Anda di halaman 1dari 16

Promosi Kesehatan

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Venty Dwy Agustin
2. Vina Muslimatus Saadah
3. Wahyu Purwaningsih
4. Wardatul Ghivara
5. Winda Rahayu
6. Wulandari Eka Widiyanti
7. Zaki Al ghani
8. Dwi Defriyanto W
9. Dwi Vidi S
10. Risky Febri Setyawan
11. Yuli Karina

(14.401.15.080)
(14.401.15.081)
(14.401.15.082)
(14.401.15.083)
(14.401.15.084)
(14.401.15.085)
(14.401.15.086)
(14.401.14.023)
(14.401.14.025)
(14.401.14.059)
(14.401.14.081)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2016-2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah
yang berjudul Promosi Kesehatan.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang
Promosi Kesehatan. Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain
dapat memahami materi Promosi Kesehatan dengan baik.
Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah membantu
dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini tidak
lupa kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu AnisYuliastutik, S.Kep. Ns, selaku Direktur dan Dosen mata kuliah
Promosi Kesehatan Akademi Kesehatan Rustida Krikilan yang telah membantu
dan menyediakan fasilitas.
2. Ibu Maulida Nurfazriah O, S.Kep, Ns. MPH, selaku Dosen mata kuliah
Promosi Kesehatan Akademi Kesehatan Rustida Krikilan
3. Bapak Sumarman, S.Kep.Ns, M.Kes, selaku Dosen mata kuliah Promosi
Kesehatan Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.
4. Kedua orang tua dan keluarga besar kami yang selalu mendoakan serta
mendukung dalam setiap langkah kami menempuh pendidikan di Akademi
Kesehatan Rustida Krikilan.
5. Rekan-rekan mahasiswa serta semua pihak yang telah

membantu dan

meyelesaikan dalam penyusunan makalah ini.


Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami
menyadari masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran ataupun kritik yang sifatnya membangun demi
tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
berguna bagi pembaca maupun kami.
Krikilan, 12 Oktober 2016

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan ......................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Promosi Kesehatan......................................................................3
2.2 Tujuan Promosi Kesehatan.......................................................................3
2.3 Ruang lingkup promosi kesehatan............................................................4
2.4 Sejarah promosi kesehatan ......................................................................5
2.5 Kerangka konsep dalam promosi kesehatan.............................................7
2.6 Perilaku manusia dan perilaku pelayanan kesehatan7
2.7 Bagaimana Kerangka Kerja PRECEDE.10
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................13
3.2 Saran ......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya
konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada
pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang
didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion.
Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer
seperti sekarang.
Istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat (Halth
promosion) mempunyai dua pengertian, promis kesehatan yang pertama
adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Oleh sebab itu,
promosi kesehatan. Sedangkan yang kedua, promosi kesehatan diartikan
sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mebenal atau menjual
kesehatan (dalam arti merima perilaku kesehatan). Laurence green (1984)
merumuskan, promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi,
yang di rancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang
konduktif bagi kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari promosi kesehatan?
2. Apa tujuan promosi kesehatan?
3. Apa saja ruang lingkup promosi kesehatan ?
4. Bagaimana sejarah promosi kesehatan?
5. Bagaimana kerangka konsep dalam promosi kesehatan?
6. Bagaimana perilaku manusia dan perilaku pelayanan kesehatan?
7. Bagaimana Kerangka Kerja PRECEDE?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari promosi kesehatan.
2. Untuk mengetahui tujuan promosi kesehatan.
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup promosi kesehatan.

4. Untuk mengetahui sejarah promosi kesehatan.


5. Untuk mengetahui kerangka konsep dalaam promosi kesehatan.
6. Untuk mengetahui perilaku manusia dan perilaku pelayanan kesehatan.
7. