Anda di halaman 1dari 48

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SOCIAL MEDIA

DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA REMAJA


ANAK SMP

DISUSUN OLEH

NAMA : SERLITA MAHWIL

NIM : P.1911176

KELAS : KEP.C

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES PASAPUA AMBON

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga Tugas penelitian kesehatan berjudul “Hubungan Lama Penggunaan
Social Media Dengan Kejadian Insomnia Pada Remaja Aaak SMP” guna
memenuhi salah satu syarat tugas akhir Program studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pasapua Ambon
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas
dari tantangan dan hambatan, namun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak dosen sehingga tugas penelitian kesehatan ini dapat terselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalm
proses penyelesaian penelitian ini
Akhir kata, semoga amal baik, dukungan dan doa yang diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari
bahwa skripsi yang disusun masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan
hati terbuka penulis menerima kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.

Ambon , Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9
A. Tinjauan Umum Masing-Masing Variabel Penelitian..................... 9
B. Kerangka Teori ................................................................................ 26
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL,
DAN HIPOTESIS .............................................................................. 27
A. Dasar Pemikiran Variabel................................................................ 27
B. Hubungan Antar Variabel ............................................................... 28
C. Identifikasi Variabel ........................................................................ 28
D. Definisi Oprasional Dan Kriteria Objektif ...................................... 29
E. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 30
A. Pengolahan Dan Analisis Data......................................................... 35
B. Etika Penelitian ............................................................................... 37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi secara memuaskan
melalui proses homeostasis, proses homeostasis ini merupakan proses tubuh
yang menjaga keseimbangan dan stabilitas antara lingkungan internal dan
eksternal baik fisiologis maupun psiokolohisnya. Kebutuhan merupakan salah
satu hal yang sangat penting dan sangat dibutuhkan bagi proses homeostasis
dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan fisiologis itu sendiri memiliki pioritas
yang sangat tinggi dalam hirarki Maslow. Seseorang memiliki beberapa
kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan
fisiologisnya diantara kebutuhan-kebutuhan fisiologis tersebut salah satunya
adalah kebutuhan istirahat dan tidur (Wahid 2008, Nurhalija Ulfiana, 2018).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang dialami seseorang dimana
orang tersebut kesulitan untuk memulai tidur dan tidak dapat mempertahakan
tidurnya meskipun memiliki waktu untuk melakukannya.
Menurut WHO (World Health Organization) prevalensi keluhan sulit
tidur sebasar 27% . biasanya insomnia dialami sekitar 33% populasi orang
dewasa. Insomnia ini lebih sering dialami oleh wanita. Prevalensi insomnia
meningkat seiring bertambahnya usia (Anurogo, 2016).
Gangguan tidur sudah menjadi masalah yang serius yang dihadapi
masyarakat didunia terutama di Indonesia. Prevalensi kejadian insomnia di
Indonesia mencapai angka 28 juta orang atau 10% dari total 238 juta
penduduk Indonesia menderita insomnia, dimana angka ini masih tertinggi di
asia. Penyebab seseorang insomnia adalah gaya hidup yang kurang sehat,
seperti beban pekerjaan kantor, tugas sekolah yag menumpuk sehingga waktu
untuk tidur sangat minim. Tidak hanya itu saja penyebab insomnia, salah satu
penyebab insomnia dijaman modern ini adanya elektronik atau gadjet, dimana
ketika seseorang menggunakan gedjet mereka menggunakannya selama
berjam-jam (Salbiah, 2020).

1
Diera globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sudah semakin canggih, dimana penyebaran informasi serta akses
telekomunikasi semakin lebih cepat dan mudah. Seiring dengan
perkembangan internet, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari penggunaan
internet dan social media, dimana perkembangan internet dan social media
begitu pesat. Penggunaan internet dan social media membawa dampak yang
signifikan bagi masyarakat di belahan dunia, tidak terkecuali para remaja.
Internet merupakan sebuah sarana untuk mengakses dunia daring, hal-
hal yang dapat diakses dapat berupa tulisan, gambar, maupun video. Internet
(inter-nertwork) adalah sebutan untuk sekumpulan jaringan computer yang
menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi,
maupun perorangan (Chung, 2019). Ketika seseorang mengunakan internet
atau sedang online biasanya orang tersebut mengakses social media seperti
instagaram, facebook, whatsapp, line, twitter, streaming youtube, phat,
blackberry messeger, dan membuka google untuk mengerjakan tugas atau
laporan (Nurina Hakim & Alyu Raj, 2017).
Media social merupakan sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang dibangun diatas dasar teknologi Web 2.0 dan mendukung penciptaan
serta pertukaran user-generated content, berbagi dalam komunikasi dan
dikemas dalam bentuk yang beragam, baik blog, jejaring social, forum, wiki
dan lain-lain (Sherlyanita & Rakhmawati, 2016). Media social merupakan
medium internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya
maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna
lain dalam membentuk ikatan social secara virtual (Sidik et al., 2018).
Jadi berdasarkan dua definisi diatas media social merupakan salah
satu situs yang memudahkan seseorang berkomunikasi dengan orang-orang
diseluruh dunia, mereka dapat mengekspresikan diri dan mempermudah
dalam mendapatkan informasi baik informasi akademik, pemerintahan,
organisasi, maupun perorangan.
Penelitian yang dilakukan di Peru, prevalensi ketergantungan
facebook 69,4%, kualitas tidur buruk 53,7%. Penyalahgunaan facebook atau

2
kecanduan facebook sangat cenderung mempengaruhi kualitas tidur, dimana
pada saat remaja onlilne mereka berkirim pesan dengan teman, bermain
game, dan lain-lain. Sebuah penelitian di Taiwan menemukan prevalensi pada
mahasiswa 54,7%, dan prevalensi remaja berusia 16 – 19 tahun di Sao Paulo,
Brasil menemukan 52,9%. Jadi dapat disimpulakan bahwa seseorang yang
kecanduan facebook sangat mempengaruhi kualitas tidur yang buruk, dan
mengubah ritme tidur sehingga mengalami kantuk yang berlebihan
(insomnia) (Wolniczak et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Study Kohort Milenium Inggris, data
remaja yang berusia 13-15 tahun. Prevalensi penggunaan media social rendah
<1 jam sebanyak 33,7%, rata-rata 1 - <3 jam sebanyak 31,6%, tinggi 3 - <5
jam sebanyak 13,9%, sanggat tinggi 5+ jam sebanyak 20,8%. Prevalensi tidur
pada remaja di inggris dengan onset tidur terlambat (hari sekolah) setelah
pukul 23.00 sebanyak 26,0%, onset tidur terlambat (hari bebas) setelah tengah
malam sebanyak 33,7%, waktu bangun terlambat (hari sekolah) sebanyak
4,0%, waktu bangun terlambat (hari bebas) setelah jam 11:000 sebanyak
22,0%, latensi onset tidur panjang lebih dari 30 menit sebanyak 34,1%, dan
kesulitan tidur setelah terbangun pada malam hari sebanyak 21,1%.
Berdasarkan data diatas bahwa adanya pengaruh yang kuat penggunaan social
media dengan pola tidur pada remaja di Inggris terutama pada onset tidur
yang lambat (Scott et al., 2019).
Penelitian yang dilakukan di China pada kalangan siswa Menengah,
yang tidak menggunakan internet 3,3%, responden yang tidak menggunakan
jejaring sosial online 10,3%, pecandu internet 8,1%, dan 25,5% adalah
responden yang kecanduan jejaring sosial online. Sekitar 30,8% remaja
kurang tidur (7 jam permalam) dan sekitar 3,0% siswa menggunakan obat
tidur. Jadi prevalensi keseluruhan siswa yang mengalami insomnia sebanyak
37,3%. IA dan OSNA berkontribusi pada tingginya prevalensi insomnia di
cina dimana penggunaan internet dan penggunaan jejaring social yang
berlebihan akan mengganggu pola tidur pada remaja. Pecandu internet dan
social media lebih cenderung membutuhkan waktu yang banyak untuk tidur

3
dan memiliki waktu tidur yang pendek dibandingkan dengan yang bukan
pencandu internet atau jejaring social (Li et al., 2017).
Penggunaan internet secara umum tentu sangat relevan ketika
mempertimbangkan penggunaan media social, ketika remaja menggunakan
media social mereka dapat menghabiskan waktu untuk online hingga 54%.
Dari data penelitian di Skotlandia dengan jumlah responden 467 remaja, situs
yang sering digunakan yaitu facebook dan twitter dimana keduan jenis media
social ini sudah menjadi bagian yang sentral bagi kehidupan para remaja di
Skotlandia, 90% remaja menggunakan media social pada siang hari dan
malam hari (Woods & Scott, 2016).
Study selanjutnya yang membuktikan bahwa kejadian insomnia sangat
berkaitan erat dengan lama penggunaan social media adalah studi yang
dilakukan oleh (Syamsoedin et al., 2015) yang berjudul Hubungan Durasi
Penggunaan Media Social Dengan Kejadian Insomnia Pada Remaja Di SMA
Negeri 9 Manado. Durasi penggunaan social media tertinggi adalah
penggunaan social media pada durasi sedang (3-4 jam), kejadian insomnia
pada responden terbanyak adalah insomnia ringan dengan jumlah 71,0%
sedangkan untuk insomnia berat 29,0%, dan terdapat hubungan antara durasi
penggunaan media social dengan kejadian insomnia. Semakin lama waktu
penggunaan social media maka akan semakin tinggi tingkat kejadian
insomnia.
Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
(Rizkinaswara, 2019), jumlah pengguna internet di dunia 4.388 milyar jiwa
(57%), pengguna aktif media social di dunia mencapai 3.484 milyar jiwa
(45%), dan pengguna aktif media social mobile 3.256 milyar jiwa (42%).
Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbesar didunia dalam jumlah
penggunaan internet pada tahun 2018 dengan jumlah 123.0 milyar, kemudian
diatas Indonesia ada lima Negara yang menduduki jumlah terbesar setiap
tahunnya China 777.0 milyar pengguna internet, US 274.1 milyar, India
346.3 milyar, Brazil 125.9 milyar, dan Jepang 105.4 milyar.

4
Jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 yang dicatat
oleh APJII mencapai 171 juta orang dari total penduduk Indonesia sebanyak
264 jiwa. Hasil survey penetrasi dan profil pengguna internet yang dilakukan
pada periode 9 maret – 14 April 2019 dengan jumlah 5.900 responden yang
menggunakan internet minimal empat bulan dari waktu pengumpulan data.
Dari survai yang dilakukan APJII mencatat pertumbuhan pengguna internet
sebanyak 27,9 juta (10,12%) dalam setahun. Berdasarkan data yang didapat
dilapangan pulau jawa masih menjadi penyumbang terbesar pengguna
internet dengan jumlah 55%, disusul dengan pulau sumatera utara dengan
jumlah 21%, Kalimantan dengan presentase pengguna internet sebanyak
9%, sementara bali dan nusa tenggara jumlah pengguna internet sebanyak
5%, kemudian pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua berkontribusi sebanyak
10% dari jumlah seluruh pengguna internet di Indonesia (Andarningtyas,
2020).
Berdasarkan data dari (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), 2019) kontribusi pengguna internet per provinsi yang
paling besar diduduki oleh jawa barat dengan jumlah 16,6%, sumatera utara
sebanyak 6,3%, Kalimantan barat berkontribusi sebanyak 2,1%, dan untuk
Sulawesi-maluku-papua, Sulawesi selatan mempunyai andil terbesar
sebanyak 3,7%.
Hasil survey yang dilakukan oleh (Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII), 2014) dalam mengakses internet di wilayah
Sulawesi khususnya di Sulawesi selatan bedasarkan jenis kelamin laki-laki
50% dan perempuan 50%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengguna internet
baik laki-laki maupun perempuan memiliki presentase yang sama.
Data dari survey (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), 2014) pada saat mengakses internet ada beberapa hal yang biasa
dilakukan oleh pengguna internet yaitu dengan menggunakan jejaring social
dengan presentasi 87,4%, untuk mencari info/searching/browsing 68,7%,
instant messaging 59,9%, untuk mencari berita terkini 59,7%, untuk
mendownload video streaming atau mengupload video sebanyak 27%, untuk

5
berkomunikasi dengan menggunakan email sebanyak 25,4%, jual beli online
11,0%, untuk bermain game online video call sebanyak 10,1%. Jadi dapat
disimpulakan bahwa penggunakan internet diindonesia banyak digunakan
untuk membuka social media.
Berdasarkan laporan terbaru We Are Social pada tahun 2020 bahwa
ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia, dibandingkan dengan tahun
sebelumnya pada tahun ini ada peningkatan pengguna internet dengan
presentase 17% atau 25 juta pengguna internet. Berdasarkan populasi
Indonesia yang berjumlah 272,1 juta jiwa maka dapat diartikan bahwa
setengah penduduk Indonesia telah mengakses ke dunia maya (Agus Tri
Haryanto, 2020).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Teknoia.com yang ditulis oleh
Bagus Ramadhan (2020) the world’s most-used social platforms, secara
peringkat facebook menduduki peringkat pertama didunia, dimana social
media merupakan salah satu aplikasi yang sangat popular didunia dengan
jumlah akun 2,449 milyar, youtube 2,000 milyar, whatsapp 1,600 milyar,
instagram menduduki peringkat ke enam dengan jumlah akun 1,000 milyar
(Ramadhan, 2020).
Laporan tahunan (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2018),
media social yang peling sering digunakan oleh pengguna internet di
Indonesia, facebook 50,7%, instagram 17,8%, youtube 15,1%, twitter 1,7%.
Hasil survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet, 2018), penetrasi
penggunaan internet berdasarkan usia, usia 13-18 tahun (75,50%), usia 19-34
tahun (74,23%), usia 35-54 tahun (44,06%), usia >54 tahun (15,72%).
Saat online dimedia social akan ada peringatan masuk setiap saat
sehingga dapat menggangu tidur. Ketika ada peringatan masuk dari media
social pada malam hari remaja mengatakan mereka mengalami gangguan
tidur. Pada saat pesan teks masuk mereka memiliki rasa takut kehilangan dan
merasa bersalah karena tidak segera membalas pesan tersebut, dan sebagian
besar mengalami kecemasan ketika kehilangan pesan teks dan konten baru
yang ada di media social (Woods & Scott, 2016).

6
Dampak yang muncul pada seseorang yang kecanduan internet yaitu
kurangnya interaksi sosial, lebih banyak bermain handphone dari pada
ngobrol, menunda-nunda pekerjaan, mengalami insomnia atau susah tidur.
Ketika online biasanya mengakses sosial media seperti line, whatsaap,
facebook, instagram, twitter, youtube, dan membuka google untuk
Dari hasil wawancara dengan pihak sekolah dalam hal ini Guru
diperoleh jumlah data keterlambatan siswa sebanyak 21 siswa dengan
presentase 38,9% yang terlambat dan 15 siswa terlambat beralasan terlambat
bangun pagi dikarenakan bergadang untuk bermain game online,nonton
youtube, chattingan, dan browsing 8 orang dengan alasan terjebak kemacetan
lalu lintas, dan 2 orang beralasan menunggu teman.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “apakah ada hubungan lama penggunaan social media dengan kejadian
insomnia pada anak remaja?”.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan lama penggunaan social media dengan kejadian
insomnia pada ramaja anak SMP.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan
terkait dengan keperawatan anak dengan permasalahan pada remaja
khususnya hubungan lama penggunaan social media dengan kejadian
insomnia pada remaja.
2. Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada remaja tentang hubungan lama penggunaan
social media dengan kejadian insomnia pada remaja agar para remaja
mampu mengontrol diri sendiri demi kesehatan dimasa depan.
3. Manfaat peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti terutama untuk
menambah wawasan dalam hal ini sebagai salah satu syarat untuk

7
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di STIKES Pasapua
Ambon

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Masing-Masing Variable Penelitian


1. Insomnia
a. Definisi Insomnia
Insomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan
penderitanya mengalami kesulitan tidur, terjadinya penurunan kualitas,
durasi dan frekuensi tidur. Insomnia dapat dikaitkan dengan masalah
perilaku emosional dikalangan remaja (Li et al., 2017).
Insomnia merupakan gejala yang paling parah dari
ketidakpuasan tidur seseorang yang dirasakan berulang kali. Seseorang
yang mengalami insomnia cenderung sulit untuk memulai tidur dan
sulit dalam mempertahankan kualitas tidurnya, meskipun penderita
mempunyai banyak waktu untuk tidur (Zambotti et al., 2019).
Insomnia merupakan gangguan tidur yang menyebabkan
penderitanya mengalami kesulitan tidur atau tidak cukupnya waktu
tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. Gangguan
tersebut menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan
aktivitas keesokan harinya (Huda, 2020).
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa penyebabnya bisa karena gangguan fisik
atau karena factor mental seperti perasaan gundah atau gelisah (Kasiati,
2016).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulakan bahwa
insomnia merupakan suatu gangguan pada saat seseorang akan tidur
dan orang yang menderita insomnia cenderung tidak dapat
mempertahankan kualitas maupun kuntitas tidur mereka. Penderita
insomnia ini tidak mempunyai waktu yang cukup untuk tidur sehingga

9
pada saat penderita bangun dipagi hari maka kondisi penderita tidak
prima untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
b. Klasifikasi Insomnia
Insomnia ada beberapa jenis, berdasarkan penyebabnya insomnia
dibagi menjadi dua yaitu (Huda, 2020):
1) Insomnia primer
Insomnia primer ini terjadi bukan dari gangguan kesehatan
lainnya.
2) Insomnia sekunder
Insomnia yaitu insomnia yang terjadi karena suatu gangguan
kesehatan tertentu.
Sedangkan berdasarkan lama terjadinya insomnia dibedakan
menjadi dua yaitu :
1) Insomnia akut
Insomnia yang terjadi dalam waktu yang relative pendek
karena sebab tertentu seperti gugup mendekati masa ujian,
insomnia akut ini umurnya terjadi selama satu malam hingga
beberapa minggu.
2) Insomnia kronis
Insomnia dalam rentang waktu yang relative panjang yang
terjadi karena kondisi psikologi yang sedang tidak baik yang bisa
bertahan tiga malam tiap minggu hingga beberapa bulan.
c. Factor Penyebab Insomnia
Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
tidur, adapun factor yang mempengaruhi yaitu sebagai berikut (Kasiati,
2016):
1) Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang
dapat menyebabkan gangguan tidur. Sakit dapat mempengaruhi
kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang memperbesar
kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi

10
namun banyak juga penyakit yang menjadikan klien kurang atau
bahkan tidak bisa tidur misalnya nyeri habis tidur. Seseorang yang
sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari pada
biasanya di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat
mengalami gangguan.
2) Lingkungan
Factor lingkungan yang dapat membantu sekaligus
menghambat proses tidur, tidak adanya stimulus tertentu atau adanya
stimulus dapat menghambat upaya tidur. Contohnya temperature
yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi
tidur seseorang. Akan tetapi seiring waktu tidur individu bisa
beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
3) Latihan dan kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang, semakin lelah seseorang maka semakin pendek siklus
tidur.
4) Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitas agar agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
5) Stress emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah
melalui stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM dan tidur REM serta seringnya
terjaga saat tidur.
6) Stimulant dan alcohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat
merangsang susunan saraf pusat (SSP) sehingga dapat mengganggu
pola tidur. Sedangkan konsumsi alcohol yang berlebihan dapat
mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah hilang
individu sering kali mengalami mimpi buruk.

11
7) Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu
tidur dan seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya dengan
penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur
dan sedikitnya periode terjaga dimalam hari.
8) Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi
pada tubuh, akkibatnya peroko sering kali kesulitan untuk tidur dan
mudah terbangun dimalam hari.
9) Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur
seseorang. Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur
NREM , metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk,
sedangkan narkotik (misalnya :meperidin, hidroklorida dan morfin
(yang biasanya digunakan dalam pengobatan saat perang)) diketahui
dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga
dimalam hari.
10) Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi
perasaan lelah seseorang. Sebaliknya dengan perasaan bosan atau
tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan
kantuk.
11) Bermain gadjet sebelum tidur.
Selain itu remaja yang aktif dalam media social rentan
mengalami insomnia. Fasilitas yang sering mereka gunakan adalah
chatting, browsing, downloading. Kegiatan tersebut sering dilakukan
remaja karena keinginan bersosialisasi yang tinggi sehingga mereka
sering menghabiskan waktu dimalam hari untuk bermain gadjed.
Selain itu remaja mengunakan internet sebagi media untuk
mengerjakan tugas dimalam hari.

12
d. Gejala Insomnia
Seseorang yang mengalami insomnia sangat sulit untuk
merasakan ngantuk sehingga menentukan ukuran tidur normal karena
kebutuhan tidur berbeda-beda setiap orang. Hal tersebut dipengaruhi
oleh usia, gaya hidup, lingkungan dan pola makan. Gejala-gejala yang
paling umum diantaranya (Huda, 2020):
1) Sulit untuk merasakan ngantuk dan tidak bisa tertidur.
2) Terbangun pada malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur
kembali.
3) Merasakan lelah, emosional, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa
melakukan aktivitas secara baik pada siang hari.
4) Tidak bisa tidur siang meskipun tubuh tubuh merasakan lelah.
e. Komplikasi Insomnia.
Tidur memiliki keistimewaan bagi tubuh, mulai dari kesehatan
fisik hingga psikis, insomnia yang dibiarkan tanpa penanganan dan
berlangsung lama, bisa menimbulakan berbagai masalah lainnya. Mulai
dari menurunkan produktifitas dan konsentrasi, gangguan kesehatan
mental, hingga memperburuk penyakit kronis seperti tekanan darah
tinggi dan penyakit jantung (Huda, 2020).
2. Remaja.
a. Definisi Remaja.
Remaja dalam ilmu psikologi diperkenalkan dengan istilah lain
seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence
(Inggris), adolescence berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh
kearah pematangan. Kematanagan yang dimaksud adalah bukan
kematangan fisik tetapi juga kematangan social dan psikologi (Jayanti,
2019).
Menurut WHO masa remaja adalah masa peralihan dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi
pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga

13
mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik
fisik, mental maupun peras social (Jayanti, 2019).
b. Batasan Usia Remaja
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja. Dengan demikian dari segi program pelayanan, definisi remaja
yang digunakan oleh Departeman Kesehatan adalah mereka yang
berusia 10-19 tahun dan belum kawin, sementara itu BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia
remaja 10-21 tahun (Jayanti, 2019).
c. Karakteristik Remaja
Karakteristik remaja berdasarkan umur yaitu sebagai berikut
(Jayanti, 2019):
1) Masa remaja awal 10-12 tahun
a) Lebih dekat dengan teman sebaya.
b) Ingin bebas.
c) Lebih banyak memperlihatkan keadaan tubuhnya.
d) Mulai berfikir abstrak.
2) Masa remaja pertengahan 13-15 tahun
a) Mencari identitas diri.
b) Timbul keinginan untuk berkencan.
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam.
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
e) Berkhayal tentang aktivitas seks.
3) Remaja akhir 17-21 tahun
a) Pengungkapan kebebasan diri.
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
c) Membunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri.
d) Dapat mewujudkan rasa cinta.
d. Tumbuh Kembang Remaja
Tumbuh kembang adalah pertumbuhan fisik atau tubuh dan
perkembangan kejiwaan, psikologus, dan emosi. Tubuh kembang

14
remaja merupakan proses atau tahap perubahan atau transisi dari masa
kanak-kanak menjadi dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan
yaitu sebagai berikut (Sebayang et al., 2018):
1) Perubahan fisik meliputi perubahan yang bersifat nadaniah, baik
yang bisa dilihat dari luar maupun yang tidak dilihat.
2) Perubahan emosional yang tercermin dari sikap dan tingkah laku.
3) Perkembangan keperibadian dimana masa ini tidak hanya
dipengaruhi oleh orang tua dan keluarga tetapi juga lingkungan luar
sekolah.
e. Tahap Perkembangan Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa ada tiga tahap
perkembangan remaja yaitu sebagai berikut (Setyawati & Hartini,
2018):
1) Remaja awal (early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
peruabahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-
dorongan yang menyertai perubahan-perubahn itu. Mereka
mengembangkan pikrian-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang
bahunya saja oleh teman lawan jenis ia sudah berfantasi erotic.
Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya
kendali terhadap ego menyebabkan para remaja pada awal ini sulit
dimengerti dan dimengerti orang dewasa.
2) Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia
senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan
narsitis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman
yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak
peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau
materialis.

15
3) Remaja akhir (late adolescent)
Pada tahap ini ditandai dengan tercapainya maturitas fisik
secar sempurna. Perubahan psikosisial yang ditemui antara lain:
a) Identitas diri menjadi lebih kuat.
b) Mampu memikirkan ide.
c) Mampu mengekspresikan perasaan dengan kata-kata.
d) Lebih menghargai orang lain.
e) Lebih konsisten terhadap minatnya.
f) Bangga dengan hasil yang dicapai.
g) Selera humor lebih berkembang.
h) Emosi lebih stabil.
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan,
termasuk peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam
berhubungan dengan lawan jenis dan mulai dapat menerima tradisi
dan kebiasaan lingkungan.
f. Tugas Perkembangan Remaja
Seiring dengan tumbuh kembangnya seorang individu, dari masa
kanak-kanak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-masing
pada setiap tahap perkembangannya. Tugas yang dimaksud setiap tahap
perkembangannya adalah setiap tahapan usia, individu tersebut
mempunyai tujuan untuk mencapai satu kepandaian, keterampilan,
pengetahuan, sikap dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan
pribadi. Kebutuhan pribadi itu dendiri muncul dari dalam diri yang
dirangsang oleh kondisi di sekitarnya atau masyarakat. Adapun tugas
perkembangan remaja yaitu sebagai berikut (Sebayang et al., 2018):
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
4) Mencari kemandirian ekonomi. Remaja merasa sanggup untuk hidup
berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat penting bagi laki-laki.

16
5) Mencapai kemandirian
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7) Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua.
8) Mengembankan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
g. Factor Yang Mempengaruhi Kepribadian Remaja.
Adapaun factor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian
remaja yaitu sebagai berikut (Octavia, 2020) :
1) Factor genetic (pembawaan)
Masa dalam kandungan dipandanng sebagai saat yang kritis
dalam perkembangan kepribadian dan menentukan penyesuaian
individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.
2) Factor lingkungan
Kebudayaan suatu masyarakat memberi pengaruh terhadap
setiap warganya baik yang menyangkut cara berfikir, cara bersikap
atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian
dapat dilihat dari perbedaan masyarakat modern yang budayanya
maju dengan masyarakat primitive yang budayanya masih
sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidup seperti cara
makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian
dan cara berfikir.
Selain itu ada factor-faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan kepribadian yaitu :
1) Factor kelompok dimana kepribadianyang terbentuk dari
pengaruh lingkungan kelompok social. Remaja bergaul dengan
teman sebayanya dan menjadi anggota dari kelompoknya. Pada

17
saat itu remaja mulai mengalihkan perhatiannya untuk
membangun sifat-sifat atau perilaku yang disukai atau dikagumi
oleh teman-temannya.
2) Factor pengalaman yaitu factor pembentukan kepridian yang
berhubungan dengan pengalaman hidup. Karena setiap jalan
hidup manusia berbeda-beda, maka pahit manisnya kehidupan
ini akan mempengaruhi kepribadian juga.
3) Fisik, factor fisik yang dipandang mempengaruhi perkembangan
kepribadian adalah postur tubuh (langsing, gemuk, tinggi,
ataupun pendek), kecantikan, kesehatan, keutuhan tubuh dan
keberfungsian otak.
4) Intelegensi individu dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadian remaja. Individu yang intelegensinya tinggi atau
normal biasanya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
secara wajar sedangkan yang rendah biasana sering mengalami
hambatan atau kendala dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
5) Suasana keluarga. Suasana atau iklim keluarga sangat penting
bagi perkembangan kepribadian remaja. Seseorang anak yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan
agamis dalam arti orang tua memberikan curahan kasih saying,
perhatian serta bimbingan dalam perkembangan kehidupan
berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut
cenderung positif.
3. Social Media.
a. Definisi Social Media.
Adapun definisi social media yaitu sebagai berikut :
1) Media social merupakan sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang dibangun diatas dasar teknologi Web 2.0 dan mendukung
penciptaan serta pertukaran user-generated content, berbagi dalam
komunikasi dan dikemas dalam bentuk yang beragam, baik blog,

18
jejaring social, forum, wiki dan lain-lain (Sherlyanita &
Rakhmawati, 2016).
2) Media social merupakan medium internet yang memungkinkan
pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja
sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain dalam
membentuk ikatan social secara virtual (Sidik et al., 2018).
3) Media social merupakan suatu interaksi social manusia dalam
memproduksi berbagai hal dan bertukar informasi, hal ini mencakup
gagasan dan berbagai konten dalam komunitas virtual (Sulianta,
2015).
b. Ciri-Ciri Social Media
Media social memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut (Hikmat, 2018) :
1) Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang tetapi ke
banyak orang.
2) Pesan yang disampaikan bebas tanpa harus melalui suatu
gatekeeper.
3) Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibandingkan
dengan media lain.
4) Penerima pesan yang menetukan waktu interaksi.
c. Jenis-Jenis Social Media
Media social terbagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut
(Hutahayan, 2019):
1) Proyek kolaborasi
Situs web ini memungkinkan pengguna untuk dapat
mengubah, menambah, atau menghapus konten di situs web ini.
Misalnya : Wikipedia.
2) Blog dan microblog
Penggunaannya lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di
blog ini seperti bercerita atau mengkritik kebijakan pemerintah.
Misalnya: twitter, blogspot, path, tumblr dan lain-lain.

19
3) Konten
Penggunaan situs web ini berbagi konten media seperti video,
ebook, gambar dan lain-lain. Misalnya: youtube.
4) Situs jejaring social
Aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk membuat
informasi pribadi sehingga mereka dapat terhubung dengan orang
lain. Informasi pribadi dapat berupa foto. Contohnya facebook, path,
instagram dan lain-lain.
5) Virtual game world
Dunia virtual tempat para pengguna atau pemainnya
berkumpul dan berinteraksi, baik dengan pemain lainnya maupun
dengan obyek maya yang tersedia dalam dunia tersebut.
6) Virtual social world
Dunia virtual memberikan pengalaman seolah-olah pengguna
merasa hidup didunia virtual sama seperti dunia game virtual.
Namun virtual social world lebih bebas dan lebih kearah kehidupan.
d. Fungsi Media Social
Fungsi media social dapat diketahui melalui kerangka kerja
honeycomb yaitu sebagai berikut (Rahadi, 2017):
1) Indentity ini menggambarkan pengaturan identitas para pengguna
dalam sebuah dalam sebuah media social menyangkut nam, usia,
profesi, jenis kelamin, lokasi serta foto.
2) Conversations menggambarkan pengaturan para pengguna untuk
berkomunikasi dengan pengguna yang lain dalam media social.
3) Sharing merupakan pertukaran, pembagian, serta penerimaan
konten berupa teks, gambar atau video yang dilakukan oleh para
pengguna.
4) Presence menggambarkan apakah pengguna dapat mengakses
dengan pengguna yang lain.
5) Relationship menggambarkan para pengguna terhubung atau terkait
dengan pengguna yang lain.

20
6) Reputation ini menggambarkan apakah para pengguna dapat
mengidentifikasi pengguna lain serta dirinya sendiri.
7) Groups menggambarkan para pengguna dapat membentuk
komunitas dan sub komunitas yang memiliki latar belakang, minat
atau demografi.
e. Situs Social Media
Ada beberapa situ media social yaitu sebagai berikut (Hutahayan,
2019) :
1) Facebook
Facebook merupakan sebuah layanan jejaring social dan situs
web yang dilucurkan pada 4 Februari 2004. Saat ini facebook tidak
hanya diakses dengan menggunakan computer yang sederhana dan
canggih tetapi ada media yang lain yaitu telepon genggam. Bahkan
dengan facebook kita bisa berinteraksi dengan siapapun yang
berasal dari budaya yang berbeda. Facebook mampu menembus
batas pertemanan, facebook sebagai salah satu media komunikasi
yang telah mengubah perilaku komunikasi dan cara tiap orang
berinteraksi. Dulu orang berkomunikasi secara tatap muka namun
sekarang orang bisa berinteraksi melalui dunia maya yang
menawarkan pertemanan yang lebih mudah.
2) Instagram
Instagram merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk
membagikan foto dan video, makin populernya instagram sebagai
aplikasi yang digunakan untuk membagi foto membuat banyak
pengguna yang turun ke bisnis online untuk mempromosikan
produk-produk mereka. Media social instagram adalah suatu alat
penyampaian pesan (aplikasi) untuk bisa berkomunikasi dengan
khalayak secara luas dengan saling berbagi foto atau video yang
didalam apllikasi ini terdapat fitur-fitur lain seperti DM (direct
messege), comment, like dan masih banyak lagi.

21
3) Whatsapp
Whatsapp merupakan media social yang memiliki tampilan
sederhana dan mudah digunakan sehingga diminati oleh semua
kalangan, mulai dari remaja hingga dewasa. Whatsapp barasal dari
frasa what up sebagai bahasa sapaan dalam menanyakan kabar,
whatsapp didirikan oleh Jan Koum dan Brian Acton. Pada tahun
2014 whatsapp bergabung dengan facebook namun beroprasi
secara terpisah sebagai aplikasi yang focus untuk melayani
pertukaran pesan yang cepat dan mudah. Whatsapp memberikan
berbagai macam fitur begi penggunanya dengan menggratiskan
pengiriman pesan dan melakukan panggilan secara sederhana ,
aman dan cepat ke berbagai jenis telepon di seluruh dunia.
4) Line
Line adalah aplikasi yang digunakan untuk berkirim pesan
(messeger/chatting) secara gratis di perangkat smartphone. Aplikasi
line juga sebenarnya bisa disebut sebagai aplikasi jejaring social
karena terdapat fitur timeline sebagai wadah untuk berbagi status,
pesan suara, video, foto, kontak dan informasi lokasi. Dengan line
kita juga bisa video call secara real time dan gratis.
5) Twitter
Twitter adalah suatu situs web yang meruapakan layanan dari
microblog, yaitu suatu bentuk blog yang membatasi ukuran setiap
postnya yang memberikan fasilitas bagi pengguna untuk dapat
menulisakan pesan dalam twitter update hanya berisi 140 karakter.
Twitter meruapakan salah satu jejaring social yang palling mudah
digunakan karena hanya memerlukan waktu yang singkat tetapi
informasi yang disampaikan dapat langsung menyebar secara luas.
6) Email
Email atau surat elektronik merupakan suatu sarana untuk
mengirim dan menerima surat atau pesan dengan format digital
melalui jalur jaringan computer dan internet. Pedsan digital atau

22
surat elektronik tersebut dapat dibuat dan dikirim ke alamat email
lainnnya dengan menggunakan computer/laptop dan gadget lainnya
sperti smartphone dan tablet yang terhubung dengan internet.
7) Game online
Game online adalah game atau permainan dimana banyak
orang yang dapat bermain pada waktu yang sama dengan melalui
jaringan komunikasi online (Andri Arif Kustiawan, 2019).
f. Dampak Positif Dan Negative Social Media
Media social seperti pisau bermata dua dimana media social dapat
memberi dampak positif maupun negative kepada penggunanya,
tergantung bagaimana pengguna dalam memanfaatkan social media ini.
Adapun dampak positif dan negative social media yaitu sebagai berikut
(Arif Rohmadi, 2016):
1) Dampak positif media social
a) Mendapatkan informasi
Banyak informasi yang dapat kita peroleh dari social
media seperti informasi beasiswa, lowongan kerja, info seputar
agama, politik, motivasi, maupun hal-hal yang sedang trend dan
dibicarakan banyak orang. Melalui social media juga kita bisa
mendapatkan informasi langsung dari pakarnya.
b) Menjalin silahturahmi
Melalui social media kita dapat menjalin silahturahmi
meski terpisah jarak baik dengan orang baru, teman lama,
maupun teman sekarang. Lewat social media, banyak teman-
teman dahulu yang hilang kontak dan akhirnya bisa ketemu di
social media. Ada juga didunia nyata belum saling kenal tetapi
karena di online sudah saling berinteraksi ketika bertemu
pertama kali didunia nyata meraka sudah akrab satu sama lain.
c) Membentuk komunitas
Bagi yang memiliki kesukaan atau hobi yang sama dapat
membentuk perkumpulan atau komunitas yang berisi orang-

23
orang dengan hobi yang sama. Media online berperan untuk
koordinasi, sharing dan interaksi ketika tidak sedang bersama.
d) Brading
Branding dalam pengertian umun merupakan kumpulan
kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan agar
brand (merk) yang ditawarkan dikenal dan memiliki nilai sendiri
di benak konsumen atau calon konsumen. Branding tidak hanya
dilakukan oleh perusahaan saja tetapi meluas sampai tingkat
personal atau biasa dikenal dengan personal branding.
e) Promosi media social memudahkan orang untuk
mempromosikan produk dan jasa yang mereka miliki. Jika dulu
untuk berjualan orang mempunyai tokoh sekarang dirumahpun
orang bisa berjualan dengan memanfaatkan media social.
f) Kegiatan social
Adanya media social ini memudahkan dalam menggalang
bantuan untuk kegiatan social. Selain itu penggalangan bantuan
dapat dilihat orang banyak. Sehingga jika bnyak orang yang
melihat dan terketuk hatinya maka bantuan yang diperlukan
untuk kegiatan social lebih cepat terpenuhi.
2) Dampak negative social media.
a) Adanya akun palsu
Pada social media seseorang dapat dengan mudah
membuat suatu akun. Tak jarang satu orang memiliki lebih dari
satu akun, asalkan akun tersebut untuk hal-hal yang positif dan
bisa dipertanggungjawabkan. Namun terkadang ada orang
yang membuat akun palsu untuk melakukan tindak penipuan,
penculikan, maupun tindak kejahatan lainnya.
b) Perilaku negative
Social media ini selain mudah untuk menyebarkan
kebaikan juga mudah menyebarkan ketidakbaikan. Terkadang
ada beberapa orang mengunggah foto yang tidak sopan, hanya

24
untuk menarik perhatian. Dalam taraf yang ekstrem beberapa
orang menggunakan untuk tindak penipuan maupun
penculikan. Oleh karena itu kita harus biajak dalam
menggunakan social media ini, tidak mudah terpengaruh arus
negative atau menjadi pelopor hal negative.
c) Menyebarkan virus
Tak jarang ada orang yang membuat virus yang disebar
disosial media popular seperti facebook dan twitter dengan
tujuan mendapatkan data personal korban. Virus itu sering kali
berupa tautan gambar atau video porno yang ketika diklik akan
mengaktifkan virus tersebut. Biasanya akun yang sudah
menjadi korban akan otomatis turut menyebarkan virus yang
berupa gambar atau video porno.

25
B. Kerangka Teori

Remaja
Middle adolescent
(12-15 tahun)
(Jayanti, 2019)

Social Media Faktor-Faktor yang


(Facebook, Instagram, mempengaruhi insomnia:
whatsapp, youtube, game 1. Penyakit
online) 2. Lingkungan
3. Latihan dan kelelahan
(Hutahayan, 2019) 4. Gaya hidup
5. Stress emosional
6. Stimulan dan alcohol
7. Diet
8. Merokok
\ 9. Medikasi
10. Motivasi
11. Bermain Gadjed sebelum
tidur

(Kasiati, 2016)

Insomnia

26
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Dasar Pemikiran Variabel


Media social juga merupakan salah satu situs yang memudah seseorang
dalam berkomunikasi dengan orang-orang diseluruh dunia, dalam
menggunakan social media pengguna dapat mengekspresikan diri mereka dan
mempermudah pengguna dalam mendapatkan informasi.
Sosial media banyak digunakan oleh kalangan remaja didunia, ketika
online biasanya para pengguna banyak mengakses social media seperti
facebook, whatsapp, instagram, youtube, line, twitter, dan membuka situs
google untuk mengejakan tugas atau proposal (Nurina Hakim & Alyu Raj,
2017). Ketika seseorang online dimedia social maka akan ada peringatan
masuk setiap saatnya dan hal ini dapat mengganggu tidur. Ketika ada pesan
masuk dari media social, pengguna memiliki rasa kehilangan dan memiliki
rasa bersalah ketika tidak membalas pesan tersebut, dan sebagian pengguna
merasakan kehilangan ketika mereka tidak segera membuka konten baru dan
pesan teks yang ada di media social (Woods & Scott, 2016).
Ketika seseorang sedang mengakses social media biasanya mereka
cenderung menunda-nunda pekerjaan, kurang berinteraksi dengan orang yang
ada di sekelilingnya dan mereka lupa waktu sehingga pengguna social media
mengalami insomnia atau susah tidur, karena mereka waktu untuk tidur
digunakan untuk bermain social media (Nurina Hakim & Alyu Raj, 2017).
Insomnia merupakan suatu gangguan pada saat seseorang akan tidur
dan orang yang menderita insomnia cenderung tidak dapat mempertahankan
kualitas maupun kuantitas tidur mereka (Zambotti et al., 2019). Penderita
insomnia ini tidak mempunyai waktu yang cukup untuk tidur sehingga pada
saat penderita bangun dipagi hari maka kondisi penderita tidak prima untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (Huda, 2020). Insomnia pada remaja
disebabkan oleh tigas factor yaitu: factor predisposisi (dukungan keeluarga),
factor presipitasi (beban sekolah), dan factor perancu (penggunaan social

27
media). Kebiasaan yang dilakukan remaja sebelum tidur, mereka cenderung
mengakses social media sehingga menyebabkan tertudanya waktu tidur dan
durasi tidur lebih pendek (Nursalam et al., 2019).
B. Hubungan Antar Variabel
Variabel independen Variabel dependen

Lama penggunaan
Social Media:
Facebook
Instagram Insomnia
Youtube
Whatsapp
Game: Online
Keterangan
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Hubungan antar variable

C. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian merupakan perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).
Variable dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel
dependen antara lain (Nursalam, 2017):
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang memengaruhi atau
nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya
dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau
pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah media social.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya
atau ditentukan oleh variabel lain. Variabel terikat adalah factor yang
diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

28
pengaruh dari variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah insomnia.
D. Definisi Oprasional Dan Kriteria Objektif
Definisi oprasional adalah definisi variabel-variabel yang akan diteliti
secara oprasional dilapangan. Definisi oprasional dibuat untuk memudahkan
pada pelaksanaan pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data.
Definisi oprasional dibuat untuk mengarahkan dalam pembuatan dan
pengambilan instrument penelitian (Imas Masturoh, 2018).
Kriteria Objektif :
1. Media social
Media social merupakan salah satu aplikasi yang digunakan oleh
masyarakat dibelahan dunia untuk memudahkan seseorang dalam
berkomunikasi, berkirim pesan dengan orang lain tanpa ada batasan
jarak. Media social juga dapat memudahkan seseorang untuk
mendapatkan informasi baik mengenai pemerintahan maupun
pendidikan.
a. Rendah : Jika responden menggunakan social media 1-2 jam
b. Sedang : Jika responden menggunakan social media 3-4 jam
c. Tinggi : Jika responden menggunakan social media 4-5 jam
d. Sangat tinggi : Jika responden menggunakan social media >5 jam
2. Insomnia
Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
kesulitan untuk memulai tidur atau tidak dapat mempertahankan durasi
tidurnya, sehingga kondisi penderita insomnia tidak prima untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
a. Insomnia ringan : Jika responden menjawab dengan skor 11-19
b. Insomnia sedang: Jika responden menjawab dengan skor 20-27
c. Insomnia berat : Jika responden menjawab dengan skor 28-36
d. Insomnia sangat berat : Jika responden menjawab dengan skor 37-44

29
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis alternative (Ha)
Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan
perbedaan antara dua atau lebih variabel. Hubungan , perbedaan, dan
pengaruh tersebut dapat sederhana atau komplek, dan bersifat sebab-
akibat (Nursalam, 2017).
2. Hipotesis nol (Ho)
Hipotesis nol (Ho) merupakan hipotesis yang digunakan untuk
pengukuran stastistik dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat
sederhana atau kompleks dan bersifat sebab atau akibat (Nursalam,
2017).

30
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rencana Desain Penelitian


Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional, penelitian ini adalah penelitian
dimana variabel yang diteliti baik variabel independen maupun dependen
dilakukan pengukuran hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2017).
B. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien)
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017).
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya (Dony Setiawan, 2015).
a) Besar sampel
Rumus pengambilan sampel yaitu (Nursalam, 2017):
b) Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
termasuk dalam kategori probability random sampling dengan cara
simple random sampling. Pemilihan sampel dengan cara ini
merupakan jenis probabilitas yang paling sederhana dimana setiap
elemen dipilih secara acak (Nursalam, 2015).
c) Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang dijangkau dan akan
diteliti (Nursalam, 2017).

31
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria dari studi karena pelbagai sebab
(Nursalam, 2017).
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Peneliti
mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan
secara tertulis (Nursalam, 2017).
1. Insomnia
Dalam penelitian ini instrument yang digunakan berupa kuesioner
yang menggunakan alat ukur Studi Psikiatri Jakarta-Insomnia Rating
Scale (KSPBJ-IRS). Kuesioner ini mencakup 11 pertanyaan yang
digunakan pada insomnia, kuesioner ini menggunakan skala ordinal yaitu
jawaban diberi nilai 1,2,3,4, dimana jumlah total dapat dikategorikan
sebagai berikut: insomnia ringan bila skor 11-19, insomnia sedang bila
20-27, insomnia berat bila skor 28-36, dan insomnia sangat berat bila
skor 37-44 .
2. Media social
Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur variabel
independen yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini di
adopsi dari sekripsi Nurhalija Ulfiana, 2018 yang berjudul “Hubungan
Penggunaan Media Social Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa
Jurusan Keperawatan”.
D. Uji Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen dilakukan pada 30 responden. Uji validitas
instrumen penelitian bertujuan untuk mengkorelasikan masing-masing skor
item dengan skor total menggunakan analisis korelasi pearson prodict
moment, dimana nilai hasil uji dari analisis adalah jika r hitung > r tabel
(0,361) maka item tersebut dinyatakan valid sedangkan jika r hitung < r tabel
(0,361) maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Kemudian item yang valid

32
akan di uji reliabilitas dengan alpha conbach’s dengan nilai tingkat keadaan
adalah > 0,60. Adapun hasil uji coba instrumen dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil uji instrumen
Validitas Reliabilitas
Variabel
Sebelum Sesudah
Social Media 2 2 0,751
Insomnia 11 11 0,714
1. Uji validitas
a. Social media
Uji coba yang dilakukan pada 30 responden dengan 2 pertanyaan
dinyatakan valid. Adapun hasil perhitungan menggunakan SPSS yaitu :
P1 r hitung (0,947) > r tabel (0,361) dan P2 r hitung (0,866) > r tabel
(0,361).
b. Insomnia
Uji coba yang dilakukan pada 30 responden dengan 11
pertanyaan dinyatakan valid. Adapun hasil perhitungan menggunakan
SPSS yaitu : P1= r hitung (0,482) > r tabel (0,361), P2= r hitung (0,530)
> r tabel (0,361), P3 = r hitung (0,475) > r tabel (0,361), P4= r hitung
(0,582) > r tabel (0,361), P5= r hitung (0,536) > r tabel (0,361), P6= r
hitung (0,517) > (0,361), P7= r hitung (0,496) > r tabel (0,361), P8= r
hitung (0,467) > r tabel (0,361), P9= r hitung (0,562) > r tabel (0,361),
P10= r hitung (0,621) > r tabel (0,361), P11= r hitung (0,481) > r tabel
(0,361).
2. Uji reliabilitas
Adapun hasil uji reliabilitas yaitu sebagai berikut :
a. Social media : cronbach’s alpha (0,751) > 0,60
b. Insomnia : cronbach’s alpha (0,714) > 0,60
E. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

