Kelompok 3
Kelas A2-2018
1. Tiyani 131811133023
2. Devina Nada Dwi Putriary 131811133024
3. Julfia Aina Sari 131811133025
4. Amalia Bella Fernanda 131811133026
5. Atikah Nuraini 131811133071
6. Nofita Dwi Rohmawati 131811133072
7. Nafilah Azmi Yaswar 131811133073
8. Siti Aisyah Noor Afifah 131811133078
9. Purwestri Dyah Kinanti 131811133079
10. Dhuriatul Nurcholisa Agustin 131811133080
11. Moch. Lukman Hakim 131811133124
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan-Nya
Penulis dapat menyelesaikan makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata
perkuliahan Pendidikan dan Promosi Kesehatan dengan judul “PROGRAM
PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN BAGI KLIEN USIA REMAJA”
tepat pada waktunya dengan baik. Terimakasih kepada Ibu Elida Ulfiana, S.Kep.,
Ns., M.Kep. selaku dosen pengampu dalam mata perkuliahan Psikososial dan
Budaya Dalam Keperawatan dengan topik bahasan sesuai judul makalah.
Kiranya makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menambah
wawasan kita terhadap PROGRAM PENDIDIKAN DAN PROMOSI
KESEHATAN BAGI KLIEN USIA REMAJA. Penulis menyadari masih ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini, dengan senang hati penulis akan
menerima kritik dan saran yang disampaikan.
Surabaya, November 2019
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan.........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
2.1. Perkembangan Fisik dan Psikologi Pada Usia Remaja..........................4
2.1.1. Perkembangan dan Perubahan Fisik pada Remaja........................4
2.1.2. Perkembangan dan Perubahan Psikologis pada Remaja.............12
2.2. Penyakit Reproduksi yang Dapat Dialami Oleh Remaja.....................15
2.2.1. HIV/AIDS..........................................................................................15
2.2.2. KLAMIDIA.......................................................................................21
2.2.3. GONORE...........................................................................................23
2.2.4. KUTIL KELAMIN...........................................................................26
2.2.5. SIFILIS..............................................................................................27
2.2.6. HERPES GENITALIS.....................................................................30
2.3. Pengaruh Buruk Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja...................33
2.3.1. Dampak Fisik.....................................................................................33
2.3.2. Dampak Psikologis............................................................................34
2.3.3. Dampak Sosial...................................................................................34
2.3.4. Dampak Ekonomi.............................................................................35
2.3.5. Dampak Budaya................................................................................35
2.4. Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba pada Usia Remaja.....................36
2.4.1. Jenis dan Penggolongan Narkoba...................................................36
2.4.2. Dampak Fisik.....................................................................................42
2.4.3. Dampak Psikologis............................................................................43
2.4.4. Dampak Sosial...................................................................................43
2.4.5. Dampak Ekonomi.............................................................................43
2.4.6. Dampak Budaya................................................................................44
2.5. Metode Pendidikan dan Promosi Kesehatan.........................................44
2.5.1. Metode Pendidikan dan Promosi Kesehatan Pencegahan Masalah
Reproduksi.........................................................................................44
ii
2.5.2. Metode Pendidikan dan Promosi Kesehatan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba................................................................47
BAB III..................................................................................................................51
3.1. Kesimpulan...............................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................0
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk
tahu, mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. Banyak permasalahan
kesehatan di Indonesi dapat dicegah melalui kegiatan promosi kesehatan. Namun,
proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah mudah, maka perlu
dikembangkan strategi komunikasi serta langkah-langkah yang dapat mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Strategi komunikasi promosi kesehatan Keberhasilan strategi komunikasi
promosi kesehatan tersebut tidak hanya menitikberatkan kepada unsur internal
yang harus memiliki sumber daya manusia yang maksimal, lebih dari itu
pendekatan kepada khalayak atau masyarakat yang menjadi sasaran melaui teknik
komunikasi yang tepat juga menjadi unsur penting guna menunjang keberhasilan
strategi komunikasi promosi kesehatan. Tanpa adanya pemahaman akan teknik
komunikasi dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat, maka mustahil
strategi promosi kesehatan akan berjalan dengan baik.
Pada hakikatnya, strategi adalah sebuah taktik atau cara operasional dari suatu
perencanaan dan manajemen suatu organisasi atau instansi dalam upaya untuk
mencapai sasaran dan tujuannya. Demikian pula halnya dengan strategi
komunikasi yang merupakan paduan antara perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi
harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan, artinya pendekatannya (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung situasi dan kondisi. Dalam hal ini strategi komunikasi akan sangat
menunjang pada keberhasilan target yang hendak dicapai. Promosi yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat pada hakikatnya merupakan sebuah
cara untuk memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan visi dan misi yang
hendak diraih. Selain itu, promosi kesehatan akan sangat membutuhkan strategi
komunikasi yang cukup efektif hingga pada akhirnya dapat diterima oleh
masyarakat nantinya.
2
b. Apa penyakit terkait reproduksi yang dapat dialami oleh remaja?
c. Bagaimana pengaruh buruk hubungan seks pranikah bagi remaja?
d. Bagaimana pengaruh penyalahgunaan narkoba pada usia remaja?
e. Bagaimana metode promosi kesehatan yang tepat untuk diterapkan pada
usia remaja dalam upaya mencegah dan menangani penyalahgunaan
narkoba serta menjaga kesehatan alat reproduksi?
1.3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Fisik dan Psikologi Pada Usia Remaja
2.1.1. Perkembangan dan Perubahan Fisik pada Remaja
Remaja adalah masa dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa
remaja terjadi berbagai perubahan baik perubahan hormonal, fisik, psikologis
maupun sosial (Panji, 2013). Perubahan fisik yang menonjol adalah
perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta
perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Maturasi seksual
terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya mengantarkan anak
siap dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, dan
anak perempuan dengan ovulasi.
4
Gambar 1: Aksis hipotalamus–hipofisis–
gonad pada anak perempuan
5
Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih belum diketahui
secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan
pubertas, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan lainnya. Secara
genetik terdapat berbagai teori yang mengatur awitan pubertas, antara lain
pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled protein receptor. Mutasi pada gen
GPR54 dapat menyebabkan terjadinya hipogonadotropik hipogonadisme
idiopatik. Pada tikus percobaan, defisiensi gen GPR54 menyebabkan volume
testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus betina menyebabkan
terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan vagina.
Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia
sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya.
Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk
menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-
tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan
balik pada aksis hipotalamushipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses
menarke dan merangsang timbulnya ovulasi.10Hormon androgen adrenal, dalam
hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum
6
pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan
pada proses adrenarke.
Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase
ovulasi, dan fase luteal (sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH
pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH
dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan
mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira
tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak
sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam
setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai
dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel.
Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron.
Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium
yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga
memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi vum dan
produksi human chorionic gonadotropine (hCG), korpus luteum tidak bisa
bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan
estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal
sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah ovulasi.
Pada periode pubertas, terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang
cukup besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone/GH).
Pada periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan
7
berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh
selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak laki-
laki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid seks
meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak
perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas sedangkan pada anak laki-
laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH
pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat menjelaskan
perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan.
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang
anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus
yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu
tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi
yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.
9
pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan
berhenti.
10
Gambar 4: Tahapan pubertas yang terjadi pada anak laki-laki
11
Tahap Genitalia Rambut Pubis
Prapubertas; tidak ada rambut
Tahap 1 Prapubertas
pubis
Pertambahan volume testis, Jarang, sedikit pigmentasi dan
Tahap 2 skrotum membesar, menipis dan agak ikal, terutama pada
kemerahan pangkal penis
Penis mulai membesar baik
dalam panjang maupun Tebal, ikal meluas hingga ke
Tahap 3
diameter, volume testis dan mons pubis
skrotum terus bertambah besar
Testis dan skrotum terus
membersar warna kulit skrotum
Bentuk dewasa tetapi beum
Tahap 4 yang makin gelap penis makin
meluas ke medial paha
membesar baik panjang maupun
diameter
Bentuk dewasa meluas ke
Tahap 5 Bentuk dan ukuran dewasa
medial pubis
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding
atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap
payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut
pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap
pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke
terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah
menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian
pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan
meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas. Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia
didapatkan bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai
dengan 13,6 tahun.
12
Gambar 5: Tahapan pubertas yang terjadi pada anak perempuan
13
2.1.2. Perkembangan dan Perubahan Psikologis pada Remaja
Pada anak remaja (usia dini) mengalami fase perkembangan yang sangat
diunggulkan yang biasa disebut dengan “Golden Age” atau masa keemasan.
Karena pada massa keemasan ini terjadi perkembangan yang Sangat
menakjubkan dan terbaik sepanjang hidup manusia (Masganti, 2015).
Perkembangan Yang menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik dan
psikhis. Dari segi fisik anak mengalami perkembangan yang sangat luar biasa,
Mulai dari pertumbuhan sel-sel otak dan organ tubuh lainnya sampai
Perkembangan kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari Melompat,
memanjat, dan sebagainya. Perkembangan fisik lainnya yang tidak kalah
pentingya adalah perkembangan kemampuan motorik yang merupakan
kemampuan melakukan koordinasi gerakan tangan Dan mata, misalnya
menggenggam, meraih, menulis, dan sebagainya.
14
Perkembangan psikis juga mengalami Hal-hal menakjubkan, dari
kemampuan berinteraksi dengan orang tua sendiri sampai kemampuan
berinteraksi dengan orang lain (Masganti, 2015). Mulai kemampuan Berpikir
sensori-motoris sampai kemampuan berpikir pra operasional Konkrit. Anak-anak
pada tahap sensori motoris hanya dapat memahami sesuatu setelah menggunakan
inderanya, tetapi kemudian pemahaman tersebut berkembang pada tahap pra
operasional konkrit menjadi pemahama terhadap benda bercampur dengan
imajinasi anak. Perkembangan kemampuan kognitif ini memberikan sumbangan
yang besar terhadap kemampuan Bahasa, kemampuan emosional, kemampuan
moral, bahkan kemampuan Agama.
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
Penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
Menikah. Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga (Diananda, 2019).
Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih Hanya
satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun – 13 atau 14 tahun (Diananda,
2019). Fase pra remaja ini bisa juga dikatakan dengan fase negatif, karena bisa
dilihat perilaku yang dilakukan anak-anak pada masa ini cenderung negatif. Di
fase ini juga terdapat hubungan yang sukar terhadap komunikasi antara anak dan
orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena Mengalami
perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
15
perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja Menunjukkan peningkatan
reflektivenes tentang diri mereka yang berubah Dan meningkat berkenaan dengan
apa yang orang pikirkan tentang mereka. Seperti penampilan fisik, sifat seseorang
dan gaya hidup remaja.
Pada fase ini remaja ingin menjadi pusat perhatian, menonjolkan bakat
dirinya dengan cara menonjolkan kemampuannya, kreatifitas, maupun kelebihan
yang dimilikinya. Bersifat idealis, mempunyai keinginan dan cita-cita yang tinggi,
mempunyai semangat dan energi dorongan internal yang sangat besar, serta tidak
ingin ketergantungan terhadap emosionalnya (Diananda, 2019).
Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang begitu cepat,
misalnya perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki
tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan
mental pun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis, dan semakin
banyak waktu diluangkan di luar keluarga. Selanjutnya, perkembangan tersebut
diatas disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan
kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan
mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual yang terjadi secara pesat
16
terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah peristiwa
tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang
terjadi berangsur-angsur (gradual).
Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah
pertama tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai
masalah “pergolakan dan stres” (strorm-and-stress). Hall mengatakan bahwa
masa remaja adalah merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan
konflik dan buaian suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak
pada kisaran antara kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan,
serta kegembiraan dan kesedihan (Diananda, 2019). Anak remaja mungkin nakal
kepada teman sebayanya pada suatu saat dan baik hati pada saat berikutnya, atau
mungkin ia ingin dalam kesendiriannya, tetapi beberapa detik kemudian ingin
bersama-sama dengan sahabatnya.
2.2. Penyakit Reproduksi yang Dapat Dialami Oleh Remaja
2.2.1. HIV/AIDS
1. Definisi
17
Virus HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang
mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang memegang peranan
penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada
kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru,
sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak.
a. Stadium klinis 1
18
Dimulai dengan Infeksi HIV Primer (belum ada gejala klinis).
Pada saat virus HIV baru masuk dalam tubuh, biasanya tidak ada gejala
atau tanda yang muncul. Beberapa orang juga dapat muncul gejala yang
tidak spesifik pada stadium ini seperti demam, lemas, kemerahan, sakit
leher, dan gejala lain. Pada stadium ini, penderita tidak memperlihatkan
gejala tetapi sudah dapat menularkan HIV pada orang lain.
b. Stadium klinis 2
c. Stadium klinis 3
d. Stadium 4
19
penyebab anak usia remaja berisiko terkena penyakit HIV/AIDS
diantaranya adalah:
a. Pengetahuan
Pengetahuan remaja mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap infeksi HIV/AIDS. Dalam penelitian Eke dan Kapata, terlihat
jelas bahwa mayoritas responden yang terinfeksi HIV adalah remaja
dengan pendidikan dan status sosial yang rendah serta tidak memiliki
pekerjaan. Penelitian lain juga membuktikan bahwa orang yang
kurang pengetahuannya beresiko lebih tinggi tertular suatu penyakit
dibandingkan dengan orang yang berpengetahuan cukup. Pengetahuan
seseorang terhadap suatu penyakit dapat berpengaruh terhadap
pencegahan penyakit tersebut (Naully & Romlah, 2018).
b. Gaya Hidup
Ada beberapa karakteristik gaya hidup yang mempengaruhi
tingkat prevalensi HIV pada remaja. Hubungan seksual merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh pada infeksi HIV. Kebanyakan
orang ynag terinfeksi HIV mengaku pernah melakukan hubungan
seksual, sering berganti-ganti pasangan, dan tidak menggunakan
kondom. Berganti-ganti pasangan seksual sudah pasti menjadi
penyebab tingginya prevalensi HIV (Naully & Romlah, 2018). Orang
yang berganti-ganti pasangan seksual pasti tidak mengetahui semua
status kesehatan pasangannya. Ketika seseorang melakukan hubungan
seksual dengan orang yang terinfeksi HIV maka orang tersebut akan
tertular dan berpotensi menularkan virus tersebut pada pasangan
selanjutnya.
Selain kebiasaan berganti-ganti pasangan dan tidak
menggunakan kondom, ternyata kebiasaan melakukan hubungan
seksual secara oral pun berpengaruh pada penularan infeksi HIV,
walaupun tidak signifikan.
c. Usia
Tercatat sebanyak 78,9% remaja yang melakukan hubungan
seksual pada usia kurang dari 18 tahun terinfeksi HIV. Infeksi HIV
20
lebih banyak terjadi pada kelompok usia 12- 35 tahun karena banyak
melakukan aktivitas seksual yang tidak aman, seperti sering berganti
pasangan dan tidak menggunakan kondom (Naully & Romlah, 2018).
d. Tato dan Tindik
Faktor lain yang berhubungan dengan tingkat penyebaran HIV
pada remaja adalah tato dan tindik. Sekarang ini, tato dan tindik bukan
saja dimiliki oleh sekelompok penjahat atau komunitas tertentu
melainkan sudah menjadi tren di kalangan anak muda. Kebanyakan
dari mereka membuat tato dan tindik sebagai salah satu cara untuk
mengekspresikan diri (Naully & Romlah, 2018).
Penggunaan jarum yang terkontaminasi pada pembuatan tato
dan tindik dapat menjadi faktor resiko penularan HIV dan HBV,
sekecil apapun tato yang dimiliki tetap akan meningkatkan resiko
penularan HIV, HBV, dan HCV.
3. Penularan HIV/AIDS
Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk
darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV.
Siapapun dari segala usia, ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV,
termasuk bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV (Naully & Romlah,
2018). Beberapa metode penularan HIV yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Hubungan Seks
Penularan dengan melakukan hubungan seksual dapat terjadi dari
pria ke wanita atau sebaliknya, serta pada sesama jenis kelamin melalui
hubungan seksual yang berisiko. Penularan HIV dapat terjadi saat
hubungan seks melalui vagina, anal, maupun seks oral dengan pasangan
yang terinfeksi HIV. Salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan
HIV adalah menggunakan kondom saat berhubungan seks dan tidak
berganti-ganti pasangan seksual.
b. Penggunaan Jarum Suntik
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi
dengan darah yang terinfeksi. Berbagi pakai jarum suntik atau
21
menggunakan jarum suntik bekas, membuat seseorang memiliki risiko
sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.
c. Selama Kehamilan, Persalinan Atau Menyusui.
Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui
berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk
berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan HIV selama kehamilan, guna menurunkan risiko penularan
HIV pada bayi.
d. Transfusi Darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa disebabkan
oleh transfusi darah. Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena
kini diterapkan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun
donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah
memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
4. Perilaku ynag Tidak Menyebabkan Penularan HIV
22
c. CONDOM. Menggunakan kondom untuk kelompok berisiko tinggi.
d. DRUGS. Tidak menggunakan NAPZA, tidak menggunakan alat
suntik, alat tindik dan alat tato bersama.
e. EDUCATION. Membekali diri dengan informasi yang benar dan
komprehensif tentang HIV DAN AIDS yang dapat diperoleh di
layanan kesehatan terdekat dan program HIV untuk remaja seperti
ABAT.
6. Penanganan Kasus HIV dan AIDS
HIV dapat diketahui melalui VCT (Voluntaru Counselling & Test).
Dengan mengetahui status HIV lebih dini, infeksi akan cepat diketahui
sehingga dapat segera dimulai upaya pengobatan dan perawatan.
Pada umumnya, tes HIV dianjurkan pada pasien IMS, TB, ibu hamil,
korban perkosaan, dan kelompok berisiko tinggi, seperti: pelaku seks
pranikah, pekerja seks komersial, pengguna Napza suntik, lelaki seks
dengan lelaki, dan waria.
Setiap orang yang terinfeksi HIV dan memenuhi syarat dianjurkan
untuk minum obat ARV (Anti Retroviral Virus). Sampai saat ini belum
ada obat yang dapat menyembuhkan HIV dan AIDS. ARV adalah obat
untuk mengendalikan jumlah virus di dalam tubuh yang bertujuan untuk:
a. Menghambat infeksi oportunistik
b. Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV
c. Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi
d. Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV
2.2.2. KLAMIDIA
1. Definisi
Klamidia adalah bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi
menular seksual. Infeksi ini menulari wanita dan pria, termasuk pria yang
berhubungan seksual dengan pria. Pada wanita, bakteri ini menyebabkan
infeksi pada serviks dan pada pria menyebabkan infeksi pada uretra
(Suardika, 2014). Walaupun jarang terjadi, tetapi Klamidia dapat
menginfeksi anus dan menyebabkan conjunctivitis (inflamasi pada mata).
23
(Sumber: https://www.slideshare.net/emansulaeman31/klamidia-
trachomatis-dan-skabies
Klamidia trakomatis merupakan salah satunya, klamidia trakomatis
adalah suatu mikroorganisme obligat intraseluler yang memiliki dinding
sel yang sama dengan bakteri gram negative. Klamidia trakomatis
diklasifikasikan sebagai bakteri yang mengandung deoxyribonucleic acid
(DNA) dan ribonucleic acid (RNA), mereka membelah dengan cara
binary fussion, tetapi seperti virus, mereka berkembang secara intraseluler
seperti gonorrhea, penjalaran klamidia trakomatis pada saluran urogenital
dimulai dari serviks ataupun uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat
menimbulkan "cacat" (sequele) yang serius terutama pada perempuan,
karena infeksi klamidia yang ascending dari saluran genitalia dapat
menyebabkan kolonisasi bakteri di endometrium dan mukosa tuba falopii
(Suardika, 2014).
Gejala bisa timbul dalam 2-14 hari setelah terkena infeksi klamidia.
Namun, seorang bisa mengidapnya berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun
tanpa mengetahuinya. Wanita yang terkena chlamydia mungkin
mengalami: kejang atau sakit di perut bagian bawah, perubahan haid yaitu
datang bulannya, sakit bila buang air kecil, perdarahan atau sakit saat
bercampur atau sesudahnya, perubahan pada lendir kemaluannya.
Sedangkan pada pria yang terkena chlamydia mungkin mengalami:
keluarnya lendir dari kemaluan, sakit bila buang air kecil, bengkak dan
sakit buah zakarnya.
2. Penyebab Remaja Beresiko Klamidia
24
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sesorang bisa terinfeksi
klamidia trakomatis, yaitu terjadi pada wanita yang berhubungan seksual
secara aktif pada usia muda (15-24 tahun), dimana remaja termasuk dalam
kategori tersebut. Selain itu ada juga beberapa penyebab penyakit klamidia
ini berisiko terhadap remaja, di antaranya adalah (Suardika, 2014):
a. Mempunyai riwayat Infertilitas
b. Hubungan seks bebas dan memiliki lebih dari satu patner seksual
c. Adanya patner seks yang baru dan mempunyai riwayat atau sedang
menderita penyakit menular seksual
d. Pasangan tidak menikah
e. Riwayat Keguguran
f. Riwayat penggunaan tidak teratur dari kontrasepsi barrier
g. Riwayat infeksi saluran kemih.
3. Penularan Klamidia
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, bakteri
yang ditularkan pengidapnya melalui hubungan seksual tanpa kondom
(Suardika, 2014). Penularan ini bisa melalui hubungan seks oral, anal,
vaginal, ataupun hanya saling bersentuhan alat kelamin. Bahkan, bakteri
chlamydia juga bisa ditularkan melalui alat bantu seks yang tidak dilapisi
dengan kondom, atau yang tidak dicuci sampai bersih setelah digunakan.
Selain itu, penularan penyakit kelamin yang satu ini juga dapat
terjadi dalam proses melahirkan. Jika anda terkena Chlamydia dan bayi
anda dilahirkan dengan normal, kemungkinan bayi anda terkena penyakit
yang sama dengan anda cukup tinggi.
2.2.3. GONORE
1. Definisi
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum
yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Fitriany,
Ibnusantosa, Respati, Hikmawati, & Djajakusumah, 2019). Neisseria
gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram
negatif dan manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk
25
gonokokus, infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual
(Sari et al., 2012). Menurut Irianto (2014) bahwa setiap tahunnya kasus
gonore lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.
26
tetapi golongan ini dibuat untuk memberikan panduan pengobatan yang
lebih efektif berdasarkan usia.
2. Penyebab Penyakit Gonore
Banyak sekali penyebab dari penyakit gonore yang terjadi pada
remaja saat ini, kejadian gonore timbul karena mereka enggan
menggunakan kondom ketika berhubungan seksual (Fitriany et al., 2019).
Selain variabel itu, ada juga variable yang lainnya yaitu status
pernikahan dan dari hasil penelitian membuktikan bahwa orang yang
terkena penyakit gonore banyak yang berstatus belum menikah. Pada
seseorang yang belum menikah, ia tidak memiliki halangan untuk
berhubungan seksual secara bebas, berganti-ganti pasangan, serta tidak
mempertimbangkan risiko tertular.
Variabel ketiga adalah jenis pasangan responden. United States
Agency for International Development (USAID) melalui United Nations
Development Program (UNDP) mendukung hak asasi kaum lesbian, gay,
bisexual and transgender (LGBT). Di Indonesia pun telah dilakukan
Advokasi Legalisasi. Munculnya gerakan mendukung kaum LGBT ini
dapat berpengaruh pada peningkatan angka LSL (Lelaki Seks dengan
Lelaki). Kaum LSL merasa mendapatkan dukungan, semakin terbuka, dan
berani dalam menjalankan hubungan. Seseorang yang sebelumnya takut
untuk menjadi LSL pun dapat menjadi LSL karena merasa ada dorongan
positif dari lingkungan. Dengan adanya hal tersebut memungkin seseorang
bisa terkena penyakit gonore (Fitriany et al., 2019).
Variabel yang terakhir adalah kurangnya pengetahuan dan
informasi akan penyakit gonore. Dimana sesorang yang kurang akan
pengetahuan akan cenderung tidak hati-hati dalam melakukan pencegahan
penyakit ini.
3. Penularan Penyakit Gonore
Penularan dan yang berisiko penyakit Gonore atau kecing nanah ini
antara lain:
27
a. Kepadatan tinggi daerah perkotaan di antara kaum muda di bawah usia
24 tahun yang memiliki banyak pasangan seks dan melakukan
hubungan seksual tanpa kondom
b. Infeksi Gonore 1,5 kali lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
c. Meski gonore merupakan PMS, ada beberapa bukti yang menunjukkan
bahwa hal itu dapat terjadi karena kutu pubis, yang bisa terdapat pada
tempat-tempat kotor
d. Gonore biasanya ditularkan melalui hubungan seks vagina dan anus
e. Kontak oral sering tidak menularkan gonore
f. Bakteri gonore menyukai daerah hangat dan lembab seperti mulut,
rektum, vagina dan uretra
g. Gonore dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya selama proses
kelahiran.
1. Definisi
Kutil kelamin disebabkan oleh virus papiloma manusia (HPV). HPV
termasuk dalam kelompok DNA virus yang diketahui memiliki 100 tipe
dan sekitar 40 tipe dapat menginfeksi epitel genital (Nugrahaini,
Cahyawari, Iriani, Achdiat, & Rowawi, 2018). Kutil biasanya hadir di
penis atau vulva dan juga dapat terjadi di sekitar dubur atau rongga mulut.
Kutil kelamin dapat diobati dengan krim khusus dan pembedahan.
Beberapa vaksin yang melindungi dari kanker serviks juga dapat
mencegah virus penyebab kutil kelamin.
Pada wanita, kutil paling umum berkembang pada vulva (pembukaan
vagina), leher rahim, dalam vagina, sekitar atau di dalam anus, dan paha
atas. Sedangkan pada pria, kutil kelamin umum berkembang dimana saja
di penis, skrotum, di dalam urethra, sekitar atau dalam anus, dan paha atas.
Umumnya kutil kelamin tidak menyebabkan rasa sakit, namun
beberapa orang mengalami gatal dan peradangan. Jika kutil meradang,
dapat menyebabkan pendarahan dari uretra, vagina atau anus. Uretra
merupakan tabung yang terhubung pada kandung kemih, yang dilewati
28
urin. Kutil yang berkembang di dekat atau di dalam uretra ini dapat
mengganggu aliran urin normal.
2. Penyebab Kutil Kelamin Pada Remaja
Ada beberapa penyebab kutil kelamin bisa dialami oleh remaja
diantaranya adalah:
a. Seks tanpa kondom
b. Seks bebas dengan beberapa orang bergantian (terutama memiliki
resiko infeksi dan riwayat seksualnya tidak diketahui)
c. Penggunaan mainan seks (seks toys)
d. Sistem kekebalan yang lemah seperti pasien dengan HIV/AIDS dan
sebagainya.
e. Kurangnya pengetahuan remaja akan penyakit kutil kelamin
2.2.5. SIFILIS
1. Definisi Sifilis
Nama Treponema diambil dari bahasa Yunani yaitu trepo dan nema
yang artinya turning thread (benang bergulung). Treponema pallidum
subspesies (sekarang disebut dengan Treponema pallidum) merupakan
salah satu bakteri Spirochetes patogen dominan. Treponema pallidum
sudah dikenal selama 500 tahun sebagai penyebab penyakit menular
seksual yaitu sifilis (Efrida, 2014). Sejarah sifilis sudah banyak dipelajari
namun asal mula sifilis belum diketahui secara pasti. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral.
29
Terdapat empat subspesies, yaitu Treponema pallidum pallidum, yang
menyebabkan sifilis, Treponema pallidum pertenue, yang menyebabkan
yaws, Treponema pallidum carateum, yang menyebabkan pinta dan
Treponema pallidum endemicum yang menyebabkan sifilis endemik (juga
disebut bejel. Klasifikasi bakteri penyebab sifilis adalah; Kingdom:
Eubacteria, Filum: Spirochaetes, Kelas: Spirochaetes, Ordo:
Spirochaetales, Familia: Treponemataceae, Genus: Treponema, Spesies:
Treponema pallidum, Subspesies: Treponema pallidum.
2. Penyebab Sifilis
30
laten dini. Sifilis stadium lanjut termasuk sifilis tersier (gumatous, sifilis
kardiovaskular dan neurosifilis) serta sifilis laten lanjut.
3. Penularan Sifilis
Treponema pallidum merupakan bakteri patogen pada manusia.
Kebanyakan kasus infeksi didapat dari kontak seksual langsung dengan
orang yang menderita sifilis aktif baik primer ataupun sekunder. Penelitian
mengenai penyakit ini mengatakan bahwa lebih dari 50% penularan sifilis
melalui kontak seksual. Biasanya hanya sedikit penularan melalui kontak
nongenital (contohnya bibir), pemakaian jarum suntik intravena, atau
penularan melalui transplasenta dari ibu yang mengidap sifilis tiga tahun
pertama ke janinnya. Prosedur skrining transfusi darah yang modern telah
mencegah terjadinya penularan sifilis Penularan sifilis biasanya melalui
kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi, kontak langsung dengan
lesi atau luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke
janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
4. Tanda-tanda dan Gejala Sifilis
a. Tanda-tanda pertama sifilis tidak berlangsung lama, jadi seseorang
mengidap dan menularkannya tanpa mengetahui.
b. Beberapa orang menderita pekung atau sore disekitar daerah
kemaluan atau mulut, 3 sampai 12 minggu setelah terinfeksi. Sore
dapat berbagai ukuran dan bentuk. Biasanya tidak sakit, tidak
berdarah dan terasa seperti benjolan yang keras dibawah kulit.
c. Bila tidak diobati , sores sembuh dan hilang setelah beberapa
minggu. Tetapi Anda masih terinfeksi, bakterinya ada di aliran darah
dan tersebar keseluruh tubuh (Tahap Primer).
d. Dua sampai 6 bulan setelah terinfeksi, Anda dapat mengeluarkan
ruam-ruam kulit di wajah, telapak tangan dan tapak kaki, kelenjar
membengkak, benjolan sekitar daerah tubuh yang lembab dan
rambut gugur. Anda juga merasa sakit kepala, dan sakit di tulang,
otot dan persendian. Ini adalah Tahap Sekunder dapat dapat
berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
31
e. Tanpa perawatan, terjadi Tahap Laten di mana tidak ada tanda-tanda
yang dapat dilihat tetapi orang tersebut masih infeksi dan dapat
menularkan sifilis melalui sex sampai 2 tahun. Bila Anda mengidap
sifilis yang tidak diobati lebih dari 2 tahun (Tahap Tersier) penyakit
ini akan menyerang otak, jantung, pembuluh darah besar, syaraf
tulang belakang, kulit dan tulang, yang mengakibatkan cacat dan
kematian.
f. Bila wanita hamil mengidap sifilis, bayinya akan terlahir mati atau
cacat (sifilis bawaan lahir). Bila dijumpai pada kehamilan dini, sifilis
dapat diobati, mengurangi kerusakan pada bayi. Semua wanita harus
menjalani pemeriksaan sifilis pada 12 minggu pertama kehamilan
atau pada kunjungan pertama sebelum kelahiran.
32
merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering
menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren),
juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa
gejala atau asimtomatis (Jatmiko, Nurharini, Dewi, & Murtiastutik, 2007).
Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep
or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes
simpleks genitalis.
33
Walaupun demikian dapat juga disebabkan oleh VHS tipe 1 akibat
hubungan seksual secara orogenital atau penularan melalui tangan.
34
vulva. Penularan lebih sering terjadi pada tahun pertama setelah episode
pertama penyakit. Pejamu dan bergabung dengan DNA (deoxyribonucleic
acid) pejamu, kemudian terjadi multiplikasi atau replikasi, kemudian
timbulkan kelainan pada kulit (mukosa). Pada saat tersebut tubuh belum
membentuk antibodi spesifik, sehingga timbul lesi di daerah yang luas
dengan gejala konstitusi parah. Selanjutnya virus akan menjalar melalui
serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional (ganglion sakralis),
berdiam di sana dan dalam keadaan laten.
35
genital tidak spesifik, disuria, nyeri, eritema, nyeri punggung, gatal, fisura
dan folikulitis. Pada keadaan seperti itu diagnosis infeksi VHS sering tidak
terpikirkan oleh para klinisi.
Seks bebas merupakan salah satu masalah sosial yang cukup meresahkan.
Ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab seks bebas dapat terjadi pada
pergaulan remaja. Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan remaja tentang
seks bebas. Selain itu yang paling penting adalah kurangnya perhatian dari orang
tua, ciri-ciri homoseksual dan lesbian yang tampak pada remaja, pengaruh
alkohol, bacaan remaja yang berkaitan dengan seks, hingga kecanggihan dari
teknologi komunikasi saat ini (Salisa, 2010). Yang paling berpengaruh dari
adanya masalah sosial ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang mana
sebenarnya tidak diinginkan.
2.3.1. Dampak Fisik
36
2.3.2. Dampak Psikologis
37
Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena
dapat mengakibatkan kematian.
2.3.4. Dampak Ekonomi
a. Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan
spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan
seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan
tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Pasangan pengantin
remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta)
b. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan
sekitarnya
c. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila
dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas
menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap
“Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku
bahkan keturunannya.
38
Tak hanya itu saja, peran keluarga dalam pendidikan anak, terlebih lagi
orang tua menjadi salah satu faktor penting untuk menghindari adanya seks bebas
yang dilakukan oleh kaum remaja.
39
e) Pengurangan sel hormon pria
f) Kerusakan paru-paru dan otak yang bisa bersifat menetap
g) Kesulitan untuk belajar karena sulitnya konsentrasi atau
fokus pada satu hal
h) Apatis, mengantuk, hilang motivasi
i) Perubahan kepribadian / perilaku dan mood
j) Lambat dalam menerima informasi / materi
k) pelajaran yang diberikan oleh guru
l) Tidak mampu untuk memahami banyak hal secara jelas.
2. Heroin/Putaw
3. Penenang/Obat Tidur
Digunakan oleh dokter untuk mengobati pasien yang mengalami
gangguan tidur, cemas dan otot-otot tegang pada pasien. Jika digunakan
tanpa pengawasan dokter berarti melanggar hukum. Berbentuk pil atau
tablet (KemenkesRI, 2017).
Contoh yang banyak disalahgunakan Lexotan, MG, BK, Koplo, DUM
dan Rohypnol. Menghambat kerja otak, menenangkan, mengantuk dan
40
tidur. Stres clan persoalan seolah-olah hilang. Cepat terjadi
ketergantungan. Jika minum dalam dosis tinggi, kehilangan kesadaran
clan meninggal. Minum lebih dari satu butir pil penenang/ obat tidur
sangat berbahaya. Apalagi jika dicampur Napza lain. Jika diminum
bersama alkohol, meningkatkan pengaruh obat, sehingga dapat
meninggal.
4. Ekstasi
Ekstasi adalah nama keren atau popular dari Methylene Dioxy
Metham Phetami atau yang sering disingkat dengan MDMA. Ekstasi
biasanya dikenal di masyarakat dengan istilah “I” atau inex. Sering kali
juga dikenal dengan nama lain, seperti Dolphin, Black Heart, Gober,
Circle K, dan sebagainya.
Ciri-cirinya, yaitu : jika di konsumsi akan mendorong tubuh
melakukan aktivitas melampaui batas, menyebabkan denyut nadi cepat,
menimbulkan paranoid (penyakit khayal) dan halusinasi (KemenkesRI,
2017). Jenis narkoba ini berbentuk pil, tablet berwarna dengan desain
yang berbeda-beda, atau bisa juga berbentuk bubuk atau kapsul. Risiko
penggunaannya adalah dehidrasi ketika penggunanya lupa minum air.
Ekstasi menyebabkan rahang kaku dan tubuh bergerak-gerak (tripping),
berkeringat, lalu murung, nafsu makan hilang dan letih. Dapat
meninggal karena pembuluh darah otak pecah. Jika digunakan bersama
shabu, dapat menyebabkan melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
ada, mudah curiga dan dapat terjadi gangguan jiwa serta dorongan
bunuh diri.
5. Shabu
41
pasir atau vetsin (bumbu penyedap makanan). Shabu dikonsumsi
dengan cara membakarnya di atas aluminium foil, kemudia asap yang
ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong yaitu sejenis pipa yang di
dalamnya berisi air. Shabu secara dramatis dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat. Penyalahgunaannya dapat berakibat bagi masalah
kesehatan, gangguan ingatan, perilaku psikotik, potensi kerusakan
jantung dan otak. Shabu sangat adiktif, menyebabkan ketergantungan
yang tinggi (peningkatan dosis).
B. Zat Adiktif
1. Rokok
42
g. kerusakan otak, mengandung zat anti beku untuk
h. menjaga nikotin tetap cair yang dapat
i. mengganggu pernafasan dan menjadi salah satu racun yang
berbahaya bagi tubuh.
2. Inhalasia/solven (bahan mudah menguap)
Disingkat inhalans, ada 2.000 bahan kimia yang mudah menguap
sebagai alat keperluan rumah tangga, kantor, bengkel atau pabrik
(KemenkesRI, 2017). Contoh thiner, lem, dan bensin. Disalahgunakan
dengan cara dihirup. Sering disebut ‘ngelem’. Sangat berbahaya karena
zat itu segera bekerja pada otak setelah diserap paru-paru. Pengaruhnya
seperti alkohol. Dapat menyebabkan kematian, juga merusak organ
tubuh seperti hati, otak, ginjal, paru, dan sumsum tulang.
3. Minuman beralkohol
43
c. kecelakaan (karena mabuk ketika berkendaraan)
d. terlibat kekerasan atau perbuatan merusak
e. mempengaruhi perilaku dan kepribadian dalam pemakaian terus
menerus dapat merusak lambung, hati dan kematian
C. NAPZA Jenis Baru
44
Flaka yaitu narkoba yang emiliki efek terhadap Manusia Halusinasi,
Kecemasan, Insomnia, Paranoid, Kematian. asal dari cina dan india
pengguna seperti zombie, kepala miring, bahkan bisa kayang,
menabrakkan diri, mengganggu ketertiban umum.
D. Penggolongan Narkotika Berdasarkan UU No.35/2009, pasal 127
1. Golongan I
a. DILARANG digunakan dalam pengobatan/layanan kesehatan.
b. Digunakan terbatas untuk penelitian atas rekomendasi
Kemenkes.
c. Sanksi pidana 4 tahun
d. Heroin, Kokain, Ganja
2. Golongan II
a. Digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir.
b. Bisa menyebabkan ketergantungan
c. Sanksi pidana 2 tahun.
d. Morfin, Metadone, Petidine
3. Golongan III
a. Digunakan dalam pengobatan.
b. Bisa menyebabkan ketergantunAgan ringan.
c. Sanksi pidana 1 tahun.
d. Kodein, Etil Morfina, Propirame
45
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
a. Depresi
b. gangguan jiwa
c. perubahan kepribadian
d. perubahan mood secara mendadak
e. mudah emosi, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal dan
penuh curiga (Hidayat, 2016).
f. tingkat percaya diri rendah
g. ketakutan
h. apatis
i. halusinasi
j. Lamban kerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah.
46
k. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
l. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
m. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
n. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Adam, 2012)
2.4.4. Dampak Sosial
47
BAB III
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
3.1. Metode Promosi Kesehatan
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau
metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos
(jalan atau cara), jadi metode bisa berarti " jalan atau cara yang harus di lalui
untuk mencapai tujuan tertentu". Metode adalah cara teratur/sistematis yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan
yang dikehendaki. Pemikiran Dasar Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah
suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju
tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi
oleh banyak faktor, salah satunya yaitu metode. Metode harus berbeda antara
sasaran massa, kelompok atau sasaran individual.
3.1.1. Metode Individu/perorangan
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
48
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah
klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang
diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau
belum menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
3.1.2. Metode Kelompok
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah
dan seminar.
1. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan
metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan
kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
2. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil
49
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
1. Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima
informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
50
4. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain:
51
c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga
merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun
tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk
pendekatan promosi kesehatan massa.
e) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh :
billboard Ayo ke Posyandu.
3.2. Media Promosi Kesehatan
berikut :
a. Media penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan dalam
proses penyampaian pesan.
b. Media penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat.
c. Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran
dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.
1. Media cetak
52
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media
ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik
atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan
informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan
lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana,
tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek
gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
2. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk
dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD, internet
(computer dan modem), SMS (telepon seluler). Seperti halnya media cetak,
media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan
seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta
jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih
tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu
persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.
53
media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya
a. Tujuan instruksional
c. Topik
Pertama-tama anda harus tahu terlebih dahulu siapa yang menjadi sasaran promosi
kesehatan, pelajari sifat/karakteristiknya untuk memudahkan
54
menyusun/merancang perencanaan. (Jika diasumsikan bahwa sasaran sudah
ada/ditetapkan/ditemukan). Maka yang selanjutnya harus anda lakukan adalah:
Merupakan penjabaran dari rencana waktu dan tempat akan pelaksanaan promosi
kesehatan... yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart/tabel di akhir SAP,
atau dituliskan diawal pembuatan SAP setelah judul.
55
c) Kemampuan perawat dalam menentukan prioritas masalah promosi
kesehatan, akan menjadi bahan pemikiran membuat topik / pokok bahasan
yang akan diberikan pada sasaran sesuai kebutuhan belajarnya. Maka
untuk membiasakan perawat bekerja secara profesional dan sesuai
kompetensinya melakukan asuhan keperawatan berdasarkan proses
keperawatan, cantumkanlah Diagnosa Keperawatan yang menjadi
masalah/ dasar alasan /pemikiran anda MENGAPA klien / sasaran tersebut
diberikan pengajaran promosi kesehatan tersebut. Kaitkanlah dengan hasil
pengkajian yang anda dapat (sesuai karakteristik / kebutuhan belajar
sasaran agar rasional dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Dengan demikian anda akan dapat membuat diagnosa keperawatan terkait
promosi kesehatan yang akan dilakukan.
56
a) Untuk perubahan tingkat Pengetahuan: penyuluhan langsung, pemasangan
poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll
b) Untuk merubah Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat
menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video
c) Untuk perubahan kemampuan/Keterampilan: sasaran harus diberi
kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
d) Pertimbangkan sumber dana & sumber daya
Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda dan sasaran saat
program pendidikan / promosi kesehatan akan dilakukan, dimulai dari 1)
pembukaan, 2) pelaksanaan kegiatan inti penyuluhan dan 3) penutupan.
57
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan
dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi tersebut.
Desa Durian Runtuh adalah Desa yang makmur dan sejahtera karena
sebagian bessar penduduknya bekerja sebagai TKW. Kebiasaan ini telah ada sejak
dahulu dan turun-temurun hingga saat ini. Anak-anak yang lahir dalam keluarga
yang ayah dan ibunya bekerja sebagai TKW biasanya diasuh oleh kakek neneknya
atau dititipkan di keluarga lain, hal ini menyebabkan kurannya pengasuhan yang
tepat dari wali yang mengasuh anak tersebut jika ditinggal oleh orang tuanya
bekerja sebagai TKW.
Saat ini Lukman telah menginjak usia 17 tahun dan mengenyam pendidikan
di SMA Durian Runtuh. Setiap pagi neneknya telah menyiapkan makanan untuk
sarapan serta makan siang Lukman kemudian berangkat ke kota bersama kakek.
Kebiasaan ini telah berlangsung cukup lama, lambat laun Lukman merasa tidak
mendapat perhatian dari kakek dan neneknya meskipun segala kebutuhan
pokoknya telah tercukupi. Namun Lukman merasa kebutuhan akan kasih sayang
dan perhatian masih belum tercukupi. Hal ini membuatnya mencari perhatian ke
hal lain seperti bermain game online bersama teman-temannya. Namun ternyata
bukan hanya bermain game online, Lukman juga terpengaruh oleh teman-
temannya menggunakan narkoba.
Lukman telah menggunakan narkoba sejak usia 15 tahun. Tahun ini adalah
tahun kedua ia menggunakan narkona. Kedua orang tua dan nenek serta kakeknya
tidak tahu akan hal tersebut. Begitu pula dengan warga sekitar.
58
Suatu hari puskesmas Durian Runtuh mendapat kesempatan dari Dinas
Kesehatan setempat untuk melakukan tes urin kepada warga Durian Runtuh
termasuk di sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan karena menurut pengamatan dari
Dinas Kesehatan, banyak ditemukan pengguna narkoba dan perlu ditangani.
Akhirnya tes urin dilakukan pada tanggal 20 November 2019, dari hasil tes urin
ditemukan 20 orang warga Durian Runtuh adalah pengguna narkoba, 9 orang
adalah pelajar termasuk Lukman.
59
narkoba tersebut.
b. Kurangnya pengetahuan
warga mengenai bahaya
penyalahgunaan narkoba
3.6. Prioritas Masalah
A. Penyalahgunaan Narkoba
B. Pentingnya pemenuhan kebutuhan kasih sayang kepada anak-anak dan
remaja
3.7. Tujuan
A. Tujuan Program
1. Warga Durian Runtuh yang menyalahgunakan narkoba bersedia
menyerahkan diri untuk direhabilitasi
B. Tujuan Pendidikan
1. Komponen masyarakat yang mengetahui dan memiliki wewenang
untuk memberikan arahan bersedia untuk melaksanakan wewenangnya
untuk mencegah penyebarluasan penyalahgunaan narkoba
C. Tujuan Perilaku
1. Warga berani untuk tidak melakukan penyalahgunaan narkoba serta
melaporkan tindakan penyalahgunaan narkoba yang terjadi
.5. Sasaran
A. Primer : Remaja dan warga dengan penyalahgunaan narkoba
B. Sekunder : Orang tua di Desa Durian Runtuh
C. Tersier : Pengurus Desa Durian Runtuh
60
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit terkait alat reproduksi yang dapat dialami oleh remaja adalah
HIV/AIDS, klamidia, gonore, kutil kelamin, sifilis, dan herpes. Penyakit alat
reproduksi ini dapat dialami oleh remaja sebagai akibat dari pola hidup yang tidak
61
sehat, lingkungan yang kurang sehat, salah pergaulan sehingga remaja dapat
melakukan hubungan seks di luar pernikahan.
Selain penyakit alat reproduksi, yang dapat dialami oleh remaja adalah
penyalahgunaan narkoba. Remaja mudah terbujuk oleh hal-hal ynag nampaknya
baik karena emosi mereka yang masih labil serta keinginan untuk mencari jati diri
dan terlihat hebat di antara teman-teman sebayanya. Dampak dari penyalahgunaan
narkoba adalah gangguan sistem saraf (neurologis), gangguan jantung dan
pembuluh darah, gangguan pada kulit, gangguan paru-paru, penurunan fungsi
hormone reproduksi, tertular penyakit HIV, hepatitis B dan C, mengalami
gangguan jiwa, mudah emosi, sering berhalusinasi, menjadi beban keluarga, serta
kualitas diri menjadi rendah.
62
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Jam : 08.00
I. Latar Belakang
Usia remaja adalah suatu perkembangan dari munculnya tanda-tanda seks
sekunder sehingga tercapainya kematangan seksual dan reproduksi, serta suatu
proses pembentukan mental dan identitas dewasa serta peralihan dari
ketergantungan menjadi relatif mandiri. WHO juga mendefinisikan remaja
sebagai periode peralihan dari masa anak-anak menuju masa peralihan dewasa
yaitu antara usia 11-19 tahun. Masalah umum yang terjadi pada remaja sebagian
besar adalah bentuk perilaku ataupun kebiasaan yang menyimpang baik secara
kesehatan, moral maupun sosial. Bentuk perilaku-perilaku penyimpangan tersebut
dapat kita sebut sebagai kenakalan remaja
Salah satu kenakalan remaja yaitu penyalahgunaan Narkona.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
63
narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik narkoba atau napza, mengacu
pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika
yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan
untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat
pemakaian yang telah di luar batas dosis.
V. Media
1. Alat : Power point
2. Pengorganisasian Kelompok
Penyaji : Perawat
64
a) Uraian Tugas
1. Menjelaskan tujuan dan topik
2. Menjelaskan kontrak waktu
3. Menjelaskan materi narkoba kepada audien
4. Tindakan persuasif mengajak audien untuk rehabilitasi
5. Menjawab pertanyaan dari audien
6. Menutup acara
3. Setting Tempat
Keterangan :
= penyaji
= audiens
Tahap
No Waktu Kegiatan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit a.Menjawab salam Kata-
a. Mengucapkan
kata/
salam b.Mendengarkan dan
kalimat
menyimak
b. Memperkenalkan
c.Bertanya mengenai
diri
perkenalan dan tujuan jika
65
c. Menyampaikan
tentang tujuan
pokok materi
ada yang kurang jelas
d. Meyampakaikan
pokok
pembahasan
e. Kontrak waktu
a. Penyampaian
Materi
b. Menjelaskan
tentang
pengertian
Narkoba
a. Mendengarkan dan
c. Menjelaskan jenis
menyimak
jenis narkoba Power
b.Berdiskusi mengenai point
20 d. Menyebutkan
2. Pelaksanaan materi
menit penggolongan
c.Bertanya mengenai hal-
narkoba
hal yang belum jelas dan
e. Menyebutkan dimengerti
dampak Narkoba
Tanya Jawab
f. Menjelaskan
proses dalam
rehabilitasi dan
mengajak audien
untuk rehabilitasi.
