Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROGRAM EDUKASI KESEHATAN SESUAI KEBUTUHAN KLIEN

PROMOSI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN


DOSEN PENGAMPU : ERWANI, M.KES

KELOMPOK 4 :
1. AZHARIA LATHIFAH (2114201009)
2. ANGGUN DESRA DENATA (2114201004
3. FANI JULDIA LESMANA (2114201017)
4. DHEA OKTANIA (2114201013)
5. HAMDANI (2114201020)
6. MEYLANI RINDI SAPUTRI (2114201025)
7. NOOR CHAIRANI (2114201030)
8. PUTRI ZAHARA (2114201033)
9. RANI MARZA PUTRI (2114201037)
10. RIZKA OKTA RIANI (2114201041)
11. SOVIA SARTIKA (2114201045)
12. VINA ARDIAN SAPUTRI (2114201050)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Makalah ini dengan baik serta tepat waktu.
Mudah-mudahan Makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi
lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan Makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepada pihak yang sudah
menolong turut dan dalam penyelesaian Makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.

Padang, 11 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………………..i
Daftar isi…………………………………………………………………………………………ii
Pendahuluan
A. Latar belakang……….
…………………………………………………………………….1
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………1
C. Tujuan penulis……………………………………………………………………….1
Pembahasaan
A. Identifikasi kebutuhan belajar klien………………………………………………….2
B. Tujuan pendidikan kesehatan klien……………………….………………………….2
C. Prinsip, metode, teknik dan strategi pendidikan……………………………………..3
D. Media pembelajaran………………………………………………………………….7
E. Implementasi pendidikan kesehatan…………………………………………………8
F. Evaluasi pendidikan kesehatan klien…………………………………………………9
Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….13
B. Saran ………………………………………………………………………………..13
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar menjadi aktivitas manusia disepanjang rentang kehidupan.Belajar merupakan
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pendidikan dalam segala hal agar
terjadi perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Pengalaman merupakan proses belajar sepanjang hidup yang tidak diajarkan selama jenjang
pendidikan. Pendidikan atau edukasi adalah kegiatan untuk menambahkan pengetahuan
seseorang melalui instruksi atau teknik praktik belajar dengan tujuan memberi dorongan
terhadap pengarahan diri ke arah yang lebih baik, serta aktif memberikan informasi terkait
dan terbaru. Pendidikan ini bertujuan untuk mengubah pemahaman individu terhadap suatu
hal sehingga individu memandang hal tersebut dengan lebih bermakna.
Pendidikan atau edukasi pasien adalah bagian utama dari praktek semua kesehatan
profesional.Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan
untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai
perawat pendidik. Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk membantu individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Kegiatan belajar
mengajar merupakan salah satu hal yang penting di dalam dunia kesehatan.Mengajarkan
pasien untuk selalu melakukan hidup sehat tentunya harus dilakukan oleh seorang perawat
kepada kliennya.
Seorang perawat sangat berperan sebagai pengajar dengan tujuan untuk meningkatkan gaya
hidup sehat individu melalui pengaplikasian pengetahuan tentang kesehatan, proses
perubahan, teori belajar dan mengajar, dan proses keperawatan serta proses mengajar. Akan
tetapi, disisi lain perawat juga harus tetap senantiasa belajar agar ilmu dan keterampilan
yang dimiliki senantiasa dapat berkembang.
B. Rumusan masalah
a. Bagaimana identifikasi kebutuhan belajar klien?
b. Apa tujuan pendidikan kesehatan klien dan prinsip, metode, teknik, dan strategi
pengajaran?
c. Apa media pembelajaran pendidikan kesehatan klien?
d. Bagaimana implementasi pendidikan kesehatan klien?
e. Apa saja evaluasi pendidikan kesehatan klien?
C. Tujuan penulis
a. Menjelaskan identifikasi kebutuhan belajar klien
b. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan klien dan prinsip, metode, teknik, dan
strategi pengajaran.
c. Menjelaskan media pembelajaran pendidikan kesehatan klien
d. Menjelaskan implementasi pendidikan kesehatan klien
e. Menjelaskan evaluasi pendidikan kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Identifikasi kebutuhan belajar klien


Pengkajian dapat dimanfaatkan untuk lebih mengenal gaya belajar suatu populasi, dengan
mengukur mengenal gaya belajar menggunakan multiple intelligences of learning (Bensley,
Robert J, 2008). Pengkajian tipe ini membantu penyaji memahami metode pilihan seseorang
dalam belajar seperti gerakan, lisan, visual, intrapersonal, matematis logika, dengan musik
atau secara natural. Tujuan dari pengkajian ini adalah diperolehnya informasi dari individu,
keluarga atau kelompok tentang kondisi kesehatan, dan berbagai hal yang dapat
mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan kesehatan (Efendi, 2009). Metode yang dapat
dilakukan dengan pengamatan langsung, wawancara dan mempelajari data yang telah ada
(Efendi, 2009). Setelah itu aspek yang dikaji adalah riwayat keperawatan, faktor budaya,
faktor ekonomi, dan gaya belajar.
B. Tujuan pendidikan
Segala aktivitas promosi kesehatan memiliki tujuan memberikan informasi bagi masyarakat
terkait segala hal yang bertujuan pada peningkatan kualitas kesehatan; baik itu kesehatan
individu maupun masyarakat.
Direktorat Promosi Kesehatan memiliki tugas pokok menyiapkan sekaligus melakukan
kegiatan – kegiatan promosi kesehatan dan melakukan penyebarluasan segala bentuk
informasi kesehatan serta melakukan pengembangan sumber daya kesehatan hingga
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pada bidang – bidang kesehatan.
Secara singkat, petugas promosi kesehatan merupakan corong pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan untuk menyampaikan segala macam informasi yang berkaitan
dengan kesehatan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan sumber daya
yang berkaitan dengan kesehatan.
Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada tingkatan
lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau gerakan yang
tengah dicanangkan oleh pemerintah.
C. Prinsip, metode, teknik dan strategi pendidikan
1) Prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu diketahui adalah :
a. Prinsip perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian memiliki peranan yang sangat penting sebagai
langkah awal dalam memicu aktivitas-aktivitas belajar. Motivasi berhubungan erat dengan
minat, siswa yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran cenderung lebih
memiliki perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi
yang lebih tinggi dalam belajar.motivasi dalam belajar merupakan hal yang sangat penting
juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
b. Prinsip Keaktifan
Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara
sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan metrespon terhadap setiap
pembelajaran.
c. Prinsip Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara
langsung untuk mengalaminya, bahwa setiap kegiatan pembelajaran harus melibatkan diri
( setiap individu ) terjun mengalaminya.
d. Prinsip Pengulangan
Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar,
antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukan oleh Edward L. Thorndike (
1974 – 1949 ) tentang law of lerning, yaitu “ law of effect, law of exercise and law of
readiess“
e. Prinsip Tantangan
Implikasi lain adanya bahan belajar yang dikemas dalam suatu kondisi yang menantang
seperti mengandung masalah yang perlu dipecahkan, siswa aka tertantang untuk
mempelajariny. Dengan kata lain pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk
turut menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi akan menyebabkan siswa
berusaha mencari dean menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dab generalisasi tersebut.
f. Prinsip Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik.
Apalagi hasil yang baik, merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
usaha belajar selanjutnya. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui
pengamatan melalui metode-metode pembelaran yang menantang, seperti Tanya jawab,
diskusi, eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong
untuk belajar lebih giat dan bersemangat.
g. Prinsip perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap
individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikism, untuk itu dalam
proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk
memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan
pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
2) Metode pembelajaran
Joni menjelaskan bahwa “Metode adalah cara yang digunakan guru dalam membelajarkan
siswa”.Selainitu, metode juga bisa dipahami sebagai cara kerja yang teratur dan bersistem
untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan sistematis.
Metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyamapaikan pesan kesehatan kepeada masyarakat, kelompok Atau individu. Di bawah
ini akan di uraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa.
a. Metode pendidikan individual atau perorangan
Dalam pendidikan kesehatan, metode kesehatan yang bersifat invidual ini digunakan untuk
membina perikalu baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi aseptor atau ibu hamil
yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh atau mendengarkan
penyuluhan kesehatan.
b. Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metoe pendidikan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran
serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.
1. Kelompok besar
Yang dimaksud kelompom besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari
20orang. Metode yang baik untuk kelompok besar itu, antara lain: Ceramah, Seminar
2. Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 20 orang biasanya kita sebut kelompok kecil.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain: Diskusi kelompok, Role play,
Permainan simulasi
3. Metode pendidikan masa
Metode pendidikan atau massa untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya masaa atau publik, maka cara yang paling tepat
adalah pendekatan massa. Contoh metoe pendidikan massa adalah: Ceramah umum, Pidato
dan diskusi, Simulasi, Sinetron, Tulisan di majalah atau koran.
3) Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan sesorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
4) Strategi pembelajaran
Komalasari menjelaskan bahwa “Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien”.Sedangkan Dimyati dan Soedjono mengemukakan bahwa: Strategi dalam
pembelajaran adalah kegiatan guru ugntuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya
konsistensi antara aspekaspek dari komponen pembentukan sistem pembelajaran. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa penentuan strategi pembelajaran tidak hanya dilakukan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga dalam perencanaan pembelajaran.
D. Media pembelajaran
a. Media pendidikan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Kegunaan : Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan
tulis dengan photo dan sebagainya.
Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal
yang harus diperhatikan, yaitu :
• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh sasaran alat
peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
• Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang
telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian
tentang bentuk plengsengan dapat dihindari.
• Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
• Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
• Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
• Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
b. Macam – macam media
1. Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan pesan kesehatan sangat bervariasi,
anatara lain:
a. Booklet
b. Leaflet
c. Flyer
d. Flip chart
e. Rubrik
f. Poster
2. Media elektronik
Media elektronik sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pesan atau informasi informasi
kesehatan dan jenisnya berbeda beda, antara lain:
a. Televisi
b. Radio
c. Video
d. Slide
e. Film strip
3. Media papan
Papan yang dipasang di tempat tempat umum dapat di pakai dan diisi dengan pesan pesan
atau informasi informasi kesehatan.
E. Implementasi pendidikan kesehatan klien
Perawat perlu fleksibel dalam mengimplementasikan berbagai rencana pengajaran karena
perencanaan mungkin membutuhkan perbaikan. Mengimplementasi rencana mengajar
memerlukan keterampilan personal seperti teknik komunikasi. Perawat dapat memfasilitasi
proses belajar klien melalui pendekatan yang ramah dan hangat. Penampilan sikap perawat
memiliki efek yang besar dibandingkan dengan faktor yang lain. Dibawah ini adalah
petunjuk yang dapat membantu perawat ketika mengimplemensikan rencana Pengajaran.
1. Waktu yang optimal untuk masing-masing sesi bergantung pada klien yang belajar.
Sebagian klien Memilih Waktu terbaik untuk belajar pada pagi hari, sebagian harinya untuk
sore hari. Jika memungkinkan tanyakan pada klien untuk membantu memilih waktu yang
terbaik.
2. Kecepatan dalam setiap sesi juga mempengaruhi belajar. Perawat hendaknya sensitif
terhadap berbagai tanda bahwa langkah-langkah mengajar terlalu lambat atau cepat. Jika
kalian nampak bingung atau tidak memahami materi ketika ditanya mungkin hal itu karena
perawat mengajar terlalu cepat. Jika klien tampak bosan dan kehilangan perhatian, kecepatan,
atau langkah-langkah mungkin terlalu lambat atau periode waktu belajar terlalu lama
sehingga klien merasa lelah.
3. Keadaan lingkungan dapat menurunkan atau membantu belajar. Lingkungan yang bising
akan mengurangi konsentrasi sedangkan lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan
belajar.
4. Alat bantu belajar dapat membantu perkembangan belajar dan mampu Memfokuskan
perhatian klien.
5. Jika menemukan sendiri isi atau substansi klien akan belajar lebih efektif.
6. Melakukan pengulangan Materi dari yang tidak diketahui ke yang diketahui dan hubungan
dilihat secara logis.
7. Menggunakan bahasa orang awam yang dapat meningkatkan komunikasi.
F. Evaluasi pendidikan kesehatan klien
a) Evaluasi Aspek Psikomotor Klien
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar yang harus dialami oleh individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran dengan tujuan akhir perubahan perilaku
(Nursalam & Efendi, 2007). Bloom (1909) membagi perilaku ke dalam tiga domain kognitif,
domain sikap dan domain psikomotor. Kognitif adalah merupakan hasil tahu dan
penginderaan seseorang terhadap suatu objek. Domain sikap adalah reaksi atau respons yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Sedangkan domain psikomotor adalah
respons yang terlihat secara langsung oleh orang lain atau biasa disebut dengan praktik.
Domain psikomotor memiliki empat tingkatan yaitu persepsi, respons terpimpin,
mekanisme, dan adaptasi. Pada tahap persepsi, kita mengenal dan memilih objek yang
berhubungan dengan tindakan yang akan diambil. Selanjutnya adalah respon terpimpin
adalah melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. Ketiga
dalah mekanisme yaitu apabila seseorang melakukan dengan benar secara otomatis atau
menajdi sebuah kebiasaan. Terakhir yang paling tinggi adalah adopsi yaitu praktik yang
sudah berkembang dengan baik. (Efendi & Makhfudli, 2009)
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan media peraga. Teknik
dan media ini memudahkan narasumber untuk menyampaikan pesannya. Teknik harus dipilih
berdasarkan pengunjung yang hadir dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah teknik yang
dipilih sesuai, maka ditentukan media dan alat peraga yang akan dipergunakan dalam
pendidikan kesehatan. Media dapat berbentuk elektronik, cetak atau media lainnya, hal ini
ditentukan oleh banyaknya sasaran, keadaan geografis, karakteristik partisipan dan sumber
daya pendukung.
Setelah dilakukakn pendidikan kesehatan, narasumber akan mengevaluasi beberapa
aspek yaitu evaluasi belajar klien, evaluasi aspek psikomotor dan evaluasi mengajar
intervensi keperawatan. Tujuannya adalah mengevaluasi pencapaian tujuan pendidikan yang
telah diberikan. Namun, pada kesempatan kali ini saya akan berfokus kepada evaluasi aspek
psikomotor klien.
Evaluasi aspek psikomotor dapat dilakukan dengan mengobservasi bagaimana klien
melakukan suatu prosedur di rumah. Evaluasi ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan
evaluasi kognitif dan biasanya hanya ditentukan dengan skala sikap. Dari hasil observasi ini,
kita bisa mengetahui apakah perlu dilakukan modifikasi pendidikan kiranya tujuan tidak
tercapai, atau kiranya sudah tercapai adakah yang mesti dikembangkan.
Keberhasilan pendidikan kesehatan dapat dievaluasi dari berbagai aspek yaitu, input,
proses, output, outcomes dan impact serta komponen pertanyaan seperti what, where, when,
why, dan how. Hasil dari evaluasi ini juga dapat dijadikan acuan sebagai bahan rencana
tindak lanjut bagi narasumber terhadap penerima. Rencana tindak lanjut ini dapat
meningkatkan pengetahuan penerima materi dan mencapai aspek domain psikomotor paling
tinggi yaitu aspek adopsi.
b) Evaluasi belajar klien
Tahapan asuhan keperawatan yang terakhir adalah Evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk
mengukur keberhasilan intervensi yang dilakukan serta menilai apakah dibutuhkan intervensi
lain (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010). Evaluasi dapat sesuai dengan macam-macam
klien, yaitu:
a. Evaluasi individu
Tolak ukur yang dapat mengevaluasi seorang individu bisa jadi bermacam-macam
bergantung pada kasusnya. dikutip dari buku Barbara K. Redman (2004) dalam bukunya
Advances in Patience Education ada lima tolak ukur yang bisa dinilai secara umum (Redmen,
2004) , yaitu:
1. Self-Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seorang individu mengenai kemampuannya untuk
melaksanakan atau menjalankan sesuatu. Biasanya, hal ini spesifik terhadap suatu kasus atau
perilaku. Untuk itu, tolak ukur ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi tertentu. Contohnya
adalah Childbirth Self-Efficacy Scale (Lowe, 1993, dalam, Redmen, 2004) serta Sickle cell
Self-Efficacy Scale (Edwards, Telfair, Cecil & Lenoci, 2000, dalam, Redmen 2004).
2. Kebutuhan mengetahui sebuah informasi
Kebutuhan untuk mengetahui sebuah informasi biasanya tinggi akan permintaan terhadap
klien-klien dengan level depresi atau kecemasan yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dari
klien yang memiliki diabetes, rheumatoid arthritis, kanker, asma, osteoporosis, schizophrenia
dan beberapa penyakit lainnya, ternyata kebutuhan informasi sangat diinginkan oleh pasien
kanker. Kebutuhan akan informasi ini juga berkurang setelah masa penyakit membaik.
3. Kepercayaan
Kepercayaan klien terhadap suatu kondisi dapat mempengaruhi proses asuhan keperawatan.
Contohnya adalah The Menopause Representations Questinnaire yang mengukur
pengetahuan individu mengenai identitas, konsekuensi, dan persepsi mengenai kontrol dan
penyembuhan, hal ini bisa mempengaruhi asuhan keperawatan. Kepercayaan yang tidak
benar akan suatu kondisi kelien bisa jadi mempengaruhi proses penyembuhan klien.
4. Manajemen diri
Contoh pengukuran tolak ukur manajemen diri ini adalah Heart Failure Questionnaire yang
menilai bagaimana perilaku seseorang dengan penyakit jantung dan apa yang mereka
lakukan saat gejalanya datang. Hasilnya adalah orang yang lebih berpengalaman pada
kesehariannya mencoba untuk mengurangi konsumsi sodium. Hal ini adalah contoh penilaian
manajemen diri yang baik.
b. Evaluasi komunitas
Perawat komunitas akan mengukur apakah rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat
membuahkan hasil yang dilakukan pada fase evaluasi ini. Komunitas maupun perawat,
mengukur keberhasilan ini berdasarkan objektif yang tercapai. Perawat memiliki tanggung
jawab sepenuhnya terhadap hasil ini, namun, dengan berkolaborasi dengan anggota
komunitas serta tenaga kesehatan lain, akan membuat hasil evaluasi yang lebih valid
(Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Rencana asuhan keperawatan yang melibatkan diagnosis keperawatan, ekspektasi hasil, dan
intervensi, membutuhkan data menganai bagaimana komunitas tersebut merespon terhadap
rencana asuhan keperawatan yang dibuat. Hasil dari respon tersebut dibandingkan antara
sebelum dan sesudah intervensi. Perbandingan ini akan memberikan gambaran mengenai
seberapa efektif rencana asuhan keperawatan tersebut (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010)
Frekuensi penilaian evaluasi juga tergantung akan situasi, seberapa cepat perubahan
diharapkan, dan objektifnya. Contoh, seseorang yang berdarah akan membutuhkan evaluasi
dengan interval yang singkat, sementara perubahan perilaku komunitas akan berjalan
perlahan dan membutuhkan metode evaluasi jangka panjang. Interval evaluasi berbeda-beda
tergantung apakah objektifnya jangka pendek atau jangka panjang (Edelmen, Mandle, &
Kudzuma, 2010).
c. Evaluasi keluarga
Fungsi dari evaluasi ini adalah untuk menilai bagaimana keluarga merespon terhadap rencana
asuhan keperawatan dan apakah intervensi ini berhasil. Tujuan dan objektif yang spesifik
terhadap suatu kasus akan mempermudah hasil evaluasi dibandingkan evaluasi yang umum.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi hasil intervensi dengan tolak ukur simpel
adalah seperti perubahan berat badan, peningkatan kapasitas paru-paru dari program
olahraga, Sementara itu, hasil dari promosi kesehatan dan pencegahan penyakit lainnya tidak
semudah itu untuk diukur atau dinilai, namun harus tetap dilakukan dalam tahapan asuhan
keperawatan. Saat menilai faktor-faktor seperti kepercayaan, perspektif pribadi, atau peran
dalam suatu hubungan, perawat harus mengevaluasi berdasarkan pendapat keluarga tersebut
apakah mereka merasa intervensi itu berhasil atau tidak. Setelah itu, data yang diperoleh dari
keluarga digunakan untuk dibandingkan dengan informasi saat awal pengkajian untuk dapat
menentukan apakah ada perubahan (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Tolak ukur berikut ini dapat digunakan untuk menentukan keefektifan sebuah intervensi,
yaitu: 1) perubahan pola interaksi, 2) komunikasi efektif, 3) kemampuan untuk
mengekspresikan emosi, 4) kepekaan terhadap kebutuhan anggota keluarga lain, dan 5)
kemampuan memecahkan masalah. Tolak ukur tersebut dapat dibandingkan dengan kondisi
keluarga pada saat pengkajian awal. Hasil dari penilaian tolak ukur ini masih bisa digunakan
untuk menilai potret keluarga bahkan hingga hari ini, saat keluarga sudah lebih bervariasi
(Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Saat melakukan perencanaan asuhan keperawatan, perawat harus menentukan kriteria terkait
norma dasar yang diharapkan untuk muncul, hal ini adalah dasar dari hasil evaluasi. Bila
kriteria yang dibuat semakin objektif, maka hasil evaluasi akan semakin valid. Saat tujuan
dan objektif tercapai, maka masalah sudah terselesaikan. Sebaliknya, bila tujuan tidak
tercapai, maka perawat harus mengkaji ulang apa penyebab tidak tercapainya tujuan dan
merencanakan intervensi alternative. Kesalahan bisa dari faktor keluarga maupun faktor
pelayanan kesehatan itu sendiri seperti kekurangan staf ahli atau kekurangan dalam
pendanaan (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
c) Jenis evaluasi
1. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio
perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
keperawatan dalam area yang diinginkan.
2. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat
pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan,
dan kemampuan tehnikal perawat.
3. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan
pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria
hasil.
d) Hal – hal yang ada dalam evaluasi
1. Kecukupan informasi.
2. Relevansi faktor-faktor yang berkaitan.
3. Prioritas masalah yang disusun.
4. Kesesuaian rencana dengan masalah.
5. Pertimbangan fator-faktor yang unik.
6. Perhatian terhadap rencana medis untuk terapi.
7. Logika hasil yang diharapkan.
8. Penjelasan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
9. Keberhasilan rencana yang telah disusun.
10. Kualitas penyusunan rencana.
11. Timbulnya masalah baru.
e) Hasil evaluasi
1. Tujuan tercapai/masalah teratasi: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
2. Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukkan perubahan
sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan
3. Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi: jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
S (Subjective) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.
O (Objective) : informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran
yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan
kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau
tidak teratasi.
P (Planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Belajar
sepanjang hayat merupakan suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan internal. Belajar
ialah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman yang bertujuan untuk menumbuhkan sifat-sifat
positif dari peserta didik. Metode belajar terbagi atas 7 metode (Simamora, 2009) yaitu
metode penglihatan, mendengar, bergerak, taktil/sentuhan, penciuman, pengecap, dan metode
kombinasi (mengandalkan lebih dari satu indra/metode). Sedangkan mengajar menurut
Simamora (2009) merupakan suatu rangkaian kegiatan penyampaian materi pelajaran kepada
peserta didik agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan
pelajaran tersebut. Tujuan dari diberikannya edukasi kepada individu ialah untuk memenuhi
kebutuhan dasar individu secara komprehensif melalui upaya integrasi berbagai konsep,
teori, dan teknikal.
Pada dasarnya proses dan kebutuhan pembelajaran pendidikan kesehatan pada tiap tiap
individu, keluarga, masyarakat itu berbeda-beda. Pendidikan kesehatan merupakan suatu
bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok,
maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran
yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, Herawani, Sumiati, &
Resnayati, 2002).Adapun media pengajaran yang dapat digunakan ialah melalui teks, media
audio, media visual, media proyeksi gerak, benda-benda tiruan/miniature, dan manusia.
Sehingga dapat mempermudah proses dan memenuhi pendidikan kesehatan pada tiap tiap
individu, keluarga, maupun masyarakat
B. Saran
Sebagai individu kita harus selalu melakukan kegiatan belajar mengajar. Tak hanya pada saat
usia muda, melainkan sampai akhir hayat. Apabila kita ingin melakukan, menerapkan, atau
mempelajari suatu hal pada diri sendiri ataupun pada orang lain, maka kita harus mengetahui
terlebih dahulu mengenai suatu hal tersebut, kemudian memahaminya, dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Agar yang kita lakukan dapat terlaksana ataupun tersampaikan
dengan baik dan berguna bagi kehidupan kita maupun kehidupan orang lain yang telah kita
ajari.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/2443/10/BAB%20II.pdf
https://id.scribd.com/doc/116483748/Pendidikan-Kesehatan-Dalam-Keperawatan-Kel-7
https://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2012/07/Media-Promkes.pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2682/3/BAB%20II.pdf
http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai