Oleh:
1
LEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI
TEGUH MAULANA
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling
2
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN
1.1. Pendahuluan..................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah.......................................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah............................................................................................... 4
1.4. Rumusan Masalah............................................................................................. 4
1.5. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 4
1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
ii
BAB I
LATAR BELAKANG PENELITIAN
1.1. Pendahuluan
Indonesiua merupakan sebuah Negara yang memilii banyak potensi, hal ini ditandai
dengan begitu melimpahnya sumber daya alam yang tersedia selain itu yang menjadikan Negara
Indonesia mempunyai potensi yang besar adalah dimana memiliki jumlah penduduk yang sangat
besar, tercatat Indonesia merupakan Negara yang memiliki penduduk terbanyak keempat di
dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk
275,77 juta menurut data terakhir yang di ambil oleh Badan Pusat Statistik Indonesia
pertengahan tahun tahun 2022. Walaupun masih dikategorikan dalam kategori Negara
berkembang Indonesia dinilai mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.
Dibalik berbagai potensi positif yang dimiliki Negara Indonesia terdapat berbagai
permasalahan yang ada khususnya pada pengembangan kesehatan masyarakat , disini kita
membahas tentang kesehatan mental. Sudah kita ketahui bersama bahwa perkembangan yang ada
dirasa begitu pesat dan menyentuh semua lini kehidupan disekitar kita, sudah berang tentu kita
harus bisa menyesuaikan diri ddengan perkembangan yang ada, tak terkecuali pada aspek sosial
budaya, perkembangan yang ada secara otomatis ikut membentuk dan merubah tinjauan sosial
budaya di masyarakat kita dimana pola hidup dari poerkembangan kehidupan ada didalamnya,
dan dari pola kehidupan yang terus berkemabng ini membawa karakteristik nya khas , termasuk
didalamnya berbagai tinjauan permasalahan mental yang dirasakan oleh mesayarakat terkait
dengan kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia .
Dibalik sisi positif perkembangan dan kemajuan kehidupan bersosialisasi masyarakat hal
ini berbanding lurus dengan permasalahan yang lahir dari perkembangan tersebut. Dari waktu ke
waktu harus diakui bahwa semakin banyak orang yang terindikasi mengalami gangguan mental
ini baik yang dikategorikan masih dalam taraf normal, ada juga yang sudah masuk fase pra
neurosis, neurosis berat bahkan banyak pula yang dikategorikan memasuki fase psikosis, yang
menjadi menarik adalah bahwa semakin berkembangnya kehidupan manusia maka semakin
banyak pula orang yang mengalami gangguan psikis. Hal yang paling mudah ditemukan adalah
1
makin banyak orang yang mengalami stress dalam berbagai tingkatan stress dan menjangkit
berbagai tingkatan umur baik anak, remaja juga dewasa. Tingkat stress yang terus bertambah
ikut mengambil peranan dalam meningkatnya orang orang dengan gangguan mental hal ini pun
makin bertambah terutama ketika Negara kita memasuki masa pandemic covid 19.
Tentusaja banyak factor yang melatar belakangi pertambahan persentasi orang yang
mengalami gangguan psikis ini . gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
tergangunya emosi, proses berfikir, perilaku, dan persepsi. Gejala-gejala inilah yang
menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya.
Hal ini pula yang membuat pemerintah mulai memperhatikan permasalahan kesehatan
jiwa yang terjadi di masyarakat, dimana diketahui berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15
tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih
dari 15 tahun mengalami depresi, selain itu berdasarkan system registrasi sampel yang dilakukan
BAdan Litbangkes tahun 2016 , diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang serta
47,7% korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan
usia produktif.
Langkah nyata pemerintah bisa dilihat dalam berbagai bentuk antisipasi salah satu
diantaranya adalah dibuatnya undang-undang guna mengaturnya yaitu Undang- undang Nomor
18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Dibuatnya UU tentang Kesehatan Jiwa ini diharapkan
permasalahan ini turut mendapat perhatian yang sama dengan permasalahan-permasalahan
kesehatan masyarakat yang lain bagi pemerintah daerah maupun pusat agar sama-sama
bekerjasama guna mengurai permasalahan kesehatan jiwa yang jika dibiarkan akan menjadi
salah satu masalah yang memiliki pengaruh yang cukup besar di masyarakat nantinya.
Tentunya banhyak sekali penyebab yang mengakibatkan seseorang bisa mengalami
gangguan mental yang sangat hebat, sehingga penanganan bagi masyarakat yang terindiksi
mengalami gangguan mental harus diupayakan sampai ketingkat paling dasar. Hal ini ditandai
dengan sudah banyak nya layanan penanganan kesehatan di lingkungangan masyarakat yang
menjadikan PUSKESMAS sebagai garda terdepan untuk melakukan scaning dan penanganan
dini akan gangguan kesehatan mental, menjadi menarik karena hal ini tida kita lihat di masa lalu,
selain itu menjadi menarik untuk mencari tahu bagaimana system pelayanan kesehatan mental
yang dilakukan di tiap PUSKESMAS. Pelayanan ini mencakup penanganan dini juga pemberian
2
informasi kepada masyarakat tentang kesehatan mental juga berbagai informasi tentang langkah
antisipatip untuk membentuk diri menjadi pribadi yang sehat secar fisik terutama mental.
Berangkat dari latar belakang tadi maka peniliti tertarik untuk bisa meneliti tentang
hubungan antara pelayanan kesehatan mental yang dilakukan oleh PUSKESMAS dengan mental
awareness masyarakat sekitar .
Adapun yang menjadi masalah yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu: pertama
mengenai proses manajemen pelayanan kesehatan yang diberikan oleh PUSKESMAS. Dimana
seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa jumlah masyarakat yang mengalami masalah
gangguan kesehatan jiwa terus bertambah dari waktu ke waktu, maka untuk itu perlu diketahui
sejauh mana bentuk pelayanan yang diberikan bagi para penyandang penyakit gangguan
kesehatan jiwa guna menangani permasalahan ini.
Kedua, mengenai ketersediaan tenaga ahli yang memberikan pelayanan bagi masalah
gangguan kesehatan jiwa masyarakat. Dalam hal ini guna menjalankan proses manajemen
pelayanan kesehatan yang baik tentunya juga diharapkan disertai pula dengan sumber daya
manusia yang memang berkompeten dalam menangani permasalahan kesehatan jiwa anak dan
remaja yang memang memerlukan perhatian yang lebih khusus. Untuk itu tenaga ahli dalam
segala proses manajemen memang sangat diperlukan.
Ketiga, adalah mengenai proses pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa semua
pelayanan kesehatan akan dijaminkan oleh negara. Namun terkadan yang terjadi dimasyarakat
terdapat minimnya informasi mengenai hal tersebut sehingga terkadang apabila terdapat anggota
keluarga maupun masyarakat sekitar yang mengalami gangguan kejiwaan menerima pembiaran
tanpa mendapatkan pengobatan. Yang lebih mirisnya lagi justru lingkungan masyarakat
cenderung membiarkan jika melihat perilaku yang menyimpang orang yang mengalami
permasalahan kesehatan jiwa.
Oleh karena itu peniliti merasa perlu untuk melakukan tinjauan penelitian untuk mencari
tahu tentang hubungan pelayanan kesehatan mental dengan mental awareness masyarakat ,
shingga besar harapan peniliti dapat memberikan gambaran real tentang berbagai masalah juga
penyelesaian yang senangtiasa dilakukan untuk mengantisipasi orang yang terindikasi penyakit
mental juga dalam upaya untuk menjaga kesehatan mental masyarakat .
3
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, dapat ditemukan
beberapa identifikasi masalah yaitu:
1. terus meningkatnya persentasi orang yang mengalami gangguan mental di setiap daerah
2. bagaimana layanan yang diberika di pusat kesehatan masayakahat atau PUSKEMSAS
dalam upaya untuk menangani orang yang mengalami gangguan mental juga bagaimana
upaya untuk menjaga kesahatan mental masayarakat .
3. masih sangat minimnya pemahaman masayarakat tentang mental awareness
4
manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini yang berjudul manajemen pelayanan
kesehatan jiwa anak dan remaja oleh Dinas Kesehatan kota Tangerang adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan,
dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu
metode penelitian, khususnya mengenai hubungan antara pelayanan kesehatan mental dengan
mental awareness masyarakat. serta dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Secara Praktis
Manfaat penelitian untuk kepentingan praktis yaitu untuk memberikan gambaran dari
keefektifan pembelrian layanan kesehatan mental dengan mental awareness masyarakat ,
sehingga bisa meningkatkan kepedulian khususnya pembaca dan umumnya masayarakat
tentang urgensitas dari mental awareness. Selain ini penelitian ini diharapkan bisa
mengembangkan kemampuan peneliti dari perkuliahan yang selam ini dilaksanakan di
Universitas Ma’some serta mudah mudahan bisa dijadikan bahan referensi bagi peneneliti
selanjutnya yang mempunyai ketertarikan tentang pengembangan kesehatan mental yang ada
di masyarakat .
5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Layanan
Sebelum melankah pada pembahasan juga pemahaman akan pelayanan public maka
kita harus memahami esensi dari pelayanan itu sendiri, maka terdapat dua istilah yang perlu
diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Kata pelayanan itu sendiri merupakan terjemahan
dari istilah asing, yaitu service.. Thoha (1989 : 78) menyatakan bahwa pelayanan merupakan
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok maupun suatu instansi tertentu
untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Dari pengertian diatas terlihat bahwa service atau pelayanan jasa yang diberikan
oleh perorangan organisasi swasta maupun pemerintah.
Menurut Kotler dalam Lukman (2000), pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Selanjutnya Lukman berpendapat,
pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan
pelanggan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani
kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah menyuguhi (orang) dengan makanan atau
minuman, menyediakan keperluan orang, mengiayakan, menerima, menggunakan.
Kata publik berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat,
negara. Sementara itu Inu Kencana mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang
memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik
berdasatkan nilai dan norma yang ada. Oleh karena itu pelayanan publik diarikan sebagai
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki kegiatan
yang menguntungkan dalam kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah suatu proses memberikan bantuan
kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal demi terciptanya suatu kepuasan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan yang menghasilkan produk berupa barang maupun jasa. Pengertian yang
6
lebih rinci dikemukakan oleh Gronroos (1990 : 27) dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih
(2007 : 2) sebagaimana kutipan dibawah ini :
“ Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat
mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen
dan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksudkan untuk memecahkan pemecahan konsumen/pelanggan”.
Pelayanan publik Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik, pelayanan publik didefinisikan sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggaraan pelayanan publik.
7
jiwa yang diaplikasikan dalam berbagai cara untuk menjaga kestabilan mental, sehingga
mental awareness ini tidak hanya mencakup pemahaman saja tapi mencakup usah yang
dilakukan untuk menjaga dan memantaince kestabilan mental.
Mental hygiene pada dasarnya diperuntukan bagi individu dalam rangka
mengembangkan mentalnya yang sehat juga memperbaiki masalah kesehatan mental atau
penyesuaian diri. Namun begitu mental hygiene juga diterapkan di unit-unit sosial
tewrorganisir, seperti dilingkungan keluarga, sekolah, dana lingkungan sosial pada
umumnya. Penerapan mental hygiene di unit-unit sosial ini didasarkan kepada prinsip
psikologis, bahwa perkembangan keseetan mental atau kepribadian dipengaruhi oleh kualitas
iklim psikologis lingkungan dimana individu hidup.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
3.4. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga kecamatan cilawu dimana masyarakat di
daerah ini memiliki siswa yang beragam latar belakang dari berbagai desa.
2. Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini
diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi
oleh karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel (Augusty
Tae Ferdinand, 2006). Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Populasi yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah beberapa orang yang mengikuti kegiatan pemberian layanan informasi
terkait dengan kesehatan mental di kecamatan cilawu.
10