3. Penutup 5 menit a. Sasaran dapat Kata-
a. Melakukan evaluasi
menjawab tentang kata/
66
pertanyaan yang
b. Menyampaikan diajukan
kesimpulan materi
b. Mendengar kalimat
c. Mengakhiripertemua
c. Memperhatikan
n dan menjawab
salam d. Menjawab salam
1. Audien hadir
4. Audien berpartisipasi dalam diskusi dengan baik dari awal sampai akhir
acara
2). Evaluasi hasil kegiatan
67
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
68
B. Jenis-jenis Narkoba
69
h. Apatis, mengantuk, hilang motivasi
i. Perubahan kepribadian / perilaku dan mood
j. Lambat dalam menerima informasi / materi
k. pelajaran yang diberikan oleh guru
l. Tidak mampu untuk memahami banyak hal secara jelas.
b) Heroin atau Putaw
Berasal dari resin tanaman poppy yang diolah menjadi morfin
kemudian menjadi heroin. Heroin atau yang biasa dikenal dengan Putauw
artinya bubuk putih (KemenkesRI, 2017). Dilarang keras digunakan dan
diperjualbelikan. Heroin menghambat kerja otak, sehingga menghilangkan
rasa sakit, menyebabkan mengantuk, memperlambat napas dan denyut
jantung, sangat cepat menyebabkan ketergantungan. Jumlah heroin yang
dibutuhkan meningkat Jika pemakaiannya dihentikan, timbul rasa sakit
yang berlebihan dan biasa disebut dengan sakauw. Dapat berakibat
kematian karena overdosis clan berbagai penyakit.
c) Penenang atau Obat Tidur
Digunakan oleh dokter untuk mengobati pasien yang mengalami
gangguan tidur, cemas dan otot-otot tegang pada pasien. Jika digunakan
tanpa pengawasan dokter berarti melanggar hukum. Berbentuk pil atau
tablet (KemenkesRI, 2017).
d) Ekstasi
Ekstasi adalah nama keren atau popular dari Methylene Dioxy
Metham Phetami atau yang sering disingkat dengan MDMA. Ciri-cirinya,
yaitu : jika di konsumsi akan mendorong tubuh melakukan aktivitas
melampaui batas, menyebabkan denyut nadi cepat, menimbulkan paranoid
(penyakit khayal) dan halusinasi (KemenkesRI, 2017)..
e) Shabu
Shabu merupakan kelompok narkotika yang bersifat stimulan
dengan nama kimia methamphetamine hydrochloride, yaitu turunan dari
Amphetamine (KemenkesRI, 2017). Shabu secara dramatis dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat. Penyalahgunaannya dapat berakibat
bagi masalah kesehatan, gangguan ingatan, perilaku psikotik, potensi
70
kerusakan jantung dan otak. Shabu sangat adiktif, menyebabkan
ketergantungan yang tinggi (peningkatan dosis).
b. Zat Adiktif
a) Rokok
Rokok merupakan bahan aktif yang di dalamnya mengandung
berbagai zat berbahaya yang dapat menyebabkan ketergantungan bagi
pemakainya. Rokok mengandung 4.000 zat kimia, 400 zat berbahaya, 43
zat penyebab kanker (KemenkesRI, 2017). Zat yang terdapat dalam rokok
bersifat racun dan merusak kesehatan. Nikotin yang terkandung pada
rokok memacu kerja otak, mempersempit pembuluh darah, dan membuat
jantung bekerja lebih keras. Tar yang terkandung dalam rokok
menyebabkan kanker dan CO dalam asap rokok dapat mengakibatkan
otak, jantung, dan organ tubuh lainnya menjadi kekurangan oksigen.
Rokok juga merupakan pintu seseorang mengenal napza.
b) Minuman beralkohol
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil
akohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian
yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi (KemenkesRI, 2017).
71
Saat ini NPS yang beredar di pasaran, zat utamanya banyak
dimodifikasi dari struktur kimia Phenethylamine, synthetic cannabinoid,
dan synthetic cathinones dalam berbagai bentuk dan jenis zat yang sama.
Flaka yaitu narkoba yang emiliki efek terhadap Manusia Halusinasi,
Kecemasan, Insomnia, Paranoid, Kematian. asal dari cina dan india
pengguna seperti zombie, kepala miring, bahkan bisa kayang,
menabrakkan diri, mengganggu ketertiban umum.
a. Golongan I
a) DILARANG digunakan dalam pengobatan/layanan kesehatan.
b) Digunakan terbatas untuk penelitian atas rekomendasi Kemenkes.
c) Sanksi pidana 4 tahun
d) Heroin, Kokain, Ganja
b. Golongan II
a) Digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir.
b) Bisa menyebabkan ketergantungan
c) Sanksi pidana 2 tahun.
d) Morfin, Metadone, Petidine
c. Golongan III
a) Digunakan dalam pengobatan.
b) Bisa menyebabkan ketergantunAgan ringan.
c) Sanksi pidana 1 tahun.
d) Kodein, Etil Morfina, Propirame
D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
a. Dampak Fisik
a) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi (Hidayat,
2016).
b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
72
c) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),
alergi, eksim.
d) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, diare, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
f) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
g) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan
antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya.
i) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over
Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
b. Dampak Psikologis
a) Depresi
b) Gangguan jiwa
c) Perubahan kepribadian
d) Perubahan mood secara mendadak
e) Mudah emosi, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal dan
penuh curiga (Hidayat, 2016).
f) Tingkat percaya diri rendah
g) Ketakutan
h) Apatis
i) Halusinasi
j) Lamban kerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah.
k) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
73
l) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh
diri.
m) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
n) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Adam,
2012)
c. Dampak Sosial
74
putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan
keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.
2. Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program
rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi,
sebagai contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido
(Kampus Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat
rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program diantaranya
program therapeutic communities (TC), 12 steps (dua belas langkah,
pendekatan keagamaan, dan lain-lain.
3. Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan
sesuai dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari,
pecandu dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap berada
di bawah pengawasan.
F. Perawat Melakukan Transaksi Tindakan Persuasif
Perawat melakukan tindakan persuasif kepada audien yaitu satu atau dua
orang yang diawali dengan terlebih dulu menjelaskan kepada audien mengenai
definisi narkoba, jenis-jenis narkoba, penggolongan narkoba, dampak
penyalahgunaan narkoba, dan mengenai rehabilitasi. Audien yang telah
menerima penjelasan mengenai narkoba akan mengajak temannya yang telah
memakai narkoba untuk direhabilitasi, dilanjutkan ke temannya yang lain. Hal
tersebut terus berlanjut hingga menyebar ke banyak orang. Metode tersebut
dikenal bola salju (snow balling).
75
DAFTAR PUSTAKA
Fitriany, N. N., Ibnusantosa, R. G., Respati, T., Hikmawati, D., & Djajakusumah,
T. S. (2019). Pengetahuan tentang Dampak Infeksi Gonore pada Pasien Pria
dengan Gonore. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 1(1), 1–5.
https://doi.org/10.29313/jiks.v1i1.4198
Jatmiko, A. C., Nurharini, F., Dewi, D. K., & Murtiastutik, D. (2007). Penderita
Herpes Genitalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr . Soetomo Surabaya Periode 2005 –
2007 ( Genital Herpes in Division of Sexually Transmitted Infection –
Outpatient Clinic Dr . Soetomo Genera. 2007(318), 102–107.
Naully, P. G., & Romlah, S. (2018). Prevalensi HIV dan HBV pada Kalangan
Remaja. Jurnal Kesehatan, 9(2), 280. https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.908
Nugrahaini, P. K. C., Cahyawari, D., Iriani, J., Achdiat, P. A., & Rowawi, R.
(2018). Laporan Kasus: Kutil Kelamin pada Uretra dan Meatus Uretra yang
Diterapi dengan Krim 5-Fluorourasil 5%. Syifa’MEDIKA:Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, 9(1), 25. https://doi.org/10.32502/sm.v9i1.121