Anda di halaman 1dari 20

Konsep teori dan prinsip belajar mengajar pada program pendidikan

kesehatan klien dalam rangka mengatasi.mencegah dan meningkatkan


kesehatan klien
D

KELOMPOK 2
1. AGNES NATALIA SIRINGO=RINGO ( 200204001 )
2. RIZKI NANDA FUTRI ( 200204045 )
3. ROYMANTA EVENRY ( 200204046 )
4. AGUSTRIYANI LAIA ( 200204002 )
5. AYU ASHARY ( 180204043 )

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul Konsep teori dan prinsip
belajar mengajar pada program pendidikan kesehatan klien dalam rangka
mengatasi.mencegah dan meningkatkan kesehatan klien
dengan baik. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan bimbingan, arahan, petunjuk,
dorongan maupun material dari berbagai pihak ;
Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu:
1. Parlindungan Purba,SH,MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia, Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba,M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia,
Medan
3 Ns. Rinco Siregar,S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia, Medan

4. Ns. Eva kartika hasibuan M.Kep, selaku dosen pengajar yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam menyelesaikan mata kuliah Pendidikan
dan promosi kesehatan dengan topik Konsep teori dan prinsip belajar mengajar pada program
pendidikan kesehatan klien dalam rangka mengatasi.mencegah dan meningkatkan kesehatan
klien
5 Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengajaran dan pembuatan
makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Narapidana yang namanya tidak kami cantumkan
satu persatu, demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 24 maret 2021


Penyusun,

Kelomok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 5

1.3 Tujuan ............................................................................................... 6

1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan/edukasi kesehatan klien dalam praktek keperawatan .... 7

2.1.1 Definisi Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien.................................. 7

2.1.2 Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien sebagai Salah Satu Dimensi


Caring Perawat ........................................................................... 8
2.1.3 Peran Pendidikan/Edukasi Pasien dalam Pelayanan Kesehatan . 8

2.1.4 Hubungan Edukasi Pasien dengan Rencana Pemulangan ........... 9

2.1.5 Menguraikan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke


dalam praktek keperawatan ........................................................ 9

2.1.6 Model Proses dalam Pendidikan Kesehatan Pasien .................... 10

2.2 Belajar dan Mengajar........................................................................ 11


2.2.1 Pengertian Belajar ....................................................................... 11
2.2.2 Mengajar...................................................................................... 11
2.2.3 Teori-teori belajar........................................................................ 12
2.2.4 Domain Belajar ........................................................................... 13
2.2.5 Pengertian Konsep Mengajar ...................................................... 16
2.2.6 Teori mengajar ............................................................................ 17

3
BAB III PENUTUP.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara maju dapat diukur dengan berbagai indikator. Salah satu indikator
yang dapat digunakan adalah tingkat kesehatan. Tingkat kesehatan yang baik
mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki tingkat kesejahteraan dan
tingkat pendidikan yang baik.
Pendidikan merupakan aspek utama yang harus dikembangkan untuk
mencapai segala indikator kemajuan suatu negara. Pendidikan meliputi
aktivitas belajar dan mengajar. Segala macam ilmu ditransfer melalui proses
pendidikan. Sistem pendidikan juga dikenal dalam dunia kesehatan. fungsi
pendidikan dalam bidang kesehatan adalah untuk pencegahan,
mempertahankan dan meningkatkan kualitas kesehatan.
Fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik jika direalisasikan.
Salah satu tindakan konkretnya adalah melalui promosi kesehatan. segala
bentuk promosi kesehatan dapat dilakukan oleh semua profesi bidang
kesehatan, termasuk perawat untuk mengantarkan masyarakat pada standar
kesehatan yang tinggi.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan/edukasi pasien?
2. Bagaimanakah pendidikan pasien/ klien sebagai salah satu dimensi
caring perawat?
3. Bagaimanakah peran pendidikan/ edukasi pasien dalam pelayanan
kesehatan?
4. Bagaimanakah hubungan pendidikan/ edukasi klien dan discharge
planning?
5. Bagaimanakah proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam
praktik keperawatan?
6. Bagaimanakah model proses pendidikan kesehatan klien?

5
7. Apakah yang dimaksud dengan belajar dan mengajar?
8. Bagaimanakah teori dan konsep belajar dan mengajar?
9. Apa saja yang termasuk dalam domain belajar?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan/edukasi pasien
2. Memahami bagaimana pendidikan pasien/ klien sebagai salah satu
dimensi caring perawat
3. Mengerti peran pendidikan/ edukasi pasien dalam pelayanan kesehatan
4. Mengetahui hubungan pendidikan/ edukasi klien dan discharge
planning
5. Memahami bagaimana proses pengintegrasian pendidikan kesehatan
ke dalam praktik keperawatan
6. Mengetahui model proses pendidikan kesehatan klien
7. Mengetahui apa yang dimaksud dengan belajar dan mengajar
8. Memahami teori dan konsep belajar dan mengajar
9. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam domain belajar

1.4 Sistematika Penulisan


HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Sistematika Penulisan
BAB II ISI
BAB III PENUTUP
a. Simpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan/edukasi kesehatan klien dalam praktek keperawatan

2.1.1 Definisi Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien

Craven and Himle (1996) dalam Suliha (2002) mendefinisikan bahwa


pendidikan atau edukasi merupakan penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan untuk
mengangkat fakta dan kondisi nyata dengan cara memberi dorongan terhadap
pengarahan diri (self-direction), aktif dalam memberikan informasi atau ide baru.
Pendidikan dapat menyebabkan perubahan kemampuan intelektual dan
memperbaiki keterampilan seseorang dalam menggunakan dan mengevaluasi
informasi. Sementara itu, Wingroot (2005) menyesuaikan edukasi dengan bidang
kesehatan sehingga ia mengatakan bahwa edukasi kesehatan dapat meningkatkan
kemampuan seseorang untuk mengatur kesehatan mereka hingga mengubah
perilaku klien dengan tujuan agar klien dapat mempertahankan atau memperbaiki
kesehatannya. Dalam usaha pendidikan/edukasi pasien, perawat harus
menyertakan nilai-nilai psikososial, spiritual, dan budaya yang dimiliki pasien
serta keinginan untuk berpartisipasi aktif. Pendidikan atau edukasi untuk klien
dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. pendidikan pasien klinis


Pendidikan pasien klinis merupakan proses belajar-mengajar yang
terencana, sistematis, dan logis yang dapat digunakan dalam segala situasi
klinis. Pendidikan pasien klinis pada umumnya berlangsung secara
berkesinambungan.
b. pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar-mengajar yang lebih
berkonsentrasi pada promosi kesehatan.

7
2.1.2 Pendidikan/Edukasi Pasien/Klien sebagai Salah Satu Dimensi Caring
Perawat
Keperawatan adalah aplikasi kiat dan ilmu tentang manusia melalui
transaksi caring transpersonal untuk membantu seseorang mencapai keselarasan
pikiran-tubuh-jiwa yang menimbulkan pengetahuan diri, pengendalian diri,
perawatan diri, dan penyembuhan diri (Watson, 1990). Dalam memberikan
pendidikan/edukasi kepada pasien/klien sebagai salah satu bentuk intervensi
keperawatan, diperlukan suatu esensi teori sebagai landasan untuk melakukan tata
laksana proses pendidikan/edukasi tersebut. Hal ini diterangkan Watson (1979)
dalam Theory of Human Caring bahwa caring adalah sejenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan untuk meningkatkan rasa aman pada pasien/klien dan
melindungi klien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan
klien untuk dapat sembuh. Caring yang efektif akan meningkatkan status
kesehatan dan perkembangan individu dan keluarga, caring environment
menyediakan perkembangan potensi dan memberukan keleluasaan memilih
kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
Pada tahun 1997, Watson dan Lea menyusun instrumen yang
dikembangkan untuk meneliti perilaku caring perawat yang disebut dengan
Caring Dimensions Inventory (CDI). Terdapat 25 daftar dimensi caring tersebut,
salah satunya yaitu memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu yang
berhubungan dengan pendidikan klien. Proses keperawatan identik dengan caring.
Dalam Caring Dimensions Inventory (CDI) terdapat pendidikan klien sebagai
salah satu hal terpenting untuk mencapai sehat pada klien. Dalam proses
pendidikan klien, perawat harus memastikan bahwa klien, keluarga, dan
masyarakat menerima informasi yang dibutuhkan untuk memulihkan dan
mempertahankan kesehatan yang optimal.

