Anda di halaman 1dari 81

MAKALAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN BAGI KLIEN


USIA REMAJA
Dosen Pengampu: Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M.Kep.

Kelompok 3
Kelas A2-2018
1. Tiyani 131811133023
2. Devina Nada Dwi Putriary 131811133024
3. Julfia Aina Sari 131811133025
4. Amalia Bella Fernanda 131811133026
5. Atikah Nuraini 131811133071
6. Nofita Dwi Rohmawati 131811133072
7. Nafilah Azmi Yaswar 131811133073
8. Siti Aisyah Noor Afifah 131811133078
9. Purwestri Dyah Kinanti 131811133079
10. Dhuriatul Nurcholisa Agustin 131811133080
11. Moch. Lukman Hakim 131811133124

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan-Nya
Penulis dapat menyelesaikan makalah yang disusun untuk memenuhi tugas mata
perkuliahan Pendidikan dan Promosi Kesehatan dengan judul “PROGRAM
PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN BAGI KLIEN USIA REMAJA”
tepat pada waktunya dengan baik. Terimakasih kepada Ibu Elida Ulfiana, S.Kep.,
Ns., M.Kep. selaku dosen pengampu dalam mata perkuliahan Psikososial dan
Budaya Dalam Keperawatan dengan topik bahasan sesuai judul makalah.
Kiranya makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menambah
wawasan kita terhadap PROGRAM PENDIDIKAN DAN PROMOSI
KESEHATAN BAGI KLIEN USIA REMAJA. Penulis menyadari masih ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini, dengan senang hati penulis akan
menerima kritik dan saran yang disampaikan.
Surabaya, November 2019

i
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Tujuan.........................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
2.1. Perkembangan Fisik dan Psikologi Pada Usia Remaja..........................4
2.1.1. Perkembangan dan Perubahan Fisik pada Remaja........................4
2.1.2. Perkembangan dan Perubahan Psikologis pada Remaja.............12
2.2. Penyakit Reproduksi yang Dapat Dialami Oleh Remaja.....................15
2.2.1. HIV/AIDS..........................................................................................15
2.2.2. KLAMIDIA.......................................................................................21
2.2.3. GONORE...........................................................................................23
2.2.4. KUTIL KELAMIN...........................................................................26
2.2.5. SIFILIS..............................................................................................27
2.2.6. HERPES GENITALIS.....................................................................30
2.3. Pengaruh Buruk Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja...................33
2.3.1. Dampak Fisik.....................................................................................33
2.3.2. Dampak Psikologis............................................................................34
2.3.3. Dampak Sosial...................................................................................34
2.3.4. Dampak Ekonomi.............................................................................35
2.3.5. Dampak Budaya................................................................................35
2.4. Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba pada Usia Remaja.....................36
2.4.1. Jenis dan Penggolongan Narkoba...................................................36
2.4.2. Dampak Fisik.....................................................................................42
2.4.3. Dampak Psikologis............................................................................43
2.4.4. Dampak Sosial...................................................................................43
2.4.5. Dampak Ekonomi.............................................................................43
2.4.6. Dampak Budaya................................................................................44
2.5. Metode Pendidikan dan Promosi Kesehatan.........................................44
2.5.1. Metode Pendidikan dan Promosi Kesehatan Pencegahan Masalah
Reproduksi.........................................................................................44

ii
2.5.2. Metode Pendidikan dan Promosi Kesehatan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba................................................................47
BAB III..................................................................................................................51
3.1. Kesimpulan...............................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................0

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usia remaja adalah suatu perkembangan dari munculnya tanda-tanda seks


sekunder sehingga tercapainya kematangan seksual dan reproduksi, serta suatu
proses pembentukan mental dan identitas dewasa serta peralihan dari
ketergantungan menjadi relatif mandiri. WHO juga mendefinisikan remaja
sebagai periode peralihan dari masa anak-anak menuju masa peralihan dewasa
yaitu antara usia 11-19 tahun. Masalah umum yang terjadi pada remaja sebagian
besar adalah bentuk perilaku ataupun kebiasaan yang menyimpang baik secara
kesehatan, moral maupun sosial. Bentuk perilaku-perilaku penyimpangan tersebut
dapat kita sebut sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja mencakup beberapa
perilaku yang dianggap menyimpang dari norma yang berlaku dimasyarakat.
Penyimpangan perilaku remaja terhadap minuman keras merupakan pemandangan
yang sudah biasa ditemui, dan lebihnya seperti sudah membudaya disetiap
kalangan. Masa remaja adalah suatu fase yang sangat vital dalam keterkaitannya
dengan kondisi sehat atau tidak sehat. Semakin berkembangnya zaman di
eraglobalisasi dengan teknologi dan IT yang semakin canggih serta semakin
mudahnya akses media sosial untuk dijangkau menjadi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku sehat pada remaja. Seperti situs atau tayangan pornografi,
pergaulan bebas, lingkungan yang tidak sehat, tayangan dari televisi yang bertema
kekerasan dan lain-lain. Perilaku remaja yang yang menyimpang diantaranya
adalah merokok, minum minuman keras, pergaulan bebas, dan kemahamilan
pranikah.

Sebagai seorang tenaga kesehatan, ners juga mempunyai peran sebagai


konselor yaitu untuk mempromosikan kesehatan. Dalam kondisi ini, pengetahuan
kesehatan pada usia remaja sangat penting dalam menunjang perkembangan fisik
maupun psiko remaja. Karena dalam usia ini, seseorang dalam keadaan yang
sangat rentan untuk dipengaruhi dan mudah melakukan kesalahan dengan cara
coba-coba. Seperti penggunaan narkoba, dan kasus kehamilan pranikah. Promosi

1
Kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk
tahu, mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. Banyak permasalahan
kesehatan di Indonesi dapat dicegah melalui kegiatan promosi kesehatan. Namun,
proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah mudah, maka perlu
dikembangkan strategi komunikasi serta langkah-langkah yang dapat mendukung
upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Strategi komunikasi promosi kesehatan Keberhasilan strategi komunikasi
promosi kesehatan tersebut tidak hanya menitikberatkan kepada unsur internal
yang harus memiliki sumber daya manusia yang maksimal, lebih dari itu
pendekatan kepada khalayak atau masyarakat yang menjadi sasaran melaui teknik
komunikasi yang tepat juga menjadi unsur penting guna menunjang keberhasilan
strategi komunikasi promosi kesehatan. Tanpa adanya pemahaman akan teknik
komunikasi dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat, maka mustahil
strategi promosi kesehatan akan berjalan dengan baik.
Pada hakikatnya, strategi adalah sebuah taktik atau cara operasional dari suatu
perencanaan dan manajemen suatu organisasi atau instansi dalam upaya untuk
mencapai sasaran dan tujuannya. Demikian pula halnya dengan strategi
komunikasi yang merupakan paduan antara perencanaan komunikasi
(communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi
harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan, artinya pendekatannya (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung situasi dan kondisi. Dalam hal ini strategi komunikasi akan sangat
menunjang pada keberhasilan target yang hendak dicapai. Promosi yang
berhubungan dengan kesehatan masyarakat pada hakikatnya merupakan sebuah
cara untuk memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan visi dan misi yang
hendak diraih. Selain itu, promosi kesehatan akan sangat membutuhkan strategi
komunikasi yang cukup efektif hingga pada akhirnya dapat diterima oleh
masyarakat nantinya.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana perkembangan fisik dan psikologi pada usia remaja?

2
b. Apa penyakit terkait reproduksi yang dapat dialami oleh remaja?
c. Bagaimana pengaruh buruk hubungan seks pranikah bagi remaja?
d. Bagaimana pengaruh penyalahgunaan narkoba pada usia remaja?
e. Bagaimana metode promosi kesehatan yang tepat untuk diterapkan pada
usia remaja dalam upaya mencegah dan menangani penyalahgunaan
narkoba serta menjaga kesehatan alat reproduksi?

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui perkembangan fisik dan psikologi pada usia remaja?


b. Untuk mengetahui penyakit terkait reproduksi yang dapat dialami oleh
remaja?
c. Untuk mengetahui pengaruh buruk hubungan seks pranikah bagi remaja?
d. Untuk mengetahui pengaruh penyalahgunaan narkoba pada usia remaja?
e. Untuk mengetahui metode promosi kesehatan yang tepat untuk diterapkan
pada usia remaja dalam upaya mencegah dan menangani penyalahgunaan
narkoba serta menjaga kesehatan alat reproduksi?

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Fisik dan Psikologi Pada Usia Remaja
2.1.1. Perkembangan dan Perubahan Fisik pada Remaja

Remaja adalah masa dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa
remaja terjadi berbagai perubahan baik perubahan hormonal, fisik, psikologis
maupun sosial (Panji, 2013). Perubahan fisik yang menonjol adalah
perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta
perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Maturasi seksual
terjadi melalui tahapan-tahapan yang teratur yang akhirnya mengantarkan anak
siap dengan fungsi fertilitasnya, laki-laki dewasa dengan spermatogenesis, dan
anak perempuan dengan ovulasi.

Pubertas terjadi diawali dengan peningkatan sekresi gonadotropin releasing


hormone (GnRH) dari hipotalamus. GnRH disekresikan dalam jumlah cukup
banyak pada saat janin berusia 10 minggu, mencapai kadar puncaknya pada usia
gestasi 20 minggu dan kemudian menurun pada saat akhir kehamilan (Batubara,
2016). Hal ini diperkirakan terjadi karena maturasi sistem umpan balik
hipotalamus karena peningkatan kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH
meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta hilang.
Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf pusat
menghambat sekresi GnRH. Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi
aksis hipotalamus–hipofisis–gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap
(Gambar 1).

4
Gambar 1: Aksis hipotalamus–hipofisis–
gonad pada anak perempuan

5
Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih belum diketahui
secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap berperan dalam awitan
pubertas, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan lainnya. Secara
genetik terdapat berbagai teori yang mengatur awitan pubertas, antara lain
pengaturan oleh gen GPR54, suatu G-coupled protein receptor. Mutasi pada gen
GPR54 dapat menyebabkan terjadinya hipogonadotropik hipogonadisme
idiopatik. Pada tikus percobaan, defisiensi gen GPR54 menyebabkan volume
testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus betina menyebabkan
terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan vagina.

Pada masa pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap hipotalamus


menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat sensitivitas
gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif terhadap
rendahnya kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada periode pubertas akan
terjadi umpan balik akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan
gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak. Pada awalnya GnRH
akan disekresi secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun. Hormon GnRH kemudian
akan berikatan dengan reseptor di hipofisis sehingga sel-sel gonadotrop akan
mengeluarkan luteneizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH).
Hal ini terlihat dengan terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum
awitan pubertas. Sekresi LH yang pulsatil terus berlanjut sampai awal pubertas.

Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia
sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya.
Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk
menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-
tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan
balik pada aksis hipotalamushipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses
menarke dan merangsang timbulnya ovulasi.10Hormon androgen adrenal, dalam
hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum

6
pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan
pada proses adrenarke.

Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase
ovulasi, dan fase luteal (sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH
pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH
dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan
mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira
tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak
sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam
setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai
dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel.
Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron.
Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium
yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga
memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi vum dan
produksi human chorionic gonadotropine (hCG), korpus luteum tidak bisa
bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan
estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal
sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah ovulasi.

Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan peningkatan


LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan
menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya
akan merangsang pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel
sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis
hipotalamushipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan
tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat
pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron yang
dihasilkan oleh sel Leydig.

Pada periode pubertas, terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang
cukup besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone/GH).
Pada periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan

7
berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh
selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak laki-
laki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid seks
meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak
perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas sedangkan pada anak laki-
laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH
pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat menjelaskan
perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan.

Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang
anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus
yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu
tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi
yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.

Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas berlangsung dengan


sangat cepat dalam sekuens yang teratur dan berkelanjutan (Gambar 2 dan 3).

Gambar 2: Perubahan yang terjadi pada laki-laki selama pubertas


8
Gambar 3: Perubahan yang terjadi pada perempuan selama pubertas

Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun, sedangkan


pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan pertambahan
tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki.
Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan
dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity)
pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki
pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan berakhir pada usia
16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun. Setelah usia tersebut,
pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon steroid seks
juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir

9
pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan
berhenti.

Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi


tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan
pada anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan
komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid seks.

Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem hormonal


tubuh yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak
perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan
dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak
tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat.

2.1.1.1. Perubahan Fisik pada Remaja Laki-laki

Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume


testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan
memakai alat orkidometer Prader. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada
usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi
bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17
tahun (Tabel 2). Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4,
sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan
merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar.
Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat
pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara
terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan
pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan
dengan puncak pertumbuhan tinggi badan.

10
Gambar 4: Tahapan pubertas yang terjadi pada anak laki-laki

11
Tahap Genitalia Rambut Pubis
Prapubertas; tidak ada rambut
Tahap 1 Prapubertas
pubis
Pertambahan volume testis, Jarang, sedikit pigmentasi dan
Tahap 2 skrotum membesar, menipis dan agak ikal, terutama pada
kemerahan pangkal penis
Penis mulai membesar baik
dalam panjang maupun Tebal, ikal meluas hingga ke
Tahap 3
diameter, volume testis dan mons pubis
skrotum terus bertambah besar
Testis dan skrotum terus
membersar warna kulit skrotum
Bentuk dewasa tetapi beum
Tahap 4 yang makin gelap penis makin
meluas ke medial paha
membesar baik panjang maupun
diameter
Bentuk dewasa meluas ke
Tahap 5 Bentuk dan ukuran dewasa
medial pubis

2.1.1.2. Perubahan Fisik pada Remaja Perempuan

Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding
atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap
payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut
pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap
pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke
terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah
menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian
pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan
meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas. Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia
didapatkan bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai
dengan 13,6 tahun.

12
Gambar 5: Tahapan pubertas yang terjadi pada anak perempuan

Tahap Payudara Rambut Pubis


Tahap 1 Prapubertas Tidak ada rambut pubis
Breast building, menonjol
Jarang, berpigmne sedikir,
Tahap 2 speerti bukit kecil, areola
lurus, atas medial labia
membesar
Payudara dan areola membesar, Lebih hitam, mulai ikal, jumlah
Tahap 3
tidak ada kontur pemisah bertambah
Areola dan papilla membentuk Kasar, keriting, belum sebanyak
Tahap 4
bukit kedua dewasa
Bentuk dewasa, papilla Bentuk segitiga seperti pada
Tahap 5 menonjol, areola sebagai bagian perempuan dewasa, tersebar
dari kontur buah dada sampai medial paha

13
2.1.2. Perkembangan dan Perubahan Psikologis pada Remaja

Definisi psikologi menurut beberapa pakar, Psikologi secara bahasa berasal


dari Yunani yaitu dari dua kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos
berarti ilmu, dengan demikian psikologi adalah ilmu jiwa atau disebut juga ilmu
yang mempelajari tentang jiwa manusia (Masganti, 2015).

Berberapa ilmuwan telah mengungkapkan gagasan mereka diantaranya


pengertian psikologi berdasarkan Pendapat Santrock tentang objek yang dipelajari
dalam psikologi. Santrock Menyatakan “Psychology is the scientific study of
behavior and mental processes” [Psikologi adalah kajian ilmiah terhadap proses
perilaku dan mental].

Dari pendapat beberapa ahli, penulis berpendapat bahwa psikologi adalah


ilmu pengetahuan yang mengkaji dan meneliti proses mental dan perilaku
seseorang (Masganti, 2015). Proses tersebut diketahui seorang pengkaji atau
peneliti psikologi melalui penelitian yang bersifat kuantitatif atau kualitatif.
Penelitian kuantitatif menggunakan metode-metode pengumpulan data antara lain
eksprimen, tes, angket, sosiometri, dan sejenisnya. Sedangkan penelitian kualitatif
dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data antara lain observasi,
wawancara mendalam, biografi, autobiografi, atau studi dokumen.

Pada anak remaja (usia dini) mengalami fase perkembangan yang sangat
diunggulkan yang biasa disebut dengan “Golden Age” atau masa keemasan.
Karena pada massa keemasan ini terjadi perkembangan yang Sangat
menakjubkan dan terbaik sepanjang hidup manusia (Masganti, 2015).
Perkembangan Yang menakjubkan tersebut mencakup perkembangan fisik dan
psikhis. Dari segi fisik anak mengalami perkembangan yang sangat luar biasa,
Mulai dari pertumbuhan sel-sel otak dan organ tubuh lainnya sampai
Perkembangan kemampuan motorik kasar seperti berjalan, berlari Melompat,
memanjat, dan sebagainya. Perkembangan fisik lainnya yang tidak kalah
pentingya adalah perkembangan kemampuan motorik yang merupakan
kemampuan melakukan koordinasi gerakan tangan Dan mata, misalnya
menggenggam, meraih, menulis, dan sebagainya.

14
Perkembangan psikis juga mengalami Hal-hal menakjubkan, dari
kemampuan berinteraksi dengan orang tua sendiri sampai kemampuan
berinteraksi dengan orang lain (Masganti, 2015). Mulai kemampuan Berpikir
sensori-motoris sampai kemampuan berpikir pra operasional Konkrit. Anak-anak
pada tahap sensori motoris hanya dapat memahami sesuatu setelah menggunakan
inderanya, tetapi kemudian pemahaman tersebut berkembang pada tahap pra
operasional konkrit menjadi pemahama terhadap benda bercampur dengan
imajinasi anak. Perkembangan kemampuan kognitif ini memberikan sumbangan
yang besar terhadap kemampuan Bahasa, kemampuan emosional, kemampuan
moral, bahkan kemampuan Agama.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
Penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
Menikah. Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan
berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada
perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak
menghabiskan waktu di luar keluarga (Diananda, 2019).

1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)

Pra remaja ini mempunyai masa yang sangat pendek, kurang lebih Hanya
satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun – 13 atau 14 tahun (Diananda,
2019). Fase pra remaja ini bisa juga dikatakan dengan fase negatif, karena bisa
dilihat perilaku yang dilakukan anak-anak pada masa ini cenderung negatif. Di
fase ini juga terdapat hubungan yang sukar terhadap komunikasi antara anak dan
orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh juga terganggu karena Mengalami
perubahan-perubahan termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan

15
perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja Menunjukkan peningkatan
reflektivenes tentang diri mereka yang berubah Dan meningkat berkenaan dengan
apa yang orang pikirkan tentang mereka. Seperti penampilan fisik, sifat seseorang
dan gaya hidup remaja.

2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun – 17 tahun)

Pada fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai


puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam Banyak hal
terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri karena masa ini, statusnya tidak
jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang dewasa muda,
remaja sering merasa berhak untuk membuat keputusan sendiri. Pada masa
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol,
pemikiran semakin logis, abstrak dan Idealistis dan semakin banyak waktu
diluangkan diluar keluarga (Diananda, 2019).

3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)

Pada fase ini remaja ingin menjadi pusat perhatian, menonjolkan bakat
dirinya dengan cara menonjolkan kemampuannya, kreatifitas, maupun kelebihan
yang dimilikinya. Bersifat idealis, mempunyai keinginan dan cita-cita yang tinggi,
mempunyai semangat dan energi dorongan internal yang sangat besar, serta tidak
ingin ketergantungan terhadap emosionalnya (Diananda, 2019).

Ada perubahan fisik yang terjadi pada fase remaja yang begitu cepat,
misalnya perubahan pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang untuk anak perempuan sedangkan anak laki-laki
tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara yang semakin dalam. Perubahan
mental pun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri
sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis, dan semakin
banyak waktu diluangkan di luar keluarga. Selanjutnya, perkembangan tersebut
diatas disebut fase pubertas (puberty) yaitu suatu periode dimana kematangan
kerangka atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan
mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual yang terjadi secara pesat

16
terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas bukanlah peristiwa
tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang
terjadi berangsur-angsur (gradual).

Karena pada tubuh remaja hormon-hormon seksnya sudah bekerja dan


berfungsi maka ada ketertarikan tersendiri terhadap lawan jenis. Biasanya remaja
akan merasa malu apabila kekuranganmya diketahui oleh orang lain, dan mereka
akan berusaha semaksimal mungkin intuk menutupi kekurangan yang mereka
punya. Sebenarnya pada masa pubertas remaja akan berusaha tampil ideal dan
berbaur dengan teman-teman sebayanya tapi mereka kecenderungan malu apabila
berbicara dengan orang yang lebih dewasa.

Pada tahun 1904, psikolog Amerika, G Stanly Hall menulis buku ilmiah
pertama tentang hakekat masa remaja. G. Stanly Hall mengupas mengenai
masalah “pergolakan dan stres” (strorm-and-stress). Hall mengatakan bahwa
masa remaja adalah merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan
konflik dan buaian suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan tindakan bergerak
pada kisaran antara kesombongan dan kerendahan hati, kebaikan dan godaan,
serta kegembiraan dan kesedihan (Diananda, 2019). Anak remaja mungkin nakal
kepada teman sebayanya pada suatu saat dan baik hati pada saat berikutnya, atau
mungkin ia ingin dalam kesendiriannya, tetapi beberapa detik kemudian ingin
bersama-sama dengan sahabatnya.
2.2. Penyakit Reproduksi yang Dapat Dialami Oleh Remaja
2.2.1. HIV/AIDS

1. Definisi

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus


(HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan
tubuh manusia (terutama CD4 positif T-sel dan makrofag– komponen-
komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya
penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan
mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh (Naully & Romlah, 2018).

17
Virus HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang
mempunyai antigen CD4 terutama limfosit T4 yang memegang peranan
penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada
kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru,
sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak.

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah infeksi yang


disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
menyebabkan suatu penyakit yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh.

Berdasarkan WHO, terdapat 4 stadium penyakit ini (KemenkesRI, 2017):

a. Stadium klinis 1

18
Dimulai dengan Infeksi HIV Primer (belum ada gejala klinis).
Pada saat virus HIV baru masuk dalam tubuh, biasanya tidak ada gejala
atau tanda yang muncul. Beberapa orang juga dapat muncul gejala yang
tidak spesifik pada stadium ini seperti demam, lemas, kemerahan, sakit
leher, dan gejala lain. Pada stadium ini, penderita tidak memperlihatkan
gejala tetapi sudah dapat menularkan HIV pada orang lain.

b. Stadium klinis 2

Stadium ini ditandai dengan penurunan berat badan hingga 10%


tanpa penyebab yang jelas. Selain itu, timbul tanda infeksi yang berulang
yang lama (>2 minggu) serta ditemukan lebih dari satu, seperti infeksi
kulit (ketombe, panu, kurap, dll), infeksi saluran pernapasan, infeksi jamur
di permukaan kulit / kuku, luka pada sudut bibir (angular cheillitis), dan
mudah lelah.

c. Stadium klinis 3

Pada stadium 3 timbul infeksi bakteri yang lebih parah (termasuk


riwayat Tuberculosis/TBC dalam 1 tahun terakhir), demam
berkepanjangan dan diare kronik tanpa sebab yang jelas.

d. Stadium 4

Pada stadium 4 penderita sudah masuk tahap AIDS dan mengalami


berbagai penyakit yang berat sehingga dapat menyebabkan kematian.
2. Penyebab Penyakit HIV/AIDS Pada Remaja
Diseluruh dunia pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang dengan HIV
yang meliputi 16 juta perempuan dan 3.2 juta anak berusia < 15 tahun
(Naully & Romlah, 2018). Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013
sebesar 2.1 juta yang terdiri dari 1.9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia
< 15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1.5 juta yang terdiri
dari 1.3 juta dewasa dan 190.000 anak usia < 15 tahun. Remaja adalah
merupakan salah satu penyumbang angka HIV/AIDS di Indonesia,

19
penyebab anak usia remaja berisiko terkena penyakit HIV/AIDS
diantaranya adalah:
a. Pengetahuan
Pengetahuan remaja mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap infeksi HIV/AIDS. Dalam penelitian Eke dan Kapata, terlihat
jelas bahwa mayoritas responden yang terinfeksi HIV adalah remaja
dengan pendidikan dan status sosial yang rendah serta tidak memiliki
pekerjaan. Penelitian lain juga membuktikan bahwa orang yang
kurang pengetahuannya beresiko lebih tinggi tertular suatu penyakit
dibandingkan dengan orang yang berpengetahuan cukup. Pengetahuan
seseorang terhadap suatu penyakit dapat berpengaruh terhadap
pencegahan penyakit tersebut (Naully & Romlah, 2018).
b. Gaya Hidup
Ada beberapa karakteristik gaya hidup yang mempengaruhi
tingkat prevalensi HIV pada remaja. Hubungan seksual merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh pada infeksi HIV. Kebanyakan
orang ynag terinfeksi HIV mengaku pernah melakukan hubungan
seksual, sering berganti-ganti pasangan, dan tidak menggunakan
kondom. Berganti-ganti pasangan seksual sudah pasti menjadi
penyebab tingginya prevalensi HIV (Naully & Romlah, 2018). Orang
yang berganti-ganti pasangan seksual pasti tidak mengetahui semua
status kesehatan pasangannya. Ketika seseorang melakukan hubungan
seksual dengan orang yang terinfeksi HIV maka orang tersebut akan
tertular dan berpotensi menularkan virus tersebut pada pasangan
selanjutnya.
Selain kebiasaan berganti-ganti pasangan dan tidak
menggunakan kondom, ternyata kebiasaan melakukan hubungan
seksual secara oral pun berpengaruh pada penularan infeksi HIV,
walaupun tidak signifikan.
c. Usia
Tercatat sebanyak 78,9% remaja yang melakukan hubungan
seksual pada usia kurang dari 18 tahun terinfeksi HIV. Infeksi HIV

20
lebih banyak terjadi pada kelompok usia 12- 35 tahun karena banyak
melakukan aktivitas seksual yang tidak aman, seperti sering berganti
pasangan dan tidak menggunakan kondom (Naully & Romlah, 2018).
d. Tato dan Tindik
Faktor lain yang berhubungan dengan tingkat penyebaran HIV
pada remaja adalah tato dan tindik. Sekarang ini, tato dan tindik bukan
saja dimiliki oleh sekelompok penjahat atau komunitas tertentu
melainkan sudah menjadi tren di kalangan anak muda. Kebanyakan
dari mereka membuat tato dan tindik sebagai salah satu cara untuk
mengekspresikan diri (Naully & Romlah, 2018).
Penggunaan jarum yang terkontaminasi pada pembuatan tato
dan tindik dapat menjadi faktor resiko penularan HIV dan HBV,
sekecil apapun tato yang dimiliki tetap akan meningkatkan resiko
penularan HIV, HBV, dan HCV.
3. Penularan HIV/AIDS
Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk
darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV.
Siapapun dari segala usia, ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV,
termasuk bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV (Naully & Romlah,
2018). Beberapa metode penularan HIV yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
a. Hubungan Seks
Penularan dengan melakukan hubungan seksual dapat terjadi dari
pria ke wanita atau sebaliknya, serta pada sesama jenis kelamin melalui
hubungan seksual yang berisiko. Penularan HIV dapat terjadi saat
hubungan seks melalui vagina, anal, maupun seks oral dengan pasangan
yang terinfeksi HIV. Salah satu cara terbaik untuk mencegah penularan
HIV adalah menggunakan kondom saat berhubungan seks dan tidak
berganti-ganti pasangan seksual.
b. Penggunaan Jarum Suntik
HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi
dengan darah yang terinfeksi. Berbagi pakai jarum suntik atau

21
menggunakan jarum suntik bekas, membuat seseorang memiliki risiko
sangat tinggi tertular penyakit, termasuk HIV.
c. Selama Kehamilan, Persalinan Atau Menyusui.
Seorang ibu yang terinfeksi HIV dan mengandung atau menyusui
berisiko tinggi untuk menularkan HIV kepada bayinya. Penting untuk
berkonsultasi dengan dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan
pengobatan HIV selama kehamilan, guna menurunkan risiko penularan
HIV pada bayi.
d. Transfusi Darah
Dalam sebagian kasus, penularan HIV juga bisa disebabkan
oleh transfusi darah. Namun, kejadian ini semakin jarang terjadi karena
kini diterapkan uji kelayakan donor, termasuk donor darah, organ ataupun
donor jaringan tubuh. Dengan pengujian yang layak, penerima donor darah
memiliki risiko yang rendah untuk terinfeksi HIV.
4. Perilaku ynag Tidak Menyebabkan Penularan HIV

a. Menggunakan toilet serta makan dan minum bersama orang dengan


HIV DAN AIDS (ODHA);
b. Bersentuhan, berpelukan / mencium (selama tidak
luka/sariawan/berdarah dalam mulut/gigi berlubang), berjabat tangan
dengan ODHA;
c. Gigitan nyamuk / serangga;
d. Tinggal serumah / tidur bersama dengan ODHA;
e. Berenang/berolahraga bersama dengan ODHA
5. Pencegahan Penularan HIV
a. ABSTINENCE. Tidak melakukan hubungan seksual pra nikah;
b. BE FAITHFUL. Bagi yang sudah menikah untuk bersikap saling
setia dengan pasangan, tidak bergantiganti pasangan;

22
c. CONDOM. Menggunakan kondom untuk kelompok berisiko tinggi.
d. DRUGS. Tidak menggunakan NAPZA, tidak menggunakan alat
suntik, alat tindik dan alat tato bersama.
e. EDUCATION. Membekali diri dengan informasi yang benar dan
komprehensif tentang HIV DAN AIDS yang dapat diperoleh di
layanan kesehatan terdekat dan program HIV untuk remaja seperti
ABAT.
6. Penanganan Kasus HIV dan AIDS
HIV dapat diketahui melalui VCT (Voluntaru Counselling & Test).
Dengan mengetahui status HIV lebih dini, infeksi akan cepat diketahui
sehingga dapat segera dimulai upaya pengobatan dan perawatan.
Pada umumnya, tes HIV dianjurkan pada pasien IMS, TB, ibu hamil,
korban perkosaan, dan kelompok berisiko tinggi, seperti: pelaku seks
pranikah, pekerja seks komersial, pengguna Napza suntik, lelaki seks
dengan lelaki, dan waria.
Setiap orang yang terinfeksi HIV dan memenuhi syarat dianjurkan
untuk minum obat ARV (Anti Retroviral Virus). Sampai saat ini belum
ada obat yang dapat menyembuhkan HIV dan AIDS. ARV adalah obat
untuk mengendalikan jumlah virus di dalam tubuh yang bertujuan untuk:
a. Menghambat infeksi oportunistik
b. Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV
c. Menurunkan jumlah virus dalam darah sampai tidak terdeteksi
d. Meningkatkan kualitas hidup penderita HIV

2.2.2. KLAMIDIA
1. Definisi
Klamidia adalah bakteri yang umum ditularkan melalui infeksi
menular seksual. Infeksi ini menulari wanita dan pria, termasuk pria yang
berhubungan seksual dengan pria. Pada wanita, bakteri ini menyebabkan
infeksi pada serviks dan pada pria menyebabkan infeksi pada uretra
(Suardika, 2014). Walaupun jarang terjadi, tetapi Klamidia dapat
menginfeksi anus dan menyebabkan conjunctivitis (inflamasi pada mata).

23
(Sumber: https://www.slideshare.net/emansulaeman31/klamidia-
trachomatis-dan-skabies
Klamidia trakomatis merupakan salah satunya, klamidia trakomatis
adalah suatu mikroorganisme obligat intraseluler yang memiliki dinding
sel yang sama dengan bakteri gram negative. Klamidia trakomatis
diklasifikasikan sebagai bakteri yang mengandung deoxyribonucleic acid
(DNA) dan ribonucleic acid (RNA), mereka membelah dengan cara
binary fussion, tetapi seperti virus, mereka berkembang secara intraseluler
seperti gonorrhea, penjalaran klamidia trakomatis pada saluran urogenital
dimulai dari serviks ataupun uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat
menimbulkan "cacat" (sequele) yang serius terutama pada perempuan,
karena infeksi klamidia yang ascending dari saluran genitalia dapat
menyebabkan kolonisasi bakteri di endometrium dan mukosa tuba falopii
(Suardika, 2014).
Gejala bisa timbul dalam 2-14 hari setelah terkena infeksi klamidia.
Namun, seorang bisa mengidapnya berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun
tanpa mengetahuinya. Wanita yang terkena chlamydia mungkin
mengalami: kejang atau sakit di perut bagian bawah, perubahan haid yaitu
datang bulannya, sakit bila buang air kecil, perdarahan atau sakit saat
bercampur atau sesudahnya, perubahan pada lendir kemaluannya.
Sedangkan pada pria yang terkena chlamydia mungkin mengalami:
keluarnya lendir dari kemaluan, sakit bila buang air kecil, bengkak dan
sakit buah zakarnya.
2. Penyebab Remaja Beresiko Klamidia

24
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sesorang bisa terinfeksi
klamidia trakomatis, yaitu terjadi pada wanita yang berhubungan seksual
secara aktif pada usia muda (15-24 tahun), dimana remaja termasuk dalam
kategori tersebut. Selain itu ada juga beberapa penyebab penyakit klamidia
ini berisiko terhadap remaja, di antaranya adalah (Suardika, 2014):
a. Mempunyai riwayat Infertilitas
b. Hubungan seks bebas dan memiliki lebih dari satu patner seksual
c. Adanya patner seks yang baru dan mempunyai riwayat atau sedang
menderita penyakit menular seksual
d. Pasangan tidak menikah
e. Riwayat Keguguran
f. Riwayat penggunaan tidak teratur dari kontrasepsi barrier
g. Riwayat infeksi saluran kemih.
3. Penularan Klamidia
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis, bakteri
yang ditularkan pengidapnya melalui hubungan seksual tanpa kondom
(Suardika, 2014). Penularan ini bisa melalui hubungan seks oral, anal,
vaginal, ataupun hanya saling bersentuhan alat kelamin. Bahkan, bakteri
chlamydia juga bisa ditularkan melalui alat bantu seks yang tidak dilapisi
dengan kondom, atau yang tidak dicuci sampai bersih setelah digunakan.
Selain itu, penularan penyakit kelamin yang satu ini juga dapat
terjadi dalam proses melahirkan. Jika anda terkena Chlamydia dan bayi
anda dilahirkan dengan normal, kemungkinan bayi anda terkena penyakit
yang sama dengan anda cukup tinggi. 

2.2.3. GONORE

1. Definisi
Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum
yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Fitriany,
Ibnusantosa, Respati, Hikmawati, & Djajakusumah, 2019). Neisseria
gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae) merupakan bakteri diplokokkus gram
negatif dan manusia merupakan satu-satunya faktor host alamiah untuk

25
gonokokus, infeksi gonore hampir selalu ditularkan saat aktivitas seksual
(Sari et al., 2012). Menurut Irianto (2014) bahwa setiap tahunnya kasus
gonore lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.

Centers for Disease Control and Prevention (2015)


mengklasifikasikan gonore menjadi 4 golongan yaitu (Fitriany et al.,
2019):
a. Infeksi gonokokal non komplikasi/ Uncomplicated Gonococcal
Infections. Infeksi gonokokal yang termasuk dalam golongan ini adalah
infeksi gonokokal urogenital (serviks, uretra dan rektum), faring dan
gonokokal konjungtivitis.
b. Infeksi gonokokal diseminasi/ Disseminated Gonococcal Infections.
Infeksi gonokokal diseminasi ditandai dengan munculnya lesi pada
kulit, arthritis dan seringkali komplikasi perihepatitis, endokarditis dan
meningitis.
c. Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infections Among
Neonates. Infeksi gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu
hamil yang terinfeksi dikarenakan dapat mengakibatkan ophtalmia
neonatorum/ infeksi konjungtivitis pada bayi baru lahir sehingga terjadi
kebutaan pada bayi baru lahir. Infeksi gonokokal pada neonatus terdiri
dari ophtalmia neonatorum dan gonococcal scalp abscesses
d. Infeksi gonokokal pada bayi dan anak/ Gonococcal Infections Among
Infants and Children. Golongan klasifikasi ini sama dengan golongan
infeksi gonokokal non komplikasi dan infeksi gonokokal diseminasi,

26
tetapi golongan ini dibuat untuk memberikan panduan pengobatan yang
lebih efektif berdasarkan usia.
2. Penyebab Penyakit Gonore
Banyak sekali penyebab dari penyakit gonore yang terjadi pada
remaja saat ini, kejadian gonore timbul karena mereka enggan
menggunakan kondom ketika berhubungan seksual (Fitriany et al., 2019).
Selain variabel itu, ada juga variable yang lainnya yaitu status
pernikahan dan dari hasil penelitian membuktikan bahwa orang yang
terkena penyakit gonore banyak yang berstatus belum menikah. Pada
seseorang yang belum menikah, ia tidak memiliki halangan untuk
berhubungan seksual secara bebas, berganti-ganti pasangan, serta tidak
mempertimbangkan risiko tertular.
Variabel ketiga adalah jenis pasangan responden. United States
Agency for International Development (USAID) melalui United Nations
Development Program (UNDP) mendukung hak asasi kaum lesbian, gay,
bisexual and transgender (LGBT). Di Indonesia pun telah dilakukan
Advokasi Legalisasi. Munculnya gerakan mendukung kaum LGBT ini
dapat berpengaruh pada peningkatan angka LSL (Lelaki Seks dengan
Lelaki). Kaum LSL merasa mendapatkan dukungan, semakin terbuka, dan
berani dalam menjalankan hubungan. Seseorang yang sebelumnya takut
untuk menjadi LSL pun dapat menjadi LSL karena merasa ada dorongan
positif dari lingkungan. Dengan adanya hal tersebut memungkin seseorang
bisa terkena penyakit gonore (Fitriany et al., 2019).
Variabel yang terakhir adalah kurangnya pengetahuan dan
informasi akan penyakit gonore. Dimana sesorang yang kurang akan
pengetahuan akan cenderung tidak hati-hati dalam melakukan pencegahan
penyakit ini.
3. Penularan Penyakit Gonore
Penularan dan yang berisiko penyakit Gonore atau kecing nanah ini
antara lain:

27
a. Kepadatan tinggi daerah perkotaan di antara kaum muda di bawah usia
24 tahun yang memiliki banyak pasangan seks dan melakukan
hubungan seksual tanpa kondom
b. Infeksi Gonore 1,5 kali lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
c. Meski gonore merupakan PMS, ada beberapa bukti yang menunjukkan
bahwa hal itu dapat terjadi karena kutu pubis, yang bisa terdapat pada
tempat-tempat kotor
d. Gonore biasanya ditularkan melalui hubungan seks vagina dan anus
e. Kontak oral sering tidak menularkan gonore
f. Bakteri gonore menyukai daerah hangat dan lembab seperti mulut,
rektum, vagina dan uretra
g. Gonore dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya selama proses
kelahiran.

2.2.4. KUTIL KELAMIN

1. Definisi
Kutil kelamin disebabkan oleh virus papiloma manusia (HPV). HPV
termasuk dalam kelompok DNA virus yang diketahui memiliki 100 tipe
dan sekitar 40 tipe dapat menginfeksi epitel genital (Nugrahaini,
Cahyawari, Iriani, Achdiat, & Rowawi, 2018). Kutil biasanya hadir di
penis atau vulva dan juga dapat terjadi di sekitar dubur atau rongga mulut.
Kutil kelamin dapat diobati dengan krim khusus dan pembedahan.
Beberapa vaksin yang melindungi dari kanker serviks juga dapat
mencegah virus penyebab kutil kelamin.
Pada wanita, kutil paling umum berkembang pada vulva (pembukaan
vagina), leher rahim, dalam vagina, sekitar atau di dalam anus, dan paha
atas. Sedangkan pada pria, kutil kelamin umum berkembang dimana saja
di penis, skrotum, di dalam urethra, sekitar atau dalam anus, dan paha atas.
Umumnya kutil kelamin tidak menyebabkan rasa sakit, namun
beberapa orang mengalami gatal dan peradangan. Jika kutil meradang,
dapat menyebabkan pendarahan dari uretra, vagina atau anus. Uretra
merupakan tabung yang terhubung pada kandung kemih, yang dilewati

28
urin. Kutil yang berkembang di dekat atau di dalam uretra ini dapat
mengganggu aliran urin normal.
2. Penyebab Kutil Kelamin Pada Remaja
Ada beberapa penyebab kutil kelamin bisa dialami oleh remaja
diantaranya adalah:
a. Seks tanpa kondom
b. Seks bebas dengan beberapa orang bergantian (terutama memiliki
resiko infeksi dan riwayat seksualnya tidak diketahui)
c. Penggunaan mainan seks (seks toys)
d. Sistem kekebalan yang lemah seperti pasien dengan HIV/AIDS dan
sebagainya.
e. Kurangnya pengetahuan remaja akan penyakit kutil kelamin

3. Penularan Kutil Kelamin


Kutil kelamin disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).
Penyebaran kutil kelamin terjadi melalui hubungan seksual, baik melalui
vagina, maupun secara oral atau anal. Di samping itu, virus juga bisa
menular ketika tangan penderita kutil kelamin menyentuh kelamin sendiri,
lalu menyentuh kelamin pasangannya. Penyebaran kutil kelamin juga
dapat terjadi, akibat berbagi penggunaan alat bantu seks (sex toys). Pada
kasus yang jarang terjadi, kutil kelamin dapat menular ke bayi, dari ibu
yang terinfeksi virus (Nugrahaini et al., 2018).

2.2.5. SIFILIS

1. Definisi Sifilis
Nama Treponema diambil dari bahasa Yunani yaitu trepo dan nema
yang artinya turning thread (benang bergulung). Treponema pallidum
subspesies (sekarang disebut dengan Treponema pallidum) merupakan
salah satu bakteri Spirochetes patogen dominan. Treponema pallidum
sudah dikenal selama 500 tahun sebagai penyebab penyakit menular
seksual yaitu sifilis (Efrida, 2014). Sejarah sifilis sudah banyak dipelajari
namun asal mula sifilis belum diketahui secara pasti. Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral.

29
Terdapat empat subspesies, yaitu Treponema pallidum pallidum, yang
menyebabkan sifilis, Treponema pallidum pertenue, yang menyebabkan
yaws, Treponema pallidum carateum, yang menyebabkan pinta dan
Treponema pallidum endemicum yang menyebabkan sifilis endemik (juga
disebut bejel. Klasifikasi bakteri penyebab sifilis adalah; Kingdom:
Eubacteria, Filum: Spirochaetes, Kelas: Spirochaetes, Ordo:
Spirochaetales, Familia: Treponemataceae, Genus: Treponema, Spesies:
Treponema pallidum, Subspesies: Treponema pallidum.

Sifilis pada pria

Sifilis pada wanita

2. Penyebab Sifilis

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sangat infeksius,


disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral, Treponema pallidum subspesies
pallidum (Efrida, 2014). Treponema pallidum subspesies pallidum (biasa
disebut dengan Treponema pallidum) merupakan bakteri gram negatif,
berbentuk spiral yang halus, ramping dengan lebar kira-kira 0,2 µm dan
panjang 5-15 µm. Bakteri yang patogen terhadap manusia, bersifat parasit
obligat intraselular, mikroaerofilik, akan mati apabila terpapar oksigen,
antiseptik, sabun, pemanasan, pengeringan sinar matahari dan
penyimpanan di refrigerator. Sifilis dapat disembuhkan pada tahap awal
infeksi, tetapi apabila dibiarkan penyakit ini dapat menjadi infeksi yang
sistemik dan kronik. Infeksi sifilis dibagi menjadi sifilis stadium dini dan
lanjut. Sifilis stadium dini terbagi menjadi sifilis primer, sekunder, dan

30
laten dini. Sifilis stadium lanjut termasuk sifilis tersier (gumatous, sifilis
kardiovaskular dan neurosifilis) serta sifilis laten lanjut.

3. Penularan Sifilis
Treponema pallidum merupakan bakteri patogen pada manusia.
Kebanyakan kasus infeksi didapat dari kontak seksual langsung dengan
orang yang menderita sifilis aktif baik primer ataupun sekunder. Penelitian
mengenai penyakit ini mengatakan bahwa lebih dari 50% penularan sifilis
melalui kontak seksual. Biasanya hanya sedikit penularan melalui kontak
nongenital (contohnya bibir), pemakaian jarum suntik intravena, atau
penularan melalui transplasenta dari ibu yang mengidap sifilis tiga tahun
pertama ke janinnya. Prosedur skrining transfusi darah yang modern telah
mencegah terjadinya penularan sifilis Penularan sifilis biasanya melalui
kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi, kontak langsung dengan
lesi atau luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke
janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
4. Tanda-tanda dan Gejala Sifilis
a. Tanda-tanda pertama sifilis tidak berlangsung lama, jadi seseorang
mengidap dan menularkannya tanpa mengetahui.
b. Beberapa orang menderita pekung atau sore disekitar daerah
kemaluan atau mulut, 3 sampai 12 minggu setelah terinfeksi. Sore
dapat berbagai ukuran dan bentuk. Biasanya tidak sakit, tidak
berdarah dan terasa seperti benjolan yang keras dibawah kulit.
c. Bila tidak diobati , sores sembuh dan hilang setelah beberapa
minggu. Tetapi Anda masih terinfeksi, bakterinya ada di aliran darah
dan tersebar keseluruh tubuh (Tahap Primer).
d. Dua sampai 6 bulan setelah terinfeksi, Anda dapat mengeluarkan
ruam-ruam kulit di wajah, telapak tangan dan tapak kaki, kelenjar
membengkak, benjolan sekitar daerah tubuh yang lembab dan
rambut gugur. Anda juga merasa sakit kepala, dan sakit di tulang,
otot dan persendian. Ini adalah Tahap Sekunder dapat dapat
berlangsung selama 6 bulan atau lebih.

31
e. Tanpa perawatan, terjadi Tahap Laten di mana tidak ada tanda-tanda
yang dapat dilihat tetapi orang tersebut masih infeksi dan dapat
menularkan sifilis melalui sex sampai 2 tahun. Bila Anda mengidap
sifilis yang tidak diobati lebih dari 2 tahun (Tahap Tersier) penyakit
ini akan menyerang otak, jantung, pembuluh darah besar, syaraf
tulang belakang, kulit dan tulang, yang mengakibatkan cacat dan
kematian.
f. Bila wanita hamil mengidap sifilis, bayinya akan terlahir mati atau
cacat (sifilis bawaan lahir). Bila dijumpai pada kehamilan dini, sifilis
dapat diobati, mengurangi kerusakan pada bayi. Semua wanita harus
menjalani pemeriksaan sifilis pada 12 minggu pertama kehamilan
atau pada kunjungan pertama sebelum kelahiran.

2.2.6. HERPES GENITALIS

1. Definisi Herpes Genitalis

Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan


prevalensi yang tinggi di berbagai negara dan penyebab terbanyak
penyakit ulkus genitalis (Bonita & Murtiastutik, 2017). Infeksi herpes
genitalis adalah infeksi genitalia yang disebabkan oleh Virus herpes
simpleks (VHS) terutama VHS tipe 2. Dapat juga disebabkan oleh VHS
tipe 1 pada 10–40% kasus. Sebagian besar terjadi setelah kontak seksual
secara orogenital. VHS merupakan sekelompok virus yang termasuk
dalam famili Herpesviridae, mempunyai kemampuan untuk berada dalam
keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus tersebut tetap
mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga
dapat terjadi infeksi yang berulang.

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada


daerah orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya
atau herpes genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel
berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis

32
merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering
menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren),
juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa
gejala atau asimtomatis (Jatmiko, Nurharini, Dewi, & Murtiastutik, 2007).
Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep
or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes
simpleks genitalis.

World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun


yang hidup dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003
sejumlah 536 juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi dibanding pria,
dengan perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan
221 juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat sebanding
dengan usia terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-
2 baru pada kelompok usia 15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun 2003
sejumlah 236 juta, di antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8 juta
adalah pria (Bonita & Murtiastutik, 2017).

Herpes pada pria

Herpes pada wanita

2. Penyebab Herpes Genitalis


Virus herpes simpleks terdiri atas 2 tipe yaitu VHS tipe 1 dan VHS
tipe 2. Sebagian besar penyebab herpes genitalis adalah VHS tipe 2.

33
Walaupun demikian dapat juga disebabkan oleh VHS tipe 1 akibat
hubungan seksual secara orogenital atau penularan melalui tangan.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) antibodi


terhadap VHS tipe 2 rata- rata baru terbentuk setelah melakukan aktivitas
seksual. Pada kelompok remaja didapatkan kurang dari 30 %, pada
kelompok wanita di atas umur 40 tahun naik sampai 60%, dan pada wanita
penjaja seks (WPS) ternyata antibodi HSV-2 dapat 10 kali lebih tinggi
daripada orang biasa.

3. Penularan Herpes Genitalis

Data WHO tahun 2012, di Asia Tenggara diperkirangan sejumlah


59% wanita dan 58% pria dengan herpes simpleks genitalis. Di Eropa,
prevalesi herpes simpleks genitalis pada wanita sejumlah 69% dan pria
sejumlah 61% (Bonita & Murtiastutik, 2017). Hal ini disebabkan karena
perbedaan anatomi yang menyebabkan luas permukaan mukosa di area
genital yang terkena pada wanita lebih besar dibanding pada pria sehingga
persepsi yang lebih tinggi dari ketidaknyamanan terhadap lesi lebih tinggi
pada wanita dibandingkan pada pria. Distribusi kelompok umur yaitu
kelompok umur 25-34 tahun sebanyak 44 pasien (43,1%), disusul
kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 38 (37,2%). Hal ini terjadi karena
herpes simpleks genitalis ditularkan melalui kontak seksual baik genito-
genital atau oro-genital, sehingga kelompok umur yang memiliki aktivitas
seksual aktif merupakan faktor risiko untuk terkena penyakit ini.1,5
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), usia
seksual aktif antara 15-35 tahun yang berlaku pada negara-negara di Asia
dan dapat lebih muda pada negara Barat, yang memiliki perbedaan
geografis dapat mempengaruhi sexual behavior dan sexual lifestyle.
Virus herpes simpleks berinokulasi di permukaan mukosa atau
perlukaan kulit, biasanya melalui kontak seksual yang erat. Penularan
sering terjadi pada keadaan asimtomatik dan viral shedding asimtomatik.
Viral shedding asimtomatik terjadi baik pada perempuan atau laki-laki
tetapi lebih mudah dideteksi pada perempuan terutama di serviks dan

34
vulva. Penularan lebih sering terjadi pada tahun pertama setelah episode
pertama penyakit. Pejamu dan bergabung dengan DNA (deoxyribonucleic
acid) pejamu, kemudian terjadi multiplikasi atau replikasi, kemudian
timbulkan kelainan pada kulit (mukosa). Pada saat tersebut tubuh belum
membentuk antibodi spesifik, sehingga timbul lesi di daerah yang luas
dengan gejala konstitusi parah. Selanjutnya virus akan menjalar melalui
serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional (ganglion sakralis),
berdiam di sana dan dalam keadaan laten.

Bila ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan


multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi rekuren. Pada saat infeksi
rekuren dalam tubuh pejamu sudah terdapat antibodi spesifik sehingga
kelainan dan gejala konstitusi tidak separah saat infeksi primer. Faktor
pencetus antara lain trauma, koitus berlebihan, demam, gangguan
pencernaan, stres emosional, kelelahan, makanan yang merangsang,
alkohol dan obat-obatan (immunosupresif, kortikosteroid). Derajat
penekanan sistim imun (immunokompromais) merupakan hal penting yang
mendasari reaktivasi VHS. Antibodi spesifik VHS akan terbentuk
beberapa minggu setelah infeksi dan menetap. Antibodi ini dapat dideteksi
dalam 2-3 minggu setelah infeksi.

4. Gejala Klinis Herpes Genitalis


Gambaran klinis lesi genital dipengaruhi oleh faktor pejamu
termasuk status imun, pajanan VHS sebelumnya, episode terdahulu dan
tipe virus. Masa inkubasi berkisar antara 3-7 hari, tetapi dapat lebih lama.
Tempat predileksi pada laki - laki biasanya di preputium, glans penis,
namun dapat juga di uretra dan daerah anus pada laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki (LSL), sedangkan daerah skrotum
jarang terkena. Lesi pada perempuan dapat ditemukan di daerah labia
mayor atau minor, klitoris, introitus vagina, serviks, sedangkan daerah
perianus, bokong dan mons pubis jarang ditemukan. Gambaran klinis
herpes genital bervariasi, berupa lesi minimal sampai lesi genital yang
khas. Gambaran klinis herpes genitalis atipik dapat ditemukan berupa duh

35
genital tidak spesifik, disuria, nyeri, eritema, nyeri punggung, gatal, fisura
dan folikulitis. Pada keadaan seperti itu diagnosis infeksi VHS sering tidak
terpikirkan oleh para klinisi.

Gejala klinis lokal herpes genitalis berupa nyeri, gatal, disuria,


discharge vagina dan uretra serta nyeri kelenjar inguinal (Anum, 2015).
Diagnosis klinis infeksi herpes genitalis bila ditemukan kelompok vesikel
multipel berukuran sama, timbulnya lama dan sifatnya sama dan nyeri.
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu diagnosis herpes genitalis
antara lain Tzank smear, isolasi virus, deteksi DNA HSV dengan PCR dan
peningkatan titer antibodi anti-HSV pada serum, yang bermanfaat pada
episode pertama infeksi (Hendrawan & Sakti, 2017).
2.3. Pengaruh Buruk Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja

Seks bebas merupakan salah satu masalah sosial yang cukup meresahkan.
Ada banyak hal yang menjadi faktor penyebab seks bebas dapat terjadi pada
pergaulan remaja. Salah satunya adalah rendahnya pengetahuan remaja tentang
seks bebas. Selain itu yang paling penting adalah kurangnya perhatian dari orang
tua, ciri-ciri homoseksual dan lesbian yang tampak pada remaja, pengaruh
alkohol, bacaan remaja yang berkaitan dengan seks, hingga kecanggihan dari
teknologi komunikasi saat ini (Salisa, 2010). Yang paling berpengaruh dari
adanya masalah sosial ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang mana
sebenarnya tidak diinginkan.
2.3.1. Dampak Fisik

a. Berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja, dengan


frekuensi penderita penyakit menulas seksual (PMS) yang tertinggi
dikalangan usia 15-24 tahun. Infeksi PMS dapat menyebabkan
kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena
HIV/AIDS
b. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama
kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap

36
2.3.2. Dampak Psikologis

a. Perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan


berdosa.
b. Menciptakan kenangan buruk.
c. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikahataus seks
bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-
larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga
menjadi beban mental yang berat.
d. Dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan sehingga untuk
menghilangkan kehamilan biasanya melakukan aborsi
e. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami
gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
f. Timbul rasa ketagihan.
g. Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan
keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-
ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan
penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salahsatu penyakit
kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks
adalah virus HIV.
2.3.3. Dampak Sosial

a. Dikucilkan dari lingkungan masyarakat


b. Putus sekolah
c. Perubahan peran menjadi ibu
d. Tekanan dari masyarakat
e. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-
undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat,
sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik
yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum
f. Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum.
Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan Kanker Rahim.

37
Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena
dapat mengakibatkan kematian.
2.3.4. Dampak Ekonomi

a. Reputasi Buruk yang menyebabkan tidak diterima dilingkungan kerja


menyebabkan kondisi keuangan akan kebangkrutan
b. Hancurnya masa depan remaja tersebut
c. Karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan, remaja wanita yang
berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun,
tenaga tradisional) sering mengalami kematian
2.3.5. Dampak Budaya

a. Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan
spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan
seks. Kehamilan pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan
tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan. Pasangan pengantin
remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta)
b. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan
sekitarnya
c. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila
dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas
menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap
“Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku
bahkan keturunannya.

Untuk menghindari dampak-dampak tersebut sebisa mungkin hindari seks


bebas sebelum pernikahan terjadi. Secara umum, akitifitas seksual merupakan
bagian sebuah naluri, dimana naluri tersebut terpengaruhi oleh stimulus dari luar
tubuh. Sehingga untuk meminimalisir resiko tersebut hendakan menguasai nafsu
dan hasrat serta menghindari hal-hal yang dapat memicu menjadi salah satu cara
yang efektif (Salisa, 2010).

38
Tak hanya itu saja, peran keluarga dalam pendidikan anak, terlebih lagi
orang tua menjadi salah satu faktor penting untuk menghindari adanya seks bebas
yang dilakukan oleh kaum remaja.

2.4. Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba pada Usia Remaja


2.4.1. Jenis dan Penggolongan Narkoba

A. Narkotika dan Psikotropika


1. Ganja
Ganja (Cannabis sativa) atau lebih dikenal dengan nama
mariyuana / cimeng / gele / grass adalah tumbuhan yang memiliki ciri-
ciri sebagai berikut (KemenkesRI, 2017):
a. Tingginya dapat mencapai 2 meter,
b. Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman
berbeda (berumah dua),
c. Bunganya keci-kecil dalam dompolan di ujung ranting,
d. Hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000
meter di atas permukaan laut.
e. Dampak yang ditimbullkan dari penyalahgunaan ganja / mariyuana /
cimeng / gele / grass :
1) Jangka Pendek
a) Distorsi sensor tubuh
b) Panik
c) Gelisah
d) Koordinasi tubuh gerak memburuk
e) Waktu untuk reaksi rendah
f) Setelah berakhirnya ‘high’ pengguna merasa mengantuk atau
depresi.
g) Menaikkan detak jantung (resiko serangan jantung)
2) Jangka Panjang
a) Mengurangi daya tahan tubuh (mudah sakit flu, batuk, dll)
b) Merusak sistem immunitas
c) Kekacauan pertumbuhan
d) Meningkatnya pertumbuhan sel-sel abnormal tubuh

39
e) Pengurangan sel hormon pria
f) Kerusakan paru-paru dan otak yang bisa bersifat menetap
g) Kesulitan untuk belajar karena sulitnya konsentrasi atau
fokus pada satu hal
h) Apatis, mengantuk, hilang motivasi
i) Perubahan kepribadian / perilaku dan mood
j) Lambat dalam menerima informasi / materi
k) pelajaran yang diberikan oleh guru
l) Tidak mampu untuk memahami banyak hal secara jelas.
2. Heroin/Putaw

Berasal dari resin tanaman poppy yang diolah menjadi morfin


kemudian menjadi heroin. Heroin pertama kali diproduksi legal tahun
1898 oleh Bayer sebagai obat TBC dan ketergantungan opium.Heroin
atau yang biasa dikenal dengan Putauw artinya bubuk putih
(KemenkesRI, 2017). Dilarang keras digunakan dan diperjualbelikan.
Heroin menghambat kerja otak, sehingga menghilangkan rasa sakit,
menyebabkan mengantuk, memperlambat napas dan denyut jantung,
sangat cepat menyebabkan ketergantungan. Jumlah heroin yang
dibutuhkan meningkat Jika pemakaiannya dihentikan, timbul rasa sakit
yang berlebihan dan biasa disebut dengan sakauw. Dapat berakibat
kematian karena overdosis clan berbagai penyakit.

Heroin merusak hati, jantung dan otak. Jika menyuntik


bergantian, bahaya tertular penyakit HIV DAN AIDS. Kekebalan tubuh
turun sehingga mudah terserang penyakit dan meninggal.

3. Penenang/Obat Tidur
Digunakan oleh dokter untuk mengobati pasien yang mengalami
gangguan tidur, cemas dan otot-otot tegang pada pasien. Jika digunakan
tanpa pengawasan dokter berarti melanggar hukum. Berbentuk pil atau
tablet (KemenkesRI, 2017).
Contoh yang banyak disalahgunakan Lexotan, MG, BK, Koplo, DUM
dan Rohypnol. Menghambat kerja otak, menenangkan, mengantuk dan

40
tidur. Stres clan persoalan seolah-olah hilang. Cepat terjadi
ketergantungan. Jika minum dalam dosis tinggi, kehilangan kesadaran
clan meninggal. Minum lebih dari satu butir pil penenang/ obat tidur
sangat berbahaya. Apalagi jika dicampur Napza lain. Jika diminum
bersama alkohol, meningkatkan pengaruh obat, sehingga dapat
meninggal.
4. Ekstasi
Ekstasi adalah nama keren atau popular dari Methylene Dioxy
Metham Phetami atau yang sering disingkat dengan MDMA. Ekstasi
biasanya dikenal di masyarakat dengan istilah “I” atau inex. Sering kali
juga dikenal dengan nama lain, seperti Dolphin, Black Heart, Gober,
Circle K, dan sebagainya.
Ciri-cirinya, yaitu : jika di konsumsi akan mendorong tubuh
melakukan aktivitas melampaui batas, menyebabkan denyut nadi cepat,
menimbulkan paranoid (penyakit khayal) dan halusinasi (KemenkesRI,
2017). Jenis narkoba ini berbentuk pil, tablet berwarna dengan desain
yang berbeda-beda, atau bisa juga berbentuk bubuk atau kapsul. Risiko
penggunaannya adalah dehidrasi ketika penggunanya lupa minum air.
Ekstasi menyebabkan rahang kaku dan tubuh bergerak-gerak (tripping),
berkeringat, lalu murung, nafsu makan hilang dan letih. Dapat
meninggal karena pembuluh darah otak pecah. Jika digunakan bersama
shabu, dapat menyebabkan melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
ada, mudah curiga dan dapat terjadi gangguan jiwa serta dorongan
bunuh diri.
5. Shabu

Shabu merupakan kelompok narkotika yang bersifat stimulan


dengan nama kimia methamphetamine hydrochloride, yaitu turunan
dari Amphetamine (KemenkesRI, 2017). Dahulu metamfemin banyak
dikonsumsi oleh tentara Jerman, Rusia, dan Jepang saat Perang Dunia II
untuk menghilangkan rasa takut dan membuat lebih agresif Shabu
dikenal juga dengan nama lain seperti glass, quartz, hirropon atau ice
cream. Shabu umumnya berbentuk kristal berwarna putih seperti gula

41
pasir atau vetsin (bumbu penyedap makanan). Shabu dikonsumsi
dengan cara membakarnya di atas aluminium foil, kemudia asap yang
ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong yaitu sejenis pipa yang di
dalamnya berisi air. Shabu secara dramatis dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat. Penyalahgunaannya dapat berakibat bagi masalah
kesehatan, gangguan ingatan, perilaku psikotik, potensi kerusakan
jantung dan otak. Shabu sangat adiktif, menyebabkan ketergantungan
yang tinggi (peningkatan dosis).

B. Zat Adiktif
1. Rokok

Rokok merupakan bahan aktif yang di dalamnya mengandung


berbagai zat berbahaya yang dapat menyebabkan ketergantungan bagi
pemakainya. Rokok mengandung 4.000 zat kimia, 400 zat berbahaya,
43 zat penyebab kanker (KemenkesRI, 2017). Zat yang terdapat dalam
rokok bersifat racun dan merusak kesehatan. Nikotin yang terkandung
pada rokok memacu kerja otak, mempersempit pembuluh darah, dan
membuat jantung bekerja lebih keras. Tar yang terkandung dalam rokok
menyebabkan kanker dan CO dalam asap rokok dapat mengakibatkan
otak, jantung, dan organ tubuh lainnya menjadi kekurangan oksigen.
Rokok juga merupakan pintu seseorang mengenal napza.

Dengan kemajuan teknologi, saat ini juga popular penggunaan


Vape atau rokok elektrik yang awalnya diproduksi di China sebagai
alternatif rokok tembakau,namun ternyata penelitian menunjukkan
bahwa Vape juga berbahaya (KemenkesRI, 2017). Bahaya yang dapat
terjadi dengan penggunaan Vape antara lain :

a. rokok elektrik meledak sehingga mulut terbakar


b. Mengandung karbon monoksida yang
c. menghambat gerak oksigen tubuh
d. Kadar nikotin yang tidak jelas yang berpotensi
e. menjadi penyebab kanker
f. Mengandung zat yang memicu terjadinya

42
g. kerusakan otak, mengandung zat anti beku untuk
h. menjaga nikotin tetap cair yang dapat
i. mengganggu pernafasan dan menjadi salah satu racun yang
berbahaya bagi tubuh.
2. Inhalasia/solven (bahan mudah menguap)
Disingkat inhalans, ada 2.000 bahan kimia yang mudah menguap
sebagai alat keperluan rumah tangga, kantor, bengkel atau pabrik
(KemenkesRI, 2017). Contoh thiner, lem, dan bensin. Disalahgunakan
dengan cara dihirup. Sering disebut ‘ngelem’. Sangat berbahaya karena
zat itu segera bekerja pada otak setelah diserap paru-paru. Pengaruhnya
seperti alkohol. Dapat menyebabkan kematian, juga merusak organ
tubuh seperti hati, otak, ginjal, paru, dan sumsum tulang.
3. Minuman beralkohol

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil


akohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian
yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi (KemenkesRI, 2017). Terdapat 3 golongan
minuman keras / beralkohol, yaitu :

a. golongan A : kandungan etil alkohol di bawah 5%,


b. golongan B : kandungan etil alkohol lebih dari 5-20%
c. golongan C : kandungan etil alkohol lebih dari 20-55%.

Ada juga minuman beralkohol yang dibuat sendiri (lokal) dengan


tingkat persentase alkohol yang bervariasi dan berbahaya bagi tubuh.
Contoh: minuman lokal (milo) di Papua, cap tikus di Wilayah Sulawesi
dan Maluku, tuak di Sumatera dan Bima.

Minum alkohol dapat mempengaruhi kerja otak sehingga dapat


menyebabkan:

a. mabuk, jalan sempoyongan dan bicara cadel


b. ketidakmampuan belajar dan mengingat

43
c. kecelakaan (karena mabuk ketika berkendaraan)
d. terlibat kekerasan atau perbuatan merusak
e. mempengaruhi perilaku dan kepribadian dalam pemakaian terus
menerus dapat merusak lambung, hati dan kematian
C. NAPZA Jenis Baru

Menurut badan narkotika nasional (BNN) sampai dengan bulan


Desember 2016, laboratorium bnn telah menemukan 68 narkotika jenis
baru atau yang biasa disebut dengan New Psychoactive Substances (NPS)
yang beredar di indonesia (KemenkesRI, 2017).

68 NPS tersebut sudah masuk dalam daftar lampiran Peraturan


Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 41 Tahun 2017. NPS terbaru yang
ditemukan BNN adalah AB-PINACA, THJ-2201, dan THJ-018. Ketiga
Narkotika jenis baru tersebut merupakan zat yang diambil dari sampel
tembakau yang distimulan oleh zat synthetic cannabinoid dengan efek
yang ditimbulkan adalah halusinogen, efek cannabinoid, dan toksik. Di
dunia, seperti dilansir oleh UNODC melalui Early Warning Advisory
(EWA) on New Psychoactive Substances, Vol. 7, pada Februari 2016, yang
ditayangkan pada portal resmi www.unodc.org, situasi perkembangan NPS
hingga Desember 2015 telah berhasil di identifikasi sebanyak 643 NPS
dari lebih 100 negara, dan yang terbanyak adalah sintetis dari
Cannabinoid. Saat ini NPS yang beredar di pasaran, zat utamanya banyak
dimodifikasi dari struktur kimia Phenethylamine, synthetic cannabinoid,
dan synthetic cathinones dalam berbagai bentuk dan jenis zat yang sama.
Zat-zat aktif baru ini menjadi tantangan terbesar bagi semua negara di
dunia dalam hal penanganan permasalahan Narkoba sehingga masing-
masing negara harus mewaspadai setiap tindak-tanduk upaya sindikat
Narkoba dalam menghancurkan generasi bangsa. Narkotika Jenis Baru ini
merupakan jenis narkotika yang sudah lama ada, namun saat ini baru
banyak beredar di masyarakat sehingga menjadi hal yang penting untuk
diwaspadai.

44
Flaka yaitu narkoba yang emiliki efek terhadap Manusia Halusinasi,
Kecemasan, Insomnia, Paranoid, Kematian. asal dari cina dan india
pengguna seperti zombie, kepala miring, bahkan bisa kayang,
menabrakkan diri, mengganggu ketertiban umum.
D. Penggolongan Narkotika Berdasarkan UU No.35/2009, pasal 127
1. Golongan I
a. DILARANG digunakan dalam pengobatan/layanan kesehatan.
b. Digunakan terbatas untuk penelitian atas rekomendasi
Kemenkes.
c. Sanksi pidana 4 tahun
d. Heroin, Kokain, Ganja
2. Golongan II
a. Digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir.
b. Bisa menyebabkan ketergantungan
c. Sanksi pidana 2 tahun.
d. Morfin, Metadone, Petidine
3. Golongan III
a. Digunakan dalam pengobatan.
b. Bisa menyebabkan ketergantunAgan ringan.
c. Sanksi pidana 1 tahun.
d. Kodein, Etil Morfina, Propirame

2.4.2. Dampak Fisik

a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,


halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi (Hidayat,
2016).

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)


seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),


alergi, eksim.

45
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, diare, suhu tubuh


meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.

f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan


padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan


antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya


pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular
penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini
belum ada obatnya.

i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over


Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
2.4.3. Dampak Psikologis

a. Depresi
b. gangguan jiwa
c. perubahan kepribadian
d. perubahan mood secara mendadak
e. mudah emosi, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal dan
penuh curiga (Hidayat, 2016).
f. tingkat percaya diri rendah
g. ketakutan
h. apatis
i. halusinasi
j. Lamban kerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah.

46
k. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
l. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
m. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
n. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan  suram (Adam, 2012)
2.4.4. Dampak Sosial

a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.

b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

c. Pendidikan menjadi terganggu/mengurangi kemampuan berprestasi dalam


pendidikan, masa depan  suram

d. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

e. Sikap acuh tak acuh (Hidayat, 2016).


2.4.5. Dampak Ekonomi

a. tingkat kemangkiran dan kwalitas kerja korban menyebabkan kwalitas produk


atau jasa yang dihasilkan rendah
b. ekonomi menjadi memburuk di karenakan korban rutin membeli obat
terlarang tersebut (Adam, 2012).
2.4.6. Dampak Budaya

a. terbentuknya budaya baru karena mereka beranggapan seseorang dikatakan


kampungan, terbelakang, bahkan tidak gaul bila belum mencoba yang
namanya narkotika (Adam, 2012).
b. budaya asli menjadi terlupakan

47
BAB III
PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN
3.1. Metode Promosi Kesehatan

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau
metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos
(jalan atau cara), jadi metode bisa berarti " jalan atau cara yang harus di lalui
untuk mencapai tujuan tertentu". Metode adalah cara teratur/sistematis yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan
yang dikehendaki. Pemikiran Dasar Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah
suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju
tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi
oleh banyak faktor, salah satunya yaitu metode. Metode harus berbeda antara
sasaran massa, kelompok atau sasaran individual.
3.1.1. Metode Individu/perorangan

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan


untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik
kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan
individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau


perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat
bagaimana cara membantunya maka perlu menggunakan bentuk pendekatan
(metode) berikut ini, yaitu :

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b. Interview (wawancara)

48
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah
klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang
diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau
belum menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
3.1.2. Metode Kelompok

Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok


sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan
tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih
dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah
dan seminar.

1. Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan
metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan
kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.

2. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil

49
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:

1. Diskusi Kelompok

Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima
informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

2. Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok, yang diawali


dengan pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari
peserta. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada
permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan
kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,
tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota
dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya
terjadi diskusi.

3. Bola Salju (Snow Balling)

Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi kelompok


yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar.
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka
tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah
tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

50
4. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group)


yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan
kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut,
Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari
kesimpulannya.

5. Role Play (Memainkan Peranan)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang


peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas,
sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain
sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya
bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.

6. Permainan Simulasi (Simulation Game)


Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok.
Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti
permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli,
dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan
main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai
narasumber.

3.1.1. Metode Umum/masa

Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain:

a) Ceramah umum (public speaking) Pada acara-acara tertentu, misalnya


pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan
lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan
massa.
b) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV
maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan
massa.

51
c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga
merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun
tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk
pendekatan promosi kesehatan massa.
e) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan
sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh :
billboard Ayo ke Posyandu.
3.2. Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk


menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga
sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat
berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan adalah proses
penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni.
Sehingga media penyuluhan memiliki beberapa pengertian, sebagai

berikut :

a. Media penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan dalam
proses penyampaian pesan.
b. Media penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat.
c. Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran
dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah
perilakunya kearah positif terhadap kesehatan.

Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi


kesehatan, media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni :

1. Media cetak

52
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran
sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media
ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik
atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan
informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan
lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana,
tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek
gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

2. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan
didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk
dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD, internet
(computer dan modem), SMS (telepon seluler). Seperti halnya media cetak,
media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami,
lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan
seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta
jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih
tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu
persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu
keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

3. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak


maupun

elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi


layar lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan, slogan atau logo. Kelebihan dari
media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi
umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera,
penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari

53
media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk
produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah,
memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk
mengoperasikannya

4. Media Lain, seperti :


a. Iklan di bus.
b. Mengadakan event, merupakan suatu bentuk kegiatan yang diadakan di
pusat perbelanjaan atau hiburan yang menarik perhatian pengunjung
1) Road Show, suatu kegiatan yang diadakan dibeberapa tempat / kota.
2) Sampling, contoh produk yang diberikan kepada sasaran secara gratis.
3) Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi program dan
pesan-pesan promosi
3.3. Perencanaan Pendidikan dan Promosi Kesehatan

Salah satu bentuk perencanaan pengajaran yang paling sederhana adalah


pembuatan SATPEL (Satuan Pelajaran)/SAP (Satuan Acara
Pengajaran/Penyuluhan). SAP adalah: Program belajar mengajar dalam satuan
terkecil. Unsur yang terdapat di dalam perencanaan pengajaran/satpel secara garis
besar harus memenuhi unsur berikut:

a. Tujuan instruksional

b. Bahan materi pengajaran

c. Topik

d. Metoda & alat bantu mengajar


e. Evaluasi/penilaian

Tahapan Membuat PERENCANAAN/Merancang SAP

Tentukan dan Identifikasi Sasaran/Klien

Pertama-tama anda harus tahu terlebih dahulu siapa yang menjadi sasaran promosi
kesehatan, pelajari sifat/karakteristiknya untuk memudahkan

54
menyusun/merancang perencanaan. (Jika diasumsikan bahwa sasaran sudah
ada/ditetapkan/ditemukan). Maka yang selanjutnya harus anda lakukan adalah:

a) Menentukan segmentasi sasaran, yaitu memilih sasaran yang tepat dan


dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan.
b) Segmentasi sasaran memungkinkan pengelola program menghitung
kelompok sasaran untuk menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan
produk di pasaran. Selain itu, pengelola program dapat menghitung jenis
media dan menempatkan media yang mudah diakses sasaran.
c) Kumpulkan data sasaran, yang menyangkut data perilaku, epidemiologi,
demografi geografi dan data psikografi atau gaya hidup.

Menyusun Jadwal Rencana Pelaksanaan

Merupakan penjabaran dari rencana waktu dan tempat akan pelaksanaan promosi
kesehatan... yang biasanya disajikan dalam bentuk gan chart/tabel di akhir SAP,
atau dituliskan diawal pembuatan SAP setelah judul.

Menentukan prioritas pengajaran/topik/pokok bahasan

a) Perawat bersama klien sebaiknya melakukan secara bersama-sama.


Perhatikan motivasi klien untuk berkonsentrasi pada kebutuhan belajar
yang telah diidentifikasi.
b) Beberapa yang dapat dipergunakan sebagai kerangka pikir dalam
menetapkan prioritas: Hierarki kebutuhan menurut teori Maslow; bila
klien sebuah kelompok atau komunitas pertimbangkan faktor predisposisi,
pemungkin dan penguat. Khusus untuk keluarga, dapat dipergunakan skala
prioritas yang dikembangkan oleh Bailon & Maglaya (1988). Kriteria
prioritas pengajaran di komunitas, yaitu: kesadaran komunitas terhadap
masalah, motivasi memecahkan masalah, kemampuan perawat
mempengaruhi pemecahan masalah, konsekuensi serta beratnya jika
masalah tidak terpecahkan.

55
c) Kemampuan perawat dalam menentukan prioritas masalah promosi
kesehatan, akan menjadi bahan pemikiran membuat topik / pokok bahasan
yang akan diberikan pada sasaran sesuai kebutuhan belajarnya. Maka
untuk membiasakan perawat bekerja secara profesional dan sesuai
kompetensinya melakukan asuhan keperawatan berdasarkan proses
keperawatan, cantumkanlah Diagnosa Keperawatan yang menjadi
masalah/ dasar alasan /pemikiran anda MENGAPA klien / sasaran tersebut
diberikan pengajaran promosi kesehatan tersebut. Kaitkanlah dengan hasil
pengkajian yang anda dapat (sesuai karakteristik / kebutuhan belajar
sasaran agar rasional dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Dengan demikian anda akan dapat membuat diagnosa keperawatan terkait
promosi kesehatan yang akan dilakukan.

Menetapkan tujuan pembelajaran

Menentukan tujuan promosi, adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di


masa datang yang akan dicapai melalui pelaksanaan promosi. Misalnya 90%
rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium pada tahun 2010. Tujuan harus
SMART, yaitu specific (langsung ditujukan untuk perubahan yang diharapkan
pada sasaran), measureable (dapat diukur), achievable/accurate (dapat
dicapai/akurat), realistic (disesuaikan dengan keadaan) dan timebound (memiliki
batasan waktu).

Menentukan substansi/isi materi promosi kesehatan

Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah


dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa setempat
sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

Memilih strategi/metode belajar, sesuaikan dengan tujuan perubahan yang


diharapkan

56
a) Untuk perubahan tingkat Pengetahuan: penyuluhan langsung, pemasangan
poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll
b) Untuk merubah Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat
menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video
c) Untuk perubahan kemampuan/Keterampilan: sasaran harus diberi
kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
d) Pertimbangkan sumber dana & sumber daya

Memilih alat bantu mengajar / media promosi kesehatan

a) Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan


menggunakan media.
b) Memilih media promosi, yaitu saluran yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan pada sasaran, yang didasarkan pada selera sasaran
bukan selera pengelola program.
c) Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tingkat
pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber
daya yang ada. Selain itu Media yang dipilih pun harus memberi dampak
yang luas, oleh karena itu perlu ditentukan tujuan media yang akan
menjadi dasar perencanaan media : Jangkauan, frekuensi bobot,
kontinuitas dan biaya.
d) Mengembangkan pesan-pesan dalam media yang akan digunakan yang
disesuaikan dengan tujuan promosi.

Merancang rencana kegiatan pelaksanaan

Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda dan sasaran saat
program pendidikan / promosi kesehatan akan dilakukan, dimulai dari 1)
pembukaan, 2) pelaksanaan kegiatan inti penyuluhan dan 3) penutupan.

Menyusun rencana evaluasi

57
Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan
dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi tersebut.

3.4. Narasi Kasus

Desa Durian Runtuh adalah Desa yang makmur dan sejahtera karena
sebagian bessar penduduknya bekerja sebagai TKW. Kebiasaan ini telah ada sejak
dahulu dan turun-temurun hingga saat ini. Anak-anak yang lahir dalam keluarga
yang ayah dan ibunya bekerja sebagai TKW biasanya diasuh oleh kakek neneknya
atau dititipkan di keluarga lain, hal ini menyebabkan kurannya pengasuhan yang
tepat dari wali yang mengasuh anak tersebut jika ditinggal oleh orang tuanya
bekerja sebagai TKW.

Di Desa Durian Runtuh seorang anak bernama Lukman telah ditinggalkan


oleh kedua orang tuanya untuk bekerja menjadi TKW di Singapura. Lukman
diasuh oleh kakek dan neneknya sejak Lukman berusia 2 tahun. Kakek dan nenek
Lukman bekerja juga sebagai tenaga serabutan di kota.

Saat ini Lukman telah menginjak usia 17 tahun dan mengenyam pendidikan
di SMA Durian Runtuh. Setiap pagi neneknya telah menyiapkan makanan untuk
sarapan serta makan siang Lukman kemudian berangkat ke kota bersama kakek.
Kebiasaan ini telah berlangsung cukup lama, lambat laun Lukman merasa tidak
mendapat perhatian dari kakek dan neneknya meskipun segala kebutuhan
pokoknya telah tercukupi. Namun Lukman merasa kebutuhan akan kasih sayang
dan perhatian masih belum tercukupi. Hal ini membuatnya mencari perhatian ke
hal lain seperti bermain game online bersama teman-temannya. Namun ternyata
bukan hanya bermain game online, Lukman juga terpengaruh oleh teman-
temannya menggunakan narkoba.

Lukman telah menggunakan narkoba sejak usia 15 tahun. Tahun ini adalah
tahun kedua ia menggunakan narkona. Kedua orang tua dan nenek serta kakeknya
tidak tahu akan hal tersebut. Begitu pula dengan warga sekitar.

58
Suatu hari puskesmas Durian Runtuh mendapat kesempatan dari Dinas
Kesehatan setempat untuk melakukan tes urin kepada warga Durian Runtuh
termasuk di sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan karena menurut pengamatan dari
Dinas Kesehatan, banyak ditemukan pengguna narkoba dan perlu ditangani.
Akhirnya tes urin dilakukan pada tanggal 20 November 2019, dari hasil tes urin
ditemukan 20 orang warga Durian Runtuh adalah pengguna narkoba, 9 orang
adalah pelajar termasuk Lukman.

Dari hasil yang ditemukan Puskesmas bekerja sama dengan Dinas


Kesehatan dan Rumah Sakit setempat untuk melakukan promosi kesehatan di
Desa Durian Runtuh. Dari promosi kesehatan yang dilakukan diharapkan warga
yang telah maupun belum terdeteksi menggunakan narkoba mau menyerahkan diri
untuk direhabilitasi. Serta warga masyarakat lain diharapkan untuk memberikan
dukungan kepada warga yang direhabilitasi dan mencegah peningkatan angka
penyalahgunaan narkoba.

3.5. Analisis Kebutuhan akan Promosi Kesehatan


No Masalah yang Muncul Faktor Penyebab
1. Anak-anak di Desa Durian Runtuh a. Orang tua di Durian Runtuh
kurang mendapatkan perhatian dan bekerja sebagai TKW
kasih sayang dari orang tua b. Wali dari anak-anak tersebut
juga bekerja dan kurang
berinteraksi dengan anak-
anak secara baik
2. Warga durian runtuh ada yang a. Warga merasa kurang
terjerat kasus penyalahgunaan perhatian akibat ditinggalkan
narkoba. pasangannya bekerja menjadi
TKW
b. Kurangnya pengetahuan
warga mengenai bahaya
penyalahgunaan narkoba
3. Sebagian dari pelajar di Desa a. Kurangnya perhatian dari
Durian Runtuh menyalahgunakan orang tua maupun wali anak

59
narkoba tersebut.
b. Kurangnya pengetahuan
warga mengenai bahaya
penyalahgunaan narkoba
3.6. Prioritas Masalah
A. Penyalahgunaan Narkoba
B. Pentingnya pemenuhan kebutuhan kasih sayang kepada anak-anak dan
remaja

3.7. Tujuan
A. Tujuan Program
1. Warga Durian Runtuh yang menyalahgunakan narkoba bersedia
menyerahkan diri untuk direhabilitasi
B. Tujuan Pendidikan
1. Komponen masyarakat yang mengetahui dan memiliki wewenang
untuk memberikan arahan bersedia untuk melaksanakan wewenangnya
untuk mencegah penyebarluasan penyalahgunaan narkoba
C. Tujuan Perilaku
1. Warga berani untuk tidak melakukan penyalahgunaan narkoba serta
melaporkan tindakan penyalahgunaan narkoba yang terjadi

.5. Sasaran
A. Primer : Remaja dan warga dengan penyalahgunaan narkoba
B. Sekunder : Orang tua di Desa Durian Runtuh
C. Tersier : Pengurus Desa Durian Runtuh

60
BAB IV
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

WHO mendefinisikan remaja sebagai periode peralihan dari masa anak-anak


menuju masa peralihan dewasa yaitu antara usia 11-19 tahun. Pada masa remaja
terjadi berbagai perubahan baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun
social. Perubahan fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks
sekunder, terjadinya pacu tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial
dengan lingkungannya. Maturasi seksual terjadi melalui tahapan-tahapan yang
teratur yang akhirnya mengantarkan anak siap dengan fungsi fertilitasnya. Remaja
laki-laki mulai mengalami mimpi basah dan remaja perempuan mulai mengalami
menstruasi. Selain itu ada pula perubahan tubuh yang megiringi yaitu
membesarnya buah dada perempuan, pembesaran volume testis dan pertumbuhan
rambut pubis.

Perkembangan psikis juga mengalami Hal-hal menakjubkan, dari


kemampuan berinteraksi dengan orang tua sendiri sampai kemampuan
berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan kemampuan kognitif ini
memberikan sumbangan yang besar terhadap kemampuan bahasa, kemampuan
emosional, kemampuan moral, bahkan kemampuan agama. Seorang peneliti
menjelaskan bahwa masa remaja adalah merupakan masa-masa pergolakan yang
penuh dengan konflik dan buaian suasana hati dimana pikiran, perasaan, dan
tindakan bergerak pada kisaran antara kesombongan dan kerendahan hati,
kebaikan dan godaan, serta kegembiraan dan kesedihan. Remaja mungkin nakal
kepada teman sebayanya pada suatu saat dan baik hati pada saat berikutnya, atau
mungkin ia ingin dalam kesendiriannya, tetapi beberapa detik kemudian ingin
bersama-sama dengan sahabatnya.

Penyakit terkait alat reproduksi yang dapat dialami oleh remaja adalah
HIV/AIDS, klamidia, gonore, kutil kelamin, sifilis, dan herpes. Penyakit alat
reproduksi ini dapat dialami oleh remaja sebagai akibat dari pola hidup yang tidak

61
sehat, lingkungan yang kurang sehat, salah pergaulan sehingga remaja dapat
melakukan hubungan seks di luar pernikahan.

Dampak dari hubungan seks di luar pernikahan adalah berkembangnya PMS


(Penyakit Menular Seksual), tercipta kenangan yang buruk, timbul rasa ketagihan,
dikucilkan oleh masyarakat, terjerat hukum, kehancuran masa depan remaja, serta
terjalinnya rumah tangga karena keterpaksaan akibat kehamilan di luar nikah.

Selain penyakit alat reproduksi, yang dapat dialami oleh remaja adalah
penyalahgunaan narkoba. Remaja mudah terbujuk oleh hal-hal ynag nampaknya
baik karena emosi mereka yang masih labil serta keinginan untuk mencari jati diri
dan terlihat hebat di antara teman-teman sebayanya. Dampak dari penyalahgunaan
narkoba adalah gangguan sistem saraf (neurologis), gangguan jantung dan
pembuluh darah, gangguan pada kulit, gangguan paru-paru, penurunan fungsi
hormone reproduksi, tertular penyakit HIV, hepatitis B dan C, mengalami
gangguan jiwa, mudah emosi, sering berhalusinasi, menjadi beban keluarga, serta
kualitas diri menjadi rendah.

Untuk mencegah dan mengatasi permasalahan akibat hubungan seks di luar


pernikahan serta penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan beberapa metode yaitu
pembinaan kepada remaja, kaderisasi kepada remaja, membicarakan dan
mengungkapkan hal terkait reproduksi maupun narkoba dengan orang tua atau
orang yang dipercaya, menghindari pornografi, merehabilitasi pengguna narkoba.

62
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Pembahasan :Pengaruh penyalahgunaan narkoba pada usia


remaja

Sub Pokok Pembahasan : Pengertian narkoba, Jenis narkoba, penggolongan


narkoba, dampak yang ditimbulkan, dan cara
rehabilitasi.

Sasaran : Remaja dan warga dengan penyalahgunaan


narkoba

Jam : 08.00

Tanggal : 2 November 2019

Tempat : Di rumah audien

I. Latar Belakang
Usia remaja adalah suatu perkembangan dari munculnya tanda-tanda seks
sekunder sehingga tercapainya kematangan seksual dan reproduksi, serta suatu
proses pembentukan mental dan identitas dewasa serta peralihan dari
ketergantungan menjadi relatif mandiri. WHO juga mendefinisikan remaja
sebagai periode peralihan dari masa anak-anak menuju masa peralihan dewasa
yaitu antara usia 11-19 tahun. Masalah umum yang terjadi pada remaja sebagian
besar adalah bentuk perilaku ataupun kebiasaan yang menyimpang baik secara
kesehatan, moral maupun sosial. Bentuk perilaku-perilaku penyimpangan tersebut
dapat kita sebut sebagai kenakalan remaja
Salah satu kenakalan remaja yaitu penyalahgunaan Narkona.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain

63
narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik narkoba atau napza, mengacu
pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi
penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika
yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan
untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat
pemakaian yang telah di luar batas dosis.

II. Tujuan Instruksional Umum


 Setelah dilakukan penjelasan materi narkoba kepada audien selama 30
menit diharapkan mampu memahami tentang bahaya Narkoba dan bersedia untuk
melakukan rehabibiltasi.  

III. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti diskusi selama 30 menit tentang Narkoba, diharapkan
Audiens dapat:

1. Menjelaskan apa sebenarnya narkoba


2. Menyebutkan jenis-jenis narkoba
3. Menyebutkan penggolongan narkoba
4. Menyebutkan dampak narkoba
5. Menjelaskan mengenai rehabilitasi
6. Bersedia untuk melakukan rehabiltasi serta mengajak teman-teman yang
lainnya untuk rehabilitasi.
IV. Metode

1. Bola Salju (Snow Balling)

V.   Media
1. Alat : Power point
2. Pengorganisasian Kelompok
Penyaji : Perawat

64
a) Uraian Tugas
1. Menjelaskan tujuan dan topik
2. Menjelaskan kontrak waktu
3. Menjelaskan materi narkoba kepada audien
4. Tindakan persuasif mengajak audien untuk rehabilitasi
5. Menjawab pertanyaan dari audien
6. Menutup acara

3. Setting Tempat

Keterangan :

= penyaji

= audiens

VI. Proses Pelaksanaan

Tahap
No Waktu Kegiatan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit a.Menjawab salam Kata-
a. Mengucapkan
kata/
salam b.Mendengarkan dan
kalimat
menyimak
b. Memperkenalkan
c.Bertanya mengenai
diri
perkenalan dan tujuan jika

65
c. Menyampaikan
tentang tujuan
pokok materi
ada yang kurang jelas
d. Meyampakaikan
pokok
pembahasan

e. Kontrak waktu

a. Penyampaian
Materi

b. Menjelaskan
tentang
pengertian
Narkoba
a. Mendengarkan dan
c. Menjelaskan jenis
menyimak
jenis narkoba Power
b.Berdiskusi mengenai point
20 d. Menyebutkan
2. Pelaksanaan materi
menit penggolongan
c.Bertanya mengenai hal-
narkoba
hal yang belum jelas dan
e. Menyebutkan dimengerti
dampak Narkoba
Tanya Jawab

f. Menjelaskan
proses dalam
rehabilitasi dan
mengajak audien
untuk rehabilitasi.
3. Penutup 5 menit a. Sasaran dapat Kata-
a. Melakukan evaluasi
menjawab tentang kata/

66
pertanyaan yang
b. Menyampaikan diajukan
kesimpulan materi
b. Mendengar kalimat
c. Mengakhiripertemua
c. Memperhatikan
n dan menjawab
salam d. Menjawab salam

1). Evaluasi proses kegiatan

1. Audien hadir

2. Kegiatan berlangsung dengan lancar sesuai dengan susunan acara

3. Interaksi yang baik antara petugas dan Audien selama diskusi


berlangsung

4. Audien berpartisipasi dalam diskusi dengan baik dari awal sampai akhir
acara
2). Evaluasi hasil kegiatan

a. Menjelaskan apa sebenarnya narkoba


b. Menyebutkan jenis-jenia narkoba
c. Menyebutkan penggolongan narkoba
d. Menyebutkan dampak narkoba
e. Menjelaskan proses dalam rehabilitasi
F. Perawat melakukan tindakan persuasif agar audien yang sudah memakai
narkoba melakukan rehabilitasi

67
LAMPIRAN MATERI

Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba pada Usia Remaja

A. Pengertian

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan berbahaya.


Selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik narkoba atau
napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko
kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya
adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak
dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu
disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.

68
B.     Jenis-jenis Narkoba

a. Narkotika dan Psikotropika


a) Ganja
Ganja (Cannabis sativa) atau lebih dikenal dengan nama mariyuana /
cimeng / gele / grass adalah tumbuhan yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (KemenkesRI, 2017):
1). Tingginya dapat mencapai 2 meter,
2) Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman
berbeda (berumah dua)
3) Bunganya keci-kecil dalam dompolan di ujung ranting,
4) Hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000
meter di atas permukaan laut.
5) Dampak yang ditimbullkan dari penyalahgunaan ganja / mariyuana /
cimeng / gele / grass :
1. Jangka Pendek
a. Distorsi sensor tubuh
b. Panik
c. Gelisah
d. Koordinasi tubuh gerak memburuk
e. Waktu untuk reaksi rendah
f. Setelah berakhirnya ‘high’ pengguna merasa mengantuk atau
depresi.
g. Menaikkan detak jantung (resiko serangan jantung)
2. Jangka Panjang
a. Mengurangi daya tahan tubuh (mudah sakit flu, batuk, dll)
b. Merusak sistem immunitas
c. Kekacauan pertumbuhan
d. Meningkatnya pertumbuhan sel-sel abnormal tubuh
e. Pengurangan sel hormon pria
f. Kerusakan paru-paru dan otak yang bisa bersifat menetap
g. Kesulitan untuk belajar karena sulitnya konsentrasi atau fokus pada
satu hal

69
h. Apatis, mengantuk, hilang motivasi
i. Perubahan kepribadian / perilaku dan mood
j. Lambat dalam menerima informasi / materi
k. pelajaran yang diberikan oleh guru
l. Tidak mampu untuk memahami banyak hal secara jelas.
b) Heroin atau Putaw
Berasal dari resin tanaman poppy yang diolah menjadi morfin
kemudian menjadi heroin. Heroin atau yang biasa dikenal dengan Putauw
artinya bubuk putih (KemenkesRI, 2017). Dilarang keras digunakan dan
diperjualbelikan. Heroin menghambat kerja otak, sehingga menghilangkan
rasa sakit, menyebabkan mengantuk, memperlambat napas dan denyut
jantung, sangat cepat menyebabkan ketergantungan. Jumlah heroin yang
dibutuhkan meningkat Jika pemakaiannya dihentikan, timbul rasa sakit
yang berlebihan dan biasa disebut dengan sakauw. Dapat berakibat
kematian karena overdosis clan berbagai penyakit.
c) Penenang atau Obat Tidur
Digunakan oleh dokter untuk mengobati pasien yang mengalami
gangguan tidur, cemas dan otot-otot tegang pada pasien. Jika digunakan
tanpa pengawasan dokter berarti melanggar hukum. Berbentuk pil atau
tablet (KemenkesRI, 2017).
d) Ekstasi
Ekstasi adalah nama keren atau popular dari Methylene Dioxy
Metham Phetami atau yang sering disingkat dengan MDMA. Ciri-cirinya,
yaitu : jika di konsumsi akan mendorong tubuh melakukan aktivitas
melampaui batas, menyebabkan denyut nadi cepat, menimbulkan paranoid
(penyakit khayal) dan halusinasi (KemenkesRI, 2017)..
e) Shabu
Shabu merupakan kelompok narkotika yang bersifat stimulan
dengan nama kimia methamphetamine hydrochloride, yaitu turunan dari
Amphetamine (KemenkesRI, 2017). Shabu secara dramatis dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat. Penyalahgunaannya dapat berakibat
bagi masalah kesehatan, gangguan ingatan, perilaku psikotik, potensi

70
kerusakan jantung dan otak. Shabu sangat adiktif, menyebabkan
ketergantungan yang tinggi (peningkatan dosis).
b. Zat Adiktif
a) Rokok
Rokok merupakan bahan aktif yang di dalamnya mengandung
berbagai zat berbahaya yang dapat menyebabkan ketergantungan bagi
pemakainya. Rokok mengandung 4.000 zat kimia, 400 zat berbahaya, 43
zat penyebab kanker (KemenkesRI, 2017). Zat yang terdapat dalam rokok
bersifat racun dan merusak kesehatan. Nikotin yang terkandung pada
rokok memacu kerja otak, mempersempit pembuluh darah, dan membuat
jantung bekerja lebih keras. Tar yang terkandung dalam rokok
menyebabkan kanker dan CO dalam asap rokok dapat mengakibatkan
otak, jantung, dan organ tubuh lainnya menjadi kekurangan oksigen.
Rokok juga merupakan pintu seseorang mengenal napza.
b) Minuman beralkohol
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil
akohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian
yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi (KemenkesRI, 2017).

Minum alkohol dapat mempengaruhi kerja otak sehingga dapat


menyebabkan:

1) Mabuk, jalan sempoyongan dan bicara cadel


2) Ketidakmampuan belajar dan mengingat
3) Kecelakaan (karena mabuk ketika berkendaraan)
4) Terlibat kekerasan atau perbuatan merusak
5) Mempengaruhi perilaku dan kepribadian dalam pemakaian terus
menerus dapat merusak lambung, hati dan kematian.
c. NAPZA Jenis Baru

Menurut badan narkotika nasional (BNN) sampai dengan bulan


Desember 2016, laboratorium bnn telah menemukan 68 narkotika jenis
baru atau yang biasa disebut dengan New Psychoactive Substances (NPS)
yang beredar di indonesia (KemenkesRI, 2017).

71
Saat ini NPS yang beredar di pasaran, zat utamanya banyak
dimodifikasi dari struktur kimia Phenethylamine, synthetic cannabinoid,
dan synthetic cathinones dalam berbagai bentuk dan jenis zat yang sama.
Flaka yaitu narkoba yang emiliki efek terhadap Manusia Halusinasi,
Kecemasan, Insomnia, Paranoid, Kematian. asal dari cina dan india
pengguna seperti zombie, kepala miring, bahkan bisa kayang,
menabrakkan diri, mengganggu ketertiban umum.

C.Penggolongan Narkotika Berdasarkan UU No.35/2009, pasal 127

a. Golongan I
a) DILARANG digunakan dalam pengobatan/layanan kesehatan.
b) Digunakan terbatas untuk penelitian atas rekomendasi Kemenkes.
c) Sanksi pidana 4 tahun
d) Heroin, Kokain, Ganja
b. Golongan II
a) Digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir.
b) Bisa menyebabkan ketergantungan
c) Sanksi pidana 2 tahun.
d) Morfin, Metadone, Petidine
c. Golongan III
a) Digunakan dalam pengobatan.
b) Bisa menyebabkan ketergantunAgan ringan.
c) Sanksi pidana 1 tahun.
d) Kodein, Etil Morfina, Propirame
D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
a. Dampak Fisik
a) Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi (Hidayat,
2016).
b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

72
c) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses),
alergi, eksim.
d) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, diare, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
f) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan
padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
g) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan
antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada
obatnya.
i) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over
Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

b. Dampak Psikologis

a) Depresi
b) Gangguan jiwa
c) Perubahan kepribadian
d) Perubahan mood secara mendadak
e) Mudah emosi, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal dan
penuh curiga (Hidayat, 2016).
f) Tingkat percaya diri rendah
g) Ketakutan
h) Apatis
i) Halusinasi
j) Lamban kerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah.
k) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.

73
l) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh
diri.
m) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh
lingkungan.
n) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan  suram (Adam,
2012)
c. Dampak Sosial

a) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh


lingkungan.
b) Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
c) Pendidikan menjadi terganggu/mengurangi kemampuan
berprestasi dalam pendidikan, masa depan  suram.
d) Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
e) Sikap acuh tak acuh (Hidayat, 2016).
d. Dampak Ekonomi

a) Tingkat kemangkiran dan kwalitas kerja korban menyebabkan


kwalitas produk atau jasa yang dihasilkan rendah.
b) Ekonomi menjadi memburuk di karenakan korban rutin membeli
obat terlarang tersebut (Adam, 2012).
e. Dampak Budaya
a) Terbentuknya budaya baru karena mereka beranggapan seseorang
dikatakan kampungan, terbelakang, bahkan tidak gaul bila belum
mencoba yang namanya narkotika (Adam, 2012).
b) Budaya asli menjadi terlupakan
E. Rehabilitasi
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses
pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan masa
menjalani rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani
hukuman. Adapun tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba :
1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa
seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih.
Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat
tertentu untuk mengurangi gejala putus zat (sakau) yang ia derita.
Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat ringanya gejala

74
putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan
keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.
2. Tahap rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program
rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi,
sebagai contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido
(Kampus Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat
rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai program diantaranya
program therapeutic communities (TC), 12 steps (dua belas langkah,
pendekatan keagamaan, dan lain-lain.
3. Tahap bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan
sesuai dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari,
pecandu dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap berada
di bawah pengawasan.
F. Perawat Melakukan Transaksi Tindakan Persuasif
Perawat melakukan tindakan persuasif kepada audien yaitu satu atau dua
orang yang diawali dengan terlebih dulu menjelaskan kepada audien mengenai
definisi narkoba, jenis-jenis narkoba, penggolongan narkoba, dampak
penyalahgunaan narkoba, dan mengenai rehabilitasi. Audien yang telah
menerima penjelasan mengenai narkoba akan mengajak temannya yang telah
memakai narkoba untuk direhabilitasi, dilanjutkan ke temannya yang lain. Hal
tersebut terus berlanjut hingga menyebar ke banyak orang. Metode tersebut
dikenal bola salju (snow balling).

75
DAFTAR PUSTAKA

Adam, S. (2012). Dampak Narkotika pada Psikologi dan Kesehatan Masyarakat.


Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo, 1(1), 1–8.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anum, Q. (2015). Gambaran Klinis Herpes Genital Atipik Pada


Immunokompromais. Mdv1, 42(4), 193–197.
https://doi.org/10.1109/MEI.2014.6749569

Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari


Pediatri, 12(1), 21. https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9

Bonita, L., & Murtiastutik, D. (2017). Penelitian Retrospektif : Gambaran Klinis


Herpes Simpleks Genitalis ( A Retrospective Study : Clinical Manifestation
of Genital Herpes Infection ). Periodical of Dermatology and Venereology,
29(1), 30–35.

Diananda, A. (2019). Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. Journal


ISTIGHNA, 1(1), 116–133. https://doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20

Efrida, E. (2014). Imunopatogenesis Treponema pallidum dan Pemeriksaan


Serologi. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 572–587. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id

Fitriany, N. N., Ibnusantosa, R. G., Respati, T., Hikmawati, D., & Djajakusumah,
T. S. (2019). Pengetahuan tentang Dampak Infeksi Gonore pada Pasien Pria
dengan Gonore. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 1(1), 1–5.
https://doi.org/10.29313/jiks.v1i1.4198

Hendrawan, I. W., & Sakti, P. T. (2017). Venereologi G2P1A0H0 32-33 Minggu


dengan Herpes Genitalis. 6(1), 50–54.

Hidayat, F. (2016). DAMPAK SOSIAL PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA


REMAJA DI KELURAHAN KALABBIRANG KECAMATAN
PATTALLASSANG KABUPATEN TAKALAR. (June).

Jatmiko, A. C., Nurharini, F., Dewi, D. K., & Murtiastutik, D. (2007). Penderita
Herpes Genitalis di Divisi Infeksi Menular Seksual Unit Rawat Jalan
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr . Soetomo Surabaya Periode 2005 –
2007 ( Genital Herpes in Division of Sexually Transmitted Infection –
Outpatient Clinic Dr . Soetomo Genera. 2007(318), 102–107.

KemenkesRI. (2017). Buku Kie Kader.

Masganti. (2015). Psikologi perkembangan anak usia dini.

Naully, P. G., & Romlah, S. (2018). Prevalensi HIV dan HBV pada Kalangan
Remaja. Jurnal Kesehatan, 9(2), 280. https://doi.org/10.26630/jk.v9i2.908

Nugrahaini, P. K. C., Cahyawari, D., Iriani, J., Achdiat, P. A., & Rowawi, R.
(2018). Laporan Kasus: Kutil Kelamin pada Uretra dan Meatus Uretra yang
Diterapi dengan Krim 5-Fluorourasil 5%. Syifa’MEDIKA:Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, 9(1), 25. https://doi.org/10.32502/sm.v9i1.121

Panji, M. (2013). Hubungan antara Penerimaan Perkembangan Fisik dengan


Kematangan Emosi pada Remaja Awal. 10–49.

Salisa, A. (2010). Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja:Studi Deskriptif


Kualitatif Tentang Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota
Surakarta. Retrieved from https://eprints.uns.ac.id/10458/

Sari, D. M. (2017). Peran Kader Anti Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Pelajar


Oleh Badan Narkotika Nasional Surabaya the Role of Drugs Abused
Student-Based Cadre By Bnn Surabaya. Jurnal Promkes, 5(2), 128–140.

Suardika, A. (2014). Infeksi Klamidia Trachomatis Sebagai Salah Satu Penyebab


Oklusi Tuba Falopi. FK Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai