KELOMPOK 2
1. AGNES NATALIA SIRINGO=RINGO ( 200204001 )
2. RIZKI NANDA FUTRI ( 200204045 )
3. ROYMANTA EVENRY ( 200204046 )
4. AGUSTRIYANI LAIA ( 200204002 )
5. AYU ASHARY ( 180204043 )
Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul Konsep teori dan prinsip
belajar mengajar pada program pendidikan kesehatan klien dalam rangka
mengatasi.mencegah dan meningkatkan kesehatan klien
dengan baik. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan bimbingan, arahan, petunjuk,
dorongan maupun material dari berbagai pihak ;
Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:
1. Parlindungan Purba,SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia, Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba,M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia,
Medan
3 Ns. Rinco Siregar,S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia, Medan
4. Ns. Eva kartika hasibuan M.Kep, selaku dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan mata kuliah Pendidikan
dan promosi kesehatan dengan topik Konsep teori dan prinsip belajar mengajar pada program
pendidikan kesehatan klien dalam rangka mengatasi.mencegah dan meningkatkan kesehatan
klien
5 Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengajaran dan pembuatan
makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Narapidana yang namanya tidak kami cantumkan
satu persatu, demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita semua.
Kelomok 2
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB III PENUTUP.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
7. Apakah yang dimaksud dengan belajar dan mengajar?
8. Bagaimanakah teori dan konsep belajar dan mengajar?
9. Apa saja yang termasuk dalam domain belajar?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan/edukasi pasien
2. Memahami bagaimana pendidikan pasien/ klien sebagai salah satu
dimensi caring perawat
3. Mengerti peran pendidikan/ edukasi pasien dalam pelayanan kesehatan
4. Mengetahui hubungan pendidikan/ edukasi klien dan discharge
planning
5. Memahami bagaimana proses pengintegrasian pendidikan kesehatan
ke dalam praktik keperawatan
6. Mengetahui model proses pendidikan kesehatan klien
7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar dan mengajar
8. Memahami teori dan konsep belajar dan mengajar
9. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam domain belajar
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.1.2 Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien sebagai Salah Satu Dimensi Caring
Perawat
Keperawatan adalah aplikasi kiat dan ilmu tentang manusia melalui
transaksi caring transpersonal untuk membantu seseorang mencapai keselarasan
pikiran-tubuh-jiwa yang menimbulkan pengetahuan diri, pengendalian diri,
perawatan diri, dan penyembuhan diri (Watson, 1990). Dalam memberikan
pendidikan/edukasi kepada pasien/klien sebagai salah satu bentuk intervensi
keperawatan, diperlukan suatu esensi teori sebagai landasan untuk melakukan tata
laksana proses pendidikan/edukasi tersebut. Hal ini diterangkan Watson (1979)
dalam Theory of Human Caring bahwa caring adalah sejenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan untuk meningkatkan rasa aman pada pasien/klien dan
melindungi klien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan
klien untuk dapat sembuh. Caring yang efektif akan meningkatkan status
kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga, caring environment
menyediakan perkembangan potensi dan memberukan keleluasaan memilih
kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
Pada tahun 1997, Watson dan Lea menyusun instrumen yang
dikembangkan untuk meneliti perilaku caring perawat yang disebut dengan
Caring Dimensions Inventory (CDI). Terdapat 25 daftar dimensi caring tersebut,
salah satunya yaitu memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu yang
berhubungan dengan pendidikan klien. Proses keperawatan identik dengan caring.
Dalam Caring Dimensions Inventory (CDI) terdapat pendidikan klien sebagai
salah satu hal terpenting untuk mencapai sehat pada klien. Dalam proses
pendidikan klien, perawat harus memastikan bahwa klien, keluarga, dan
masyarakat menerima informasi yang dibutuhkan untuk memulihkan dan
mempertahankan kesehatan yang optimal.
8
itulah, pemerintah mengeluarkan UU RI No.23 Tahun 1992 tentang pembangunan
sebagai salah satu pembangunan nasional dengan tujuan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Salah satu tujuan edukasi adalah untuk memberikan informasi pada klien
yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinutas pelayanan dari
rumah sakit ke rumah (Falvo, 2004). Perencanaan pulang adalah suatu proses
yang sistematis untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan
fasilitas kesehatan yang ada atau telah ditentukan serta bekerjasama dengan
pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah atau
pulang, bertujuan untuk meminimalkan dampak dari suatu keadaan kesehatan
misalnya penyakit dengan perawatan yang kontinu (terus menerus). Perencanaan
pulang disusun agar pasien mampu menjaga kontinutas kesehatannya secara
mandiri, namun tujuan itu tidak akan tercapai dengan baik jika edukasi klien tidak
dilaksanakan.
2.1.5 Menguraikan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam
praktek keperawatan.
9
yang sama seperti klien. Jika perawat tidak menyertakan keluarga, maka dapat
menimbulkan konflik pada keluarga.
10
kesehatan, yang didefinisikan sebagai partisipasi sikap rela peserta didik
dalam menentukan praktik kesehatan mereka sendiri.
6. Therapeutic Alliance Model merupakan model yang membahas tentang
peralihan kekuasaan dari penyelenggara kepada kemitraan pembelajaran
dimana kerjasama dan negosiasi dengan konsumen merupakan kuncinya.
2.2 Belajar dan Mengajar
2.2.1 Pengertian Belajar
2.2.2 Mengajar
11
2.2.3 Teori-teori belajar:
1. Teori Behavior
2. Teori Kognitif
Teori kognitif melihat kegiatan belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka
berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk
menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah
mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Teori belajar kognitif juga sering
disebut sebagai teori perseptual karena menurut teori ini, kegiatan belajar adalah
perubahan persepsi yang terkadang tidak dapat diamati dan / atau diikuti. Menurut
teori ini pula, proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau
informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Teori belajar kognitif dikemukakan oleh Ausubel, Bruner, Jean Piaget, dan Robert
M. Gagne
3. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Hal itu dikarenakan menurut teori ini, kepribadian individu tidak hanya
berasal dari pembelajaran lingkungan tetapi juga hasil pembelajaran dan motivasi dari
dalam diri individu tersebut. Contoh pembelajaran dari dalam diri individu tersebut
adalah kebebasan utnuk memilih, dan motivasi untuk mencapai aktualisasi diri atau
memenuhi keunikan mereka sebagai manusia. Menurut teori ini pula, terdapat dua
tipe belajar yaitu tipe belajar kognitif atau tipe belajar berdasarkan makna dan tipe
belajar eksperiensial atau tipe belajar berdasarkan pengalaman. Tetapi, secara umum
teori ini bersifat elektif sehingga teknik belajar apapun dapat
12
dialakukan oleh seorang individu agar tujuan belajar dapat tercapai. Hingga saat
ini, terdapat tiga tokoh pelopor teori humanistik yaitu Arthur Combs, Abraham
Maslow, dan Carl Rogers.
4. Teori Sibernetik
13
Urutan keempat dalam hierarki adalah analisis yang berarti mengaitkan
ide yang satu dengan yang lain dengan cara yang benar. Contoh, klien mampu
mengidentifikasi efek samping yang paling sering dialaminya karena obat
tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami oleh orang
lain (Potter dan Perry, 2005). Urutan kelima dalam hierarki adalah membuat
sintesis yang merupakan kemampuan memahami dari semua informasi yang
diterimanya. Contoh, klien mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam
melakukan cara untuk mencegahnya (Potter dan Perry, 2005). Urutan terakhir
dalam hierarki tersebut adalah evaluasi. Evaluasi adalah berupa penilaian oleh
klien terhadap efek yang diterima saat dan setelah melakukan perawatan
(Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004). Contoh, klien mampu memahami
kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut tentang insulin sehubungan dengan
rencananya mengikuti program latihan (Potter dan Perry, 2005).
2.2.4.2Domain afektif
14
menolak untuk melihat luka irisan dan memakai pakaian dengan kerah
tertutup.
4. Urutan keempat dalah pengorganisasian yaitu membangun sistem nilai
dengan mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai dan mampu
menyelesaikan konflik. Contohnya : pasien amputasi berniat menerima
perubahan yang ada pada dirinya dan berkeinginan untuk tetap
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Urutan kelima atau terakhir adalah karakterisasi yaitu memiliki nilai yang
konsisten dan menjadi dasar dalam tingkah laku yang menjadi gaya hidup.
Contoh : seorang pasien amputasi tetap menjalani kehidupan normalnya di
masyarakat.
2.2.4.3 Domain psikomotor
15
4. Urutan keempat mekanisme adalah respon belajar telah menjadi kebiasaan
dan gerakan dapat dilakukan dengan sedikit keyakinan dan kemampuan.
Contoh : mengendarai mobil pribadi.
5. Urutan kelima adalah respon jelas yang rumit adalah kinerja terampil dari
tindakan motorik yang melibatkan pola gerakan yang kompleks tanpa ragu
dan otomatis. Contoh : menampilkan kompetensi saat bermain piano.
7. Urutan ketujuh atau terakhir adalah originasi yaitu membuat pola gerakan
baru agar sesuai dengan situasi atau masalah tertentu. Contoh:
mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensi
16
3. Konsep mengajar sebagai substansi keilmuan merupakan salah satu cara
untuk menyampaikan ilmu (informasi yang bermanfaat) kepada orang lain.
2.2.6 Teori mengajar
Secara umum, ada empat aliran pendidikan (Sukmadinata, 1997).
Keempat aliran itu antara lain;
3. Teori mengajar interaksional yaitu ada hubungan dua pihak atau lebih
sehingga terjadi interaksi. Contoh : seminar kesehatan interaktif. Teori
mengajar membedakan yaitu pendidik mengajarkan dua fakta atau konsep
yang berbeda. Contoh : perbedaan mencuci tangan dengan sabun dan hand
sanitizer.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20