Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya
makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Klien
sebagai peserta didik dan kebutuhan pendidikan kesehatan” suatu hal yang penting untuk dipelajari
mahasiswa keperawatan agar memperoleh pengetahuan mengenai promosi kesehatan khususnya
mengenai aspek pendidikan klien.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman sekaligus untuk memenuhi tugas mata
kuliah promosi kesehatan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pembimbing Wd.
Aisyah,S.Kep,Ns.,M.Kep. yang telah memberikan bimbingan, arahan, koreksi, dan dan saran dalam
mendalami materi mata kuliah promosi kesehatan serta pihak-pihak lain yang telah membantu
penyelesaian makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami sadar masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu, kami berharap kritik dan saran dari dosen pembimbing dan
pembaca agar dapat menjadi koreksi untuk perbaikan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ..........................................................................................
1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................
2 1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................
2 1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................
2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
2.1 Definisi dan Jenis-Jenis Pembelajaran ........................................................
2.1.1Definisi, Prinsip, dan Metode Belajar ............................................
2.1.2 Teori Belajar....................................................................................
2.1.3 Definisi, Konsep, dan Metode Mengajar .......................................
2.1.4 Teori Mengajar ...............................................................................
2.1.5 Proses Belajar Mengajar dalam Keperawatan...............................
2.2 Klien Sebagai Peserta Didik...................................................................
2.2.1 Klien Sebagai Peserta Didik.........................................................
2.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan Klien dan Metode, Teknik, dan Strategi
Pengajaran ................................................................................................
2.3.1 Definisi Pendidikan Kesehatan ....................................................
2.3.2Tujuan Pendidikan Kesehatan Klien ...........................................

2.4 Evaluasi Pendidikan Kesehatan Klien .....................................................

2.4.1 Evaluasi Aspek Psikomotor Klien .................................................

2.4.2 Evaluasi Belajar Klien ....................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................

3.2 Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Belajar menjadi aktivitas manusia disepanjang rentang kehidupan.Belajar merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan pendidikan dalam segala hal agar terjadi perubahan dalam
dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Pengalaman merupakan proses
belajar sepanjang hidup yang tidak diajarkan selama jenjang pendidikan. Pendidikan atau edukasi adalah
kegiatan untuk menambahkan pengetahuan seseorang melalui instruksi atau teknik praktik belajar
dengan tujuan memberi dorongan terhadap pengarahan diri ke arah yang lebih baik, serta aktif
memberikan informasi terkait dan terbaru.Pendidikan ini bertujuan untuk mengubah pemahaman
individu terhadap suatu hal sehingga individu memandang hal tersebut dengan lebih bermakna.
Pendidikan atau edukasi pasien adalah bagian utama dari praktek semua kesehatan profesional.
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu klien
baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik. Pendidikan kesehatan juga bertujuan
untuk membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu hal yang penting di dalam dunia
kesehatan.Mengajarkan pasien untuk selalu melakukan hidup sehat tentunya harus dilakukan oleh
seorang perawat kepada kliennya. Seorang perawat sangat berperan sebagai pengajar dengan tujuan
untuk meningkatkan gaya hidup sehat individu melalui pengaplikasian pengetahuan tentang kesehatan,
proses perubahan, teori belajar dan mengajar, dan proses keperawatan serta proses mengajar. Akan
tetapi, disisi lain perawat juga harus tetap senantiasa belajar agar ilmu dan keterampilan yang dimiliki
senantiasa dapat berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan mengenai latar belakang tersebut, kami mengambil beberapa rumusan masalah, yaitu:
a. Apa definisi dan jenis-jenis pembelajaran? b. Apa saja domain belajar dan bagaimana posisi klien
sebagai peserta didik? c. Bagaimana komunikasi dalam proses pembelajaran klien dan kebutuhan
pendidikan kesehatan klien d. Apa tujuan pendidikan kesehatan klien dan metode, teknik, dan strategi
pengajaran e. Apa media pengajaran dan evaluasi pendidikan kesehatan klien.

1.3 Tujuan Penulisan

Dengan rumusan masalah diatas, penyusunan makalah ini bertujuan untuk:

a. Menjelaskan definisi dan jenis-jenis pembelajaran

b. Menjelaskan domain belajar dank lien sebagai peserta didik


c. Mendeskripsikan komunikasi dalam proses pembelajaran klien dan kebutuhan pendidikan kesehatan
klien

d. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan klien dan metode, teknik, dan strategi pengajaran e.
Menjelaskan media pengajaran dan evaluasi pendidikan kesehatan.

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan tujuan tersebut, diharapkan pembaca dapat:

a. Mengetahui definisi dan jenis-jenis pembelajaran

b. Mengetahui domain belajar dank lien sebagai peserta didik

c. Mengetahui komunikasi dalam proses pembelajaran klien dan kebutuhan pendidikan kesehatan klien

d. Mengetahi tujuan pendidikan kesehatan klien dan metode, teknik, dan strategi pengajaran

e. Mengetahui media pengajaran dan evaluasi pendidikan kesehatan


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Jenis-jenis Pembelajaran

2.1.1Definisi, Prinsip dan Metode Belajar

Belajar menurut menurut KBBI adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Selain itu, belajar adalah proses
asimilasi informasi baru yang meningkatkan sebuah perubahan tetap dalam perilaku (Allender, Rector, &
Warner, 2014). Konsep belajar merupakan akar dari pemikiran peserta didik, dimana nantinya yang akan
menimbulkan umpan balik saat kegiatan belajar. Kegiatan belajar memiliki tujuan yaitu menumbuhkan
sifat-sifat positif dari peserta didik, contohnya peserta didik memiliki karakter yang penyayang sehingga
membuat sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang-orang disekitarnya (Prashnig, 2007). Prinsip
belajar merupakan fokus dari kegiatan pembelajaran khususnya pada aktifitas peserta didik di semua
jenjang pendidikan, misalnya dengan menggunakan demonstrasi, tugas PR, dan kuis (Hackathorn, 2011).
Dalam proses tersebut Raymond membagi beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor
internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal merupakan faktor dari dalam
peserta didik sendiri, seperti kondisi fisik dan psikis peserta didik.Faktor external merupakan faktor yang
muncul dari lingkungan peserta didik, seperti kondisi kenyamanan tempat belajar yang digunakan.
Faktor pendekatan belajar merupakan cara yang digunakan peserta didik untuk mempelajari suatu mata
ajar, seperti penggunaan metode konsep akar pohon untuk mata ajar dengan materi yang saling
berkaitan dan menggunakan pengalaman sebagai pembelajaran kedepan yang lebih baik (Prashnig,
2007). Metode belajar membantu pengajar memberikan arahan sehingga mendapatkan efektifitas
dalam proses kegiatan belajar. Simamora (2008) mengemukakan ke-7 metode belajar tersebut di
antaranya yaitu

: 1) Metode penglihatan, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan menggunakan
gambar, bentuk, animasi atau video,

2) Metode mendengar, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan mengingat intruksi
verbal baik dari pendidik atau orang-orang di sekitarnya,

3) Metode bergerak, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan mendengar ataupun
melihat disertai gerakan-gerakan kecil seperti mengetuk-ngetuk pensil ke meja atau berfikir sambil
berjalan kesana-kemari,

4) Metode taktil (sentuhan), dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan menyentuh,
meraba atau membuat gamabaran sendiri di pemikirannya seperti dalam pelajaran anatomi fisiologi,
pelajar lebih cepat menangkap ilmu ketika memegang langsung alat peraga dibanding membaca buku.

5) Metode penciuman, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan menggunakan indera
hidung

, 6) Metode pengecap, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan bantuan lidah , dan
7) Metode kombinasi, dimana peserta didik memahami suatu mata ajar dengan mengandalkan lebih
dari satu indera.

2.1.2 Teori Belajar

Teori belajar sudah berkembang selama beberapa dekade, dan teori ini biasanya familiar bagi para
perawat (Lundy & Janes, 2016). Menurut Kozier dalam Berman, Snyder, & Frandsen (2016), ada tiga
kerangka yang mendasari teori belajar, yaitu:

1. Perilaku (behaviorism) Menurut Thorndike, teori perilaku adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau
hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan.(Kozier et
al., 2015). Sementara itu, Skinner mengungkapkan teori ini adalah operant conditioning yaitu bentuk
pembelajaran dimana hukuman yang diberikan atas perilakumemungkinkan perubahan dari perilaku
tersebut.Skinner menganggap hukuman itu semata-mata hanya memperkuat respons.Menurut Skinner
unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman
(punishment).(Kozier et al., 2015). Perawat dalam hal ini harus memberikan waktu latihan yang cukup
untuk pengujian langsung dan berulang serta melakukan demonstrasi bersama, memberikan
kesempatan kepada pelajar untuk memecahkan masalah, memuji pelajar atas perilaku yang benar dan
memberikan umpan balik positif pada pengalaman belajar secara keseluruhan.

2. Kognitif (cognitivism) Merupakan proses belajar yang sebagian besar melibatkan proses berpikir atau
pembentukan mental serta intelektual. Pelajar menyusun danbmemproses informasi sebaik-
baiknyabsehingga terbentuk suatu pengetahuan. Proses belajar kognitif terdiri atas 3 tahapan yaitu: 1)
Asimilasi, merupakan proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif pada benak
mahasiswa, 2) Akomodasi, merupakan penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru, dan 3)
Ekuilibrasi, merupakan penyesuain kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. (Nursalam &
Effendi, 2008). Perawat yang menerapkan teori kognitif ini akan berupaya untuk menyediakan
lingkungan sosial, emosional, dan fisik yang kondusif untuk belajar, mendorong hubungan antara
pengajar dengan pelajar yang positif, memilih strategi pengajaran multiindrawi karena persepsi
dipengaruhi oleh indera, menargetkan gaya belajar yang berbeda pada setiap karakteristik individu yang
berbeda, menilai perkembangan dan penerimaan seseorang untuk belajar Danberadaptasi pada strategi
pengajaran sesuai tingkat perkembangan pelajar.

3. Kemanusiaan (humanism) Teori ini berfokus pada kedua kualitas kognitif dan afektif
pelajar.Pengemuka teori ini salah satunya adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers.Menurut teori ini,
belajar diyakini sebagai motivasi diri, inisiasi diri, dan evaluasi diri.Pelajar mengidentifikasi kebutuhan
belajar dan mengambil inisiatif sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Teori ini digunakan
perawat agar berfokus pada perasaan dan sikap pelajar mengenai pentingnya seseorang
mengidentifikasi kebutuhan belajar dan mengambil tanggung jawab untuk dirinya sendiri, dan pada
motivasi diri pelajar untuk bekerja ke arah kemandirian dan secara independen. Perawat yang
menerapkan teori ini akan memberi empati dalam berkomunikasi antara perawat (pengajar) dengan
klien (pelajar), mendorong klien untuk menetapkan tujuan dan menerapkan pembelajaran mandiri,
melayaninya sebagai fasilitator, mentor, atau sumber daya untuk klien, dan memaparkan informasi yang
baru dan relevan kepada klien dan mengajukan pertanyaan yang tepat untuk mendorong pelajar untuk
mencari jawaban.

2.1.3 Definisi, Konsep, dan Metode Mengajar

Definisi mengajar menurut Arifin (1978) dalam Simamora (2009) ialah suatu rangkaian kegiatan
penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Sementara menurut Tyson dan Caroll (1970) mengajar
adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara peserta didik dan pengajar yang
sama-sama aktif melakukan kegiatan. Hal ini menggambarkan bahwa mengajar sama seperti suatu
kegiatan dimana seseorang mampu mengatur, mengontrol, dan mengorganisasi lingkungannya untuk
tetap kondusif seiring dengan peserta didik menangkap ilmu dan menerapkan keterampilannya
sementara pengajar memberikan umpan balik sehingga tercipta proses belajar yang baik. Menurut Biggs
(1991), seorang pakar psikologi dalam Buku ajar pendidikan dalam keperawatan (2009) konsep
mengajar dibagi menjadi tiga macam pengertian, yaitu: 1) Pengertian kuantitatif,disebut juga penularan
pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan
menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa menangkap
apa yang diajarkan, bukan seluruhnya menjadi tanggung jawab pengajar. 2) Pengertian
institusional,yaitu penataan segala kemampuan mengajar agar berlangsung efisien. Dalam hal ini guru
dituntut untuk siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai
macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya. 3) Pengertian
kualitatif,dimana pengajar berupaya mendorong siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri
dalam proses belajar, dalam arti siswa diajak lebih terbuka dalam mengeksplorasi idenya sementara
pengajar hanya sebagai fasilitator.

Simamora (2009) juga memaparkan metode pengajaran yang seringkali digunakan oleh para pengajar, di
antaranya yaitu : 1. Metode ceramah, dimana informasi disampaikan pasif secara lisan. Namun,
merupakan metode paling efektif, praktis dan ekonomis untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat luas. 2. Metode diskusi, dimana pembelajaran berkaitan dengan pemecahan masalah yang
bertujuan mendorong peserta didik berpikir kritis, bebas menyuarakan pendapat, menyumbang buah
pikirnya memecahkan masalah dan membuat alternatif solusi dengan pertimbangan yang cermat. 3.
Metode demonstrasi, dimana pengajaran dilakukan dengan bantuan alat peraga, kejadian, aturan atau
urutan kegiatan. Sehingga membuat peserta didik lebih terpusat, terarah dan tertanam ingatannya akan
materi ajar tersebut. 4. Metode resitasi, dimana peserta didik diharuskan membuat resume selama
berlangsungnya pembelajaran menggunakan kalimatnya sendiri, yang membuatnya dapat mengingat
materi ajar lebih lama. 5. Metode eksperimental, dimana peserta didik dalam kelompok atau individu
dilatih melakukan proses, praktik atau percobaan. 6. Metode study tour, dimana peserta didik diajak
belajar di luar arena kelas dengan mengunjungi objek guna memperluas wawasan sembari membuat
laporan hasil kunjungan tersebut. 7. Metode drill (latihan keterampilan), dimana peserta didik diajak
langsung ke tempat latihan untuk melihat proses tujuan, fungsi, guna dan manfaatnya, diharapkan dapat
membentuk kebiasaan yang akan terpola dalam dirinya. 8. Metode pengajaran teman sejawat, dimana
satu dengan yang lain saling bertukar wawasan.

2.1.4 Teori Mengajar

Kegiatan mengajar dilandasi oleh tiga teori yang perlu diperhatikan agar kegiatan berlangsung dengan
baik, di antaranta yaitu: 1.Teori mengajar yang pertama yaitu teaching as telling or transmission.
Kegiatan mengajar adalah proses menyampaikan atau mentransmisikan suatu topik kepada pendengar
yang berfokus pada tindakan yang akan dilakukan pengajar kepada individu dengan cara tertentu (FIP-
UPI, 2007). 2. Teori mengajar yang kedua yaitu teaching as organizing student activity. Teori ini
menjelaskan bahwa pada hakikatnya kegiatan mengajar berperan dalam mengorganisasikan berbagai
kegiatan pelajar yang mengatur agar seluruh kegiatan yang dilakukan pelajar menjadi sebuah
pengalaman belajar bagi dirinya (FIP-UPI, 2007). 3. Teori mengajar yang ketiga yaitu teaching as making
learning possible. Teori ini menerangkan bahwa belajar dan mengajar merupakan dua hal seperti kedua
sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Teori ini berisi gabungan berbagai aspek pembelajaran antar
pihak yang melakukan kegiatan belajar-mengajar (FIP-UPI, 2007).

2.1.5 Proses Belajar Mengajar dalam Keperawatan

Proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan oleh perawat saja, namun juga dilakukan oleh perawat
dan klien. Menurut Chow et al., 1984 dalam buku “Perawat sebagai pendidik, Proses pengajaran dan
pembelajaran: perawat selalu mendidik pihak lain-pasien, keluarga, dan kolega, dan dari sinilah perawat
kemudian memperluas praktik mereka sehingga mencakup konsep kesehatan dan penyakit yang lebih
luas (Bastable, 2002). Proses pendidikan adalah serangkaian tindakan yang sistematik, berurutan, dan
terencana terdiri dari dua operasi utama yang interdependen, pengajaran dan pembelajaran, yang
memebentuk siklus tanpa terputus. Proses ini juga melibatkan dua pemain yang inter-independen, yaitu
pengajar dan pendididk. Mereka melakukan kegiatan belajar secara bersama- sama dengan hasil
perubahan prilaku yang dikehendaki oleh kedua belah pihak yang mendorong pertumbuhan peserta
didik dan mendorong (Bastable, 2002).Pada proses pendidikan, sama halnya dengan proses
keperawatan yang mengawalinya dari pengkajian hingga evaluasi.Proses pendidikan mengidentifikasi
materi dan metode instruksi berdasarkan pengkajian dan penentuan prioritas kebutuhan pembelajaran,
kesiapan untuk belajar, kesiapan untuk belajarbelajar, dan gaya belajar klien. Jika sasaran tidak tercpai,
seperti yang diputuskan melalui evaluasi, maka proses pendidikan harus dimulai kembali dengan
pengkajian ulang (Bastable, 2002).

Menurut Smith dan Bell, upaya perawat sebagai pendidik keberhasilannya diukur bukan berapa banya
meteri yang disajikan, tetapi berdasarkan berapa banyak yang dipelajari orang tersebut. Pendidikan
pasien merupakan suatu proses untuk membantu orang mempelajari perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehtana yang
optimum dan kemandirian dalam perawatan diri. Pendidikan staf merupakan proses untuk
mempengaruhi perilaku perawat dengan melakukan perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai, dan
keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kompetendsi mereka (Bastable, 2002)

2.2 Klien sebagai Peserta Didik


2.2.1Klien sebagai Peserta Didik

Mendapatkan edukasi atau pengarahan sangat diperlukan. Pemberian edukasi biasanya oleh orang yang
lebih tahu dan berpengalaman mengenai apa yang akan dibutuhkan, bagaimana dan apa yang harus
dilakukan nantinya. Pemberian edukasi memiliki tujuan-tujuan tertentu bergantung pada kebutuhan
peserta didik tersebut. Menurut Nursalam & Efendi (2008) menjelaskan bahwa tujuan dari diberikannya
edukasi kepada klien ialah untuk memenuhi kebutuhan dasar klien secara komprehensif melalui upaya
integrasi berbagai konsep, teori, dan teknikal. Sedangkan menurut Potter dan Perry (2009), edukasi yang
diberikan pada klien memiliki tiga tujuan, yaitu Pemeliharaan, promosi kesehatan, dan pencegahan
penyakit, Pemulihan kesehatan, dan Adaptasi klien terhadap gangguan fungsi. Apabila proses pemberian
edukasi sementara berlangsung atau diskusi telah selesai, peserta didik diharapkan dapat berespons
secara positif baik secara verbal maupun non verbal seperti berkomentar secara aktif dalam menanggapi
perntanyaan dan penyataan yang diberikan oleh pemberi edukasi dan mengangguk-anggukan kepala
dsb (Morrison P. & Burnard P, 2008). Informasi tidak akan didapat dan tidak akan dipahami oleh klien
apabila terdapat rintangan atau hambatan pada saat proses pengedukasian berlangsung. Belajar tak
hanya diwaktu muda saja, tetapi belajar harus terus menerus dilakukan.Istilahnya ialah belajar
sepanjang hayat.Belajar sepanjang hayat merupakan suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan.Belajar tidak hanya berlangsung di lembaga formal tetapi dimana saja.

Dalam hubungan dengan belajar sepanjang hayat terdapat tugastugas perkembangan, yaitu: 1. Tugas
perkembangan dewasa awal, seperti memilih pasangan hidup, bertanggung jawab sebagai warga
Negara, dan berupaya mendapat kelompok social yang sesuai dan tepat. 2. Tengah baya, seperti mengisi
waktu luang dengan berbagai kegiatan, menjadi warga Negara yang baik, dan menyesuaikan diri dengan
perubahan fisik dan umur. 3. Orang tua, seperti menyesuaikan diri dengan penurunan fisik, penurunan
kesehatan, dan menyesuaikan diri sebagai duda atau janda. Adapun faktor yang mendukung belajar
sepanjang hayat pada individu ialah dari faktor internal (fisiologis, kecerdasan, motivasi, minat, sikap,
dan bakat), dan faktor eksternal (lingkungan social dan lingkungan non social). Rintangan atau hambatan
terhadap pembelajaran berlangsung menurut Bastable (2002), ialah: 1. Kondisi fisik dan mental klien 2.
Tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh klien 3. Dampak negative dari lingkungan disekitar klien 4.
Karakter pribadi yang ada dalam diri klien 5. Kesiapan untuk belajar, motivasi dalam diri klien dan gaya
belajar klien. 6. Seberapa jauh perubahan perilaku yang dibutuhkan. 7. Kurangnya dukungan, dorongan,
dan motivasi dari dalam diri klien dan orang-orang disekitarnya. 8. Kurangnya keinginan untuk
memegang komitmen atau tanggung jawab. 9. Penyangkalan terhadap kebutuhan pembelajaran. 10.
Kebencian terhadap pihak yang berwenang (yang mengatur atau yang berhubungan dengan proses
pengedukasian berlangsung). Oleh karena itu, agar pesan dapat diterima dengan baik dan untuk
mencegah terjadinya miss komunikasi, individu yang memberikan edukasi harus mampu untuk
mengendalikan diri klien dan memiliki berbagai macam strategi dan solusi apabila timbul hambatan atau
rintangan dari klien.

2.3 Tujuan Pendidikan Kesehatan Klien dan Metode, Teknik, dan Strategi Pengajaran

2.3.1 Definisi Pendidikan Kesehatan Sebelum mengenal atau mengetahui tentang pendidikan kesehatan
penting untuk mengetahui beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan. Menurut Prof. Dr. M. J.
Langevelt, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang dilakukan pada
anak untuk menjadi dewasa. ciri orang dewasa ditunjukkan oleh kemampuan secara fisik, mental, moral,
sosial, dan emosional. Sementara menurut Notoadmodjo (2003) dalam (Maulana, 2009), pendidikan
secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan atau edukasi pasien adalah bagian
utama dari praktek semua kesehatan profesional. Didasarkan pada set teori, temuan penelitian, dan
keterampilan yang harus dipelajari dan dipraktekkan (Redman, 2007). Layanan pendidikan pasien akan
diberikan selama asuhan keperawatan berlangsung. Pendidikan kesehatan bagi klien telah menjadi satu
dari peran yang paling penting bagi perawat yang bekerja diberbagai lahan asuhan
keperawatan.Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk
membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik (Suliha, Herawani,
Sumiati, & Resnayati, 2002).

2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan Klien Tujuan pendidikan kesehatan adalah membantu individu,
keluarga,

kelompok, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Edelman dan Mandle, 2006
dalam (Potter & Perry, 2009).Menurut (Kozier et al.,2010) pendidikan kesehatan klien bertujuan untuk
mempermudah klien dan keluarga dalam pengambilan keputusan tentang kesehatan. Selain itu dapat
meningkatkan gaya hidup sehat pada klien dengan menerapkan pengetahuan tentang kesehatan. 13

Pendidikan pasien yang komprehensif mencakup tiga tujuan yang sangat penting, masing-masing
melibatkan fase yang terpisah dari pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2009). a. Pemeliharaan dan
Promosi Kesehatan, serta Pencegahan Penyakit. Mempromosikan perilaku sehat melalui pendidikan
memungkinkan pasien untuk memikul tanggung jawab lebih untuk kesehatan mereka (Potter & Perry,
2009). Pengetahuan yang besar akan mengubah perilaku atau kebiasaan dalam pelayanan kesehatan.
Ketika pasien menjadi lebih sadar akan kesehatannya, mereka akan lebih tanggap untuk mencari
diagnosis dini masalah kesehatan. b. Pemulihan Kesehatan Pasien sakit membutuhkan informasi dan
keterampilan yang berguna untuk membantu mereka mendapatkan kembali atau mempertahankan
tingkat kesehatan mereka.

Pasien yang pulih dari penyakit akan beradaptasi dengan perubahan yang dihasilkan dari penyakit atau
pasien yang menderita cedera setelahnya akan sering mencari informasi tentang kondisi mereka.
Misalnya, seorang wanita yang baru-baru ini menjalani hysterectomy bertanya tentang laporan
penyakitnya dan akan berlangsung proses pemulihan yang panjang. Namun, beberapa pasien merasa
sulit untuk beradaptasi dengan penyakit dan menjadi pasif dan tidak tertarik untuk belajar.Seorang
perawat harus belajar mengidentifikasi keinginan pasien untuk belajar dan memotivasi minat belajar
pasien (Potter & Perry, 2009).Keluarga menjadi bagian penting dari kembalinya kesehatan pasien.
Pengasuh di dalam keluarga seringkali membutuhkan pengetahuan yang hampir sama dengan pasien,
termasuk informasi tentang cara melakukan keterampilan dalam rumah. c. Mengatasi Fungsi Gangguan
Tidak semua pasien sepenuhnya pulih dari penyakit atau cedera.Banyak yang harus belajar untuk
mengatasi perubahan kesehatan yang permanen.

2.4 Evaluasi Pendidikan Kesehatan Klien

2.4.1Evaluasi Aspek Psikomotor Klien

Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar yang harus dialami oleh individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang menjadi sasaran dengan tujuan akhir perubahan perilaku (Nursalam & Efendi,
2007). Bloom (1909) membagi perilaku ke dalam tiga domain kognitif, domain sikap dan domain
psikomotor. Kognitif adalah merupakan hasil tahu dan penginderaan seseorang terhadap suatu
objek.Domain sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus. Sedangkan domain psikomotor adalah respons yang terlihat secara langsung oleh orang lain
atau biasa disebut dengan praktik. Domain psikomotor memiliki empat tingkatan yaitu persepsi, respons
terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Pada tahap persepsi, kita mengenal dan memilih objek yang
berhubungan dengan tindakan yang akan diambil. Selanjutnya adalah respon terpimpin adalah
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.Ketiga dalah mekanisme
yaitu apabila seseorang melakukan dengan benar secara otomatis atau menajdi sebuah
kebiasaan.Terakhir yang paling tinggi adalah adopsi yaitu praktik yang sudah berkembang dengan baik.
(Efendi & Makhfudli, 2009) Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai teknik dan media
peraga.Teknik dan media ini memudahkan narasumber untuk menyampaikan pesannya.Teknik harus
dipilih berdasarkan pengunjung yang hadir dan tujuan yang ingin dicapai. Setelah teknik yang dipilih
sesuai, maka ditentukan media dan alat peraga yang akan dipergunakan dalam pendidikan kesehatan.
Media dapat berbentuk elektronik, cetak atau media lainnya, hal ini ditentukan oleh banyaknya sasaran,
keadaan geografis, karakteristik partisipan dan sumber daya pendukung. Setelah dilakukakn pendidikan
kesehatan, narasumber akan mengevaluasi beberapa aspek yaitu evaluasi belajar klien, evaluasi aspek
psikomotor dan evaluasi mengajar intervensi keperawatan. Tujuannya adalah mengevaluasi pencapaian
tujuan pendidikan yang telah diberikan. Namun, pada kesempatan kali ini saya akan berfokus kepada
evaluasi aspek psikomotor klien.

Evaluasi aspek psikomotor dapat dilakukan dengan mengobservasi bagaimana klien melakukan suatu
prosedur di rumah.Evaluasi ini jauh lebih kompleks dibandingkan dengan evaluasi kognitif dan biasanya
hanya ditentukan dengan skala sikap.Dari hasil observasi ini, kita bisa mengetahui apakah perlu
dilakukan modifikasi pendidikan kiranya tujuan tidak tercapai, atau kiranya sudah tercapai adakah yang
mesti dikembangkan. Keberhasilan pendidikan kesehatan dapat dievaluasi dari berbagai aspek yaitu,
input, proses, output, outcomes dan impact serta komponen pertanyaan seperti what, where, when,
why, dan how. Hasil dari evaluasi ini juga dapat dijadikan acuan sebagai bahan rencana tindak lanjut
bagi narasumber terhadap penerima.Rencana tindak lanjut ini dapat meningkatkan pengetahuan
penerima materi dan mencapai aspek domain psikomotor paling tinggi yaitu aspek adopsi.

2.4.2 Evaluasi Belajar Klien


Tahapan asuhan keperawatan yang terakhir adalah Evaluasi.Evaluasi dilakukan untuk mengukur
keberhasilan intervensi yang dilakukan serta menilai apakah dibutuhkan intervensi lain (Edelmen,
Mandle, & Kudzuma, 2010). Evaluasi dapat sesuai dengan macam-macam klien, yaitu: a. Evaluasi
individu Tolak ukur yang dapat mengevaluasi seorang individu bisa jadi bermacam-macam bergantung
pada kasusnya.dikutip dari buku Barbara K. Redman (2004) dalam bukunya Advances in Patience
Education ada lima tolak ukur yang bisa dinilai secara umum(Redmen, 2004), yaitu: 1. Self-Efficacy Self-
efficacy adalah kemampuannya kepercayaan untuk seorang melaksanakan individu atau mengenai
menjalankan sesuatu.Biasanya, hal ini spesifik terhadap suatu kasus atau perilaku.Untuk itu, tolak ukur
ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi tertentu.

Contohnya adalah Childbirth Self-Efficacy Scale (Lowe, 1993,dalam, Redmen, 2004) serta Sickle cell Self-
Efficacy Scale (Edwards, Telfair, Cecil & Lenoci, 2000, dalam, Redmen 2004). 2. Kebutuhan mengetahui
sebuah informasi Kebutuhan untuk mengetahui sebuah informasi biasanya tinggi akan permintaan
terhadap klien-klien dengan level depresi atau kecemasan yang lebih tinggi. Hal ini dibuktikan dari klien
yang memiliki diabetes, rheumatoid arthritis, kanker, asma, osteoporosis, schizophrenia dan beberapa
penyakit lainnya, ternyata kebutuhan informasi sangat diinginkan oleh pasien kanker. Kebutuhan akan
informasi ini juga berkurang setelah masa penyakit membaik. 3. Kepercayaan Kepercayaan klien
terhadap suatu kondisi dapat mempengaruhi proses asuhan keperawatan. Contohnya adalah The
Menopause Representations Questinnaire yang mengukur pengetahuan individu mengenai identitas,
konsekuensi, dan persepsi mengenai kontrol dan penyembuhan, hal ini bisa mempengaruhi asuhan
keperawatan. Kepercayaan yang tidak benar akan suatu kondisi kelien bisa jadi mempengaruhi proses
penyembuhan klien. 4. Manajemen diri Contoh pengukuran tolak ukur manajemen diri ini adalah Heart
Failure Questionnaire yang menilai bagaimana perilaku seseorang dengan penyakit jantung dan apa
yang mereka lakukan saat gejalanya datang. Hasilnya adalah orang yang lebih berpengalaman pada
kesehariannya mencoba untuk mengurangi konsumsi sodium.Hal ini adalah contoh penilaian
manajemen diri yang baik.

b. Evaluasi komunitas Perawat komunitas akan mengukur apakah rencana asuhan keperawatan yang
telah dibuat membuahkan hasil yang dilakukan pada fase evaluasi ini. Komunitas maupun perawat,
mengukur keberhasilan ini berdasarkan objektif yang tercapai. Perawat memiliki tanggung jawab
sepenuhnya terhadap hasil ini, namun, dengan berkolaborasi dengan anggota komunitas serta tenaga
kesehatan lain, akan membuat hasil evaluasi yang lebih valid (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
Rencana asuhan keperawatan yang melibatkan diagnosis keperawatan, ekspektasi hasil, dan intervensi,
membutuhkan data menganai bagaimana komunitas tersebut merespon terhadap rencana asuhan
keperawatan yang dibuat.Hasil dari respon tersebut dibandingkan antara sebelum dan sesudah
intervensi.Perbandingan ini akan memberikan gambaran mengenai seberapa efektif rencana asuhan
keperawatan tersebut (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010) Frekuensi penilaian evaluasi juga
tergantung akan situasi, seberapa cepat perubahan diharapkan, dan objektifnya.

Contoh, seseorang yang berdarah akan membutuhkan evaluasi dengan interval yang singkat, sementara
perubahan perilaku komunitas akan berjalan perlahan dan membutuhkan metode evaluasi jangka
panjang. Interval evaluasi berbeda-beda tergantung apakah objektifnya jangka pendek atau jangka
panjang (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010). c. Evaluasi keluarga Fungsi dari evaluasi ini adalah untuk
menilai bagaimana keluarga merespon terhadap rencana asuhan keperawatan dan apakah intervensi ini
berhasil. Tujuan dan objektif yang spesifik terhadap suatu kasus akan mempermudah hasil evaluasi
dibandingkan evaluasi yang umum. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi hasil intervensi dengan
tolak ukur simpel adalah seperti perubahan berat badan, peningkatan kapasitas paru-paru dari program
olahraga, Sementara itu, hasil dari promosi kesehatan dan pencegahan penyakit lainnya tidak semudah
itu untuk diukur atau dinilai, namun harus tetap dilakukan dalam tahapan asuhan keperawatan.

Saat menilai faktor-faktor seperti kepercayaan, perspektif pribadi, atau peran dalam suatu hubungan,
perawat harus mengevaluasi berdasarkan pendapat keluarga tersebut apakah mereka merasa intervensi
itu berhasil atau tidak.Setelah itu, data yang diperoleh dari keluarga digunakan untuk dibandingkan
dengan informasi saat awal pengkajian untuk dapat menentukan apakah ada perubahan (Edelmen,
Mandle, & Kudzuma, 2010). Tolak ukur berikut ini dapat digunakan untuk menentukan keefektifan
sebuah intervensi, yaitu: 1) perubahan pola interaksi, 2) komunikasi efektif, 3) kemampuan untuk
mengekspresikan emosi, 4) kepekaan terhadap kebutuhan anggota keluarga lain, dan 5) kemampuan
memecahkan masalah. Tolak ukur tersebut dapat dibandingkan dengan kondisi keluarga pada saat
pengkajian awal.Hasil dari penilaian tolak ukur ini masih bisa digunakan untuk menilai potret keluarga
bahkan hingga hari ini, saat keluarga sudah lebih bervariasi (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010). Saat
melakukan perencanaan asuhan keperawatan, perawat harus menentukan kriteria terkait norma dasar
yang diharapkan untuk muncul, hal ini adalah dasar dari hasil evaluasi. Bila kriteria yang dibuat semakin
objektif, maka hasil evaluasi akan semakin valid. Saat tujuan dan objektif tercapai, maka masalah sudah
terselesaikan. Sebaliknya, bila tujuan tidak tercapai, maka perawat harus mengkaji ulang apa penyebab
tidak tercapainya tujuan dan merencanakan intervensi alternative. Kesalahan bisa dari faktor keluarga
maupun faktor pelayanan kesehatan itu sendiri seperti kekurangan staf ahli atau kekurangan dalam
pendanaan (Edelmen, Mandle, & Kudzuma, 2010).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya proses dan kebutuhan pembelajaran pendidikan kesehatan pada tiap tiap individu,
keluarga, masyarakat itu berbeda-beda. Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan
mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai
perawat pendidik (Suliha, Herawani, Sumiati, & Resnayati, 2002). Adapun media pengajaran yang dapat
digunakan ialah melalui teks, media audio, media visual, media proyeksi gerak, benda-benda
tiruan/miniature, dan manusia. Sehingga dapat mempermudah proses dan memenuhi pendidikan
kesehatan pada tiap tiap individu, keluarga, maupun masyarakat

3.2 Saran Sebagai individu kita harus selalu melakukan kegiatan belajar mengajar. Tak hanya pada saat
usia muda, melainkan sampai akhir hayat. Apabila kita ingin melakukan, menerapkan, atau mempelajari
suatu hal pada diri sendiri ataupun pada orang lain, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu
mengenai suatu hal tersebut, kemudian memahaminya, dan menerapkannya dalam kehidupan
seharihari. Agar yang kita lakukan dapat terlaksana ataupun tersampaikan dengan baik dan berguna bagi
kehidupan kita maupun kehidupan orang lain yang telah kita ajari.
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2014).Community and public health nursing: Promoting the
public’s health, 8th edition.

Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins. Bastable, Susan B. ( 2002) .

Nurse as educator :Priciples of teaching and learning,

Perawat sebagai pendidik : Prinsip – prinsip pengajaran dan pembelajaran.( Gerda Bensley, R. J. (2008).

Metode pendidikan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC. Berman, AudreyJ.; Snyder, Shirlee; Kozier,
Barbara J.; Erb. (2007).

Fundamental of nursing , 8th Edition. Prentice Hall Berman, A., & Snyder, S. J. (2012).

Kozier & Erb's fundamentals of nursing: concepts, process, and practice (9th ed.). USA: Pearson
Education Inc. Berman, A. T., Snyder, S., & Frandsen, G. Ed. (2016).

Kozier & Erb’s fundamentals of nursing : concepts, practice, and process. 10th edition. St. Louis: Pearson.

Anda mungkin juga menyukai