Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTEK KERJA PSIKOLOGI PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Mata Kuliah
Peminatan Pendidikan
Dosen Pembimbing
Yulia Hairina, M.Psi., Psikolog

Anggota Kelompok:

Arum Kusuma Trisnawijayanti 180103040275


Auliya Maulida 180103040236
Khalda Farah Jinan 180103040266
Rahmilawati 180103040241

PRODI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ANTASARI
BANJARMASIN
2021
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PSIKOLOGI PRODI
PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Nama Mahasiswa:

Arum Kusuma Trisnawijayanti 180103040275


Auliya Maulida 180103040236
Khalda Farah Jinan 180103040266
Rahmilawati 180103040241

Banjarmasin, 8 Juni 2021

Mensetujui Mengetahui
Dosen Pembimbing Ketua Prodi

Yulia Hairina M. Psi, Psikolog Yulia Hairina M. Psi, Psikolog


(NIP. 19840318 012011 2 009) (NIP. 19840318 012011 2 009)

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan atas kehadirat Allah Azza Wa
Jalla, yang dengan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya. Serta Shalawat dan salam tidak
lupa pula kami hanturkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktek kerja ini dengan baik.
Laporan ini disusun guna pemenuhan tugas “Praktek Kerja Psikologi” di Prodi
Psikologi Islam Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin. Berbagai kendala
dalam penyusunan laporan ini dapat teratasi berkat pertolongan Allah Azza Wa Jalla,
serta kerja sama tim yang baik, dan tidak lupa juga melalui bimbingan dan dukungan
banyak pihak. Untuk itu perkenankan kami dengan segala kerendahan hati dan rasa
hormat mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, tim kelompok, dan
seluruh teman-teman peminatan pendidikan.
Harapan kami semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi para mahasiswa
prodi Psikologi Islam peminatan pendidikan dan bisa menjadi kajian dan rujukan
ilmiah, serta dapat dijadikan sebagai pengembangan suatu disiplin ilmu yang praktis,
dan dapat diaplikasikan dalam bidang keilmuan serta kehidupan.

Banjarmasin, 8 Juni 2021


Peminatan Pendidikan

ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ........................................................................................................ i


Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ......................................................................................................................... iii
Ringkasan ....................................................................................................................... iv
BAB I. Pendahuluan ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
C. Tujuan .................................................................................................................. 3
D. Manfaat ................................................................................................................ 4
BAB II. Tinjauan Teori ................................................................................................... 5
A. Definisi Gangguan ADHD ................................................................................... 5
B. Penyebab Gangguan ADHD ................................................................................ 7
C. Gejala Gangguan ADHD.....................................................................................10
D. Problematika Siswa ADHD ……………………………………………............
12
E. Pembelajaran bagi Anak ADHD…………………………………………….....
14
F. Penanganan Gangguan ADHD .......................................................................... 24
BAB III. Hasil Dan Pembahasan ................................................................................... 27
A. Gambaran Umum ............................................................................................... 27
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 28
C. Prioritas Masalah ............................................................................................... 28
D. Alternatif Solusi ................................................................................................. 29
BAB IV. Penutup.............................................................................................................32
A. Kesimpulan..........................................................................................................32
B. Saran .................................................................................................................. 32
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 24
Lampiran ........................................................................................................................ 37

iii
RINGKASAN

Pada akhir tahun 2019 dimulai pandemi virus covid-19 melanda dunia. Semua
pola aktifitas berubah, mengharuskan pada berbagai bidang dan instansi melakukan
pola daring atau online. Dan pada tahun 2020, pola daring dilaksanakan pada seluruh
sekolah. Banyak pro dan kontra yang terjadi diantara maysrakat khususnya para
pelajar. Karena pola ajar yang berubah secara mendadak banyak pelajar yang belum
sipa secara fisik dan mental. Tidak terkecuali pada anak yang memiliki kebutuhan
khusus, salah satunya ialah anak ADHD.
Anak-anak yang mengalami kondisi Atteintion Deficit Hyperactive
Disorder (ADHD) terjadi karena adanya penurunan kontrol diri dan aktivitas yang
berlebihan pada penderita secara nyata. Sehingga seseorang dengan gangguan ini
biasanya bertindak nekat, kurang sopan dan selalu menyela pembicaraan. Minimnya
perhatian, serta sulit untuk berkonsentrasi dan menghindari tugas yang berhubungan
dengan daya konsentrasi yang tinggi, mudah marah dan susah untuk bergaul dan
hampir tidak disukai oleh teman sebayanya.
Pada pandemi tahun 2020, terdapat kasus dari seorang anak penyandang
ADHD. Dalam kasus tersebut, yang dilansir pada salah satu media massa
disampaikan bahwa seorang anak ADHD di Negara Amerika mendapatkan hukuman
penjara anak karena tidak menyelesaikan tugas online dari sekolah. Dia dijatuhkan
hukuman oleh hakim tanpa ada penjelasan bagaimana keadaan pola ajar yang dia
jalani selama dirumah, apakah cocok atau malah membuat anak ini hilang akan
konsentrasinya. Hal tersebut menjadi sorotan dari berbagai pihak. Padahal seorang
anak ADHD memang susah untuk berkonsentrasi, ditambah pola ajar daring yang
melibatkan media elektronik dan lingkungan kurang mendukung fokus si anak.

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada akhir 2019 dunia dilanda pandemi virus Covid-19. Semua
keadaan dalam berbagai bidang mengalami perubahan. Tak terkecuali
dalam bidang pendidikan, yang harus mengubah pola ajar menjadi daring
atau secara online melalui rumah masing-masing. Banyak pro dan kontra
yang dialami selama proses pembelajaran online yang mana dalam
beberapa penelitian menyebutkan bahwa pembelajaran online memiliki
dampak yang kurang baik, baik itu bagi siswa, pendidik maupun sistem
pendidikan itu sendiri.
Salah satu penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan
oleh Agus Purwanto dan kawan-kawan mengatakan bahwa terdapat
beberapa kendala yang dialami oleh murid, guru dan orang tua dalam
kegiatan belajar mengajar online yaitu penguasaan teknologi masih
kurang, penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjan tambahan bagi
orang tua dalam mendampingi anak belajar, komunikasi dan sosialisasi
antar siswa, guru dan orang tua menjadi berkurang dan jam kerja yang
menjadi tidak terbatas bagi guru karena harus berkomunikasi dan
berkoordinasi dengan orang tua, guru lain, dan kepala sekolah.
Dampak dari pembelajaran online memiliki dampak tidak
terkecuali pada anak berkebutuhan khusus yang dalam hal ini ADHD.
American Psychiatric Association (APA) dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder edisi ke-5 (DSM-5) mendefinisikan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan fungsi
perkembangan saraf dengan gejala berupa ketidakmampuan memusatkan
perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai dengan usia
perkembangan. ADHD ialah gangguan perkembangan dalam peningkatan
aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak
yang cenderung berlebihan. Perbedaan anak attention deficit dan

1
selamanya mereka akan selalu hyperactive disorder (ADHD) dengan anak
menghadapi persoalan dalam mengatasi normal adalah dalam hal
berinteraksi dengan kemarahan, agresi, tekanan, dan ketertarikan orang
lain. Anak ADHD memiliki cara berkomunikasi yang buruk, perilakunya
sangat aktif seperti tidak bisa duduk diam sejenak di kursi, cara belajar
sangat lamban terutama untuk latihan yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari, ketidakmampuan dalam mengontrol perilaku, dan cenderung
lebih beresiko mengalami gangguan mood, kecemasan, dan masalah yang
hubungan dengan teman sebayanya.1 Bahkan untuk anak dengan
kebutuhan khusus, salah satunya penyadang ADHD juga menjalani pola
ajar secara daring atau online. Perubahan pola ajar ini mengalami pro dan
kontra dalam pelaksanaannya. Pembelajaran online seperti ini cukup
efektif untuk memutus rantai penyebaran covid-19 tetapi pada anak
ADHD pembelajaran seperti ini sangat melelahkan dan menjenuhkan
karena peserta didik banyak menghabiskan waktu di rumah saja dan hanya
menatap media online dalam pembelajarannya.
Anak ADHD memiliki karakteristik sulit untuk fokus dan juga sulit
untuk berkonsentrasi ditambah pula tidak ada pendampingan khusus dari
ahli ataupun pekerja sosial serta kurangnya pendampingan orang tua untuk
mengawasi semakin membuat pembelajaran online terhadap anak ADHD
menjadi menjenuhkan. Hal ini membuat anak dengan diagnosa ADHD
atau anak berkebutuhan khusus perlu pembelajaran khusus di masa
pandemik. Pelaksanaan pembelajaran secara daring pada masa pandemi
Covid-19 menghadirkan permasalahan tersendiri bagi anak berkebutuhan
khusus tidak terkecuali dalam penelitian ini disampaikan oleh Minsih dkk
yang mengatakan bahwa permasalahan pembelajaran anak berkebutuhan
khusus di era pandemik merupakan suatu permasalahan yang kompleks,
dan di urai menjadi tiga faktor, yaitu: faktor Sekolah berupa kesulitan
dan ketidaksiapan pihak sekolah terutama guru kelas dan guru
1
Deyla Erinta dan Meita Santi Budiani, “Efektivitas penerapan terapi permainan
sosialisasi untuk menurunkan perilaku impulsif pada anak dengan attention deficit hyperactive
disorder (ADHD),” Jurnal Psikologi Teori dan Terapan 3, no. 1 (2012): 67–78.

2
pendamping khusus sebagai pembimbing anak dalam melaksanakan
pembelajaran online yang inovati. Faktor orang tua berupa kurang
menguasai teknologi, tidak memiliki pemahaman terkait dengan
pendidikan anak berkebutuham khusus dan juga faktor lingkungan yang
siswa merasa bosan, karena minimnya interkasi siswa dengan teman
sejawat secara nyata.2
Dikarenakan karakterisitik dari anak ADHD yang hiperaktivitas
akan menyebabkan anak mudah jenuh untuk memahami pelajaran, maka
pembelajaran ADHD juga haruslah di lakukan dengan hal yang
menyenangkan dan perlu adanya inovasi sebab pembelajaran daring
berbeda dengan pembelajaran secara tatap muka disekolah. Salah satu
alternatif pembelajaran di masa pandemi yang bisa dilakukan untuk anak
berkebutuhan khusus seperti ADHD adalah dengan melakukan
pembelajaran dengan metode Joyful learning. Dalam sebuah penelitian
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Joyful Learning
Menggunakan Media Online Terhadap Anak ADHD di Masa Pandemi
COVID-19” dikatakan bahwa joyful learning merupakan sistem
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi yang ada dengan
menggunakan metode yang membuat sauna yang menyenangkan dan
aman bagi peserta didik dengan guru, maupun dosen dengan
mahasiswanya. Tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus terutama
anak ADHD yang mana anak ADHD dengan sifat hyperaktif nya membuat
pembelajaran dirumah baginya tidak efektif untuk mencegah hal seperti ini
dibuatlah Joyful elerning.3
Dikarenakan pro dan kontra yang mewarnai pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan secara online sampai ada sebuah kasus yang
cukup disorot oleh media akibat pembelajaran daring yang dialami oleh

2
Minsih, Jatin Sri Nandang, dan Wahyu Kurniawan, Problematika Pembelajaran Online
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Masa Pandemi Covid-19, dalam Jurnal
Basicedu, Vol. 5, No. 3, Tahun 2021.
3
Refni Ramadani, Citra Stiati dan Moriarti Warjean Luke, Pengaruh
Model  Pembelajaran  Joyful Learning Menggunakan Media  Online Terhadap  Anak ADHD di
Masa Pandemi COVID-19, dalam Prosiding Seminar Nasional FIP 2020

3
anak penyandang ADHD disalah satu Negara yaitu Amerika pada tahun
2020 dimana ada seorang siswa yang dijebloskan ke penjara karena tidak
mengerjakan tugas. Sajikan kasus boleh secara spesifik. Untuk
pembahasan lebih lanjutnya akan di bahas di Bab 3 mengenai hasil dan
pembahasan.

Kalimat penutup?? Belum ada


Dari latar belakang masalah di atas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kendala dalam proses pembelajaran secara online dengan
kondisi siswa ADHD?
2. Bagaimana solusinya pembelajaran online di masa pandemic dengan
kondisi siswa ADHD?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari laporan ini adalah untuk menyelesaikan
tugas praktek atau magang yang merupakan salah satu kegiatan wajib
di semester 6. (di samakan dengan pedoman magang)
2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan ini adalah untuk:
a. Mengidentifikasi kendala dalam proses pembelajaran secara online
dengan kondisi siswa ADHD
b. Mengetahui bagaimana solusi pembelajaran online di masa
pandemi dengan kondisi siswa ADHD

D. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan menambah wawasan mengenai anak
dengan kondisi Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).

4
2. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan pengetahuan baru kepada masyarakat tentang
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) pada kasus anak
ADHD.

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder)


Istilah ADHD merupakan istilah baru, tetapi anak yang over aktif
telah terjadi sejak lama. Seorang neurolog, Heinrich Hoffman pada tahun
1845 untuk pertama kalinya menulis mengenai perilaku yang kemudian
dikenal dengan hiperaktif dalam buku ‟cerita anak‟ karangannya. Dalam
literatur lain dijelaskan, ADHD pertama kali dikemukakan oleh seorang
dokter Inggris, George F. Still di dalam penelitiannya terhadap
sekelompok anak yang menunjukkan suatu ”ketidakmampuan abnormal
untuk memusatkan perhatian, gelisah, dan resah”. Ia mengemukakan
bahwa anak-anak tersebut memiliki kekurangan yang serius dalam hal
kemauan yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut
disebabkan oleh sesuatu didalam diri anak dan bukan karena faktor
lingkungan (Baihaqi & Sugiarman, 2006: 4).4
Menurut Khotijah (2014) yang dimaksud anak ADHD yaitu anak
yang mengalami gangguan konsentrasi untuk menerima pelajaran dari
gurunya, terutama ketidakmampuan untuk memfokuskan dan menjaga
perhatiannya pada satu hal. Beberapa perilaku yang nampak seperti;
cenderung bertindak ceroboh, mudah tersinggung, lupa pelajaran sekolah
dan tugas rumah, kesulitan mengerjakan tugas disekolah maupun dirumah,
kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan beberapa
perintah, melamun, sering keceplosan dalam berbicara, tidak memiliki
kesabaran yang tinggi, sering membuat gaduh, berbelit-belit dalam
berbicara, dan suka memotong serta ikut campur pembicaraan orang lain
adalah bentuk perilaku umum lainnya yang menjadi ciri khas ADHD.
Selain itu mereka juga cenderung bergerak terus secara konstan dan tidak
bisa tenang.5
4
Yanofiandi dan Iskandar Syarif, ‘’Perubahan Neuroanatomi Sebagai Penyebab ADHD”, Majalah
Kedokteran Andalas, Vol. 33 No. 2, 2009, 181.
5
Abdul Muhin, Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Penerbit Andi
Offset, 2015), 50.

6
Hartiningsih (2013) Meskipun semua anak akan menampilkan
perilaku hiperaktif dan impulsif, tetapi yang menggalami gangguan
perilaku ADHD akan lebih parah dan akan terjadi dengan frekuensi yang
lebih besar dibandingkan anak-anak tanpa ADHD. Menurut Diagnostik
dan Statistik Manual Gangguan Mental, Edisi 5 (DSM 5), menjadi
didiagnosis dengan ADHD anak harus memiliki gejala minimal enam
bulan sebelum diagnosis dan gejala tersebut harus telah hadir sebelum 12
tahun (Jenifer dkk., 2014).6
ADHD merupakan gangguan neurobehavioral anak yang paling
sering didiagnosis, mempengaruhi sekitar 5,5 juta anak-anak (Stacy dkk.,
2013). Anak-anak dengan gangguan ini biasanya menunjukkan perilaku
yang didorong oleh tidak perhatian, hiperaktif, atau kombinasi keduanya.
Subtipe berdasarkan karakteristik ini digunakan dalam diagnosis mereka
dengan ADHD. Meskipun tidak dianggap sebagai ketidakmampuan
belajar, efek ADHD dapat membuat belajar lebih menantang bagi siswa
Samuels (Stacy dkk., 2013). Akibatnya, sekitar 66% dari anak-anak
didiagnosis dengan ADHD).7
Berdasarkan definisi yang terdapat di dalam DSM-IV disebutkan
bahwa ADHD merupakan suatu kelainan tingkah laku, bersifat heterogen
yang di tandai dengan tidak dapat memusatkan perhatian, hyperactive, dan
impulsive. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan akademis, sosial
dan emosi.8
Saputro (2009) berpendapat bahwa perilaku anak dengan
hiperaktivitas yang cenderung semaunya sendiri, seringkali menyebabkan
anak mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, baik orangtua, teman sebaya atau lingkungan sekitarnya.

6
Nuligar Hartiningsih, “Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak Attention
Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)”. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 01, No. 02, 2013, 2301-
8267.
7
Rizki Amalia, ‘’ Intervensi Terhadap Anak Usia Dini Yang Mengalami Gangguan ADHD
Melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play Therapy”, Jurnal Obsesi Vol. 2 No. 1, 2018, 28-
29.
8
American Psychiatric Association, “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
Fourth Edition, DSM IV TR”, (Washington DC: American Psychiatric Association, 2000), 85.

7
Lingkungan sekitarnya memberi cap anak nakal karena anak dengan
hiperaktivitas seringkali kesulitan untuk mematuhi instruksi orang lain.
Kesulitan ini merupakan salah satu akibat dari ketidak mampuan anak
untuk mengendalikan diri dengan baik pada situasi yang dihadapinya.
Sering kali lingkungan tidak mau melihat secara keseluruhan perilaku
yang ditunjukkan oleh anak dengan hiperaktivitas. Orangtua memarahi
karena anak sangat nakal dan sikap guru yang memberi cap bodoh, malas
dan suka berbuat onar pada anak dengan hiperaktivitas.9
Jadi bisa disimpulkan bahwa ADHD (Attention Deficit Hiperactive
Disorder) merupakan jenis dari gangguan perilaku abnormal pada anak-
anak. ADHD adalah salah satu gangguan dalam perkembangan
peningkatan aktifitas motorik pada anak yang menyebabkan aktifitas anak
yang berlebihan atau tidak lazim. Contoh aktifitas yang berlebihan dapat
berupa bergerak, mengetuk-ketukan jari, menggerak-gerakkan kaki,
mengganggu anak lain dengan doromgan tanpa alasan yang jelas,
berbicara terus menerus, dan bergerak gelisah. Anak-anak yang
mengalami gangguan tersebut akan kurang konsentrasi dalam menjalankan
tugas yang sedang dikerjakannya dalam waktu tertentu.

B. Penyebab gangguan ADHD


Penyebab pasti dan patologi ADHD masih belum terungkap secara
jelas. Seperti halnya gangguan autis, ADHD merupakan suatu kelainan
yang bersifat multifaktorial (Husnah, 2017).10 Menurut Ikatan Dokter
Indonesia (2010), banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab
gangguan ini, diantaranya:11
a. Faktor genetik
9
Iffa Dwi Hikmawati dan Erny Dahlan, “Efektivitas Terapi Menulis Untuk Menurunkan
Hiperaktivitas Dan Impulsivitas Pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD ),
Jurnal Fakultas Psikologi, Vol. 2, No. 1, 2014, 10.
10
Asmaul Husnah, Skripsi “Efektivitas Terapi ABA Pada Anak ADHD (Attention Deficit
Hiperativity Disorder) dipusat Terapi Terpadu Anak dengan Kebutuhan Khusus”, Fakultas Psikologi UIN
Malang), Vol 3 No 2, 2017, 10.
11
Fatwa Tentama, Peran Orangtua dan Guru dalam Menangani Perilaku Hiperaktifitas Pada Anak
ADHD di SLB Negeri 3 Yogyakarta, Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Masyarakat, Vol. 3,
No. 1, Januari 2009, 51-53.

8
Faktor genetik memegang peranan terbesar terjadinya
gangguan perilaku ADHD. Beberapa penelitian yang dilakukan
ditemukan bahwa hiperaktifitas yang terjadi pada seorang anak
selalu disertai adanya riwayat gangguan yang sama dalam keluarga
setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Menurut Fanu (dalam
Husnah, 2007), perbedaan-perbedaan pada fungsi dan kimiawi otak
seperti ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor keturunan
karena ia dapat diwariskan secara genetik.
b. Faktor perkembangan janin
Ketika memasuki masa kehamilan sang ibu pernah
mengalami masalah dalam kandungannya dan memasuki masa
kelahiran terjadi gangguan pada proses persalinan. Penggunaan
forceps dan obat secara berlebihan dapat menyebabkan
hiperaktivitas pada anak.
c. Pemanjaan yang dilakukan oleh orang tua
Perlakuan orang tua yang terlalu manis, membujuk-bujuk
makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu
dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi
kebutuhannya. Ia akan memperdaya orangtuanya untuk
memperoleh apa yang diinginkannya. Serta kurangnya disiplin
yang diberikan orang tua kepada anak tersebut. Cara seperti itulah
yang akan membuat anak untuk berbuat sekehendak hatinya. Anak
yang dimanja biasanya pengarahan yang diberikan kepadanya
berkurang. Dan kalau di sekolahkan ia akan memilih berjalan-jalan
dan berdiri daripada mendengarkan pelajaran yang diberikan oleh
guru.
d. Penggunaan alkohol oleh ibu selama kehamilan
Zat-zat yang terkandung dalam alkohol terutama bahan
kimiawi dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan
hiperaktivitas.
e. Keracunan dan kontaminasi lingkungan

9
Polusi udara dengan kandungan timbal yang tinggi dapat
menyebabkan hiperaktivitas pada anak.
f. Alergi makanan
Beberapa peneliti mengungkapkan penderita ADHD
mengalami alergi terhadap makanan, teori feingold menduga
bahwa salisilat mempunyai efek kurang baik terhadap tingkah laku
anak, serta teori bahwa gula merupakan subtansi yang merangsang
hiperaktifitas pada anak.
g. Lingkungan fisik dan pola asuh anak oleh orang tua
Keluarga yang tidak harmonis misalnya perceraian orang
tua sering terjadinya pertengkaran, perang tanggung jawab orang
tua buruk dapat membuat anak menjadi terabaikan. Begitu juga
dengan pola asuh lingkungan yang tidak disiplin dan tidak teratur,
perbedaan perhatian dan kasih sayang dalam keluarga, dan lain-
lain.
h. Aktifitas otak yang berlebihan
Penelitian neuropsikologi menunjukkan kortek frontal dan
dan sirkuit yang menghubungkan fungsi eksekutif bangsal ganglia.
Dopaminergic dan noradrenergik neurotransmission merupakan
target utama dalam pengobatan ADHD. Perubahan lainnya terjadi
gangguan fungsi otak tanpa disertai perubahan struktur dan
anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya
hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan
yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam
perkembangan hubungan anak dan orang tua serta lingkungan
sekitar. Pada pemeriksaan radiologis otak PET (position emission
tomography) didapatkan gambaran bahwa pada anak penderita
ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dominan
didapatkan aktifitas otak yang berlebihan dibandingkan anak yang

10
normal dengan mengukur kadar gula yang didapatkan perbedaan
yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.12

C. Gejala-Gejala Gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity


Disorder)
Gejala ADHD bisa berbeda-beda pada setiap orang, dan setiap
orang dengan ADHD akan menunjukkan salah satu gejala yang
dominan dari ketiga gejala utama ADHD. Gejalanya biasanya akan
tampak pada masa kanak-kanak dan bisa berlanjut hingga dewasa.
Berikut ini adalah tiga gejala umum ADHD yang biasanya tampak
pada anak-anak hiperaktif adalah tampak seperti kelebihan energi,
selalu aktif, dan tidak bisa diam 13. Menurut Danuatmaja (2003), ada
beberapa gejala pada anak ADHD antara lain:a.14
a. In attention
1) Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara
jelas atau membuat kesalahan yang tidak terkontrol.
2) Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian dan
konsentrasi dalam menerima tugas atau aktifitas bermain.
3) Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara
secara langsung.
4) Kesulitan mengatur tugas dan kegiatan.
5) Menghindar atau tidak senang atau enggan mengerjakan
tugas yang membutuhkan usaha (pekerjaan sekolah /
pekerjaan rumah).
6) Sering kehilangan sesuatu yang dibutuhkan untuk tugas atau
kegiatan.

12
Wiwit Viktoria Ulfa, Skripsi,” Perilaku Hiperaktif Anak ADHD (Attention Deficit Hiperaktivity
Disorder) dan Faktor Penyebabnya”, Jurusan Guru Sekolah Dasar UNS, Vol 3 No. 02, 2019, 9.
13
Herri Zan Pieter, dkk, Pengantar Psikopatologi Unqtuk Keperawatan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011), 148-149.
14
Dwidjo Saputro, ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), (Jakarta: Sagung Seto,
2009), 45-47.

11
7) Sering mudah mengalihkan perhatian rangsangan dari luar
yang tidak berkaitan.
b. Hiperaktifitas
1) Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan
menggeliat pada tempat duduk.
2) Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas.
3) Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan
dalam situasi yang tidak seharusnya.
4) Kesulitan bermain.
5) Sering berperilaku seperti mengendarai mesin.
6) Sering berbicara berlebihan.
c. Implisif
Impulsif adalah perilaku suka bertindak spontan, tanpa
berpikir panjang atau tanpa memikirkan akibatnya.
1) Mengeluarkan perkataan tanpa berfikir.
2) Sulit menunggu giliran atau antrian.
3) Sering memaksa atau menyela pada orang lain.
4) Sering mengacungkan jari dalam kelas.
5) Menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai atau
sebelum diberi kesempatan menjawab.
Pengenalan berbagai jenis gejala ini sangat penting agar bisa tepat
penanganannya. Ketika obat-obatan dapat menangani gejala-gejala pada
berbagai jenis atau subtipe yang lain, maka gejala-gejala diskotomis,
seperti yang digambarkan Hutchins sangatlah penting dalam penanganan
dengan terapi kejiwaan (psikoterapeutik).15

Tabel 2.1 Indikasi Anak Hiperaktif

Gejala Utama Impulsivitas Acuh Tak Acuh


15
Derek Wood, dkk. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, (Jogjakarta: Katahati, 2007), 78-80.

12
Perilaku Overaktif Pendiam atau sikap
pasif
Model Pencegah impulsif Organisasi
Peristiwa Lebih banyak pada laki- Lebih banyak pada
laki ketimbang perempuan anak laki-laki atau
sama dengan anak
wanita
Bahasa Gangguan bahasa Gangguan tidak
kentara
Reaksi kawan Penolakan oleh kawan Penarikan diri dari
Sebaya sebayanya masyarakat
Gejala Agresi,gangguan perilaku Kecemasan,depresi
Komplikasi
Perwujudan Perilaku, penyerahan diri
Pembelajaran,
penyerahan akhir
Jenis keluarga Pembangkangan/kemarahan Stres/frustasi
Akibat Ketekunan Penyesuaian

Karakter ADHD/Impulsivitas ADHD/Acuh Tak


Acuh
Pengambilan Impulsif Pendiam atau sikap
Keputusan pasif
Batasan Suka mengacau, Rasa hormat, sopan
pemberontak dan penurut
Tuntutan Berlagak seperti bos, Suka menarik diri,
suka meniru penurut, sopan
santun
Cara mencari Banyak lagak, egois, Sederhana, pemalu,
Perhatian yang terbaik dari yang menarik diri secara
terburuk sosial
Popularitas Menarik perhatian tetapi Mengikat tetapi tidak
tidak mengikat menarik
perhatian

D. Problematika siswa ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder)


Menurut kamus Bahasa Indonesia, problem berarti permasalahan
dari suatu hal. Setiap orang memiliki problem atau masalah, tidak
terkecuali seorang guru. Setaip guru mengalami problem masing-masing

13
dan tentu berbeda, untu itu banyak sekali pendapat yang memamparkan
problematika guru.
Menurut Chandler dan petty, yang dikutip oleh Handri Sulistiowati
bahawa masalah-masalah yang dihadapi guru pada umumnya sebagai
berikut:16
1. Kebutuhan akan pembelajaran/timpat tinggal yang sesuai atau wajar
bagi seorang guru.
2. Memperoleh perkenalan dengan personel sekolah (guru-guru dan
pegawai).
3. Memperoleh pengertian tentang system dan tujuan sekolah.
4. Mengerti tentang peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku
disekolah itu.
5. Mengerti dan mengenal masyarakat serta lingkungan sekitar.
6. Mengenal organisasi-organisasi professional dan etika jabatan.
Masalah-masalah penting lainnya yang berhubungan
langsung dengan tugas pekerjaanya sebagai guru disekolah itu.
Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang
masih profesional.
Menurut Derek wood, problem yang dialami anak ADHD adalah
sebagai berikut:
1. Sulit untuk berkonsentrasi
Penderita ADHD seringkali susah memusatkan
perhatiannya tak lebih dari 5-10 menit. Pikiran mereka
didominasi oleh impulsifitas yang menyebabkan mereka
menjadi tak terkontrol dalam berperilaku. Sehingga lebih
rentan gagal dalam melakukan setiap kegiatan.
2. Kemampuan komunikasi yang rendah

16
Handri Susilowati, “Problematika Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi
Bercerita Terdapat Siswa Autis di Mi Sunan Giri“, Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah , Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
2012.

14
Kemampuan berdialog yang terbatas, kurang
menanggapi prakarsa orang lain, cenderung mengabaikan
pertanyaaan rekan- rekan sebayanya, bermasalah dengan
perannya sebagai pemberi dan penerima informasi, kurang
atau tidak menyukai komunikasi verbal, sukar untuk tetap
bertahan dalam tema pembicaraan, dan kemampuan yang
rendah dalam bertatapan mata serta gerakan motorik.
3. Kemampuan bersosialiasi rendah
Kurangnya kesadaran diri, kurangnya pengetahuan
mengenai bertingkah laku yang patut, rendahnya kemampuan
untuk memecahkan masalah sosial, pandangan yang bias
terhadap tujuan tindakan orang lain, dan acuh tak acuh
terhadap isyarat sosial. Kemampuan sosial penderita ADHD
secara umum memperlihatkan penurunan pula, mulai dari
yang sederhana hingga yang kompleks. Akibatnya ada
kecenderungan untuk melakukan tindakan yang berlawanan
dengan kewajaran.
4. Pengendalian emosi yang buruk
Tindakan agresif yang tinggi, kemarahan yang
meluap- luap, bereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal
kecil dan cara peralihan yang buruk antara kegiatan yang satu
dengan yang lainnya.
E. Pembelajaran bagi anak ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity
Disorder)
Pembelajaran merupakan usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
siswa. Dalam proses pembelajaran siswa merupakan subjek yang belajar
dan guru merupakan subjek yang mengajar 17. Pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang bertujuan. Tujuan ini harus searah dengan tujuan belajar

17
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
5-6.

15
siswa dan kurikulum. Tujuan belajar pada siswa ialah mencapai
perkembangan optimal, yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
a. Model pembelajaran
Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi model pembelajaran
memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi, atau metode
pembelajaran18. Sebagai guru harus mampu memilih model
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam
memilih model pembelajaran guru harus memperhatikan keadaan
atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar
yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan
secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Ciri-ciri
model pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya. Istilah model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan
menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran
berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa
bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah
disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang
menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa
menggunakan bermacam- macam keterampilan, prosedur
pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran
berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan
menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya

18
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 60.

16
membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model
pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana
pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru
memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan
strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel
dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang ingin dicapai). Model-model
pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuanp
embelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat
lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian
berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu
model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau
untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan
alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk
mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sintaks (pola urutan)
dari suatu model pembelajaran adalah pola yang
menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang
pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan
pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model
pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-
kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa.
Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama.
Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya
menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlihat
dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran

17
diakhiri dengan tahap penutup pelajaran, didalamnya
meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang
dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai. Tiap-tiap model
pembelajaran membutuhkan system pengelolaan dan
lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model
pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar
yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah
dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa
duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti
tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa
duduk berhadap-hadapan dengan guru. Pada model
pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu
sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung
siswa harus tenang dan memperhatikan guru.19

a. Peran guru dalam pembelajaran siswa ADHD (Attention Deficit


Hyperaktivity Disorder)
Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik
dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada
diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola
tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik
dengan siswa (yang terutama), sesama guru, maupun dengan staf
yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar dapat
dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari
atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak
dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan
berinteraksi dengan siswanya. Mengenai apa peranan guru itu ada
beberapa pendapat yang dijelaskan sebagai berikut:

19
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 62.

18
1. Prey Katz menggambarkan peranan guru sebagai
komunikator, sahabat, yang dapat memberikan nasihat-
nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan,
pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku
serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.
2. Havighurst menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah
sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan,
sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai
kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai
mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai
pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan
guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-
hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
4. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia,
mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya
sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai
transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.20
Pada anak hiperaktif (ADHD), pendekatan yang efektif
adalah dengan menerapkan modifikasi perilaku saat pelaksanaaan
pembelajaran metode yang digunakan akan melibatkan tata cara
pengaturan program. Lingkungan yang terstruktur dan bentuk
reinforcement terhadap perilaku dianggap hal yang penting. Alasan
utama digunakannya modifikasi perilaku disebabkan bahwa
perilaku dapat dikontrol melalui konsekuensi- konsekuensi yang
diperlakukan akibat adanya perilaku sasaran pembelajaran tersebut.
Suatu program untuk layanan pembelajaran atau bimbingan
konseling terhadap anak hiperaktif (ADHD) diperlukan suatu

20
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), 143.

19
model tersendiri bersifat spesifik dengan berlandaskan pada pola
Input-Process-Output.
Dalam input, diperlukan kegiatan-kegiatan berkaitan
dengan (a) skrining atau asesmen guna mengetahui informasi
berkaitan dengan karakteristik khusus dari anak bersangkutan, (b)
masukan informasi berkaitan dengan program yang lalu, keadaan
dan guru, therapist konselor setempat, sarana dan prasarana serta
tahapan kegiatan yang pernah dilakukan atau diterapkan pada anak
bersangkutan. Masukan lingkungan berkaitan dengan norma,
tuntutan, tujuan suatu kegiatan, serta keadaan lingkungan anak
merupakan informasi yang sangat berguna dan sangat memegang
peranan penting bagi kegiatan input. Selanjutnya proses kegiatan
layanan spesifik diperlukan suatu program
pembelajaran/konseling/terapi yang bersifat individu dan dibuat
secara khusus. Tentunya dengan melihat kurikulum yang
berlaku, perilaku nonadaptif atau mal-adjustment tertentu, cara
melaksanakan kegiatan intervensi dan bagaimana melakukan
refleksi kegiatan pembelajaran.
b. Media Pembelajaran
Banyak kita jumpai, siswa tidak mempelajari sesuatu materi
karena materi pelajaran tersebut membosankan atau menjemukan.
Untuk menghindari hal tersebut, guru harus memilih dan
mengorganisasi materi pelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran. guru dituntut mampu menggunakan alat-alat yang
disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa
alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah
dan efisien dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Untuk itu guru/pendidik harus memiliki pengetahuan

20
dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran yang
meliputi:21
a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar.
b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
c. Seluk beluk proses belajar
d. Hubungan antara metode mengajar dan media
pembelajaran.
e. Nilai atau manfaat metode pendidikan dalam
pembelajaran.
f. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.
g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan.
h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran.
i. Usaha inovasi dalam media pendidikan.
c. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk mengukur keefektifan sistem mengajar/belajar sebagai suatu
keseluruhan. Tujuan evaluasi untuk memperbaiki pengajaran dan
penguasaan tujuan tertentu di kelas.22 Berikut komponen yang ada
dalam evaluasi:
1) Assessment
Assessment adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk mengukur prestasi belajar (achievment)
siswa sebagai hasil dari suatu program intruksional.
Rumusan ini menunjukkan bahwa hasil assessment
terhadap siswa dapat digunakan sebagai bukti yang patut
dipertimbangkan dalam rangka evaluasi pembelajaran. jadi

21
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011),
7.
22
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), 145.

21
assessment bukan hanya menilai siswa melainkan sangat
fungsional untuk menilai sistem pengajaran itu sendiri.23
2) Pengukuran (measurement)
Pengukuran berkenaan dengan pengumpulan data
deskriptif tentang produk siswa atau tingkah laku siswa,
dan hubungannya dengan standar prestasi atau norma.
Evaluasi menunjuk pada teknik-teknik pengukuran, baik
dalam rangka assessment siswa maupun terhadap proses
instruksional menyeluruh, yang meliputi urutan
instruksional (perencanaan, penyampaian, tindak lanjut)
dan perubahan tingkah laku siswa yang dapat diamati
(kognitif, afektif dan psikomotorik). Fungsi-fungsi pokok
evaluasi:24
a. Fungsi edukatif. Evaluasi adalah suatu subsistem
dalam sistem pendidikan yang bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem
atau salah satu subsistem pendidikan. Bahkan
dengan evaluasi dapat diungkapkan hal-hal yang
tersembunyi dalam proses pendidikan.
b. Fungsi institusional. Evaluasi berfungsi
mengumpulkan informasi akurat tentang input dan
output pembelajaran di samping proses
pembelajaran itu sendiri. Dengan evaluasi dapat
diketahui sejauh mana siswa mengalami kemajuan
dalam proses belajar setelah mengalami proses
pembelajaran.
c. Fungsi diagnostik. Dengan evaluasi dapat diketahui
kesulitan masalah-masalah yang sedang dihadapi

23
Dwidjo Saputro, ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), (Jakarta: Sagung Seto,
2009), 45-47.
24
A. Dayu P, Mendidik Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), (Jogjakarta: Javai
Itera, 2012), 38.

22
oleh siswa dalam proses/kegiatan belajarnya.
Dengan informasi tersebut maka dapat dirancang
dan diupayakan untuk menanggulangi dan
membantu yang bersangkutan mengatasi
kesulitannya atau memecah masalahnya.
d. Fungsi administratif. Evaluasi menyediakan data
tentang kemajuan belajar siswa, yang pada
gilirannya berguna untuk memberikan sertifikasi
(tanda kelulusan) dan untuk melanjutkan studi lebih
lanjut atau untuk kenaikan kelas. Evaluasi juga
dilakukan untuk mengetahui

d. Cara memperlakukan siswa ADHD dalam proses pembelajarannya


Dalam memperlakukan anak hiperaktif (ADHD) guru dapat
menerpakan beberapa cara untuk menunjang proses
pembelajaran:25
1) Anak perlu merasa dihargai
Kebanyakan anak ADHD sedikit demi sedikit
mengalami penurunan harga diri dan kepercayaaan diri.
Mereka juga tidak termotivasi. Untuk itu guru perlu
menyediakan dukungan dan perlindungan terhadap mereka.
Doronglah anak ADHD untuk mempunyai rasa memilki,
loyalitas, dan tanggung jawab terhadap kelompok yang
lebih besar, serta untuk menyumbang dan merasa terhubung
dengan kelompok tersebut. Sekolah harus mendorong
semua muridnya untuk merasa terhubung dengan
cara memperbolehkan alokasi waktu dalam kurikulum
untuk mereka bertemu dalam kelompok tutor, majelis,
pertandingan, pameran seni, acara musik, memasak untuk

25
Geoff Kewley dan Auline Latham.”100 Ide Membimbing Anak ADHD” (Penerbit Erlangga,
2010), 116.

23
para staf, demonstrasi karya dan lan-lain. Seringkali perlu
memberikan pujian (apresiasi) terhadap apapun hasil kerja
mereka.
2) Membangun kepercayaan diri
Tidak banyak anak ADHD yang memiliki harga diri
yang baik karena kesulitan mereka seringkali berakhir pada
kegagalan, ditolak atau dihukum. Guru harus menerapkan
strategi untuk menumbuhkan harga diri mereka sehingga
kepercayaan diri mereka akan meningkat.
Mendisiplinkan anak ADHD dengan penegakan aturan
yang tidak memberatkan merupakan salah satu cara
membuat mereka terlatih untuk percaya diri. Melatih
kemampuan/minat bakat mereka sehingga mereka akan
percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya.
3) Mengajarkan untuk mengandalkan diri sendiri
Guru perlu mengajarkan pada anak ADHD untuk
yakin dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan
mandiri, tidak bergantung kepada orang lain. Meskipun
kesulitan mereka susah untuk berhasil dalam setiap
tugasnya, yakinkan bahwa dia pasti mampu menyelesaikan
tugas dengan baik sama seperti temannya yang lain.
Pendekatan serta perhatian yang penuh secara intensif akan
membuat anak hiperaktif semangat dan senang bahwa ia
mampu menyelesaikan segala permasalahannya sendiri.
4) Memperbaiki keterampilan sosial
Kesulitan anak hiperaktif dalam hal keterampilan
sosial tidak hanya disebabkan oleh komentar atau tindakan
impulsif mereka, tetapi dogma (pola pikir) mereka yang
kaku, keterampilan mendengarkan yang buruk, atau
kekurangan fokus. Terkadang tingkat energi mereka yang
tinggi membuat teman-teman mereka kesulitan untuk

24
mengimbangi. Saat siswa hiperaktif terus menerus memiliki
kesulitan untuk memahami petunjuk sosial, bertindak
secara impulsif, dan tidak menyadari efeknya terhadap
orang lain guru dapat membantu mereka dengan selalu
melibatkannya dalam suatu kelompok. Agar ia dapat
bekerja dengan teman yang lain untuk menyelesaikan tugas
dan mendorong mereka untuk saling berbagi ide serta
bertanggung jawab.
5) Mengelola emosi
Anak-anak hiperaktif cepat berubah menjadi tidak
terkendali saat marah atau terganggu sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tenang kembali
dibandingkan anak lain. Mereka kurang mampu
menginterpretasikan emosi orang lain atau mengidentifikasi
emosi mereka sendiri untuk memperkirakan apa yang akan
terjadi. Seringkali memiliki masalah dalam mengelola
frustasi dan cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap
keinginan, sakit hati, dan kekhawatiran. Memindahkan ia
secara lembut dari situasi yang buruk agar menjadi tenang
tanpa dipermalukan atau diejek temannyadapat membantu
mengelola emosi mereka.26
F. Penanganan siswa hiperaktif (ADHD)
Pengobatan yang digunakan untuk merawat siswa ADHD
bervariasi dalam hal waktu dan efeknya. Tubuh siswa hiperaktif terdorong
untuk selalu bergerak, maka sebagai guru harus mampu mengkondisikan
tiap posisi/letak badannya, agar tidak banyak mengganggu proses
pembelajaran, siswa yang lain atau diri mereka sendiri.27 Siswa ADHD
butuh pengajaran yang baik untuk menstimulasi konsentrasinya, akan

26
Geoff Kewley dan Auline Latham.”100 Ide Membimbing Anak ADHD” (Penerbit Erlangga,
2010), 117.
27
Bayu dan Lidwina, “Diagnosis dan penanganan rehabilitasi medik pada anak dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder”, Jurnal Biomedik (JBM), Vol. 8, No.3, November 2016, 157-166.

25
belajar dan merespons dengan lebih baik jika diberi tugas yang inovatif,
interaktif, menyenangkan, dan motivatif. Gaya mengajar yang melibatkan
anak, empati, rasa humor dan sabar, keyakinan terhadap si anak, dan
kemampuan guru untuk tetap tidakterganggu dapat membuat
perbedaan yang besar.28 Banyak siswa, terutama siswa ADHD merasa
kewalahan dengan tugas yang diberikan oleh guru, untuk itu guru harus
pandai memberikan dan membagi tugas yang ringkas, singkat dan sejelas
mungkin. Berikut bentuk-bentuk penanganan yang bisa digunakan untuk
menumbuhkan konsentrasi atau fokus pada siswa ADHD:
1) Memerlukan pendekatan multipel yang dilakukan oleh berbagai
ahli secara terintegrasi, guru dan orangtua. Perlu diingat bahwa
siswa ADHD tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dapat diobati
secara intensif. Ketika di sekolah guru harus benar-benar
memperhatikan segala aspek siswa hiperaktif yang berkaitan
dengan perilaku dan persepsi kognitif.
2) Kemampuan bahasa dan bicara siswa hiperaktif seringkali menjadi
kesulitan yang berdampak negatif terhadap pengalaman anak di
dalam kelas. Sebagai guru hendaknya melatih kemampuan bahasa
dan bicara siswa dengan melaksanakan pembelajaran yang banyak
melibatkan kontak mata, pendengaran dan latihan berbicara. Latih
juga berkomunikasi dua arah dengan pertukaran ujaran antara
pendengar pembicara yang tepat.
3) Anak ADHD seringkali butuh dorongan untuk melakukan interaksi
keterampilan sosial karena mereka cenderung menjadi penyendiri
dan menghabiskan banyak waktu sendirian atau untuk urusannya
sendiri. Bantulah mereka berbaur dengan anak lain yang berminat
sama, misalnya catur, komputer atau olahraga.
4) Program terapi perilaku yaitu usaha untuk mengurangi perilaku
yang tidak semestinya dan meningkatkan perilaku yang baik
28
Arga Paternotte dan Jan Buitelaar, ADHD Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) Tanda-tanda, Diagnosis, Terapi, Serta Penanganan di Rumah
dan di Sekolah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2008), 17-20.

26
dengan berdasar pada pemahaman dan pendalaman bahwa suatu
perilaku ada penyebab dan akibat, agar perilaku yang diharapkan
dilakukan perlu ada akibat yang menyenangkan dan prompt
(bantuan).
5) Program modifikasi perilaku adalah segala tindakan yang bertujuan
untuk membentuk perilaku yang diharapkan dengan menerapkan
prinsip-prinsip belajar, pemberian reward (hadiah) atau sanksi
tegas secara terencana dan sebagainya.29
6) Program terapi bermain yaitu usaha untuk menghilangkan,
mengurangi, mengatasi gangguan atau penyimpangan fisik, psikis,
sosial, dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa melalui
media bermain.
7) Program terapi musik yaitu program untuk mencegah, mengurangi,
mengatasi, memperbaiki, menyembuhkan gangguan atau
kekurangan fisik, psikis, sosial siswa sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya meningkat seoptimal mungkin melalui musik.
8) Di balik problematikanya, siswa ADHD perlu diberi semangat dan
motivasi bahwa ia adalah siswa yang hebat, memiliki kekuatan dan
kemampuan seperti siswa normal lainnya. Mencoba mengikuti apa
yang tengah digemarinya, agar mengarahkan mereka untuk
memiliki minat tertentu serta membangun harga diri mereka.
9) Strategi lingkungan untuk meminimalkan kerentanan si anak
sangatlah penting. Pengetahuan tentang masalah tidak perhatian,
kendali diri, fungsi eksekutif dan pemahaman.30

29
Putri Nur Fadila, Indriati dan Dian Eka Ratnawati, “Identifikasi Jenis Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) Pada Anak Usia Dini Menggunakan Metode Neighbor Weighted K-
Nearest Neighbor (NWKNN)”, Jurnal Teknologi dan Ilmu Komunikasi, Vol. 3, No. 3, 2016, 194-200.
30
Geoff Kewley dan Auline Latham.”100 Ide Membimbing Anak ADHD” (Penerbit Erlangga,
2010), 120.

27
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kasus


Sekolah yang sejak sebulan lalu memberlakukan belajar online
akibat wabah virus corona, siswa yang berkebutuhan khusus menjadi
rentan untuk belajar online tanpa bimbingan langsung oleh guru mereka,
pekerja sosial dan lainnya. Lantaran tidak menyelesaikan tugas sekolah
secara online, seorang anak dijebloskan ke penjara anak atau Children's
Village di Michigan, Amerika.
Grace merupakan salah satu siswa berkebutuhan khusus
dikarenakan ia mengalami kesulitan untuk konsentrasi atau mengalami
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Sehingga Grace tidak
termotivasi ketika sekolah mulai memberlakukan belajar online sejak 15
April lalu. Grace menjadi mudah terganggu konsentrasinya dan sulit fokus
pada pelajaran.
Dikarenakan banyaknya tekanan atas putusan hakim terhadap
Grace sebelumnya, kini Grace dipindahkan ke bagian program perawatan
untuk jangka panjang di Children's Village sebagai anak berkebutuhan
khusus. Di sini Grace lebih bebas meski tidak sepenuhnya bebas.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan hasil gambaran umum deskprisi kasus yang dialami
Grace. Berikut ini adalah list mengenai permasalahan yang ditemukan:
1. Hakim dinilai tidak mendalami latar belakang permasalahan.
Pembelajaran online akibat wabah virus corona.
2. Adanya rasisme secara sistematis karena tinggal di komunitas
mayoritas berkulit putih.
3. Grace merupakan siswa berkebutuhan khusus ADHD.
4. Kesulitan untuk konsentrasi, mudah terganggu konsentrasinya dan
sulit fokus pada pelajaran.

28
5. Adanya penolakan untuk klarifikasi tentang vonisnya.
6. Adapun kasus lain yang membuat Grace dihukum percobaan.

C. Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, yang perlu diprioritaskan
untuk masalah Grace adalah mengurangi gangguan terhadap konsentrasi,
karena perhatian Grace dengan mudah teralihkan dengan benda, suara, dan
tingkah laku orang-orang di sekitarnya.
Adanya Pembelajaran online akibat wabah virus corona hendaknya
orang tua juga bisa Mengatur waktu belajar sesuai kebiasaan anak, terkhusus
untuk penderita ADHD. Orang tua juga dapat menciptakan ruang belajar
dan situasi rumah yang lebih kondusif bagi anak dengan ADHD untuk
belajar. Seseorang yang mempunyai gangguan ADHD biasanya memiliki
karakter yang berbeda-beda.

D. Akar Penyebab Masalah

29
E. Alternatif dan Solusi
Dikarenakan Grace merupakan anak ADHD yang sulit untuk
fokus dan berkonsentrasi dan Grace perhatiannya mudah terganggu
oleh suara-suara dan juga tingkah laku dari orang sekitarnya, maka hal
yang bisa dilakukan oleh orang tua Grace sebagai pendamping utama
Grace selama pembelajaran daring dilakukan adalah dengan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar Grace. Seperti
menyiapkan tempat yang tenang, jauh dari kegaduhan, menjauhkan
barang-barang yang mudah membuat Grace teralihkan dan sebisa
mungkin menghindarkan Grace dari tempat yang terdapat banyak
orang didalamnya yang mungkin seperti saudara, kakek, nenek,
ataupun orang lain. Perlu diperhatikan juga bahwa anak berkebutuhan
khusus seperti Grace memiliki waktu-waktu tertentu yang sesuai
dengan mood nya, sehingga diharapkan orang tua Grace dapat
mengatur waktu belajar yang sesuai dengan mood Grace. Jika Grace
dalam keadaan yang tidak mood untuk belajar, maka orang tua
hendaknya tidak memaksakan. Orang tua juga sangat diperlukan
untuk mendampingi Grace selama proses pembelajaran berlangsung.
Adapun beberapa cara yang mungkin bisa dilakukan oleh guru
di sekolah selama pembelajaran online dilakukan dalam melatih fokus
dan juga konsentrasi dari Grace, adalah sebagai berikut:
a. Menyakini Kemampuan Grace
Dalam hal ini, sebelum memberikan latihan atau tugas dan
menunjuk Grace untuk mengerjakannya, alangkah baiknya guru
memberikan motivasi dan kepercayaan, dengan meyakinkan
bahwa si Grace paham dan dapat mengerjakan tugas yang
diberikan, hal tersebut akan berdampak positif pada tingkat
konsentrasinya, karena kepercayaan dan dukungan yang penuh
dari guru akan membuat konsentrasi anak bertambah.
b. Memberikan Batas Waktu

30
Selain memberikan kepercayaan penuh pada Grace,
sebelum itu guru dapat menjelaskan batas waktu untuk tugas yang
diberikan. Misalnya untuk satu tugas matematika atau membuat
karangan cerita diberi waktu kurang lebih sepuluh menit. Metode
ini dinilai akan membantu Grace sebagai siswa untuk belajar
manajemen waktu dan juga fokus yang lebih tinggi agar tugas
dapat terselesaikan dengan baik.
c. Pendekatan Secara Individu
Untuk metode terkait melatih fokus pada Grace ini, peran
guru sangat menentukan sekali terkait keberhasilan dimana
biasanya murid akan lebih terbuka mengenai hal-hal tentang
dirinya. Hal ini bisa jadi kesempatan bagi guru untuk mengetahui
apa saja yang dapat membuat si murid (Grace) fokus dalam
melakukan satu hal. Setelahnya, hal-hal terkait melatih fokus anak
bisa dikelola menjadi kegiatan yang menarik untuk meningkatkan
minat dan konsentrasinya.
Dalam penerapan metode di atas, selain orang tua, para guru
punya peranan yang sangat penting dalam membantu meningkatkan
konsentrasi belajar. Tapi tetap jangan sampai lupa bahwa sesungguhnya
anak-anak membutuhkan hal-hal atau kegiatan menyenangkan dalam
proses perkembangan diri.31
Berdasarkan hasil diskusi dari para penulis, beberapa alternatif
dan solusi yang mungkin bisa diterapkan dalam kasus Grace yaitu dengan
meningkatkan motivasi belajar karena Grace sendiri tidak termotivasi
ketika sekolah mulai memberlakukan belajar online sejak 15 April 2020
lalu dan menyebabkan Grace tidak mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh gurunya. Sebab anak berkebutuhan khusus seperti Grace
mengalami beberapa kesulitan dalam membangkitkan motivasi belajar,

31
Sakinatul Muhimah, Cara Melatih Fokus Anak dan Mengenal Gangguan ADD/ADHD,
dalam Tips Melatih Fokus Anak Saat Belajar Agar Tumbuh Pintar (narmadi.com), diakses pada 7
Juni 2021.

31
karena adanya perbedaan karakter antara anak normal dengan anak
berkebutuhan khusus seperti ADHD yang di derita oleh Grace. 
Adapun beberapa alternatif strategi dan solusi pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar bagi anak berkebutuhan
khusus di tengah pandemi yaitu dengan memodifikasi metode pengajaran
oleh guru serta mengadakan pelatihan khusus bagi pendidik dan orang tua
terkait pembelajaran inklusi. Setelah diadakannya pelatihan, maka
selanjutnya hal yang perlu diperhatikan yaitu mengenai
pengimplementasian inovasi dan modifikasi pembelajaran daring
untuk anak berkebutuhan khusus. Adapun persiapan yang harus dilakukan
dalam penerapan hal tersebut yaitu diperlukannya suatu strategi bagi guru
dan orang tua dalam melaksanakan daring untuk anak berkebutuhan
khusus.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan yaitu, pemahaman konsep
pengajaran dengan melibatkan potensi dari Grace. Jadi, dalam strategi ini
lebih mengarahkan guru untuk mengembangkan minat dan bakat Grace
melalui penugasannya.
Penugasan yang diharapkan bukan hanya dalam bentuk soal
komprehensi saja melainkan adanya praktik psikomotorik seperti
menyanyi, menggambar, dan lainnya yang sesuai dengan kemampuan
Grace. Sehingga, Grace akan merasa lebih semangat untuk belajar karena
mereka melakukan apa yang disukainya. Selanjutnya, yaitu penggunaan
strategi kooperatif di lingkungan sekitar rumahnya, dalam arti lain orang
tua Grace dapat mengajak Grace yang berkebutuhan khusus dengan
saudara atau kerabat terdekatnya maupun dengan tetangganya untuk
belajar bersama. Kemungkinan penyebab Grace untuk tidak mengerjakan
tugas selama pembelajaran daring dilakukan bisa saja terjadi karena tugas-
tugas yang diberikan kepada Grace itu membosankan dan bersifat
komprehensi, oleh karenanya perlu adanya kegiatan belajar yang
menerapkan sistem joyful learning agar anak berkebutuhan khusus seperti

32
Grace bisa belajar dengan optimal namun dengan cara yang
menyenangkan.
Strategi selanjutnya yaitu dengan melakukan apresiasi sebagai
wujud adanya modifikasi tingkah laku. Apresiasi tersebut dapat dilakukan
dengan cara yang sederhana, seperti memberikan Grace pujian, reward,
tantangan dan penghormatan agar nantinya akan timbul rasa semangat si
Grace dalam belajar. Lalu, untuk strategi terakhir yang dapat dilakukan
yaitu inovatif dan kreatif dalam menggunakan media pembelajaran agar
Grace dapat lebih tertarik melaksanakan proses belajar mengajarnya.
Contohnya, yaitu seperti menggunakan media visual untuk menerangkan
materi, memberikan games, dan menggunakan aplikasi yang interaktif.

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kendala selama
pembelajaran online pada anak ADHD terutama pada Grace mengalami
banyak kesulitan berupa sulitnya fokus dan berkonsentrasi akibat rumah
yang tidak kondusif dan tidak mendukung untuk kegiatan belajar Grace
hinggga menyebabkan Grace perhatiannya mudah teralihkan pada suara-
suara, benda-benda dan juga tingkah laku orang disekitarnya. Selain anak
berkebutuhan khusus dalam hal ini ADHD seperti Grace memiliki
motivasi belajar yang rendah akibat dilakukannya pembelajaran online
sehingga Grace tidak mengerjakan tugas-tugas yang diminta oleh gurunya.
Jadi kendala yang sangat dialami oleh anak ADHD selama pembelajaran
online adalah kesulitan untuk fokus, konsentrasi dan juga memiliki
motivasi belajar yang rendah.
Berdasarkan dari kendala-kendala yang ada tersebut, ada beberapa
alternatif solusi yang mungkin bisa diterapkan untuk mengatasinya.
Seperti bagi orang tua yang menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif
dan mendampingi anak untuk belajar. Selanjutnya alternatif solusi untuk
anak ADHD bagi guru dalam meningkatkan fokus dan konsentrasinya
yaitu dengan meyakini kemampuan dari si anak, memberikan batas waktu
dalam pengerjaan tugas dan juga melakukan pendekatan secara individual.
Sedangkan alternatif solusi untuk meningkatkan motivasi belajarnya
adalah dengan menerapkan belajar inklusi, pembelajaran yang
menyenangkan seperti menggunakan media visual, games dan aplikasi
yang interaktif. Penugasan diberikan dalam bentuk adanya praktik
psikomotorik seperti menyanyi, menggambar, dan lainnya yang sesuai
dengan kemampuan si anak dan tentunya memberikan reward ataupun

34
pujian atas apa yang telah dicapai oleh anak selama pembelajaran online
tersebut agar anak termotivasi untuk kegiatan belajarnya.
B. Saran
1. Penulis disarankan menambah lebih banyak lagi teori para tokoh-tokoh
agar lebih menambah pengetahuan.
2. Sekolah disarankan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran
yang efektif bagi anak dengan kebutuhan khusus terutama ADHD.
3. Guru disarankan agar lebih menguasai lagi tentang sistem
pembelajaran daring dan menerapkan sistem pembelajaran yang
menyenangkan untuk anak ADHD.
4. Orang tua disarankan agar meluangkan waktunya sedikit untuk
mendampingi kegiatan belajar pada anak ADHD selama pembelajaran
online berlangsung.
5. Pemerintah diharapkan untuk menerapkan sistem hukum yang masuk
akal, agar kejadian seperti pada kasus Grace tidak terjadi lagi.

35
DAFTAR PUSTAKA

A. Dayu P, Mendidik Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder),


(Jogjakarta: Javai Itera, 2012), 38.
Amalia, Rizki, Intervensi Terhadap Anak Usia Dini Yang Mengalami Gangguan
ADHD Melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play Therapy,
Jurnal Obsesi Vol. 2 No. 1, 2018.
American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fourth Edition, DSM IV TR, (Washington DC: American
Psychiatric Association, 2000).
American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fourth Edition, DSM V, (Washington DC: American Psychiatric
Association, 2013).
Baihaqi dan Sugiarman, Memahami dan Membantu Anak ADHD, (Bandung:
Refika Aditama, 2006).
Bayu dan Lidwina, Diagnosis dan penanganan rehabilitasi medik pada anak
dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Jurnal Biomedik (JBM),
Vol. 8, No.3, November 2016.
Diana Rusmawati dan Endah Kumala Dewi, Pengaruh Terapi Musik Dan Gerak
Terhadap Penurunan Kesulitan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Dengan
Gangguan ADHD, dalam Jurnal Psikologi UNDIP Vol. 9, No. 1, Tahun
2011.
Erinta, Deyla, dan Meita Santi Budiani, Efektivitas penerapan terapi permainan
sosialisasi untuk menurunkan perilaku impulsif pada anak dengan attention
deficit hyperactive disorder (ADHD), Jurnal Psikologi Teori dan Terapan
3, no. 1 (2012).
Fadila, Putri Nur, Indriati dan Dian Eka Ratnawati, Identifikasi Jenis Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) Pada Anak Usia Dini
Menggunakan Metode Neighbor Weighted K-Nearest Neighbor
(NWKNN), Jurnal Teknologi dan Ilmu Komunikasi, Vol. 3, No. 3, 2016.

36
Hartiningsih, Nuligar, Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, Vol. 01, No. 02, 2013.
Hasugian, Maria Rita, Kisah GraceTak Kerjakan "PR" Sekolah Dijebloskan ke
Penjara Anak, dalam artikel ilmiah berita
https://dunia.tempo.co/read/1366647/kisah-gracetak-kerjakan-pr-sekolah-
dijebloskan-ke-penjara-anak, diakses pada tanggal 6 Juni 2021 pukul.11.00
WITA.
Hatiningsih, Nuligar, Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD), dalam Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan Vol. 1, No. 2, Tahun 2013.
Hikmawati, Iffa Dwi, dan Erny Dahlan, Efektivitas Terapi Menulis Untuk
Menurunkan Hiperaktivitas Dan Impulsivitas Pada Anak dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Jurnal Fakultas Psikologi, Vol. 2,
No. 1, 2014.
Husnah, Asmaul, Skripsi, Efektivitas Terapi ABA Pada Anak ADHD (Attention
Deficit Hiperativity Disorder) dipusat Terapi Terpadu Anak dengan
Kebutuhan Khusus, Fakultas Psikologi UIN Malang), Vol 3 No 2, 2017.
Kewley, Geoff, dan Auline Latham.”100 Ide Membimbing Anak ADHD”
(Penerbit Erlangga, 2010).
Mayang Cendikia Selekta, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Pada Anak Usia 2 Tahun, dalam Jurnal Medula Vol. 1, No. 3, Tahun 2013.
Muhin, Abdul, Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset, 2015).
Paternotte Arga, dan Jan Buitelaar, ADHD Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) Tanda-
tanda, Diagnosis, Terapi, Serta Penanganan di Rumah dan di Sekolah,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2008).
Paternotte, Arga, dan Jan Buitelaar, ADHD Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) Tanda-

37
tanda, Diagnosis, Terapi, Serta Penanganan di Rumah dan di Sekolah,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2008).
Pieter, Herri Zan, dkk, Pengantar Psikopatologi Unqtuk Keperawatan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), 148-149. Dwidjo Saputro, ADHD
(Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), (Jakarta: Sagung Seto, 2009).
Reynolds F. Chu S. Occupational therapy for children with attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD), Part 1: a delineation model of practice. Br
J Occup Ther. 70 (9), 2007.
Sakinatul Muhimah, Cara Melatih Fokus Anak dan Mengenal Gangguan
ADD/ADHD, dalam Tips Melatih Fokus Anak Saat Belajar Agar Tumbuh
Pintar (narmadi.com), diakses pada 7 Juni 2021.
Saputro, Dwidjo, ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder), (Jakarta:
Sagung Seto, 2009).
Suyanto, Bestari Nindya, dan Supra Wimbarti, Program Intervensi Musik
terhadap Hiperaktivitas Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD), Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP) 5,
no. 1 (2019).
Tentama, Fatwa, Peran Orangtua dan Guru dalam Menangani Perilaku
Hiperaktifitas Pada Anak ADHD di SLB Negeri 3 Yogyakarta, Jurnal
Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Masyarakat, Vol. 3, No. 1, Januari
2009.
Ulfa, Wiwit Viktoria, Skripsi, Perilaku Hiperaktif Anak ADHD (Attention Deficit
Hiperaktivity Disorder) dan Faktor Penyebabnya, Jurusan Guru Sekolah
Dasar UNS, Vol 3 No. 02, 2019.
W, Sarwono Sarlito, Psikologi Sosial. (Jakarta: Raja Grafindo, 2014).
Wahidah, Evita Yuliatul, Identifikasi dan Psikoterapi terhadap ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi Pendidikan Islam
Kontemporer, Millah: Jurnal Studi Agama 17, no. 2 (2018).
Yanofiandi dan Iskandar Syarif, Perubahan Neuroanatomi Sebagai Penyebab
ADHD, Majalah Kedokteran Andalas, Vol. 33 No. 2, 2009.

38
LAMPIRAN

1. Link berita:
 https://dunia.tempo.co/read/1366647/kisah-gracetak-kerjakan-pr-
sekolah-dijebloskan-ke-penjara-anak
 https://rmol.id/amp/2020/07/17/444013/https-dunia-rmol-id-read-
2020-07-17-444013-tidak-bisa-kerjakan-tugas-online-selama-pjj-
siswa-penderita-adhd-ditahan-di-penjara-anak-di-detroit

39

Anda mungkin juga menyukai