siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman

belajarnya, Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi

kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah adalah model

pembelajaran Problem Solving karena dengan model pembelajaran model

Problem Solving siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan siswa

akan terbiasa dalam menyelesaikan dan mengembangkan pola pikir mereka

dalam menghadapi sutu permasalahan.

Terlebih untuk mata pelajaran PPKn sendiri, PPKn ini tergolong mata

pelajaran yang mudah karena menurut siswa dalam pelajaran PPKn itu tidak
9

ada hitungan, rumus dan yang lainnya. Namun cukup membosankan apabila

guru tidak mengunakan metode pembelajaran yang tepat. Beberapa siswa

bersemangat belajar PPKn karena mereka jadi mengetahui peristiwa-peristiwa

sejarah yang terjadi sebelum mereka lahir. Beberapa juga tidak bersemangat

karena peristiwa-peristiwa di PPKn tidak penting bagi mereka. Beberapa tidak

menyukai belajar PPKn yang berisikan materi-materi teoritis seperti Undang-

Undang, PERPRES, Dan lain-lain.

Maka dari itu, diperlukan pengembangan terhadap metode pembelajaran

inoatif yang memberikan dampa posiif terhadap kemampuan berpikir kritis

peserta didik dalam mata pelajaran pkn dan membuat peserta didik membentuk

prilaku yang kreatif, aktif, dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

metode pembelajaran Problem Solving.

Di sisi lain Metode ini terdapat nilai positif yang dapat meningkatkan

keteramila berpikir kritis PPKn peserta didik. Ketika dihadapkan dengan situasi

pertanyaan, peserta didik dapat melakukan keterampilan pemecahan masalah

untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara

menghafal tanpa berpikir, keterampilan pemecahan masalah membuat peserta

didik berpikir kreatif, aktif dan kritis.

Selain alasan di atas tentang kelebihan terdapat beberapa penelitian

sebelumnya yang sudah penulis jelaskan diatas yang sudah membuktikan

bahwa pembelajaran dengan Pembelajaran model Problem Solving dapat

meningkatkan kemampuan berpikir ktitis peserta didik.


10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yang telah dipaparkan diatas maka

penulis dapat membuat rumusan masalah pada Makalah , yaitu

1. Bagai mana Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving pada

Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan?

C. Tujuan Topik Pembahasan

Berdasarkan latar belakang masalah, yang telah dipaparkan diatas maka

penulis dapat membuat tujuan topik pembahasan penulisan makalah, yaitu

1. Untuk mengetahui Bagai mana Penggunaan Metode Pembelajaran

Problem Solving pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan?
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode pembelajaran problem solving dalam kegiaan pembelajaran ialah

meminta siswa untuk memiliki kemampuan dalam menganalisa masalah serta

menemukan solusi yang efektif untuk memecahkan masalah tersebut. Shingga

terjadinya proses dalam pembentukan mental dalam mencari serta menemukan

masalah saat melakukan kegiatan pembelajaran dan pada akhirnya dapat

menemukan solusinya dan intelektual peserta didik. Metode problem solving

bisa dilaksanakan dalam pembelajaran kelompok maupun individu sehingga

metode dianggap cukup fleksibel untuk dilasanakan dalam pembelajaran dalam

kegiatannya pendidikpun tidak boleh melupakan langah-langkah untuk

melaksanakan metode problem solving agar pelaksaanaan metode pembelajran

ini bisa berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan

situasi-situasi yang ada dan melihat situasi masalah yang justru menghilangkan

hambatan.

B. Saran

Terkait hal ini Penulis ingin memberikan saran untuk para pembaca,

mengenai penelitian problem solving yang memiliki kekurangan dan kelebihan

untuk digunakan dalam pembelajaran harap diperhatikan dengan seksama dan

hati-hati karena jiika tidak tepat hal ini hanya akan merugikan pendidik jadi

pendidik sendiri harus bisa memahami masalah yang dialami peserta didik

dalam belajar.

11
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic


Education), Jakatra : ICCE UIN Jakarta.

Abdul Aziz Wahab. 2004. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta :


Dirjen Depdikbud.

Adi. W Gunawan. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT. Gramedia


Pustaka. Utama.

Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Azyumardi Azra. 2005.Tim ICCE UIN Jakarta.

Cholisin. 2004. Ilmu Kewarganegaraan. Yogyakarta : Laboratorium PPKn


Fakultas Ilmu Sosial UNY.

Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam


Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba


Medika.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis, Sebuah Pengantar: Jakarta Erlangga.

Ibrahim, M. 2007. Kecakapan Hidup: Keterampilan Berpikir Kritis. Tersedia:


http://kpicenter.org

Julaikha. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based


Intruction melalui Metode Diskusi dan Teknik Two Stay Two Stray
terhadap kemampuan berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi
(Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas X SMA Pasundan 8 Bandung).
UPI: Tidak diterbitkan.

Kaelan. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta. Pradigma. 2014

Mawardi dan Suroso. 2009. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan.


Saltiga: Widya Sari

Maftuh, B. Dan sapriya. 2004. ‘Pembelajaran PKN melalui Peta Konsep’ dalam
Jurnal Civicus Jurusan PKN FPIPS UPI.

R. Harsanto. 2005. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

12
13

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsini Arikunto. 2005. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Pt


Rineka Cipta.
Sumarsono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Wuryan, S & Syaifullah. 2006,. Ilmu Kewarganegaraan (CIVICS), Bandung : UPI
Zainul Ittihad Amin. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Universitas
Terbuka.

Dr. Akhirudin, S.H, S.Pd., M.Pd


NIDN. 8828500016

AengMuhidin., S.Pd.,M.Pd. NIDN.


NIDN. 0421108203

Anda mungkin juga menyukai