33
penelitian (Burns dan Grove, 1999 dalam Nursalam, 2017). Adapun jenis data
dalam penelitian ini yaitu :
1. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari responden yang menjadi objek
dalam penelitian ini. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang
didapat langsung oleh peneliti dari responden.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk mendukung
data primer.
F. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Pengolaan data
Setalah data dikumpul maka akan dilakukan pengolaan data dengan
menggunakan komputernisasi program SPSS. Adapun tahap-tahap dalam
pengolaan data yaitu sebagai berikut :
a. Editing
Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui link
google form perlu di periksa terlebih dahulu untuk memastikan
kelengkapan dalam pengisian angket yang dibagikan melalui google
form (Hidayat, 2018).
b. Coding
Dalam pengcodingan peneliti memberikan kode mimetric
(angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori sehingga
memudahkan dalam pengelompokkan data (Hidayat, 2018).
c. Entri data
Proses entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau data basekomputer
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana (Hidayat, 2018).
d. Tabulasi data
Setelah data dicoding dan dimasukkan kedalam master table
kemudian dikelompokkan kedalam table. Dalam pengelompokkan
kedalam tabel terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu

34
statistic terapan, yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dianalisis. Dalam pengelompokkan data peneliti menggunakan
aplikasi SPSS (Statistical Package For The Social Sciences).
Adapun tahap-tahap dalam pengelompokkan ini yaitu sebagai
berikut (I Made Laut Mertha Jaya, 2019):
1) Masukkan variabel ke variabel view untuk mempersiapkan
pemasukkan nama dan property variabel. Pilih variabel view
berisi beberapa menu pilihan yaitu: name, type, width, decimals,
label, value, missing, columns, align, measure, dan role.
2) Masukkan data ke data view.
3) Melakukkan anlisis data dengan mengolah data:
a) Klik menu analyze, klik sub menu descriptive statistic, klik
sub menu frequencies
b) Lalu pindahkan umur, jenis kelamin, jenis social media,
lama penggunaan social media, dan insomnia kedalam
variabel(s).
c) Pilih tombol statistic kemudian beri tanda centang pada
mean, media, mode, quartiles, std deviation, variance,
minimum dan maximum, klik continue.
d) Setelah semua menu sudah di atur kemudia klik Ok maka
akan muncul output.
4) Menganalisis hubungan variabel yang diteliti:
a) Klik analyze – descriptive statistics – crosstabs.
b) Lalu pindahkan lama penggunaan social media ke kolom
row, kemudian pindahkan vaiabel insomnia ke column(s).
c) Setelah semua sub menu yang ada di crosstabs di centang
lalu klik Ok, maka akan muncul output tabel hubungan.
2. Analisa data
a. Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk

35
jenis analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya
dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dalam
presentase dari tipe variabel (Notoatmodjo, 2018).
b. Analisis bivariat
Apabila dilakukan analisis univariat akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, dapat dianjurkan anilisis
bivariate. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel
yang di duga berhubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2018).
G. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia
menjadi isu sent ral yang berkambang saat ini. Pada penelitian ilmu
keperawatan, karena hamper 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia,
maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini
tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia
yang kebetulan sebagai klien.
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-
hak subjek, dan prinsip keadilan .
1. Prinsip manfaat
a) Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan
penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan
khusus (Nursalam, 2017).
b) Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntung. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apapun (Nursalam, 2017).
c) Resiko (benefits rasio)

36
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan
(Nursalam, 2017).
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang
sebesar-besarnya dan menurangi kerugian responden. Peneliti
meyakinkan responden bahwa data yang diperoleh dari responden hanya
akan digunakan untuk keperluaan penelitian saja.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (repect human dignity)
a) Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self
determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek
mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan
berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien
(Nursalam, 2017).
b) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek
(Nursalam, 2017).
c) Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolakk menjadi responden. Pada
informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh
hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam,
2017).
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan persetujuan dengan
responden melalui via whatsapp, dengan tujuan agar subyek atau
responden dapat mengerti maksud dan tujuan peneliti dan memberikan

37
informasi kepada responden bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk keperluan penelitian.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelumnya,
selama dan sesudah keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan
dari penelitian (Nursalam, 2017).
b) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality) (Nursalam, 2017).
Pada penelitian ini peneliti harus menjamin kerahasiaan
(Confidentiality) identitas dari responden, semua berkas yang
mencantumkan identitas responden harus digunakan untuk keperluan
pengolahan data dan bila tidak digunakan lagi maka data tersebut akan di
musnakan.
Dalam penelitian ini peneliti mengganti nama responden dengan
menggunakan inisial saja/tanpa nama (Anonymit) untuk menjaga privasi
dari responden.

38
DAFTAR PUSTAKA

Agus Tri Haryanto. (2020). Riset: Ada 175,2 Juta Pengguna Internet di
Indonesia. Detikinet. https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-
1752-juta-pengguna-internet-di-indonesia

Andarningtyas, N. (2020). Penggunaan Internet Di Indonesia 2018 Mencapai 171


Juta Orang.
Www.Antaranews.Com.https://makassar.antaranews.com/nasional/berita/
872269/pengguna-internet-di-indonesia-2018-mencapai-171-juta-orang?
utm_source=antaranews&utm_medium=nasional&utm_campaign=antarane
ws

Andri Arif Kustiawan, A. W. B. U. (2019). Jangan Suka Game Online Pengaruh


Game Online Dan Tindakan Pencegahan.

Anurogo, D. (2016). The Art Of Medicine Seni Mendeteksi, Mengobati, dan


Menyembuhkan 88 Penyakit dan Gangguan Kesehatan.
https://books.google.co.id/books?
id=nRhIDwAAQBAJ&pg=PA175&dq=prevalensi+insomnia&hl=id&sa=X
&ved=0ahUKEwjrz9-
Z74LqAhVYXSsKHSW0CRcQ6AEIOTAC#v=onepage&q=prevalensi
insomnia&f=false

Arif Rohmadi. (2016). Tips Produktif Ber-social Media (Pertama). PT Elex Media
Komputindo. https://books.google.co.id/books?id=M-
ZyDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet. (2018). Penetrasi & Perilaku Pengguna


Internet Indonesia Survey 2017. Teknopreneur, 2018(31 August 2018), Hasil
Survey.

39
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2014). Profil Pengguna
Internet Indonesia 2014. In Apjii. https://www.apjii.or.id/survei2016

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2019). Survei APJII


Yang Ditunggu-Tunggu, Penestrasi Internet Indonesia 2018. APJII.
https://apjii.or.id/downfile/file/BULETINAPJIIEDISI40Mei2019.pdf

Cain, N., & Gradisar, M. (2010). Electronic Media Use and Sleep in School-Aged
Children and Adolescents: A Review. Sleep Medicine, 11(8), 735–742.
https://doi.org/10.1016/j.sleep.2010.02.006

Chung, P. S. S. I. F. S. dan T. U. M. (2019). Jaringan Dan Komputer Konsep Dan


Studi (S. R. Wicaksono (ed.); Edisi Pert). CV. Seribu Bintang.
https://books.google.co.id/books?
id=g8SZDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summar
y_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Dony Setiawan, H. P. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk Mahasiswa


Kesehatan. Graha Ilmu.

Hidayat, A. A. A. (2018). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.


Salemba Medika.

Hikmat, D. H. M. M. (2018). Jurnalistik Literary Journalism (Riefmanto (ed.);


Cetakan Pe). Prenadamedia Group. https://books.google.co.id/books?
id=veNiDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Huda, M. (2020). Mengatasi Insomnia Secara Alami: Bebas Anxiety. New Media.
https://books.google.co.id/books?
id=axzIDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Hutahayan, B. (2019). Peran Kepemimpinan Spiritual Dan Media Sosial Pada

40
Rohani Pemuda Di Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Cililitan (Usy
Izzani Faizti (ed.); Cetakan Pe). Penerbit Deepublish (Group Penerbitan CV
Budi Utama). https://books.google.co.id/books?
id=x1PMDwAAQBAJ&pg=PA51&dq=dampak+positif+media+sosial&hl=i
d&sa=X&ved=0ahUKEwjMxdGe5_noAhUBU30KHRxxABwQ6AEINjAC#
v=onepage&q=dampak positif media sosial&f=false

I Made Laut Mertha Jaya. (2019). Pengelolaan Data Kesehatan Dengan SPSS (V.
W. Sujarweni (ed.); 1st ed.). Thema Publishing.

Imas Masturoh, N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (R. Y. Priyati


(ed.)). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Jayanti, I. (2019). Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan (A. D. Nabila (ed.)).
Penerbit Deepublish (Group Penerbitan CV Budi Utama).
https://books.google.co.id/books?
id=TiGZDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Kasiati, N. W. D. R. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I (N. Suwarno (ed.);


Cetakan Pe). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2018). Laporan Tahunan


Kementerian Komunikasi dan Informatika Tahun 2018. 1–70.

Li, J. Bin, Lau, J. T. F., Mo, P. K. H., Su, X. F., Tang, J., Qin, Z. G., & Gross, D.
L. (2017). Insomnia partially mediated the association between problematic
Internet use and depression among secondary school students in China.
Journal of Behavioral Addictions, 6(4), 554–563.
https://doi.org/10.1556/2006.6.2017.085

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.

41
Nurina Hakim, S., & Alyu Raj, A. (2017). PROSIDING TEMU ILMIAH X
IKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN INDONESIA Dampak
kecanduan internet (internet addiction) pada remaja. Jurnal UNISSULA, 978-
602–22(2), 280–284.
jurnal.unissula.ac.id/index.php/ippi/article/download/2200/1662

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. P. Lestari (ed.);


Edisi 4). Penerbit Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(Peni Puji Lestari (ed.); Edisi 4). Salemba Medika.

Nursalam, N., Octavia, M., Tristiana, R. D., & Efendi, F. (2019). Association
between insomnia and social network site use in Indonesian adolescents.
Nursing Forum, 54(2), 149–156. https://doi.org/10.1111/nuf.12308

Octavia, S. A. (2020). Motivasi Belajar Dalam Perkembangan Remaja (Titis


Yuliyanti (ed.); Cetakan Pe). Penerbit Deepublish (Group Penerbitan CV
Budi Utama). https://books.google.co.id/books?
id=QmrSDwAAQBAJ&pg=PA29&dq=faktor+yang+mempengaruhi+perke
mbangan+remaja&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiE_bG77fboAhUEeysKHc
W5C5sQ6AEILjAB#v=onepage&q=faktor yang mempengaruhi
perkembangan remaja&f=false

Purnawinadi, I. G., & Salii, S. (2020). Durasi Penggunaan Media Sosial Dan
Insomnia Pada Remaja. Klabat Journal of Nursing, 2(1), 37.
https://doi.org/10.37771/kjn.v2i1.430

Rahadi, D. R. (2017). Perilaku pengguna dan informasi Hoax di Media Sosial. 5,


58–70. file:///C:/Users/Pc User/Downloads/1342-3734-1-PB.pdf

Ramadhan, B. (2020). Ini Data Pengguna Internet di Seluruh Dunia Tahun 2020.

42
Teknoia. https://teknoia.com/data-pengguna-internet-dunia-ac03abc7476

Salbiah, N. A. (2020). Indonesia Tempati Angka Tertinggi Insomnia di Asia, Apa


Penyebabnya? JawaPos.Com. https://www.jawapos.com/kesehatan/health-
issues/12/03/2018/indonesia-tempati-angka-tertinggi-insomnia-di-asia-apa-
penyebabnya/

Scott, H., Biello, S. M., & Woods, H. C. (2019). Social media use and adolescent
sleep patterns: cross-sectional findings from the UK millennium cohort
study. BMJ Open, 9(9), e031161. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-
031161

Sebayang, W., Gulton, D. Y., & Sidabutar, E. R. (2018). Perilaku Seksual Remaja
(H. A. Susanto (ed.); Cetakan Pe). Penerbit Deepublish (Grup Penerbit CV
Budi Utama). https://books.google.co.id/books?
id=sTeBDwAAQBAJ&pg=PA5&dq=batasan+usia+remaja&hl=id&sa=X&v
ed=0ahUKEwjfou6F5vboAhXp6XMBHSQkBIMQ6AEIKDAA#v=onepage
&q=batasan usia remaja&f=false

Sentosa, N.A. & Sundari, L. P. R. (2018). Hubungan Antara Durasi Bermain


Game Online Dengan Gangguan Tajam Penglihatan Pada Anak Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Kota Denpasar. E--Jurnal Medika, 7(8), 1–12.
https://doi.org/doi:10.1016/j.sleep.2010.02.006

Setyawati, V. A. V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat (I. Fatria (ed.); Cetakan Pe). Penerbit Deepublish (Group
Penerbitan CV Budi Utama). https://books.google.co.id/books?
id=YACDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summ
ary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false

Sherlyanita, A. K., & Rakhmawati, N. A. (2016). Pengaruh dan Pola Aktivitas


Penggunaan Internet serta Media Sosial pada Siswa SMPN 52 Surabaya.

43
Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 2(1),
17. https://doi.org/10.20473/jisebi.2.1.17-22

Sidik, A. P., Kom, S. I., Kom, M. I., Sanusi, N., Sos, S., & Si, M. (2018). Pola
Komunikasi Mahasiswa Di Media Sosial ( Studi Etnografi Komunikasi Pada
Mahasiswa Usb Ypkp ). December, 0–16.

Sulianta, F. (2015). Keajaiban Sosial Media (Pertama). PT Elex Media


Komputindo. https://books.google.co.id/books?
id=Rk5JDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=keajaiban+sosial+media&hl
=id&sa=X&ved=0ahUKEwjV6aqGmvvoAhVhILcAHU7-
Cl4Q6AEIKDAA#v=onepage&q=keajaiban sosial media&f=false

Syamsoedin, W., Bidjuni, H., & Wowiling, F. (2015). Hubungan Durasi


Penggunaan Media Sosial Dengan Kejadian Insomnia Pada Remaja Di Sma
Negeri 9 Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 3(1), 113617.

Ulfiana, Nurhalijah. (2018). Hubungan Penggunaan Media Sosial Dengan


Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan. In UIN Alauddin
Makassar. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Wolniczak, I., Cáceres-DelAguila, J. A., Palma-Ardiles, G., Arroyo, K. J., Solís-


Visscher, R., Paredes-Yauri, S., Mego-Aquije, K., & Bernabe-Ortiz, A.
(2013). Association between Facebook Dependence and Poor Sleep Quality:
A Study in a Sample of Undergraduate Students in Peru. PLoS ONE, 8(3).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0059087

Woods, H. C., & Scott, H. (2016). Sleepyteens: Social Media Use In Adolescence
Is Associated With Poor Sleep Quality, Anxiety, Depression And Low Self-
Esteem. Journal of Adolescence, 51, 41–49.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2016.05.008
Zambotti, M. De, Goldstone, A., Colrain, I. M., & Baker, F. C. (2019). Insomnia

44
Disorder In Adolescence: Diagnosis, Impact And Treatment. 650, 12–24.
https://doi.org/10.1016/j.smrv.2017.06.009.Insomnia

45

Anda mungkin juga menyukai