2.1.3 Peran Pendidikan/Edukasi Pasien dalam Pelayanan Kesehatan

Kesehatan bernilai penting sehingga kesehatan menjadi indikator pengukur


kesejahteraan seseorang. Tetapi, di Indonesia, pengetahuan masyarakat akan
kesehatan masih sangat minim. Hal ini ditandai dengan masih rendahnya angka
harapan hidup Indonesia dari standar angka harapan hidup yaitu 85 tahun. Karena

8
itulah, pemerintah mengeluarkan UU RI No.23 Tahun 1992 tentang pembangunan
sebagai salah satu pembangunan nasional dengan tujuan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Pembangunan kesehatan berfokus pada peningkatan kesehatan (promotif),


pengobatan (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Meningkatnya
fokus pada pencegahan (preventif) menuntut sistem pelayanan kesehatan untuk
memberikan pendidikan (edukasi) kepada klien secara lebih luas. Keberhasilan
mencapai tujuan edukasi klien membutuhkan kolaborasi yang baik antar tenaga
kesehatan serta keinginan klien untuk berpartisipasi aktif.

2.1.4 Hubungan Edukasi Pasien dengan Rencana Pemulangan

Salah satu tujuan edukasi adalah untuk memberikan informasi pada klien
yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinutas pelayanan dari
rumah sakit ke rumah (Falvo, 2004). Perencanaan pulang adalah suatu proses
yang sistematis untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan
fasilitas kesehatan yang ada atau telah ditentukan serta bekerjasama dengan
pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah atau
pulang, bertujuan untuk meminimalkan dampak dari suatu keadaan kesehatan
misalnya penyakit dengan perawatan yang kontinu (terus menerus). Perencanaan
pulang disusun agar pasien mampu menjaga kontinutas kesehatannya secara
mandiri, namun tujuan itu tidak akan tercapai dengan baik jika edukasi klien tidak
dilaksanakan.
2.1.5 Menguraikan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan ke dalam
praktek keperawatan.

Dalam menjalankan proses pengintegrasian pendidikan kesehatan, perawat


mengidentifiksikan kesediaan dan rumit belajar klien (Redman, 2007). Klien yang
sedang menjalani pemulihan dan beradaptasi terhadap perubahan akibat penyakit
biasanya, klien mencari informasi tentang kondisinya, kemudian pula perawat tidak
lupa untuk mengikutsertakan keluarga, karena disini keluarga merupakan bagian
penting dalam pemulihan kesehatan dan membutukan informasi dengan jumlah

9
yang sama seperti klien. Jika perawat tidak menyertakan keluarga, maka dapat
menimbulkan konflik pada keluarga.

2.1.6 Model Proses dalam Pendidikan Kesehatan Pasien


Menurut Susan B. Bastable (1999), terdapat beberapa model proses dalam
pendidikan kesehatan, antara lain:
1. Health Belief Model adalah model yang dimodifikasi oleh Becker (1974)
untuk menangani permasalahan kepatuhan pada program pengobatan
teraupetik. Terdapat dua alasan utama yang menjadi dasar dibentuknya
model ini yaitu keberhasilan terhadap pencegahan penyakit dan program
penyembuhan yang memerlukan kepatuhan klien untuk berpartisipasi dan
keyakinan bahwa kesehatan memang sangat dihargai.
2. Health Promotion Model, adalah model yang dikembangkan oleh Pender
(1987) dan digunakan dalam disiplin keperawatan. Model ini
menggambarkan komponen dan mekanisme yang menjadi faktor penentu
pada gaya hidup yang mempromosikan kesehatan.
3. Self-Efficacy Theory adalah model yang dikembangkan dari perspektif
sosial-kognitif dan didasarkan pada harapan seseorang yang berkaitan
dengan rangkaian tindakan tertentu (Bandura, 1977a, 1977b, 1986). Teori
ini merupakan teori prediktif perihal suatu keyakinan bahwa seseorang
dapat mengerjakan perilaku tertentu dalam mencapai hasil yang
diharapkan sesuatu dengan kompetensi dan kapabilitasnya.
4. Theory of Reasoned Action adalah model yang berkaitan dengan prediksi
dan pemahaman semua bentuk perilaku manusia dalam konteks sosial.
Teori ini didasarkan pada alasan bahwa manusia merupakan pembuat
keputusan yang rasional yang memanfaatkan informasi apapun yang
tersedia bagi mereka.
5. Model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling
Constructs in Educational Diagnosis and Evaluation)-PROCEED
(Policy, Regulatory, and Organizational Constructs in Educational
and Envirinment Development) adalah model yang memiliki harapan
untuk mengurangi tingkat kematian. Inti dari model ini adalah pendidikan

10
kesehatan, yang didefinisikan sebagai partisipasi sikap rela peserta didik
dalam menentukan praktik kesehatan mereka sendiri.
6. Therapeutic Alliance Model merupakan model yang membahas tentang
peralihan kekuasaan dari penyelenggara kepada kemitraan pembelajaran
dimana kerjasama dan negosiasi dengan konsumen merupakan kuncinya.
2.2 Belajar dan Mengajar
2.2.1 Pengertian Belajar

Menurut Kozier (200) belajar merupakan berubahnya kemampuan


seseorang yang terus berlanjut dalam suatu waktu. Sementara itu, menurut Patricia
Potter dan Anne Perry (2005), belajar adalah proses memperoleh ilmu, sikap, dan
kemampuan baru melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan beberapa arti dari
belajar di atas, belajar dapat disimpulkan sebagai kegiatan dalam memperoleh hal-
hal baru terutama ilmu yang didapat melalui latihan atau menempa diri serta
pengalaman.

2.2.2 Mengajar

Mengajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti


memberi pelajaran atau pelatihan. Sementara itu, menurut The Free Dictionary,
mengajar merupakan suatu aktivitas untuk mendidik atau melatih dan di dalam
aktivitas mengajar, pengajar berusaha memberi atau menanamkan pengetahuan
atau keterampilan kepada para pelajar. Selain definisi – definisi di atas, mengajar
juga memiliki beberapa definisi yang berasal dari berbagai tokoh yaitu:
a. Mengajar tak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga merangsang
terjadinya proses berpikir, tumbuhnya sikap kritis, atau hingga mengubah
pandangan para pelajar (Rooijakkers, 1991).
b. Mengajar atau pembelajaran merupakan perolehan pengetahuan, perilaku,
dan keterampilan baru. (Bastable, 2003 dalam Potter dan Perry, 2010) Dari
beberapa definisi di atas, mengajar dapat disimpulkan sebagai suatu
kegiatan yang bertujuan untuk menularkan ilmu pengetahuan yang dimiliki
kepada orang yang belajar sehingga dapat menumbuhkan sikap kritis dari para
pelajar hingga mengubah sikap pelajar dan juga agar dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari – hari.

11
2.2.3 Teori-teori belajar:
1. Teori Behavior

Teori belajar behavior berpandangan bahwa belajar adalah proses


perubahan perilaku. J.B. Watson yang dikenal sebagai Bapak Teori Behavior
mempelajari studi yang dilakukan oleh Ivan Pavlov tentang eksperimennya
terhadap respon seekor anjing yang dikondisikan pada kondisi berulang. Watson
menyimpulkan bahwa belajar adalah proses penerimaan respon dari stimulus yang
dapat diukur dan dapat diobservasi. Belajar dapat dicapai melalui perilaku yang
tepat dari sejumlah respon dan melalui pendekatan penguatan.

2. Teori Kognitif
Teori kognitif melihat kegiatan belajar sebagai sesuatu yang aktif. Mereka
berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk
menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan mengorganisasi apa yang telah
mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Teori belajar kognitif juga sering
disebut sebagai teori perseptual karena menurut teori ini, kegiatan belajar adalah
perubahan persepsi yang terkadang tidak dapat diamati dan / atau diikuti. Menurut
teori ini pula, proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau
informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
Teori belajar kognitif dikemukakan oleh Ausubel, Bruner, Jean Piaget, dan Robert
M. Gagne

3. Teori Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Hal itu dikarenakan menurut teori ini, kepribadian individu tidak hanya
berasal dari pembelajaran lingkungan tetapi juga hasil pembelajaran dan motivasi dari
dalam diri individu tersebut. Contoh pembelajaran dari dalam diri individu tersebut
adalah kebebasan utnuk memilih, dan motivasi untuk mencapai aktualisasi diri atau
memenuhi keunikan mereka sebagai manusia. Menurut teori ini pula, terdapat dua
tipe belajar yaitu tipe belajar kognitif atau tipe belajar berdasarkan makna dan tipe
belajar eksperiensial atau tipe belajar berdasarkan pengalaman. Tetapi, secara umum
teori ini bersifat elektif sehingga teknik belajar apapun dapat

12
dialakukan oleh seorang individu agar tujuan belajar dapat tercapai. Hingga saat
ini, terdapat tiga tokoh pelopor teori humanistik yaitu Arthur Combs, Abraham
Maslow, dan Carl Rogers.
4. Teori Sibernetik

Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi (Nursalam dan


Ferry Efendi, 2008). Teori ini lebih mementingkan sistem informasi daripada
proses. Sistem informasi adalah suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi
yang dibutuhkan oleh organisasi agar dapat beroperasi secara benar dan
menguntungkan (Teguh Wahyono, 2010). Tokoh yang mengembangkan teori
sibernetik adalah Landa yang berpendapat bahwa ada dua macam proses berpikir,
algoritmik (proses berpikir linier, konvergen, dan lurus menuju ke satu target
tertentu), dan heuristik (cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target
sekaligus), dan Pask dan Scott yang mengemukakan cara berpikir menyeluruh dan
sebagian (Nursalam dan Ferry Efendi, 2008).

2.2.4 Domain Belajar


2.2.4.1 Domain Belajar Kognitif
Pembelajaran kognitif meliputi semua perilaku intelektual (Potter dan
Perry, 2005). Bloom (1956) menglasifikasikan perilaku kognitif dalam urutan
hierarki. Urutan pertama dalam hierarki adalah pengetahuan. Dengan
menggunakan pengetahuan seseorang akan mendapatkan fakta atau informasi
baru dan dapat diingat kembali. Sebagai contoh, klien belajar tentang obat-
obatan yang diberikan dan dapat menjelaskan tujuan dan kemungkinan efek
sampingnya (Potter dan Perry, 2005).

Urutan kedua dalam hierarki adalah pemahaman. Pemahaman adalah


kemampuan untuk memahami materi yang dipelajari. Contoh, klien mampu
menguraikan secara spesifik bagaimana obat-obat yang baru diberikan
untuknya akan dapat meningkatkan kesehatan fisiknya (Potter dan Perry,
2005). Urutan ketiga dalam hierarki adalah aplikasi atau penerapan mencakup
penggunaan ide-ide abstrak yang baru dipelajarinya untuk diterapkan dalam
situasi yang nyata. Contoh, klien belajar cara pemberian obat sendiri sesuai
dengan jadwal untuk meminimalkan efek samping (Potter dan Perry, 2005).

13
Urutan keempat dalam hierarki adalah analisis yang berarti mengaitkan
ide yang satu dengan yang lain dengan cara yang benar. Contoh, klien mampu
mengidentifikasi efek samping yang paling sering dialaminya karena obat
tertentu dan membandingkannya dengan efek samping yang dialami oleh orang
lain (Potter dan Perry, 2005). Urutan kelima dalam hierarki adalah membuat
sintesis yang merupakan kemampuan memahami dari semua informasi yang
diterimanya. Contoh, klien mengalami efek samping dari suatu obat dan dalam
melakukan cara untuk mencegahnya (Potter dan Perry, 2005). Urutan terakhir
dalam hierarki tersebut adalah evaluasi. Evaluasi adalah berupa penilaian oleh
klien terhadap efek yang diterima saat dan setelah melakukan perawatan
(Harkreader, Hogan, dan Thobaben, 2004). Contoh, klien mampu memahami
kebutuhan terhadap informasi lebih lanjut tentang insulin sehubungan dengan
rencananya mengikuti program latihan (Potter dan Perry, 2005).

2.2.4.2Domain afektif

Menurut perry dan potter (2005) pembelajaran afektif berkaitan dengan


ekspresi perasaan dan penerimaan berupa tingkah laku, pendapat dan nilai.
Afektif meujuk pada emosi atau perasaan, pembelajaran ini mengubah
kepercayaan, sikap atau nilai. Menurut Potter dan Perry (2005) Terdapat lima
hierarki dalam domain afektif, yaitu sebagai berikut :

1. Urutan pertama adalah penerimaan yaitu bersedia menerima perkataan


orang lain, menyadari adanya suatu fenomena di lingkungan. Contoh
seorang wanita mendengarkan penjelasan mengenai prosedur operasi
payudara dengan penuh perhatian dan kontak mata.
2. Urutan kedua adalah merespon yaitu memberikan tanggapan melalui
kegiatan mendengarkan dengan bereaksi secara verbal dan non verbal.
Contoh : pasien bertanya mengenai proses terapi yang harus dijalani untuk
mempercepat kesembuhan/ pemulihan.
3. Urutan ketiga adalah penghargaan yaitu memberikan nilai pada suatu objek,
fenomena atau tingkah laku. Contoh: seorang pasien yang sangat
memperhatikan rupa/ tampilan luka operasi sebelum pengangkatan payudara

14
menolak untuk melihat luka irisan dan memakai pakaian dengan kerah
tertutup.
4. Urutan keempat dalah pengorganisasian yaitu membangun sistem nilai
dengan mengidentifikasi dan mengorganisasi nilai dan mampu
menyelesaikan konflik. Contohnya : pasien amputasi berniat menerima
perubahan yang ada pada dirinya dan berkeinginan untuk tetap
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Urutan kelima atau terakhir adalah karakterisasi yaitu memiliki nilai yang
konsisten dan menjadi dasar dalam tingkah laku yang menjadi gaya hidup.
Contoh : seorang pasien amputasi tetap menjalani kehidupan normalnya di
masyarakat.
2.2.4.3 Domain psikomotor

Pembelajaran psikomotorik melibatkan penguasaan ketrampilan yang


memerlukan integrasi antara aktivitas mental dan muskular, seperti
kemampuan berjalan atau menggunakan peralatan makan (Potter & Perry,
2005). Psikomotorik domain (Simpson, 1972) mencakup gerakan fisik,
koordinasi, dan penggunaan keterampilan area motorik. Domain ini memiliki
hierarki sebagai berikut :

1. Urutan pertama persepsi yaitu Kemampuan untuk menggunakan isyarat


sensoris untuk memandu aktivitas motorik. Contoh : memperkirakan
dimana bola akan mendarat setelah dilemparkan dan pindah ke lokasi
menangkap bola.

2. Urutan kedua adalah pengaturan yaitu kesiapan untuk bertindak. Mencakup


pengaturan mental, fisik, dan emosional. Contoh: tahu dan bertindak atas
urutan langkah dalam proses manufaktur/produksi, menunjukkan keinginan
untuk mempelajari proses baru (motivasi).

3. Urutan ketiga adalah respon terkendali tahap awal dalam mempelajari


keterampilan yang kompleks yang mencakup peniruan, trial dan error.
Contoh : merespon sinyal-tangan dari instruktur saat belajar
mengoperasikan forklift.

15
4. Urutan keempat mekanisme adalah respon belajar telah menjadi kebiasaan
dan gerakan dapat dilakukan dengan sedikit keyakinan dan kemampuan.
Contoh : mengendarai mobil pribadi.

5. Urutan kelima adalah respon jelas yang rumit adalah kinerja terampil dari
tindakan motorik yang melibatkan pola gerakan yang kompleks tanpa ragu
dan otomatis. Contoh : menampilkan kompetensi saat bermain piano.

6. Urutan keenam adalah adaptasi adalah keterampilan yang dikembangkan


dengan baik dan individu dapat memodifikasi pola pergerakan sesuai
persyaratan tertentu. Contoh : memodifikasi instruksi untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik.

7. Urutan ketujuh atau terakhir adalah originasi yaitu membuat pola gerakan
baru agar sesuai dengan situasi atau masalah tertentu. Contoh:
mengembangkan program pelatihan baru dan komprehensi

2.2.5 Pengertian Konsep Mengajar


konsep mengajar ialah ide atau pengertian yang berhubungan dengan
mengajar. Konsep tersebut dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu
1. Konsep mengajar sebagai mitos dibangun atas dasar keyakinan awal,
namun dalam perkembangannya tidak senantiasa sejalan dan seirama
dengan semangat yang dibangun oleh mitos mengajar yang bersangkutan.
Cole dan Chan (1994) mengklasifikasikan sejumlah mitos mengajar, yaitu
mengajar sangat tergantung pada derajat personalia orang yang
mengajarnya, penerapan kontrol perilaku siswa, pada dasarnya merupakan
ikhtiar kegiatan belajar mengenai sejumlah keterampilan.
2. Konsep mengajar sebagai subsistem/sistem artinya aktivitas mengajar
merupakan subsistem dari sistem pendidikan dan mengajar tidak bisa
dilepaskan dari sistem pengajaran (instructional system) ataupun sistem
belajar (learning system). Sebagai subsistem pengajaran, mengajar sangat
bergantung pada unsur lain dalam pendidikan, seperti manajemen
pendidikan. Sebagai sistem, mengajar mempunyai komponen-komponen
seperti pengajar, peserta ajar, fasilitas, dan lain-lain.

16
3. Konsep mengajar sebagai substansi keilmuan merupakan salah satu cara
untuk menyampaikan ilmu (informasi yang bermanfaat) kepada orang lain.
2.2.6 Teori mengajar
Secara umum, ada empat aliran pendidikan (Sukmadinata, 1997).
Keempat aliran itu antara lain;

1. Pada teori pendidikan klasik pendidik berperan sangat dominan menentukan


isi, metode, dan evaluasi. Sedangkan klien berperan secara pasif. Contoh pada
penyuluhan kesehatan dalam jumlah yang besar, promotor cenderung
mendominasi. Teori mengajar pendidikan pribadi lebih menekankan bahwa
pendidik harus memahami peserta didik. Contoh : bimbingan konseling.

2. Teori mengajar teknologi pendidikan berarti bahwa pengembangan


pendidikan dengan memanfaatkan teknologi. Contoh : pemutaran video
pada penyuluhan kesehatan.

3. Teori mengajar interaksional yaitu ada hubungan dua pihak atau lebih
sehingga terjadi interaksi. Contoh : seminar kesehatan interaktif. Teori
mengajar membedakan yaitu pendidik mengajarkan dua fakta atau konsep
yang berbeda. Contoh : perbedaan mencuci tangan dengan sabun dan hand
sanitizer.

4. Teori Mengajar Kognitif mengajarkan klien untuk dapat mengingat,


menerima dan memahami informasi pembelajaran. Contoh : pada promosi
kesehatan, pendidik akan mengajarkan peserta didik untuk mengingat,
menerima dan memahami materi kesehatan yang akan diberikan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan atau edukasi dapat disimpulkan sebagai penambahan


pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui proses belajar atau
instruksi dengan tujuan untuk mengangkat fakta dan kondisi nyata dengan
cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self-direction), aktif
dalam memberikan informasi atau ide baru. Edukas i kesehatan untuk
klien merupakan edukasi kesehatayang diberikan oleh seorang petugas
kesehatan kepada klien. Secara lebih lengkap, Wingroot (2005)
mengatakan bahwa edukasi kesehatan dapat meningkatkan kemampuan
seseorang untuk mengatur kesehatan mereka dan mengubah perilaku klien.

Edukasi tak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Belajar,


menurut Kozier (2010) merupakan berubahnya kemampuan seseorang
yang terus berlanjut dalam suatu waktu sementara mengajar dapat
disimpulkan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menularkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki kepada orang yang belajar sehingga dapat
menumbuhkan sikap kritis dari para pelajar hingga mengubah sikap pelajar
dan juga agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.

18
DAFTAR PUSTAKA

- Nursalam, Fery, Efendi. (2007). PendidikanDalamKeperawatan. Jakarta:


SalembaMedika
- Alberto, P. & Troutman, A.c. (2009). Applied behavioral analysis for
th
teacher 6 ed. Upper Saddler River: Merill Prentice Hall
- Bandono, A. (2011). Perdebatan sekitar teori belajar dalam praktek
pembelajaran. Jurnal.
- Bastable, Susan B.. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip
Pengajaran dan Pemebelajaran. Jakarta: EGC.
- Budiningsih, A, C. (2004). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Penerbit Rinika Cipta
- Chowdbury, M.S & college M. (2006). Human behavior in the context of
training: an overview of the role of learningtheories as applied to training
and development. Journal of knowledge management practice, volume 1.
June.
- Craven & Hirnle. (2007). Fundamental of Nursing : Human Health and
Function 5th Edition. Philadelphia : Mosby, Inc
- Fatta, Hanif Al. (2007). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk
Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Yogyakarta:
Andi.
- Harkreader, H., Hogan, M.A., Thobaben, M. (2007). Fundamental
of Nursing : Caring and clinical judgment 3rd Edition.
Philadelphia : Saunders
- Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H. (2008). Teori Belajar
Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana.
- Joos, Irene, dkk. (2003). Belajar Cepat Komputer: Panduan Untuk Profesi
Kesehatan. Ed 3. Jakarta: EGC.
- Kozier, B. (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC
- Kozier, Barbara, Erb, Glenora, Berman, Audrey, dan Snyder, Shirlee J.
(2004.) Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice
Seventh Edition. USA: Pearson Education.

19

Maulana, H.D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC


- Nursalam, F.E. (2007). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
- Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2010). Fundamental Keperawatan. (terj. dr.
Adrina Ferderika Nggie dan dr. Marina Albar). Buku 1 Edisi 7. Jakarta:
EGC.
- Rankin, H.S. (2001). Patient Education: Principles & Practices.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
- Redman, K.B. (2007). The Practice of Patient Education: A Case Study
Approach. New York: Elsevier
- Rooijakkers, A. (1991). Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo.
- Simamora, Roymond. H. (2009). Buku Ajar Pendidikan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
- Sunaryo. (2002). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
- Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
- Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
- Wahyono, Teguh. (2010). Membuat Sendiri Aplikasi dengan
Memanfaatkan Barcode. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
- Wuryani, Sri Esti. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

20

Anda mungkin juga menyukai