Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
KALEB LAELAEM : P1911138
MARYAM KULAPUPIN : P1911153
RAHMA PARDJER : P1911158
RAMLI MANGOL : P1911159
RIFAN SALEKY : P1911193
RINCE BADELWAIR : P1911163
RITA RORAFUI : P1911164
RUBEN YUNUS NAROLI : P1911169
SANCI FRANSINA PANGELI : P1911171
SARCY LORENCY BATLAYERY : P1911173
SERLITA MAHWIL : P1911176

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON

PROGRAM STUDI ILMUKEPERAWATAN

AMBON

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hidayahnya kelompok dapat
menyelesaikan Makalah tentang Kerangka Teoritis dan Hipotesis.

Semoga dengan Makalah tentang Kerangka Teoritis dan Hipotesis. yang telah disusun
dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan tentang Metodologi Penelitian.

Saya kelompok menyadari bahwa Makalah tentang Kerangka Teoritis ini masih jauh
dari kata kesempurnaan,oleh karena itu,kelompok masih mengharapkan kritik dan saran
dari Dosen serta teman-teman sekalian.,semoga Makalah Kerangka Teoritis dan Hipotesis
yang telah di susun oleh Kelompok dapat dan berguna dan bermanfaat bagi Mahasiswa
dan Mahasiswi akhir kata Kelompok ucapkan Terima Kasih.

Dobo,17 Juli 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………..

Daftar Isi………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan……………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………

A. Pengertian …………………………….………………………...
B. Telaah Pustaka…………………………………………………..
C. Kerangka Teoritis………………………………………………….
D. Teori…………………………………………………………………
E. Variabel ……………………………………………………………
F. Hipotesis……………………………………………………………
G. Karakteristik Hipotesis yang Baik…………………………………….
H. Klasifikasi Hipotesis…………………………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..

A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Tujuan penelitian
adalah menemukan atau mengembangkan teori. Teori membuat manusia mempunyai
ilmu pengetahuan. Tanpa teori, tidak ada ilmu pengetahuan di dunia ini, karena tidak
pernah ada kegiatan pengumpulan dan pembuktian. Melalui penelitian, teori
mendorong ilmu mencapai kemjauan secara berkesinambungan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati
berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni
menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis.

Merupakan uraian sistematis tentang teori ( dan bukan sekedar pendapat atau penulis
buku ) dan hasil – hasil penelitian yang relevan dengan variable yang teliti
( sugiyono,2014 : 86 ).

Proses penelitian merupakan proses yang panjang,berawal pada minat untuk


mengetahui fenomena atau kejadian tertentu kemudian berkembang menjadi sebuah
gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, dan
seterusnya. Hal penting bagi seorang peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui
masalah social tertentu. Minat tersebut dapat timbul dan berkembang karena
rangsangan, bacaan, diskusi, seminar, pengamatan, atau campuran semuanya itu.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu berkaitan dengan kerangka
teoritis dan penyusunan hipotesis dalam melakukan sebuah penelitian. Adapun
rumusan masalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Apa itu pengertian Telaah pustaka, kerangka teoritis, teori, variable dan hipotesis?
2. Apa itu kegunaan dan manfaat kerangka teoritis ?
3. Apa itu pengertian teori dan Deskripsi teori?
4. Apa itu pengertian Variabel dan jenis variable ?
5. Apa itu pengertian hipoteis, cara menyusun hipotesis, syarat hiipotesis,
karakteristik hipotesis dan jenis hipotesis ?
6. Apa itu karakteristik yang baik ?
7. Apa itu klasifikasi hipotesis ?

C. TUJUAN
1. untuk mengetahui pengertian Telaah pustaka, kerangka teoritis, teori, variable
dan hipotesis?
2. Untuk mengetahui kegunaan dan manfaat kerangka teoritis ?
3. Untuk mengetaui pengertian teori dan Deskripsi teori?
4. Untuk mengetahui pengertian Variabel dan jenis variable ?
5. Untuk mengetahui pengertian hipoteis, cara menyusun hipotesis, syarat hiipotesis,
karakteristik hipotesis dan jenis hipotesis ?
6. Untuk mengetahui karakteristik yang baik ?
7. Untuk mengetahui klasifikasi hipotesis ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Telaah Pustaka merupakan kajian terhadap penelitian – penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian seoran peneliti. Telaah pustaka dilakukan guna
mengetahui apakah penelitian tersebut pernah atau belum. Disamping untuk
mengetahui perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan di lakukan

Kerangka teoritis adalah konsep- konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi


dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya bertujuan
mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi. Kerangka teoritis adalah
identifikasi teori-teori yan dijadikan sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan
suatu penelitian atau dengan kata lain untuk mendiskripsikan keranka referensi atau
teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan.

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang


berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena. (Neumen dalam Sugiyono, 2010:52).
Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk
menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam
Sugiyono, 2010:52). Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan
memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan
dan meramalkan gejala yang ada.

Variabel adalah suatu yang dapat mengubah nilai. Variable penelitian adalah suatu
atribut/sifat/nilai dari oran, objek atau kegiatan yang mempunyai variable tertentu yan
ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan ditarik kesimpulan ( sugiyono,2012 )
Variable dapat di bagi menjadi 2 jenis,yaitu variable kuantitatif ( berhubungan dengan
angka dan bilangan ) dan variable kualitatif ( tidak termasuk angka dan bilangan ).
Variable kuantitatif juga diklasifikasi lagi menjadi dua kelompok, yaitu variable
diskrit ( discrete ) dan variable kontinu ( continous ).

Hipotesis Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “sebelum” dan “thesis”
yang berarti “pernyataan/pendapat”. Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban
sementara yang kebenarannya masih harus di uji, atau rangkuman teoritis yang
diperoleh dari tinjauan pustaka.

B. TELAAH PUSTAKA
Telaah pustaka berasal dari istilah asing Literature Review. Dalam penelitian,
terkadang sulit membedakan antara Telaah pustaka dan tinjaun pustaka.

Tinjauan pustaka adalah teori / data / informasi yang menjadi dasar identifikasi,
penjelasan dan pembahasan masalah penelitian dari penelitian yang terkait
sebelumnya. Sedangkan telaah pustaka selain mengumpulkan teori, peneliti dapat
menambahkan komentar, kritik ( kelebihan dan kekurangan teori dalam pustaka ),
perbandingan dengan teori ( pustaka ) lain, kaitannya dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
Telaah pustaka berupa kajiankritis atas pembahasan suatu topic yang sudah
di tulis oleh para peneliti atau ilmuwan yang diakui kepakaran dalam bidangnya,
yang meliputi berbagai sumber pustaka yang membahas satu topic/ masalah
penelitian yang spesifik. Jadi melakukan telaah pustaka membutuhkan lebih dari
satu pustaka ( bacaan ).
Banyak peneliti beranggapan bahwa telaah pustaka, hanya berlaku ada penelitian
kualitatif saja, namun secara pribadi, dengan melihat tujuan mendasar dari telaah
pustaka, bisa saja digunakan pada penelitian kuantitatif, khususnya dalam
pembahasan/ membahasakan data kuantitatifnya.

Perlu di pahami, bahwa telaah pustaka tidak hanya dan tidak mesti untuk isi BAB
II dalam laporan penelitian. Demikian pula BAB II dalam laporan penelitian tidak
selalu harus berjudul “ Telaah Pustaka “ namun, telaah pustaka bisa digunakan
untuk semua bagian ( laporan ) penelitian. Secara umum, tujuan dari telaah
pustaka, adalah menyampaikan kepada pembaca pengetahuan dan ide apa saja yan
sudah dibahas dalam suatu topic penelitian, sekaligus memberikan gambaran
kepada pembaca sejauh mana penelitian sudah dilakukan, berbagai sudut pandang
yang mungkin saling bertentangan ( kontroversi ) mengenai topic penelitian.

Bagaimana membuat / menulis telaah pustaka :


1. Lihat dan pelajari seksama penelitian anda dan pertanyakan, adakah perbedaan
pendapat yang sama atau kontroversi antar pakar mengenai subyek penelitian
tersebut? Adakah para ahli disarankan untuk dilakukan yang kemudian sesuai
tema penelitian?
2. Tulis pendapat dari penelaahan, tak perlu mengutip secara langsung, tai
mengambil intisari dari pendapat pustaka yang telah ditelaah. Hal ini tak lain
menghindari kesan plagiasi.
Dengan dua cara menulis telaah pustaka tersebut, maka akan muncul kesadaran
bahwa membuat telaah pustaka,membutuhkan kemampuan dan bacaan yang
mencukupi. Satu hal yang penting,dengan telaah pustaka, ada kemungkinan
peneliti harus membuang sebagian data yang diyakini tidak relevan (reduksi data).
C. KERANGKA TEORITIS
1. Pengetian
Kerangka teoritis adalah konsep- konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi
dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya bertujuan
mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi.
2. Kegunaan
Kerangka teoritis berfungsi untuk memberikan inti-inti dari karya ilmiah seorang
penulis. Seorang penulis dapat menjelaskan mengenai inti-inti tersebut pada latar
belakang.ini akan memaksa grameds untuk menjelaskan tentang alas an mengapa
serta bagaimana situasi dari objek penelitian tersebut.
3. Manfaat
Kerangka teoritis berguna untuk memberikan kerangka dasar teori yang menjadi
landasan penelitian sehingga mampu menjawab persoalan secara teoritis. Dari
keranka teoritis kemudian dikembangkan konsep operasionalnya menjadi acuan
pemecahan masalah di lapangan.
D. TEORI
1. Pegertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses
penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-
generelisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
pelaksanaan penelitian. (Sumadi Suryabrata dalam Sugiyono, 2010:52).

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi
untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara
variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
(Neumen dalam Sugiyono, 2010:52).

Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk
menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam
Sugiyono, 2010:52). Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori
akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan,
menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963 membedakan adanya

tiga macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan
demikian dapat dibedakan antara lain:
a. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
b. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam
bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada
kaum behaviorist.
c. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat


dipandang sebagai berikut.
a. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-
hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan
suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat
diramal sebelumnya.
b.  Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu.
Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu
datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
c. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara
data dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa,
suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem
pengertian ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat
diuji kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep,
definisi, dan proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori
mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono,  2010).

Konsep merupakan pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan


umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil obervasi yang relevan. Definisi
merupakan suatu pernyataan mengenai ciri-ciri penting suatu hal, dan biasaya
lebih kompleks dari arti, makna, atau pengertian suatu hal. Sedangkan proposisi
merupakan pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu perkara.
2. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
(bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu
dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat
tiga variabel independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu
dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan
dengan variabel independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak
variabel yang diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan
(Sugiyono, 2010:58).

Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel


yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi
terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan
terarah. (Sugiyono, 2010:58).

Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai


berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
2. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel
yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat
penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber
data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan
analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi
setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
E. VARIABEL
1. Pengertian Variabel
Menurut Depdiknas (2008: 1605), variabel diartikan sesuatu yang dapat berubah;
faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan. Secara teoretis Hacth dan
Farhady (dalam Sugiyono, 2014: 89) menyatakan bahwa variabel dapat
difenisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “variasi” antara
satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Jadi, dapat
kami tarik kesimpulan bahwa variabel adalah besaran yang bisa diubah dan selalu
berubah sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian. Dengan
menggunakan variabel ini kita bisa menghitung data apa saja yang masih
dibutuhkan.
2. Jenis Variabel
Sugiyono (2014: 91) menyebutkan hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi
4 macam:
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output, krtiteria, konsekuen.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas.
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebuah
perubahannya atau timbulnya variabel terikat.
c. Variabel Moderator (Moderating Variable)
Variabel moderator yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel bebas dengan variabelterikat. Sebagai contoh,
hubungan suami istri akan semakin kuat dengan hadirnya anak dalam
pernikahan mereka dan akan menjadi renggang jika ada pihak ketiga yang
mempengaruhi hubungan tersebut.
d. Variabel Antara (Intervening Variable)
Variabel antara adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel bebas dengan variable terikat msenjadi suatu hubungan yang
tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
Contoh : yang dapat kami berikan yaitu bahwa tinggi rendahnya penghasilan
akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang
pendeknya umur). Hal ini menjelaskan adanya variabel antara, yaitu berupa
gaya hidup seseorang. Antara variabel pengahasilan dengan gaya hidup,
terdapat variabel moderator, yang berupa budaya lingkungan tempat tinggal.
e. Variabel Kontrol
Variaber kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh
peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan melalui
penelitian eksperimen.
F. HIPOTESIS
a. Defenisi Hipotesis Menurut para ahli
1. James E. Greighton, hipotesis merupakan sebuah dugaan tentative atau
sementara yang memprediksi situasi yang akan diamati.
2. Lungberg, hipotesis merupakan sebuah generalisasi yang bersifat tentative,
sebuah generalisasi tentative yang valid yang masih harus diuji.
3. John W. Best, hipotesis merupakan prediksi yang baik atau kesimpulan yang
dirumuskan dan bersifat sementara, hipotesis diadopsi untuk menjelaskan
fakta-fakta atau kondisi yang diamati dan untuk membimbing dalam
penyelidikan lebih lanjut.
4. Goode dan Han, hipotesis merupakan sebuah proporsi yang harus diuji.

b. Menyusun Hipotesis
1. Deduktif
Penyusunan hipotesis secara deduktif adalah penyusunan hipotesis yang
ditarik dari teori. Suatu teori terdiri dari proposisi-proposisi (hubungan antara
dua konsep). Misalnya, teori A terdiri atas proposisi-proposisi X-Y, Y-Z dan
X-Z dari ketiga proposisi itu dipilih proposisi yang diminati dan relevan
dengan peristiwa pengamatan, misalnya proposisi X-Y. bertitik tolak dari
proposisi itu diturunkan hipotesis secara deduksi. Konsep-konsep yang
terdapat dalam proposisi  diturunkan dalam pengamatan menjadi variable-
variabel, yang nantina menjadi hipotesis.
Contoh: Proposisi : makin cepat perkembangan komunikasi, makin tinggi
kecerdasan penduduk.
Konsep : X = komunikasi Y = Kecerdasan
Kemudian setelah proposisi dan konsep dilakukan pengamat dipemukiman
penduduk (x) terdapat alat komunikasi apa saja dan bagaimana tingkat
pemakaiannya, ditemukan (x1) surat kabar, (x2) pesawat radio, (x3) pesawat
TV. Karena pemanfaat yang berbeda maka disebut variable (bervariasi dan
beragam) yaitu variable x. kemudian kita mengamati tingkat pengetahuan
umum mereka, misalnya dalam bidang politik, hukum dan ekonomi, dan ini
dinamakan dengan variable y. Karena x dan y beragam maka hipotesis dapat
disusun, ada hubungan positif antara x dan y. karena disusun secara deduktif,
maka hipotesis seperti ini disebut hipotesis deduktif.
2. Induktif
Penyusunan hipotesis secara induktif adalah penyusunan hipotesis yang
berangkat dari pengalaman kita dimasa lampau. Contoh : kita mengetahui
bahwa kecelakaan –kecelakaan kendaraan bermotor dijalan raya kebanyakan
disebabkan oleh supir yang mengemudikan kendaraan dalam kecepatan tinggi,
bertolak dari pengalaman ini kita menyusun hipotesis : ada hubungan positif
antara kecepatan laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.

c. Syarat Penyusunan Hipotesis


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada penyusunan hipotesis:
1) Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan
tidak normative. Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaiknya tidak terdapat
dalam kalimat hipotesis. Contoh: anak-anak harus hormat kepada orang tua,
kalimat ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan kepatuhan anak-anak
kepada orang tua mereka makin menurun.
2) Operasional. Variable-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah
variable yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3)  Menyatakan hubungan, hipotesis harus menunjukkan hubungan tertentu
diantara variable-variabel.

d. Karakteristik Hipotesis
Kriteria-keriteria tersebut untuk menilai kelayakan hipotesis yang diajukan:
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa
yang seharusnya diterangkan. Ini adalah ktriteria yang sudah jelas dan penting.
Sebagi contoh, misalkan anda mencoba menstater mesin mobil anda, ternyata
mesin tidak mau hidup. Hipotesis yang menyatakan bahwa mesin tidak mau
hidup karena anda membiarkan air dikamar madi mengalir keselokan, bukan
merupakan penjelasan tepat. Hipotesis yang mengatakan bahwa akinya mati
adalah penjelasan yang tepat dan perlu diuji.
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-
variabel
Suatu hipotesis harus mampu menerka atau menduga hubungan antara dua
atau lebih variabel. Dalam contoh kita diatas, tidak ada gunanya kita
menyatakan bahwa anak-anak berbeda satu sama lain dalm konsep diri,
mereka akan berbeda satu sama lain pula dalam hasil belajar ilmu pengetahuan
sosial. Pernyataan ini tampaknya seperti suatu hipotesis, sampai anda sadar
bahwa tidak ada pernyataan apapun tentang hubungan yang diharapkan.
Hubungan yang diharapkan dapat dituliskan dalam bentuk pernyataan konsep
diri yang tinggi merupakan penyebab hasil belajar yang lebih tinggi dalam
bidang ilmu pengetahuan sosial. Hipotesis itu kemudian dirumuskan akan
terdapat hubungan positif atara konsep diri dan hasil belajar ilmu pengetahuan
sosial.
3. Hipotesis harus dapat diuji
Dikatakan bahwa sifat terpenting dari hipotesis yang baik adalah
kemampuannya untuk diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji berarti dapat
ditahkikan (verifiable)  artinya, deduksi, kesimpulan, dan prakiraan dapat
ditarik dari hipotesis tersebut, sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris
yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis tersebut. Hipotesis
yang dapat diuji memungkinkan peneliti menetapkan, berdasarkan
pengamatan, apakah akibat yang tersirat. Agar dapat diuji hipotesis harus
menghubungkan variabel-variabel yang dapat diukur.
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
Hipotesis yang dikemukakan hendaknya tidak bertentangan dengan hipotesis,
teori, dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan. Didalam sejarah
ilmu pengetahuan diketahui bahwa orang-orang seperti Einstein, Newton,
Darwin, Copernicus, dan lain-lainnya telah mengembangkan hipotesis yang
benar-benar revolusioner dan bertentangan dengan pengetahuan yang telah
diterima orang pada masa itu. Tetapi, harus diingat bahwa karya para pelopor
itu bukan merupakan penolakan sama sekali terhadap pengetahuan
sebelumnya, karena penemuan mereka merupakan penataan kembali
pengetahuan terdahulu menjadi teori yang lebih memuaskan.
5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin
Menyatakan hipotesis secara sederhana bukan saja memudahkan pengujian
hipotesis tersebut, melainkan juga dapat menjadi dasar bagi penyusunan
laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan.

e. Jenis Hipotesis
Jenis hipotesis berdasarkan ada atau tidaknya hubungan adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Nol
Hipotesis Nol menyatakan lawan dari apa yang diharapkan atau diprediksi
oleh peneliti. Disebut dengan hipotesis nol karena menyatakan bahwa  "tidak
ada perbedaan", "tidak berpengaruh", atau "tidak ada hubungan" antara hal
yang diteliti. Hipotesis nol diasumsikan bahwa perbedaan yang diamati terjadi
hanya karena faktor kebetulan saja dan tidak mewakili adanya perbedaan yang
nyata.
2. Hipotesis Alternatif
Jika uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan yang diamati terjadi bukan
karena faktor kebetulan melainkan perbedaan yang nyata serta bukti-bukti
yang ada telah mencukupi, maka hipotesis nol tidak dapat diterima. Hipotesis
alterbative yang banyak dibangun dari literatur dan studi yang telah ada
menjadi asumsi yang dapat diterima.

Ada dua macam hipotesis alternatif, yaitu:


a. Hipotesis Directional / Hipotesis Terarah
Directional hipotesis adalah hipotesis alternatif yang tidak hanya
menunjukkan prediksi tentang adanya perbedaan tetapi juga dengan jelas
menyatakan arah hasil yang diharapkan atau kelompok akan memiliki skor
yang lebih besar.
b. Hipotesis non-directional /  Hipotesis tidak Terarah
Non-directional hipotesis tidak menyebutkan kelompok mana skor rata-
rata akan lebih besar, meskipun menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
diharapkan oleh peneliti, tetapi tidak menentukan arah perbedaan.
CONTOH:
Peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan antara tingkat kecemasan anak-
anak yang memiliki IQ tinggi dan rendah, maka hipotesis yang dapat
dinyatakan adalah:
1. Hipotesis Nol : Tingkat kecemasan anak-anak ber-IQ tinggi tidak
berbeda dengan tingkat kecemasan anak-anak yang memiliki IQ
rendah.
2. Hipotesis Alternatif: anak-anak dengan tingkat IQ tinggi akan
menunjukkan lebih banyak kecemasan daripada anak-anak dengan IQ
rendah (hipotesis alternatif directional / terarah) ATAU Tingkat
kecemasan anak-anak ber-IQ tinggi berbeda dengan tingkat kecemasan
anak rendah IQ (hipotesis alternatif non-directional / tidak terarah).

G. KARAKTERISTIK HIPOTESIS YANG BAIK


Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary,et al, ( dalam Arief Ferchan,1982;
126-129 dan Yatim Riyanto, 1996;16) antara lain sebagai berikut :
1. Hipotesis harus mempunyai daya perjelas
Suatu hipotesis baru merupakan penjelasan yan mungkin mengenai apa yan
seharusnya dijelaskan.
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan diantara variable-variabel.
Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua atau lebih variable
3. Hipotesis harus dapat dipuji
Hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat testability yaitu terdapat
kemampuan untuk diuji
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada, hipotesis
hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hukum-hukum yang sebelumnya
sudah mapan.
5. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. Best (1997) dalam Yatim Riyanto (1997;16) bahwa
cirri-ciri hipotesis yang baik adalah
1. Bisa diterima oleh akal sehat
2. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui
3. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji
4. Dinyatakan dalam perumusan yang sesederhana dan jelas.

H. KLASIFIKASI HIPOTESIS
Jenis Hipotesis berdasarkan macam hubungan antar variable adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan hipotesis yang menggambarkan karakter sebuah
kelompok atau variable tanpa menghubungkannya dengan variable lain. Hipotesis
jenis ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang sampel
penelitian.
Contoh: 70% penduduk didaerah pedesaan bekerja sebagai petani.
2. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan
antarvariabel. Hipotesis ini dalam sebuah penelitian selalu dirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang menjelaskan hubungan antara dua variable atau lebih,
baik secara eksplisit maupun implicit.

Contoh: jenis kelamin mempengaruhi prestasi belajar. (eksplisit) Perempuan


memiliki prestasi yang lebih baik dari pada laki-laki (implicit)
Berikut ini merupakan karakteristik hipotesis asosiatif:
a. Mempunyai minimal dua variable yang dihubungkan.
b. Menunjukan hubungan sebab-akibat atau pengaruh mempengaruhi antara dua
variable atau lebih.
c. Menunjukkan prediksi mengenai hasil yang diharapkan.
d. Menghubungkan secara logis antara masalah penelitian dengan teori.
3. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan hipotesis yang menyatakan perbandingan antara
sampel atau variable dengan sampel atau variable lain.
Contoh : terdapat perbedaan jenis pekerjaan yang disukai laki-laki dan
perempuan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam melakukan suatu penelitian terhadap fenomena sosial, seorang peneliti tidak
dapat bekerja dengan baik tanpa suatu sistematika yang sesuai. Untuk menemukan
jawaban yang sesuai serta memuaskan, peneliti harus memahami kaidah dalam
meneliti. Tahapan awal dari suatu penelitian adalah menciptakan pertanyaan
mengenai suatu fenomena yang dipilih untuk diteliti. Pertanyaan tersebut berkaitan
dengan definisi, fakta dan nilai suatu objek kajian.

Teori yang deduktif : Memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu  kearah data yang akan diterangkan, Teori yang induktif :
adalah cara menerangkan dari data kearah teori. Teori yang Fungsional : disini
tampak satu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data
mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi
data.

Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang dijadikan


arah dalam  menetapkan  variabel,  mengumpulkan  data,  mengolah  data  dan 
mengambil kesimpulan.  Pada  dasarnya,  pekerjaan  meneliti  adalah  usaha  untuk 
membuktikan hipotesis.Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji.
Pengujian itu bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak.
Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja, dan
mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian.

Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis
alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut hipotesis
statistik. Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2 kekeliruan yang kita
buat:
a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha (ɑ).
b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β).

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Semoga dapat menambah wawasan
para pembaca. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi bahasa, diksi, maupun kekurangan materi. Maka dari itu,
kritik dan saran anda sangat kami butuhkan. Karena kritik dan saran tersebut sangat
berguna bagi kami untuk menjadi bahan koreksi, agar makalah kedepan yang kami
sajikan menjadi lebih baik. Karena kesalahn itu pula, kami mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto Suharsimi, Prof. Dr. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
Rineka Cipta, 2010
2. Sugiyono Prof. Dr., metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif
dan R & D, Bandung : Cv. Alfa Beta, 2010
3. Dra,Nurul Zuriah, M (2006).Metodologi Penelitian social dan Pendidikan Jakarta;PT
Bumi Aksara
4. Sugiyono, P,D (2013), Metode Penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
5. Arikunto, Suharsimi. , 1995. Manajemen Penelitian . Jakarta: PT Rineka Cipta
6. Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
7. Martono, Nanang. 2011. Metode penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Sekaran, Uma. 2014. Research Methods For Business (Edisi 4). Jakarta:
Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai