Anda di halaman 1dari 61

MATA KULIAH KEPERAWATAN KOMUNITAS 4

“Promosi Kesehatan pada Kelompok Anak Usia Sekolah


(Metode: Simulasi)”

Fasilitator : Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Kelas A1/2015

1. Dyah Puddya Haningtyas 131211133002


2. Erlina Nur Syah Putri 131211133009
3. Fara Farina 131211133022
4. Dwi Eri Retno Widowati 131211133024
5. Risma Wahyuningtyas 131211132035
6. Lely Suryawati 131211133049
7. Arman Rosyadio Firmansyah 131211133098
8. Zaenab 131511133101

Program Studi Pendidikan Ners


Fakultas KeperawatanUniversitas Airlangga
Surabaya

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah SGD
(Small Grup Discussion) mata kuliah Keperawatan Komunitas 4 yang
berjudul“Promosi Kesehatan pada Kelompok Anak Usia Sekolah (Metode:
Simulasi)” tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih banyak kepada:
1. Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M.Kep.sebagai PJMA (PenanggungJawab Mata
Ajar) Keperawatan Komunitas 4;
2. Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M.Kep. sebagai fasilitator SGD (Small Grup
Discussion) dan juga membantu dalam penyelesaian makalah ini;
3. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifatmembangun sangat
kami harapkan agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca dan bagi yang membutuhkannya.

Surabaya, 30 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i


Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan ..................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan umum ................................................................ 5
1.3.2 Tujuan khusus ............................................................... 5
1.4 Manfaat ................................................................................... 6

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Promosi Kesehatan ................................................................ 7
2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan .......................................... 7
2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan ........................................... 7
2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan .......................................... 8
2.1.4 Jenis-Jenis Kegiatan Promosi Kesehatan ...................... 9
2.1.5 Prinsip Promosi Kesehatan ........................................... 11
2.1.6 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan .............................. 12
2.1.7 Strategi Promosi Kesehatan .......................................... 15
2.1.8 Metode Promosi Kesehatan .......................................... 18
2.2 Kelompok Anak Usia Sekolah .............................................. 21
2.2.1 Definisi Anak Usia Sekolah .......................................... 21
2.2.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah .................................. 22
2.2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah ............................... 22
2.2.4 Tugas-Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah ......... 27
2.3 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah ................................. 29
2.4 Metode Promosi Kesehatan: Simulasi .................................... 30
2.4.1 Definisi Simulasi ........................................................... 30
2.4.2 Tujuan Simulasi ............................................................ 30
2.4.3 Jenis Simulasi................................................................ 31
2.4.4 Petunjuk Penggunaan Metode Simulasi........................ 32
2.4.5 Prosedur Simulasi ......................................................... 33

BAB 3 Kasus dan Perencanaan Promosi Kesehatan di Sekolah


3.1 Analisis situasi ........................................................................ 36
3.2 Pengembangan Rencana Kegiatan Promosi Kesehatan ......... 39

BAB 4 Penutup ......................................................................................... 48


Daftar Pustaka .............................................................................................. 49
Lampiran ....................................................................................................... 50

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran bersama masyarakat, khususnya
masyarakat pendidikan di sekolah. Promosi kesehatan ini dilakukan agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber pada masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan secara internal maupun lingkungannya yang
berwawasan kesehatan. Dalam konteks menolong diri sendiri dimaksudkan
bahwa masyarakat sekolah mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-
masalah kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta
mampu pula mengatasi apabila masalah kesehatan tersebut terlanjur terjadi di
lingkungan mereka. (Kepmenkes, 2005)
Menggosok gigi adalah tindakan yang perlu diajarkan kepada anak-anak
sehingga dapat menjadi suatu kebiasaan yang baik dan sehat. Menggosok gigi
merupakan cara yang paling mudah dan efektif untuk menjaga kebersihan gigi
dan gusi dari plak dan sisa makanan. Menyikat gigi harus dilakukan dengan
baik dan benar agar debris atau sisa makanan benar-benar dapat dihilangkan
dari permukaan gigi (Karinta, 2011).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2003 menyatakan bahwa
angka kejadian karies pada anak – anak adalah sebesar 60-90% (Kompas,
2009) .Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004),
prevelansi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Jumlah penderita karies di
Indonesia didominasi oleh anak kelompok usia kurang dari 12 tahun sebesar
76,2% atau delapan dari sepuluh anak Indonesia mengalami masalah gigi
berlubang yang disebabkan oleh kebiasaan menyikat gigi yang salah
(Dumiyani, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Notohartojo
(2007) kebiasaan menyikat gigi 90% berpengaruh terhadap risiko kejadian

4
karies gigi. Selain itu Cacingan : 40-60% (Profil Dep Kes Tahun 2005),
Anemia : 23,2 % (Yayasan Kusuma Buana Tahun 2007).
Kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan gusi yang rusak
dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan
dapat mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Banyaknya karies, gingivitis dan
gigi berjejal harus segera ditangani dan semuanya dapat dicegah. Memelihara
kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk memperoleh kesehatan tubuh
kita. Khususnya pada anak-anak, karena pada masa anak- anak sangat penting
karena kondisi gigi susu (gigi decidui) saat ini sangat menentukan keadaan
gigi-gigi permanent penggantinya.Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut
yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan
dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, dan jangan terlalu banyak
makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan
plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik dan caranya
jangan sampai merusak struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan
penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang
sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan
berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali balk ada keluhan ataupun tidak
ada keluhan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka akan dicapai suatu
kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dengan demikian akan meningkatkan
kesehatan tubuh secara keseluruhan dan akan meningkatkan etos kerja yang
lebih baik lagi. Sehingga kesehatan jasmani dan rohani seperti yang
diharapkan akan tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan promosi kesehatan pada anak usia sekolah ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan promosi kesehatan
pada anak usia sekolah dengan metode simulasi.

5
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi, tujuan, sasaran, jenis-jenis kegiatan,
prinsip, ruang lingkup, strategi, dan metode promosi kesehatan
2. Menjelaskan karakteristik dan perkembangan anak usia
sekolah
3. Menjelaskan masalah kesehatan anak usia sekolah.
4. Menjelaskan metode promosi kesehatan simulasi.
1.4 Manfaat
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan di atas, asuhan keperawatan
yang ditujukan pada komunitas agregat anak usia sekolah ,diharapkan dapat
memberikan manfaat antara lain :

1. Membantu anak usia sekolah dalam mencegah terjadinya perilaku


berisiko.
2. Memberikan informasi data tentang anak usia sekolah dan risiko yang
mungkin terjadi.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan
terkait anak usia sekolah.
4. Membantu masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai anak
usiasekolah dalam memberikan intervensi.
5. Sebagai bahan informasi tambahan bagi petugas kesehatan dalam
memberikan penanganan masalah kesehatan pada anak usia sekolah
dalam hal promotif dan preventif.
6. Membantu anak usia sekolah lainnya melalui kelompok peernya baik
dalam institusi pendidikan formal maupun masyarakat luar sekolah

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan


2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari
ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk
memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO
merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untukmeningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkankesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan
yang sempurna, baikfisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu
mengenal, mewujudkanaspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (Heri D.J Maulana, 2009) .
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-
program kesehatanyang dirancang untuk membawa perubahan
(perbaikan), baik di dalam masyarakatsendiri, maupun dalam organisasi
dan lingkungannya.Menurut Green, promosi kesehatan adalah
segalabentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
dengan ekonomi,politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perilaku dan lingkunganyang kondusif bagi kesehatan
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005).
2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan utama promosi kesehatan adalah :
1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2. Peningkatan perilaku masyarakat
3. Peningkatan status kesehatan masyarakat
Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga
tingkatan, yaitu :
1. Tujuan program

7
Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan
dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan
status kesehatan.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai
dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan perilaku
Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang
harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan
perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran
dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu
hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain
sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang
memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi
kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan
maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau
kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya.Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan
promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model
dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)

8
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan
adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu
kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan
agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi
sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan
dengan strategi advokasi (advocacy).

2.1.4 Jenis-Jenis Kegiatan Promosi Kesehatan


Ewlest & simnet (1994) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 26,
mengidentifikasi tujuan area kegiatan promosi kesehatan yaitu:
a. Progam Pendidikan Kesehatan
Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang
direncanakan untuk belajar tentang kesehatan, dan melakukan
perubahan-perubahan secara sukarela dalam tingkah laku.
b. Pelayanan Kesehatan Preventif
Winslow (1920) dalam Level & Clark (1958) dalam Heri.D.J.
Maulana (2009) hal. 27, mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang
dikenal dengan teori five levels of prevention, yaitu:
1. Pencegahan Primer
Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:
- Promosi Kesehatan (health promotion)
Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
- Perlindungan Khusus (specific protection)
Berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan
peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan
menggunakan narkotik, dan penanggulangan stress.
2. Pencegahan Skunder
- Diagnosis dini dan pengobatan segera.
- Pembatasan kecacatan

9
3. Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar
cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga indiviu
yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental, dan
sosial.
c. Kegiatan Berbasis Masyarakat
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”,
bekerja dengan dan untuk penduduk, dengan melibatkan
masyarakat dalam kesadaran kesehatan.
d. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelalaksanaan kebijakan dalam oranisasi-organisasi yang
berupaya meningkatkan kesehatan para staf dan pelanggan.
e. Kebijakan Publik Yang Sehat
Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok
profesional, dan masyarakat umum yang bekerja sama
mengembangkan perubahan-perubahan dalam situasi dan kondisi
kehidupan.
f. Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan.
Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik
penunjang kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-
tempat umum.
g. Kegiatan ekonomi yang bersifat peraturan
Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk
kebijaksanaan dan perencana yang melibatkan upaya lobi dan
implementasi perubahan perubahan legestalatif.seperti peratuaran
pemberian lebel makanan halal mendorang pratik etik yang
sukarela.
Jenis kesehatan promosi kesehatan meliputi:
a. Pemberdayaan masyarakat
b. Pemgembangan kemitraan
c. Upaya advokasi

10
d. Pembinaan suasana
e. Pemgembangan SDM
f. Pemgembangan IPTEK
g. Pengembangan media dan sarana
h. Pengembangan infrastruktur

2.1.5 Prinsip Promosi Kesehatan


Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for
health promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi
kesehatan, antara lain :
1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk
memungkinkan seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar
atas keputusan dan tindakkan yang mempengaruhi kesehatan
mereka.
2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil
bagian aktif dalam pengambilan keputusan.
3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi
tersebut.
4. Equitable ( kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan
hasil yang di dapat oleh klien.
5. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan
instasi terkait lainnya atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari
kegiatan promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka
panjang.
7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti
program kebijakkan.
Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi
kesehatan antara lain sebagai berikut:
1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias
program intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.

11
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus
terlibat dalam perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat
didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi
pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam
mengorganisasikan dan mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan juga.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi
maupun intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan
berorientasi pada perorangan dan kelompok.
8. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-
prinsippemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada
masyarakat dengan menggunakan lebih dari satu metode.
2.1.6 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2
dimensi, yaitu dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi
tempat pelaksanaan promosi atau tatanan (setting).
1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan
kesehatan , secara garis besar terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan,
yakni:
- Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi
kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap
sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya.
- Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok
masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari
sakitnyadan menjadi pulih kesehatannya.
Maka, berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehatan ini, promosi
kesehatan mencakup 4 pelayanan, yaitu:
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif

12
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif
adalah pada kelompok orang yang sehat, dengan tujuan agar
mereka mampu meningkatkan kesehatannya. Apabila kelompok
ini tidak memperoleh promosi kesehatan bagaimana memelihara
kesehata, maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan
kelompok orang yang sakit akan meningkat.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Disamping kelompok orang yang sehat, sasaran promosi kesehatan
pada tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi. Tujuan
utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah
kelompok-kelompok tersebut agar tidak jatuh atau menjadi terkena
sakit (primary prevention)
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita
penyakit (pasien). Tujuan promosi kesehatan pada tingkat ini agar
kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak menjadi
lebih parah (secondary prevention).
d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif
Promosi kesehtana pada tingkat ini mempunyai sasaran pokok
kelompok penderita atau pasien yang baru sembuh (recovery) dari
suatu penyakit. Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini
adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatnnya, dan atau
mengurangi kecacactan seminimal mungkin. Denganperkataan
lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah pemulihan dan
mencegah kecacatan akibat penyakitnya (tertiary prevention).
2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat
pelaksanaan)
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai
perilaku sehat masyarakat, maka harus dimulai pada tatanan
masing-masing keluarga. Dari teori pendidikan dikatakan,
bahwa keluarga adlah tempat persemaian manusia sebgaai

13
anggota masyarakat. Karena itu, bila persemaian itu jelek maka
akan jelas berpengaruh pada masyarakat. Agar masing-masing
keluarga menjadi tempat yang kondusif untuk tumbuhnya
perilaku sehat bagi anak-anak sebagai calon anggota
masyarakat, maka promosi kesehatan akan sangat berperan.
Dalam promosi kesehatan, keluarga ini, sasaran utamanya
adalah orang tua terutama ibu. Karena ibulah dalam keluarga
itu yang sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku
sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya
sekolah merupakan tempat lanjutan unutk meletakkan dasar
perilaku bagi anak, termasuk perilaku kesehatan. Peran guru
dalam promosi kesehatan disekolah sanagt penting, karena
guru pada umunya lebih dipatuhi oleh anak-anak daripada
orang tuanya.
c. Promosi kesehatan pada tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja inidapat dilakukan oleh
pimpinan perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi
tempat kerja yang kondusif bagi perilaku sehat bagi karyawan
atau pekerjaanya, misalnya tersedianya air bersih, tempat
pembuangan kotoran, tempat smapah, kantin, ruang tempat
istirahat, dan sebagainya.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)
Tempat-tempat umum adalah tempat dimana orng-orang
berkumpul pada waktu-waktu tertentu. Di tempat-tempat
umum juga perlu dilaksanakan promosi kesehatan dengan
menyediakn fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku
sehat bagi pengujungnya.
e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan

14
sebagainya adalah tempat adalah tempat yang paling strategis
untuk promosi kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan di
institusi pelayanan kesehatan ini dapata dilakukan baik secara
individual oleh para petugas kesehatan kepada para pasien atau
kelurga pasien, atau dapat dilakukan pada kelompok-
kelompok.
2.1.7 Strategi Promosi Kesehatan
Menurut WHO, 1984 terdapat 3 strategi dalam promosi kesehatan,
yaitu :
1. Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang
dilakukan orang-orang di bidang kesehatan, utamanya promosi
kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi
ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-
orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para
pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan kesehatan.
Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat
kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak
pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan
yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di
masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-down
(dari atas ke bawah). Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke
wilayah politik. Agar pembuat kebijakan mengeluarkan peraturan
yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang
digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan
terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju.
Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari
kebijakan public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari
informasi kesehatan bias tersampaikan dengan kemudahan kepada
masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat
menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin).

15
2. Dukungan sosial
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat. Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah
orang lain yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah
dukungan sarana dan prasarana ketika kita akan melakukan promosi
kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau dukungan
emosional dari masyarakat sehingga promosi yang diberikan lebih
diterima.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan
adalah pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih
kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan. Jadi sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi
masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu
program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat
maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki
daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat
menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-
kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi,
2007). Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat
dapat berperan aktif atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan.

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada


pada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Di
dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi
kesehatan, yang mencakup 5 butir yaitu:
1. Kebijakan berwawasan kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para
penentu atau pembuat kebijakan , agar mereka mengeluarkan

16
kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan
kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam
bentuk peraturan, perundanagan, surat-surat keputusan, dan
sebagainya selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan
publik.
2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum, termasuk
pemerintahan kota, agar mereka menyediakan sarana prasarana atau
fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat ,
atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yangg mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum
antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang air
besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya bagi perokok dan non
perokok dan sebagainya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan i
ni adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakatagar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai
penerima pelayanan kesehatan, tettapinjuga sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Ketrampilan individu (Personnel Skill)
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihra
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan profrsional, meningkatkan
kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman
ini lebih bersifat individual dari pada massa.
5. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam

17
visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri
harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab
itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-
kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehtaan mereka. Tanpa
adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscahaya terwujud
perilaku yang kondusif untuk kesehatan, atau masyarakat yang mau
dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
2.1.8 Metode Promosi Kesehatan
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
- Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
- Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan
dibantu penyelesaiannya.
- Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan
kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
- Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
- Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah
kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain.
Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
a. Kelompok besar
- Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.

18
- Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
b. Kelompok kecil
1. Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan,
pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak
ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan
mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan
pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi
berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
2. Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan
jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung
dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya
mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa
pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap
anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3. Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2
orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah,
setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi
satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan
lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi
seluruh kelas.
4. Kelompok kecil-kecil (Buzz group)

19
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil,
kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama
dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan
dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
5. Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya
sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll,
sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota
masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6. Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-
pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan
monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain
monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah),
dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan
sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan
Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah
kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan

20
pendidikan kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman
Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan
bentuk pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang
di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel
maupun tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara
penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan
sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa.
Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat
mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

2.2Kelompok Anak Usia Sekolah


2.2.1 Definisi Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki
fisik lebih kuat, sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini sebagai masa tenang atau
masa laten, apa yang telah terjadi dan dipupuk pada masa-masa
sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa selanjutnya
(Gunarsa 2006).

Menurut buku data penduduk yang diterbitkan oleh kementerian


kesehatan Indonesia tahun 2011, anak usia sekolah adalah anak-anak
yang berusia 7-12 tahun.

Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas


perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman
sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian
diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

21
Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di
mana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam
keluarga kerjasama antara teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau
belajar (Gunarsa 2006).

2.2.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah


Saat memasuki sekolah salah satu hal penting yang dimiliki anak
dalam tahapan ini tidak saja meliputi kecerdasan dan ketrampilan
motorik, bahasa, tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas
tokoh lain di luar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada
peraturan dan dapat mengendalikan emosi-emosinya. Anak-anak akan
membandingkan dirinya dengan teman-temannya dimana ia mudah sekali
dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa
ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri,
sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan
dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia berhasil mengatasi
masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul
motivasi yang tinggi terhadap karya.

Pada usia sekolah, anak memiliki karakteristik yang berbeda


dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Perbedaan ini terlihat dari
aspek fisik, mental-intelektual, dan sosial-emosial anak. Karakteristik
anak usia sekolah menurut Abdul Alim, 2009: 82 dalam Burhaein Erick,
2017 berkaitan dengan aktivitas fisik yaitu :

1. Anak usia sekolah senang bermain


2. Anak usia sekolah senang bergerak
3. Anak usia sekolah senang beraktifitas berkelompok
4. Anak usia sekolah senang melakukan praktik langsung

2.2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah

1. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik pada anak usia sekolah tidak secepat pada masa-

22
masa sebelumnya. Anak akan tumbuh antara 5-6 cm setiap tahunnya.
Pada masa ini, terdapat perbedaan antara anak perempuan dan anak
laki-laki (Gunarsa 2006)

Menurut Hurlock ( 1980 : 149 ) perkembangan fisik pada anak usia


sekolah sebagai berikut (Hurlock 1980):

1) Tinggi
Kenaikan tinggi pertahun adalah 5-8 cm. Rata-rata anak perempuan
11 tahun mempunyai tinggi badan 147 cm dan anak laki-laki 146
cm.
2) Berat
Kenaikan berat lebih bervariasi dari pada kenaikan tinggi, berkisar
antara 1-2,26 kg pertahun. Rata-rata anak perempuan usia 11 tahun
memiliki berat badan 40,14 kg dan anak laki-laki 38, 78 kg
3) Perbandingan Tubuh
Meskipun kepala masih terlampau besar dibandingkan dengan
bagian tubuh lainnya, beberapa perbandingan bagian wajah yang
kurang menarik menghilang dengan bertambah besarnya mulut dan
rahang, dahi melebar dan rata, bibir semakin berisi, hidung menjadi
lebih besar dan membentuk. Badan memanjang menjadi lebih
langsing, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, perut tidak
buncit, lengan dan tungkai memanjang, tangan dan kaki dengan
lambat tumbuh membesar.
4) Perbandingan Otot-Lemak
Selama usia sekolah, jaringan lemak berkembang lebih cepat dari
pada jaringan otot yang berkembang melejit pada awal pubertas.
5) Gigi

Pada permulaan pubertas, umumnya seorang anak umumnya sudah


mempunyai 22 gigi tetap.

2. Perkembangan Intelektual atau Kognitif

23
Pada usia sekolah (6-12 tahun) anak sudah dapat melaksnakan tugas-
tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan
kognitif seperti: membaca, menulis dan menghitung. Sebelum masa ini
yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif,
sedangkan pada usia sekolah daya pikir anak sudah berkembang
kearah konkret dan rasional. Pieget menamakan tahapan anak usia
sekolah sebagai masa operasi konkrit, masa berakhirnya berfikir
khayal dan mulai befikir konkret. Periode ini ditandai dengan 3
kemampuan yaitu mengkelompokkan, menyusun, dan menghubungkan
atau manghitung angka-angka atau bilangan. Kemampuan yang
berkaitan dengan perhitungan (angka), seperti menambah, mengurangi,
mengalikan, dan membagi. Di samping itu, pada masa ini anak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah yang sedarhana (Jafar N,
2016).

3. Perkembangan Bahasa

Usia sekolah merupakan masa pesatnya kemampuan mengenal dan


menguasai kata berkembang. Pada awal masa ini, anak sudah
menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun)
telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya
keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak
akan gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis
(tentang perjalanan / petualagan, riwayat para pahlawan/nabi, dsb).
Pada masa ini tingkat berfikir anak sudah lebih maju, dia banyak
menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya
yang dipergunakan juga lebih bervariasi yang semula hanya “apa”,
sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan: ”dimana”, “darimana”,
“kemana”,”mengapa”, dan “bagaimana” (Jafar N, 2016).

4. Perkembangan sosial (Jafar N, 2016)

Perkembangan sosial adalah pencapai kematangan dalam hubungan


sosial, dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk

24
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral
(agama). Perkembangan sosial pada anak usia sekolah ditandai dengan
adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga dia
mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau
teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah meluas.

Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dri
sikap yang egosentris ke sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau
sosiosentris (mau memperhatiakn kepentingan orang lain). Anak dapat
berminat terhadapat kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan
bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota
kelompok.

5. Perkembangan Emosi

Saat memasuki usia sekolah, anak mulai menyadari bahawa


pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat,
oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan
mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi
diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam
proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan
emosinya sangat berpengaruh. Emosi-emosi yang dialami anak pada
tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, iri hati,
kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (Jafar N, 2016).

6. Perkembangan Moral (Jafar N, 2016)

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar-salah dan baik-


buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin
anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi secara bertahap anak
akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini
(prasekolah) merupakan hal yang seharusnya dilakukan keluarga,
karena informsi yang diterima anak mengenai benar-salah atau baik-
buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.

25
Pada usia sekolah, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan
dari orang tua atau lingkungan sosialnya, anak sudah dapat
mengasosiakan satiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau
baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan
nakal, berbohong, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan
suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan
sikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan sesuatu yang
benar/baik.

7. Perkembangan Penghayatan Keagamaan Atau Spiritual (Jafar N, 2016)

Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaan ditandai


dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sikap keagamaan bersifat reseptif disertai pengertian.


b. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
c. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterimanya sebagai keharusan moral.

Periode usia sekolah merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama


sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak
akan sangat dipengaruhi oleh proses pembetukan atau pendidikan
yang diterimanya. Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan
disekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena
itu, pendidikan agama di sekolah dasar harus menjadi perhatian semua
pihak yang terlibat dalam pendidikan di SD, bukan hanya guru agama
tetapi kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya.

8. Perkembagan Motorik

Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka


perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik.

26
Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya.
Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik
yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal
untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik seperti
menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer), berenamg,
main bola, dan atletik. Pada masa usia sekolah dasar kematangan
perkembangan motorik ini pada umumnya telah dicapai oleh karena
itu anak usia sekolah sudah siap menerima pelajaran keterampilan
(Yusuf 2010).

Sesuai perkembangan fisik (motorik ) maka di kelas-kelas permulaan


sangat tepat diajarkan (Jafar N, 2016) :

a. Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.


b. Keterapilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga (menerima,
menendang, dan memukul).
c. Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dan
sebagainya.
d. Berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan,
ketertiban, dan kedisiplinan.

2.2.4Tugas-Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah


Menurut Syamsu Yusuf, tugas perkembangan pada anak usia
sekolah meliputi (Yusuf 2010):
1. Belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan
permainan.
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri
sebagai makhluk biologis.
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya (peer grouo).
4. Belajar memainkan peranan sesuai jenis kelaminnya.
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari (Yuliani 2005).

27
Kelompok 6 – 12 Tahun : belajar kemampuan fisik yang diperlukan
agar bisa melaksanakan permainan atau olah raga biasa, membentuk
sikap tertentu terhadap dirinya sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan
berkembang, belajar bergaul dengan teman-teman seumurnya,
memperkembangkan kemampuan dasar dalam membaca, menulis dan
menghitung, memperkembangkan nurani, moralitas dan skala nilai,
memperoleh kebebsan pribadi, membentuk sikap terhadap kelompok
sosial dan institusi (HM. Tsalist Fahami).

Adapun tugas perkembangan untuk masa kanak-kanak menurut


Hartina sitti dalam Mar’atun, dkk antara lain :

1. Belajar keterampilan fisik yang dapat dilakukan dalam permainan.


Anakpada masa ini sangat senang sekali bermain. Maka dari itu, anak
perlu diajarkan keterampilan fisik seperti melempar bola, menendang,
menangkap,berenang, dan mengendarai sepeda.
2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri
sebagaiindividu yang sedang berkembang. Pada masa ini, anak
dituntut untukmengenal dirinya sendiri dan dapat memelihara
kesehatan dan keselamatandirinya, menyanyangi dirinya, senang
berolaraga, dan berkreasi,dan juga memiliki sikap yang tepat
tehadaplawan jenis.
3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini, anak dituntut
untukdapat bergaul, berkerjasama, dan membina hubungan baik
dengan temansebayanya,dan saling tolong menolong.
4. Belajar untuk dapat melakukan peranan sosial sebagai layaknya
seoranglaki-laki atau wanita. Anak dituntut melakukan peranan-
peranan sosial yangdiharapkan masyarakat sesuai dengan jenis
kelaminnya. Seperti, anak lakilakibermain dengan anak laki-laki dan
juga sebaliknya.
5. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar,
seperti membaca, menulis, dan berhitung. Untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasyang diberikan sekolah dan perkembangan belajarnya lebih

28
lanjut. Padamasa awal ini anak dituntut untuk menguasai kemampuan
membaca,menulis dan berhitung.
6. Perkembangan konsep diperlukan oleh anak dalam kehidupan sehari-
hariagar dapat menyesuaikan diri dan perilaku yang sesuai denga
tuntutan darilingkungannya.
7. Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani. Pada masa ini, anak
ditintutuntuk dapat menghargai perbuatan-perbuatan yang sesuia
dengan moral dan diharapkan pada masa ini akan mulai tumbuh
pemikiran tentang nilai dan pertimbangan-pertimbangan yang
didasarkan atas kata hati.
8. Memiliki kemerdekaan pribadi. Anak dituntut untuk mampu
memilih,merencanakan, dan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa
tergantungpada orang tuanya.
9. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.
Anakdiharapkan dapat memiliki sikap tepat terhadap lembaga-
lembaga dan unitkelompok-kelompok sosial yang terdapat dalam
masyarakat.

2.3 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang sangat rentan terhadap
masalah kesehatan yang kompleks dan bervariasi. Masalah kesehatan yang sering
muncul hampir selalu dikaitkan dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan,
sehingga isu yang sering muncul tidak akan jauh dari perilaku hidup bersih dan
sehat. Berikut merupakan permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada anak
usia sekolah :

a. Diare/kecacingan, muntaber. Akibat perilaku kebersihan yang buruk


terutama dalam hal memilih makanan yang bersih dan sehat
b. Masalah periodontal. Terjadi karena perilaku anak yang sering memakan
makanan manis dan rendah kalsium. Selain itu juga belum tumbuhnya
perilaku menggosok gigi sebelum tidur yang sangat penting untuk
kesehatan giginya.
c. Demam berdarah, dll (Riskesdas, 2007)

Masalah kebersihan diri yang cukup banyak dialami oleh murid sekolah dasar
yaitu : 86% murid yang bermasalah pada gigi, 53% tidak biasa potong kuku, 42%
murid yang tidak biasa menggosok gigi, dan 8% murid yang tidak mencuci tangan

29
sebelum makan. Selain itu data penyakit yang diderita oleh anak sekolah terkait
perilaku seperti cacingan adalah sebesar 60 – 80 %, dan caries gigi sebesar 74,4
%. Kompleksnya masalah kesehatan anak sekolah perlu ditanggulangi secara
komprehensif dan multisektor (Depkes RI, 2008)

2.4 Metode Promosi Kesehatan: Simulasi


2.4.1 Definisi
Menurut Abu Ahmadi simulasi (simulation) berarti tiruan atau
suatu perbuatan yang bersifat pura-pura saja. Sebagai metode mengajar,
simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan
keadaan sebenarnya.

Simulasi adalah suatu metode pembelajaran yang menyajikan


pelajaran dengan menggunakan situasi atau proses nyata, dengan peserta
didik terlibat aktif dalam berinteraksi dengan situasi di lingkunganya.
Peserta didik mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya. Hal ini berguna untuk memberikan respo (membuat
keputusan dan melakukan tindakan) untuk mengatasi masalah/ situasu
dan menerima umpan balik tentang respon tersebut. (Rheba de dan
Martha A. Thompson, 1987)
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi
tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada
objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah
mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum
menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalu simulasi
terlebih dahulu.

2.4.2 Tujuan Simulasi


Membantu Peserta didik Mempraktikan keterampilan dalam
membuat keputusan dan penyelesaina masalah, mengembangkan
kemampuan berinteraksi antar manusia serta memberikan kesempatan
peserta didik untuk menerapkan berbagai prinsip teori, serta untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

30
Tujuan Simulasi yang lain yaitu:
a. Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari,
b. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
c. Melatih memecahkan masalah,
d. Meningkatkan keaktifan belajar,
e. Memberikan motivasi belajar kepada siswa,
f. Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
g. Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
h. Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

2.4.3 Jenis Simulasi


Menurut Wina Sanjaya Simulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:

1. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk
memecahkan masalah–masalah yang berkaitan dengan fenomena
social, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang
otoriter dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah
sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya.
2. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang
bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama
biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri,
menyatakan reaksi terhadap tekanan- tekanan yang dialaminya.
3. Role Playing
Role playing atau permainan peran adalah metode pembelajaran
sebagai bagian dari metode simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi

31
peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual. Dalam
proses pelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam
bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh 11 kelompoknya
masing-masing dengan mekanisme pelaksanaan yang diarahkan guru
untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan atau direncanakan
sebelumnya.

2.4.4Petunjuk Penggunaan Metode Simulasi


Berikut ini petunjuk apabila akan menggunakan metode
pembelajaran simulasi (Nursalam, 2010) :
a. Simulasi harus meningkatkan pencapaian tujuan
b. Perhatikan syarat simulasi tentang jumlah peserta didik, waktu yang
diperlukan, alat dan tempat
c. Pembimbing harus memahami jalannya simulasi
d. Uji coba dilakukan pada kelompok peserta didik yang dikenal oleh
pembimbing
e. Peserta didik mempunyai latar belakang teori dan keterampilan
untuk berperan serta dalam simulasi
f. Peserta didik harus mengerti tujuan peran serta mereka pada simulasi
g. Petunjuk tertulis lengkap dan diberikan pada peserta didik
h. Pembimbing bertanggung jawab untuk menginterupsi simulasi
apabila waktu telah lewat dan muncul masalah, atau peserta belum
kompeten
Proses pembimbingan pada metode simulasi : (Nursalam, 2010)
a. Menyampaikan tujuan simulasi
b. Menjelaskan jalannya simulasi
c. Mengatur peserta didik untuk memerankan sesuai dengan perannya
dalam simulasi
d. Melakukan uji coba pada kelompok peserta didik yang dikenal oleh
pembimbing
e. Memberikan komentar setelah simulasi, bila ada masalah dan peserta
didik kurang menguasai
f. Melakukan diskusi untuk membahas proses simulasi

32
Kelebihan simulasi : (Nursalam, 2010)
a. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta
pengalaman yang tidak langsung diperlukan dalam menghadapi
berbagai masalah sosial
b. Peserta didik berkesempatan untuk menyalurkan perasaan yang
terpendam sehingga mendapat kepuasan, kesegaran, dan kesehatan
jiwa
c. Mengembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki
oleh peserta didik, misalnya seni drama, bermain peran, dan
sebagainya
Kekurangan simulasi : (Nursalam, 2010)
a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sempurna dengan kenyataan di lapangan atau dalam kehidupan
b. Tidak jarang simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sedangkan
fungsinya sebagai alat belajar jadi terabaikan
c. Pelaksanaan simulasi sering menjadi kaku, bahkan jadi salah arah,
karena kurangnya pengalaman keterampilan atau penguasaan siswa
terhadap masalah sosisal yang diperankan
d. Simulasi dipengaruhi oleh faktor-faktor emosional seperti rasa
malu, ragu, takut yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam
melakukan simulasi
e. Simulasi menuntut hubungan informal antara guru dan peserta
didik yang akrab dan fleksibel. Ini berarti menghendaki guru yang
demokratis bukan otoriter
f. Simulasi menuntut imajinasi peserta didik
g. Simulasi memerlukan pengelompokan peserta didik memadai yang
fleksibel serta ruang dan fasilitas yang selalui tersedia dengan baik

2.4.5Prosedur Simulasi
Menurut Sri Anitah, W. dkk (2007) prosedur yang harus ditempuh
dalam penggunaan metode simulasi adalah :
a. Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh fasilitator,

33
b. Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas,
c. Simulasi diawali dengan petunjuk dari fasilitator tentang prosedur,
teknik, dan peran yang dimainkan,
d. Proses pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan
diskusi,
e. Mengadakan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulasi.

Menurut Udin (2001), model ini memiliki 4 tahap sebagai berikut:

Tahap I. Orientasi

a. Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan


diintegrasikan dalam proses simulasi.
b. Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan.
c. Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.

Tahap II. Latihan bagi peserta

a. Membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan,


bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
b. Menugaskan para pemeran dalam simulasi
c. Mencoba secara singkat satu episode

Tahap III. Proses simulasi

a. Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut.


b. Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap
performan si pemeran.
c. Melanjutkan permainan/simulasi

Tahap IV. Pemantapan dan debriefing

a. Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul


selama simulasi.
b. Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan dan wawasan
para peserta.

34
c. Menganalisis proses
d. Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
e. Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
f. Menilai dan merancang kembali simulasi.

35
BAB III

Kasus dan Perencanaan Promosi Kesehatan di Sekolah

Trigger Case
Sekolah Dasar Maju Jaya yang berada di Klungkung, Nusa Penida, Bali
dengan jumlah keseluruhan 33 siswa pada kelas 2 SD, dengan pembagian 18
siswa dan 15 siswi. Di sekolah dasar ini ditemukan banyaknya kejadian yang
berhubungan dengan masalah kesehatan gigi seperti ditemukanya beberapa siwa
maupun siswi yang mengalami karies gigi maupun gigi berlubang. Setidaknya di
sekolah ini dalam setiap bulanya dapat dipastikan tidak kurang dari 4 orang yang
mengalami masalah kesehatan gigi. Menurut pengamatan dan juga pengkajian
yang dilakukan hal ini dapat terjadi karena UKS yang sudah ada tidak dapat
menjalankan programnya secara efektif serta kurangnya pemantauan terhadap
kebiasaan gosok gigi anaknya.

3.1 ANALISIS SITUASI


1. Diagnosa Masalah
Fase 1 : Diagnosis Sosial
Berdasarkan data yang didapatkan pada bulan Oktober di SD Maju Jaya,
Klungkung, Bali, didapatkan data banyak anak yang mengalami masalah
kesehatan gigi seperti karies gigi dan gigi berlubang. Program UKS sudah ada
namun tidak efektif dalam prosesnya serta kurangnya peran orangtua dalam
pengawasan gosok gigi anaknya.

Fase 2 : Diagnosis epidemiologi


a. Umur
Penderita karies gigi dan gigi berlubang di SD Maju Jaya kelas 2 adalah :
Kelas 1 : 9 siswa
Kelas 2 : 8 siswa
Kelas 3 : 7 siswa
Kelas 4 : 5 siswa

36
Kelas 5 : 3 siswa
Kelas 6 : 1 siswa
b. Jenis Kelamin
Penderita karies gigi dan gigi berlubang di SD Maju Jaya Kelas 2 adalah :
Laki-laki : 18 siswa
Perempuan: 15 siswa
c. Morbiditas
Dari hasil survei ditemukan bahwa hampir setiap bulanya terdapat lebih dari
2 siswa kelas 2 yang tidak masuk dikarenakan sakit gigi.
d. Tanda dan gejala
Siswa yang mengalami sakit gigi menunjukkan tanda nyeri dan gejala
penurunan nafsu makan sehingga badan tampak lemas.
e. Penanggulangan
Pihak sekolah telah menginformasikan mengenai gosok gigi yang benar
melalui poster di majalah dinding sekolah namun hanya sedikit siswa yang
memperhatikan hal tersebut. Selain itu, belum adanya penyuluhan dan
edukasi mengenai pentingnya menggosok gigi pada pagi hari setelah
sarapan dan sebelum tidur dari pihak sekolah maupun UKS karena UKS
sudah tidak berjalan selama satu tahun terakhir.
f. Mortalitas
Tidak ditemukannya siswa yang meninggal diakibatkan sakit gigi.

Fase 3 : Diagnosis Perilaku dan Lingkungan


a. Perilaku kesehatan dan masalah lingkungan (fisik dan psikososial)
Menurut hasil observasi pada lingkungan sekolah, SD Maju Jaya, Bali
memiliki lingkungan sekolah yang bersih, tidak ada sampah yang
berserakan, dan memiliki ruangan kelas yang bersih. Saat istirahat, siswa
bermain di halaman sekolah dan membeli jajanan dari kantin sekolah dan
penjual makanan diluar pagar disamping jalan raya. Kebanyakan siswa
membeli jajan yang mengandung gula seperti permen dan coklat.
b. Indikator perilaku :
1) Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada

37
Program UKS sudah tersedia namun tidak berjalan selama satu tahun
terakhir.
2) Upaya preventif
Tindakan pencegahan yaitu terdapat pendidikan kesehatan mengenai
gosok gigi melalui poster yang tertempel di mading sekolah. Selain itu
juga mengadakan penyuluhan untuk guru dan orang tua siswa mengenai
kebersihan gigi dan mulut.
3) Upaya pemeliharaan kesehatan sendiri
Menurunnya angka kejadian karies gigi pada siswa kelas 2 SD Maju
Jaya, Bali dan siswa mampu mempraktikan gosok gigi yang benar.

Fase 4 : Diagnosis Pendidikan Organisasional


a. Faktor predisposisi
Rendahnya perilaku dalam mempraktikan gosok gigi yang benar dan
jajanan yang mengandung gula.
b. Faktor pemungkin
Rendahnya perhatian siswa terhadap pendidikan kesehatan mengenai
cara menggosok gigi yang benar.
c. Faktor penguat
Belum adanya pendidikan kesehatan mengenai gosok gigi dengan
metode selain ceramah oleh pihak sekolah dan UKS.

Fase 5 : Diagnosis Administratif dan kebijakan


Dalam menangani permasalahan ini, program UKS harus kembali
dijalankan secara maksimal dan melakukan kerjasama dengan pihak sekolah
untuk memberikan edukasi dan pelatihan cara menggosok gigi yang benar
kepada siswa kelas 2 di SD Maju Jaya, Bali. Selain itu perlu diadakan
pendidikan kesehatan kepada para penjual jajanan baik di kantin maupun di
sekitar sekolah tersebut mengenai pentingnya memilih jajanan yang baik
untuk kesehatan gigi pada anak dengan masa pertumbuhan serta kebersihan
makanan untuk anak usia sekolah. Orang tua juga perlu dilibatkan dalam
menurunkan angka kejadian karies gigi dengan memberikan pendidikan

38
kesehatan tentang cara menggosok gigi yang benar dan kapan seharusnya
dilakukan. Namun hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan program
ini yaitu menjalankan kembali program UKS yang berarti harus melibatkan
pihak Puskesmas sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.

2. Menetapkan Prioritas Masalah


Masalah yang perlu ditangani terlebih dahulu untuk mengurangi kejadian
karies gigi di SD Maju Jaya yaitu meningkatkan kesadaran dan kemampuan
cara menggosok gigi yang benar dengan memberikan edukasi dan mengajarkan
seluruh siswa cara menggosok gigi yang baik dan benar.

3.2 PENGEMBANGAN RENCANA KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN


DI SEKOLAH
1. Latar belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian penting dalam
menentukan status kesehatan anak, terutama pada anak usia sekolah. Hal ini
disebabkan karena usia sekolah merupakan usia yang rentan untuk
mengalami masalah gigi dan mulut. Terjadinya masalah kesehatan gigi dan
mulut pada anak usia sekolah dapat berdampak pada menurunnya derajat
kesehatan pada anak usia sekolah.
Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling sering dialami anak usia
sekolah adalah karies gigi. Karies gigi merupakan salah satu indikator dalam
Global Goal for Oral Health 2020 yang dicanangkan WHO Global Oral
Health Programme (GOHP). Dalam program ini diharapkan berkurangnya
rasa sakit yang dinilai dari berkurangnya hari absen di sekolah karena sakit,
peningkatan proporsi bebas karies pada usia 6 tahun, penurunan komponen
D dari DMFT pada usia 12 tahun dan berkurangnya jumlah gigi ekstraksi
karena karies pada usia 18 tahun.
Menurut Birnbaum dan Dunne (2009), karies gigi adalah kerusakan gigi
akibat bakteri yang bersifat progresif yang disebabkan gigi terpajan
lingkungan rongga mulut. Karies gigi menyebabkan hilangnya gigi pada

39
sebagian besar pasien usia muda. Kelainan ini bila dibiarkan tanpa disertai
perawatan akan menyebabkan kerusakan gigi yang semakin parah. Gigi
yang sudah terkena menjadi cacat tidak dapat kembali seperti sediakala.
Karies gigi disebabkan oleh 4 faktor penyebab utama, yaitu host,
mikroorganisme, waktu dan substrat. Karies gigi akan terjadi apabila
terdapat interaksi antara keempat faktor penyebab utama tersebut (Kidd dan
Bechal, 1991). Teori Hendrik L. Blum menyebutkan derajat kesehatan
individu dan masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan herediter/keturunan (Noorkasiani, 2007).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, karies gigi
merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut utama di sebagian besar
negara industri dengan angka kejadian karies gigi pada anak mencapai 60%
- 90%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
penduduk Indonesia umur 12 tahun keatas yang memiliki pengalaman karies
gigi adalah sebesar 67,2%. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang memiliki prevalensi pengalaman karies gigi yang lebih
tinggi dibandingkan prevalensi nasional yaitu sebesar 68,2%. Hal ini juga
didukung dengan masuknya Provinsi Bali dalam daftar 11 provinsi yang
memiliki prevalensi gosok gigi setiap hari yang masih dibawah prevalensi
nasional (Riskesdas, 2007).
Kabupaten Klungkung merupakan salah satu kabupaten di Bali yang
belum dapat mencapai Indikator Indonesia Sehat 2010 berkaitan dengan
masalah gigi dan mulut. Indikator persentase murid sekolah dasar
(SD)/madrasah ibtidaiyah (MI) yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut
harus mencapai 100%. Dari 18.911 siswa SD/MI di Kabupaten Klungkung
tahun 2012, jumlah siswa yang diperiksa baru mencapai 8.104 orang (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2012).
Dari 9 puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Klungkung,
Puskesmas Nusa Penida I merupakan puskesmas yang memiliki wilayah
kerja yang paling luas. Puskesmas Nusa Penida I membawahi 30 sekolah
dasar yang tersebar di 8 desa yang ada.

40
Menurut Riskesdas (2007), prevalensi karies aktif dan prevalensi
penduduk yang memiliki pengalaman karies di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini berbanding terbalik dengan
persentase penerimaan perawatan atau pengobatan gigi, dimana daerah
perdesaan menerima perawatan atau pengobatan gigi lebih rendah
dibandingkan perkotaan.
Pemilihan pola makan yang salah dan pengaruh gaya hidup modern juga
dapat menyebabkan timbulnya karies gigi pada anak. Pemilihan pola
makanan yang terlalu banyak mengandung gula disamping kurangnya
perhatian orangtua tentang perilaku menggosok gigi secara rutin dan
benarpada anak merupakan dampak dari gaya hidup. Lebih parahnya lagi
orangtua justru sering tidak memperdulikan tentang cara menggosok gigi
dengan baik dan benar serta manfaat menggosok gigi dan pentingnya
kebersihan mulut bagi anak. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
orangtua terutama ibu tentang pemilihan jenis makanan bagi anaknya, dan
kurangnya pengetahuan orangtua terutama ibu tentang perawatan gigi yang
benar bagi anaknya terutama anak-anak usia prasekolah (Eliza, 2002).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala sekolah SD Maju Jaya,
Klungkung, Bali, pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode
permainan simulasi belum pernah diberikan oleh guru ataupun petugas
kesehatan setempat sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
SD tersebut.

2. Menentukan Tujuan
a. Tujuan Umum
Prevalensi karies gigi pada siswa SD Maju Jaya menurun atau tidak
mengalami peningkatan.
b. Tujuan Khusus
1) Peningkatan pengetahuan siswa, guru, masyarakat di sekitarnya serta
orang tua tentang karies gigi, pencegahan dan penanganannya sebesar
75% setelah program berjalan 3 bulan.

41
2) Peningkatan kebiasaan perilaku siswa untuk menggosok gigi dengan
cara yang benar sebesar 100% setelah program berjalan 1 tahun.
3. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan di Sekolah
a. Sasaran primer : seluruh siswa kelas 2 SD Maju Jaya, Klungkung,
Bali
b. Sasaran sekunder : warga sekolah (guru, kepala sekolah, dan staff
sekolah lainnya), masyarakat sekolah (penjual makanan dan penjaga
sekolah), termasuk orang tua siswa.
c. Sasaran tersier : Komite Sekolah, Tim Pembina dan pelaksana
UKS, dan penentu kebijakan seperti PGRI, kepala dinas pendidikan,
kepala dinas kesehatan.
4. Menentukan Metode Promosi Kesehatan di Sekolah
a. Penyuluhan
Metode penyuluhan langsung merupakan metode awal yang perlu
dilakukan dalam promosi kesehatan di SD Maju Jaya sebelum tahap
simulasi. Tujuan dari penyuluhan ini adalah diharapkan terjadi
peningkatan pengetahuan sasaran mengenai menggosok gigi yang benar.
Pada tahap penyuluhan sasaran akan diberikan materi mengenai definisi,
manfaat, waktu yang tepat untuk menggosok gigi, cara melakukan gosok
gigi dengan benar, definisi serta penyebab dan pencegahan karies gigi.
Namun sebelumnya pemateri akan membagikan selebaran leaflet kepada
peserta agar dapat dibaca sebelum penyuluhan dimulai. Penyuluhan
dilakukan di aula sekolah dan juga akan disajikan video mengenai
pentingnya menggosok gigi serta pemberian contoh langsung cara
menggosok gigi oleh fasilitator. Dalam penyuluhan nantinya akan diikuti
oleh siswa kelas 2, guru, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar sekolah
seperti penjual disekitar sekolah. Pada akhir penyuluhan, fasilitator akan
memberikan kesempatan pada peserta untuk bertanya mengenai materi
yang belum dipahami.
b. Simulasi games
Metode utama yang digunakan yaitu simulasi jenis games yang
akan diikuti oleh siswa kelas 2 SD Maju Jaya, dalam games tersebut

42
menggunakan media ular tangga dengan sebuah dadu yang terbuat dari
kardus. Para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-
masing 5-6 siswa tiap kelompok, kemudian tiap kelompok diperintahkan
untuk mengocok dadu secara bergiliran. Ketika dadu dilempar dan behenti
diangka yang muncul saat dilempar, siswa harus berjalan sesuai besarnya
angka dadu dan berhenti diangka tersebut. Lalu siswa akan diberikan
pertanyaan sesuai di nomor perhentian mereka dalam ular tangga. Peserta
wajib menjawab dan bisa ditambahkan oleh peserta lainnya yang
sekelompok. Peserta yang menjawab akan mendapatkan reward dari
fasilitator. Setelah peserta menjawab, fasilitator akan memberikan
penjelasan dan feedback. Metode ini dapat sekaligus digunakan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap menggosok gigi yang
benar khususnya setelah materi yang disampaikan pada penyuluhan
sebelumnya.
c. Pemasangan poster
Metode selanjutnya yang akan dilakukan adalah pemasangan
beberapa poster di beberapa sudut SD Maju Jaya dengan bantuan guru-
guru disekolah tersebut dan pihak UKS. Poster akan dipasang di depan
wastafel, UKS, kantin dan pada masing-masing kelas. Tujuan dari
pemasangan poster tersebut adalah agar para sasaran dapat tetap
mengingat pengetahuan tentang cara menggosok gigi yang benar, yang
sebelumnya telah disampaikan.
5. Menentukan Media Promosi Kesehatan di Sekolah
a. Poster
Media promosi kesehatan yang digunakan yaitu dengan poster yang akan
dipasang di depan wastafel, UKS, kantin dan pada masing-masing kelas.
Pada poster tersebut berisi materi mengenai SOP cara menggosok gigi
yang benar, kapan waktu yang baik untuk menggosok gigi. Poster tersebut
akan di desain semenarik mungkin dan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan sasaran khususnya siswa SD Maju Jaya sehingga informasi yang
ingin disampaikan melalui poster dapat dipahami oleh sasaran. Selain
poster tentang cara menggosok gigi, akan ada poster tentang karies gigi,

43
yang terdiri dari defisini, penyebab, komplikasi dan pencegahannya. Poster
karies gigi juga dapat ditempelkan pada UKS, kantin, kelas dan di mading,
sehingga siswa, guru dan masyarakat sekitar sekolah dapat mengetahuinya.
b. Video
Media promosi kesehatan melalui video akan digunakan pada saat
penyuluhan berlangsung. Pemutaran video tersebut bertujuan agar terjadi
perubahan sikap sasaran menjadi secara konsisten melakukan
penggosokan gigi. Video yang akan ditayangkan berisi tentang pentingnya
menggosok gigi yang benar, dari segi manfaat dan dampak jika tidak
melakukan cara menggosok gigi yang benar.
c. Slide presentasi
Media ini juga digunakan saat penyuluhan yang memiliki tujuan yaitu
untuk menunjang materi yang akan disampaikan fasilitator kepada sasaran.
Slide tersebut berisi tentang semua materi yang terdiri atas definisi,
manfaat, waktu yang tepat saat menggosok gigi, dan cara menggosok gigi
yang benar. Slide tersebut dapat berupa power point yang disambungkan
pada layar LCD untuk dapat ditampilkan dan dilihat oleh para sasaran.
d. Leaflet
Leaflet dapat dibagikan kepada orang tua, guru dan siswa yang mengikuti
penyuluhan. Isi dari leaflet sendiri hampir sama dengan ada di poster
namun isinya langsung ke point-pointnya saja. Leaflet pun didesain dengan
unik agar pembaca tertarik untuk membacanya.
e. Permainan Game “Ular Tangga”
Media Promosi Kesehatan yang digunakan disini adalah sebuah papan ular
tangga yang mempunyai nomer 1 – 100 untuk sampai puncaknya. Dimana
di setiap 10 kotak terdapat beberapa point pertanyaan yang harus dijawab
oleh peserta. Pertanyaan yang ada tersebut berhubungan dengan kesehatan
gigi. Tujuan penggunaaan media ini adalah agar anak-anak dapat belajar
tentang kebersihan gigi namun juga dapat bermain, dan tidak terlalu
merasa ditekan. Pada permainan ular tangga akan direview kembali hal-hal
yang telah diterangkan sebelumnya. Apakah anak-anak telah mengerti atau
belum dengan masalah kesehatan gigi, media ini juga dapat digunakan

44
sebagai media evaluasi seberapa tingkat pengetahuan mereka yang telah
mendapatkan promosi kesehatan sebelumnya apakah mengalami
peningkatan atau tidak, yaitu dengan cara apakah anak tersebut dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di ular tangga tersebut. Jika
anak tidak dapat menjawab suatu pertanyaan di ular tangga tersebut maka
fasilitator akan membantu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Lampiran Pertanyaan Ular tangga:
 Apa itu gosokgigi yang benar?
 Kapankitaharusmenggosokgigi yang benar?
 Apa akibatnya apabila menggosok gigi dengan cara yang salah?
 Mengapakitaharusmenggosokgigi yang benar?
 Bagaimanacara menggosok gigi yang benar?
 Apa manfaat gosok gigi?
 Alat apa saja yang dibutuhkan untuk mengosok gigi?
 Apa saja yang dapat menyebabkan sakit gigi?
 Makanan apa saja yang menyebabkan karies gigi?
 Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi karies gigi?

6. Menyusun Rencana Evaluasi


Evaluasi akan dilakukan setelah 3 bulan berjalannya program, sasaran
yang akan dievaluasi yaitu siswa dan warga SD Maju Jaya terutama guru,
petugas UKS serta orang tua siswa. Indikator yang perlu dievaluasi
diantaranya adalah terpasangnya poster pada sudut yang telah ditentukan,
kebiasaan siswa menggosok gigi minimal 2 kali sehari, pengetahuan siswa
dalam menggosok gigi sudah baik dilihat dari jawaban-jawaban saat simulasi
game. Kemudian dilihat dari sikap atau cara menggosok gigi, siswa
mempunyai ketrampilan/perilaku yang baik dalam hal menggosok gigi,
prevalensi kejadian karies gigi pada siswa di SD Maju Jaya sudah berkurang
melalui penyuluhan dan simulasi game. Orang tua juga akan di evaluasi, yaitu
dengan membagikan lembar observasi akan yang diisi setiap harinya. Lembar
observasi berisi tanggal, hari, waktu, jadwal menggosok gigi dan kolom
ceklis. Apabila sang anak melakukan gosok gigi sesuai waktunya, maka

45
orang tua dapat memberikan tanda ceklis pada kolom ceklis. Lembar
observasi dapat dipantau setiap bulannya.
7. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Tanggal
No. Nama Kegiatan PJ Kegiatan
Pelaksanaan
1. Pembuatan proposal kegiatan 25 Agustus Lely Suryawati
2018
2. Pengajuan proposal kegiatan pada 15 September Fara Farina
Dinas Pendidikan Kota 2018
3. Penyuluhan 27 November Dyah Puddya
Penyuluhan berisi definisi, 2018 dan Erlina
manfaat, waktu yang tepat untuk
menggosok gigi, cara melakukan
gosok gigi dengan benar, definisi
serta penyebab dan pencegahan
karies gigi
4. Simulasi games 4 Desember Dwi Eri Retno
Games yang akan dilaksanakan 2018 dan Risma
yaitu ular tangga. Peserta yang
mengikuti adalah siswa kelas 2
dan bagi menjadi 6 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri
dari 5-6 siswa. Setiap peserta
yang melempar dadu akan ada
pertanyaan dan harus dijawab
oleh siswa.
5. Pemasangan poster 5 Desember Arman
Isi yang terdapat pada poster 2018 Rosyadio
sama seperti materi yang
disampaikan saat penyuluhan.
Poster akan ditempelkan pada
wastafel, kantin, ruang kelas,

46
majalah dinding, kamar mandi,
serta ruang UKS yang terdiri dari
poster cara menggosok gigi serta
penyakit karies gigi.
7. Evaluasi 5 Maret 2019 Zaenab
Evaluasi terdiri atas 3 tahap :
1. Evaluasi penyuluhan :
dilakukan setelah penyuluhan
berakhir
2. Evaluasi Games : dilakukan
setelah games berakhir dan
setelah 3 bulan dari games
dilaksanakan
3. Evaluasi poster :
dilaksanakan setelah 3 bulan
ditempelkan di sekolah

47
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Promosi kesehatan adalah proses
membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki
kesehatan mereka. Metode promosi kesehatan adalah metode penyuluhan
langsung dan metode penyuluhan tidak langsung.
KEMENKES RI masih giat dalam upaya penanggulangan masalah
kesehatan anak usia sekolah di Indonesia. Tiga masalah utama yang jadi
fokus utama ialah kebiasaan merokok pada usia sekolah, kurang makan sayur
dan buah, dan perilaku mencuci tangan agar bisa mencegah penyakit.
Salah satu metode promosi kesehatan yang cocok digunakan untuk anak
usia sekolah adalah simulasi. Simulasi adalah suatu metode pembelajaran
yang menyajikan pelajaran dengan menggunakan situasi atau proses nyata,
dengan peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi dengan situasi di
lingkunganya. Jenis simulasi adalah bermain peran (role playing),
sosiodrama, permainan simulasi (simulasi games), peer teaaching.
4.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat menambah danmengembangkan referensi
untuk mahasiswa tentang promosi kesehatan pada kelompok anak usia
sekolah dengan metode simulasi. Perawat khususnya di tatanan komunitas
penting untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan promosi kesehatan
yang tepat dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
pengetahuan khususnya pada anak usia sekolah.

48
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Joko Tri Pasetya. 2005.Strategi Belajar Mengajar. Bandung:


Pustaka Setia. Hal 83.
Anitah, Sri, W, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Burhaein, Erick. 2017. Indonesian Jurnal of Primary Education. Aktivitas Fisik


Olahraga untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa SD. Vol. 1 No 1
(2017) 51-58. Diterbitkan online 17 Juni 2017
Gunarsa, D. S. (2006). Psikologi Praktis: Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia
Heri D.J Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
HM. Tsalits Fahami. Proses Tumbuh Kembang Siswa Usia Sekolah.
jurnal.unisla.ac.id
Hurlock, E. B. (1980). "Psikologi perkembangan." Jakarta: Erlangga.
Jafar, Nurhaedar. 2016. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah. Makasar
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005
Mar'atun Nafi'ah, Adinda, dkk. Periodesasi Masa Perkembangan Anak-Anak.
diakses dari eprints.umsida.ac.id>PSI masa anak2
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam, Ferry Efendi.2010.Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Wina Sanjaya, Op. Cit. Hal 160-161, Jakarta.

Yusuf, S. (2010). Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung, PT Remaja


Rosdakarya.
Yuliani, E. (2005). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras.

49
Lampiran

SATUAN ACARA KEGIATAN SIMULASI

Pokok Bahasan : Kesehatan Komunitas Anak Usia Sekolah


Sub Pokok Bahasan : Cara Menggosok Gigi yang Benar
Sasaran : Siswa Kelas 2 SD Maju Jaya, Klungkung, Bali
Hari / Tanggal : 27 November 2018-5 Maret 2019
Waktu : 09.00-10.00 WIB (60 Menit)
Ruangan : Aula sekolah SD Maju Jaya

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mendapatkan penjelasan dan simulasi kesehatan tentang cara
menggosok gigi dengan benar diharapkan peserta (siswa) dapat
melakukan cara menggosok gigi dengan benar sesuai dengan langkah-
langkah yang dijelaskan.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mendapatkan simulasi peserta mampu:
1. Mengetahui definisi menggosok gigi yang benar
2. Menyebutkan manfaat menggosok gigi yang benar
3. Akibat apabila tidak menggosok gigi dengan benar
4. Menyebutkan alasan menggosok gigi dengan benar
5. Melakukan cara menggosok gigi yang benar
6. Menyebutkan kapan menggosok gigi yang benar
7. Menyebutkan alat apa saja yang digunakan untuk menggosok gigi
8. Menyebutkan penyebab dari sakit gigi
9. Menyebutkan makanan yang menjadi penyebab karies gigi
10. Meyebutkan cara pencegahan karies gigi
C. Metode
Setelah materi disampaikan, dilanjutkan dengan simulasi games ular
tangga. Games ular tangga sebagai bentuk evaluasi pemahaman siswa
terhadap materi gosok gigi yang disampaikan oleh pemateri.

50
D. Media
1. Poster
2. Video
3. Leaflet
4. Alat yang diperlukan:
a. Manekin gigi, sikat gigi, pasta gigi.
b. Ular tangga gigi sehat
c. Dadu (Kardus)
E. Isi Materi
1. Definisi menggosok gigi yang benar
2. Manfaat menggosok gigi yang benar
3. Cara menggosok gigi yang benar
4. Akibat mengosok gigi yang salah
5. Waktu untuk menggosok gigi
6. Peralatan gosok gigi
7. Penyebab dari kerusakan gigi (gigi berlubang, karies gigi, sakit gigi)
8. Makanan-makanan yang dapat menjadi masalah untuk gigi
9. Pencegahan dari karies gigi
F. Proses Pelaksanaan Penyuluhan
No TahapWaktu Kegiatan
1. Introduksi 1. Fasilitator akan memperkenalkan diri dan menjelaskan
(10 menit) tujuan kegiatan penyuluhan kepada siswa. Tujuan
penyuluhan adalah, menyampaikan materi gosok gigi.
Penyuluhan 2. Penyuluhan materi gosok gigi. Peserta yang mengikuti
(15 menit) kegiatan penyuluhan yaitu: guru, kepala sekolah, petugas
UKS, orang tua siswa, siswa kelas 2 SD serta
Kegiatan Peserta: masayarakat sekitar sekolah (penjual). Fasilitator
mendengarkan menyampaikan materi tentang gosok gigi yang benar. Isi
dari materi tersebut diantaranya adalah :
Waktu : 27 a. Definisi menggosok gigi yang benar
November 2018 b. Manfaat menggosok gigi yang benar
c. Caramenggosok gigi yang benar

51
Pelaksana: Fasilitator d. Waktu untukmenggosok gigi
e. Peralatan gosok gigi
f. Penyebab dari kerusakan gigi (gigi berlubang, karies
gigi, sakit gigi)
g. Makanan-makanan yang dapat menjadi masalah
untuk gigi
h. Pencegahan dari karies gigi

3. Tujuan Simulasi
Setelah melakukan simulasi peserta mampu:
a. Mengetahui definisi menggosok gigi yang benar.
b. Menyebutkan manfaat menggosok gigi yang benar.
c. Melakukan cara menggosok gigi yang benar.
d. Menyebutkan kapan menggosok gigi yang benar.
2. Enactment Permainan Games Ular tangga. Permainan games ular
(30 menit) tangga adalah serangkaian kegiatan dari acara penyuluhan
ini. Peserta yang mengikuti kegiatan ini yaitu siswa kelas 2
Kegiatan Peserta: SD Maju Jaya. Setelah dilaksanakan penyampaian materi
Memperhatikan melalui metode ceramah dilanjutkan dengan games ular
fasilitator dalam tangga. Peserta akan dipilih 5 orang volunteer untuk
penjelasan games mengikuti permainan ini. Fasilitator akan menjelaskan
yang akan dimainkan terlebih dahulu bagaimana proses berjalannya game.
Langkah permainan dari games ini adalah :
Waktu : 4 Desember a. Dipilih 5 orang peserta
2018 b. Menjelaskan bahwa setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk melempar dadu.
Pelaksana: c. Setiap dadu yang dilempar, akan menunjukan angka
Fasilitator yang kemudian peserta akan melangkahkan bidaknya
sesuai nomor yang keluar pada dadu. Apabila peserta
mendapatkan angka 6, peserta akan mendapatkan
kesempatan untuk melempar dadu kembali dan
melangkahkan bidaknya sesuai angka yang didapat.

52
d. Apabila bidak peserta mengenai tangga, maka
diwajibkan untuk naik. Sebaliknya, apabia bidak
mengenai kepala ular maka bidak peserta diwajibkan
untuk turun.
e. Apabila bidak peserta mengenai bintang pada kotak
ular tangga, peserta diwajibkan mengikuti perintah
dari soal yang tertera pada kotak nomor yang ada di
ular tangga tersebut. Perintah dari soal dapat berupa
menjawab pertanyaan, melakukan gerakan yang
diperintahkan, menyebutan sesuatu yang ditanyakan.
f. Peserta akan bergantian melempar dadu sesuai dengan
nomor urutan yang didapatkan. Nomor urutan peserta
1, 2, 3, 4 dan 5.
g. Peserta yang bidaknya lebih dulu mencapai angka 50,
maka peserta akan dinyatakan menang,

Daftar pertanyaan pada undian yaitu:


 Apa itu gosok gigi yang benar?
 Kapan kita harus menggosok gigi yang benar?
 Apa akibatnya apabila menggosok gigi dengan cara yang
salah?
 Mengapa kita harus menggosok gigi yang benar?
 Bagaimana cara menggosok gigi yang benar?
 Apa manfaat gosok gigi?
 Alat apa saja yang dibutuhkan untuk mengosok gigi?
 Apa saja yang dapat menyebabkan sakit gigi?
 Makanan apa saja yang menyebabkan karies gigi?
 Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi karies gigi?

Jawaban Dari pertanyaan:


1. Gigi adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan gigi

53
dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi.
2. Pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
3. Menyikat gigi dengan waktu yang singkat, akan
membuat kuman masih tertinggal. Akibat dari
menggosok gigi dengan cara yang salah, dapat
menyebabkan gusi berdarah, area yang banyak kuman
belum tersentuh. Memilih sikat gigi yang salah dapat
menyebabkan gusi bisa terluka atau lecet yang akhirnya
dapat memicu kuman berkembang biak.
4. Supaya tidak terjadi sakit gigi/karies gigi. Gosok gigi
yang benar mencegah kuman menumpuk di mulut dan
membuat gigi tetap sehat.
5. Gosok gigi yang benar adalah:
a. Tempatkan sikat gigi pada sudut 450 ke gusi.
Pindahkan secara bergantian ke arah gigi yang lain.
b. Sikat permukaan luar, permukaan bagian dalam, dan
permukaan tenga gigi (pengunyah gigi)
c. Untuk membersihkan celah gigi bagian bagian
depan, arahkan sikat dengan posisi vertikal
kemudian gosok ke bawah dan ke atas secara
bergantian
d. Sikat lidah untuk menghilangkan bakteri dan
menjaga nafas tetap segar
6. Manfaat gosok gigi
a. Mencegah gigi berlubang
b. Mencegah gigi hilang/copot
c. Membuat gigi lebih cerah dan bersih
d. Menyegarkan nafas
e. Meningkatkan kesehatan bagi tubuh
f. Hemat
7. Peralatan gosok gigi
a. Gelas atau wadah penampung air untu berkumur

54
b. Pasta gigi
c. Sikat gigi
d. Handuk
8. Hal yang dapat menyebabkan karies gigi
a. Faktor makanan
b. Sikat gigi berawal dari gusi yang bengkak
c. Jarang gosok gigi
d. Gosok gigi yang tidak benar
9. Makanan yang dapat menyebabkan karies gigi
Permen manis, Kue, Jajanan mengandung gula dan
Coklat
10. Pencegahan karies gigi
a. Gosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari pada
waktu yang tepat yaitu, sesudah makan dan sebelum
tidur
b. Pilih sikat gigi yang berbulu halus
c. Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat
menggunakan sikat gigi dengan benar, dapat
digunakan kain pembersih yang tidak terlalu tipis
untuk membersihkan bagian depan dan belakang
gigi, gusi serta lidah. Cara mempergunakan yaitu
dengan melilitkan pada jari kemudian digosokkan
pada gigi.

3. Review 1. Melakukan review pengalaman bersimulasi


(20 menit) 2. Mengidentifiasi kejadian yang berkesan dalam simulasi
Kegiatan Peserta: 3. Menganalisis kesan yang didapat oleh peserta
Aktif bertanya dan 4. Menyimpulkan kegiatan acara
memperhatikan
Waktu : 4 Desember
2019
Pelaksana: Fasilitator

55
4 Penempelan Poster 1. Fasilitator membagikan poster kepada guru dan petugas
(10 menit) UKS
2. Petugas uks dan guru menempelkan poster di beberapa
Kegiatan Peserta: tempat, yaitu : wastafel, kamar mandi, kantin, UKS,
menempelkan poster mading sekolah serta di masing-masing kelas.
di beberapa tempat 3. Tiga bulan kemudian akan dievaluasi.

Waktu : 5 Desember
2018

Pelaksana:
Fasilitator, guru,
petugas UKS

G. Setting Tempat
Di awal penyuluhan siswa duduk memperhatikan materi yang diberikan.
Setelah pemberian materi siswa berdiri melingkar dan melaksanakan
permainan sesuai dengan games yang ditentukan.

H. Pengorganisasian
1. Perawat 1 : sebagai fasilitator yang mengarahkan jalannya permainan
2. Perawat 2 :sebagai fasilitator yang mengatur simulasi dan
menjelaskan materi yang sekiranya belum dipahami oleh siswa
3. Guru : membantu mengkondisikan jalannya permainan
4. Siswa : sebagai obyek yang melaksanakan permainan ular tangga

I. Evaluasi
1. Evaluasi penyuluhan dilakukan setalah penyuluhan berakhir yaitu
dengan memberikan sesi pertanyaan. Orang tua dapat diberikan kertas
observasi yang isinya yaitu tanggal, waktu, jadwal menggosok gigi
serta kolom ceklis. Apabila sang anak telah melakukan gosok gigi

56
sesuai waktunya, maka orang tua dapat memberikan ceklis dikolom
ceklis. Dari lembar observasi itu kita dapat memantau bagaimana
perkembangan pola kebersihan gigi dari siswa, apakah siswa
melakukan gosok gigi sesuai jadwal dan apakah ada peran serta dari
orang tua.
2. Evaluasi simulasi games dilakukan setelah game dilaksanakan di saat
siswa melakukan simulasi games dan menjawab pertanyaan selama
games dan ketika penutupan dengan melemparkan pertanyaan serta
mencoba kemampuan anak dalam melaksanakan praktik cara
menggosok gigi yang benar di depan kelas.
3. Simulasi poster dilaksanakan setelah 3 bulan poster ditempelkan, kita
dapat mengamati apakah setelah 3 bulan poster tetap terpasang
ditempat yang sama dan apakah terdapat perubahan kebiasaan
menggosok gigi pada anak.

Isi Materi
1. Pengertian menggosok gigi
Menggosok gigi adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan
gigi dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi. Menggok gigi
merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar gigi tetap dalam
keadaan bersih dan sehat.
2. Manfaat Menggosok Gigi
a. Mencegah Gigi berlubang.
Gigi yang terdapat plak menjadi penyebab utama kerusakan gigi.
Palak tersebut bersifat asam yang akan menggrogoti enamel gigi dan
jika dibiarkan tanpa pengawasan akan menyebabkan gigi berlubang.
Plak yang menempel pada gigi dapat dihilangkan dengan menyikat
gigi dan pemeriksaan gigi.
b. Mencegah gigi copot/hilang.
Penyakit gusi yang dimulai dari menumpuknya plak gigi
merupakan penyebab utama copotnya/hilangnya gigi. Dalam
perkembangan penyakit gusi tersebut, plak akan bergerak lebih ke

57
bawah gigi di mana pak tesebut dapat menghancurkan tulang
penopang gigi yang berada dalam rahang. Hal tersebut akan
menyebabkan gigi yang menancap di rahang akan melonggar dan
rontok. Untungnya hal ini dapat dikurangi melalui menggosok gigi
secara teratur dan dikombinasikan dengan kebersihan mulut.
c. Membuat gigi lebih cerah dan senyuman menjadi indah.
Makan coklat dan teh terlalu sering dapat menodai gigi. Dengan
menggosok gigi akan menghapus noda. Hasilnya, gigi lebih putih dan
senyum indah.
d. Menyegarkan nafas
Menggosok gigi dengan teratur akan menjaga kebersihan mulut.
Menggosok gigi akan mencegah bau mulut. Gogok gigi yang teratur
akan membuat gigi bersih dan nafas tidak bau.
e. Meningkatkan kesehatan bagi tubuh
Penelitian telah menunjukan hubungan antara kesehatan mulut
dengan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Periksan gigi dan gosok
gigi secara teratur dapat membantu menurunkan resiko untuk
mengalami beberapa penyakit, seperti penyakit jantung dan stroke.
Banyak kondisi medis, beberapa dari mereka akan mengancam jiwa.
f. Hemat
Menggosok gigi dengan teratur akan membuat hemat. Bagaikan
sebuah investasi, menggosok gigi adalah cara termudah untuk
mencegah dari penyakit misalnya gigi berlubang dan gigi rontok.
Gosok gigi dapat dilakukan secara rutin agar gigi sehat tanpa
mengelurkan uang untuk mendapat kesembuhan.
3. Cara Menggosok Gigi yang benar

Tempatkan sikat gigi pada sudut 450 ke


gusi. Pindahkan secara bergantian ke
arah gigi yang lain

58
Sikat permukaan luar, permukaan bagian dalam,
dan permukaan tenga gigi (pengunyah gigi)

Untuk membersihkan celah gigi bagian


bagian depan, arahkan sikat dengan posisi
vertikal kemudian gosok ke bawah dan ke
atas secara bergantian

Sikat lidah untuk menghilangkan bakteri


dan menjaga nafas tetap segar

4. Akibat mengosok gigi yang salah


Menyikat gigi dengan waktu yang singkat, akan membuat kuman masih
tertinggal. Akibat dari menggosok gigi dengan cara yang salah, dapat
menyebabkan gusi berdarah, area yang banyak kuman belum tersentuh.
Memilih sikat gigi yang salah dapat menyebabkan gusi bisa terluka atau
lecet yang akhirnya dapat memicu kuman berkembang biak.

5. Waktu untuk menggosok gigi


American Dental Association merekomendasikan menyikat gigi minimal
dua kali sehari.

59
a. Pagi hari 30 menit setelah sarapan
b. Malam hari sebelum tidur
6. Peralatan Gosok gigi
a. Gelas atau wadah penampung air untuk berkumur
b. Pasta gigi
c. Sikat gigi
d. Handuk
7. Hal-hal yang menjadi penyebab sakit gigi
a. Faktor makanan
b. Sakit gigi berawal dari gusi yang bengkak
c. Jarang gosok gigi
d. Gosok gigi yang tidak benar
8. Makanan yang dapat menyebabkan karies gigi
Bahan makanan (karbohidrat) dapat memicu terjadinya karies gigi
harus kontak dengan permukaan gigi dalam waktu cukup lama.
Karbodidrat ini apabila terdapat dalam jumlah cukup besar, sering
dikonsumsi, terutama jenis yang lengket atau melekat pada gigi , maka
kemungkinan terjadinya karies juga cukup tinggi. Ada jenis karbohidrat
yang dijumpai, yaitu : tepung polisakarida, sukrosa dan glukosa, dimana
sukrosa paling mudah menyebabkan terjadinya karies atau lubang gigi.
Karbohidrat ini dapat dijumpai pada hampir semua makanan,
sedangkan makanan atau pada jajanan yang disukai pada anak-anak
banyak dijumpai pada makanan : permen, coklat, kue-kue dan gula.
Sedangkan karbohidrat dalam buah-buahan tidak menimbulkan karies,
karena jumlahnya tidak banyak. Meskipun karbohidrat dapat
menyebabkan karies, namun demikian kita tidak perlu takut untuk
mengkonsumsinya, asalkan kita rajin membersihkan dan merawat gigi
kita dengan baik dan benar.
9. Pencegahan Karies gigi
Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan intruksi berikut :
a. Gosok gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari pada waktu yang tepat
yaitu, sesudah makan dan sebelum tidur.

60
b. Pilih sikat gigi yang berbulu halus
c. Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan sikat
gigi dengan benar, dapat digunakan kain pembersih yang tidak terlalu
tipis untuk membersihkan bagian depan dan belakang gigi, gusi serta
lidah. Cara mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari
kemudian digosokkan pada gigi.

61

Anda mungkin juga menyukai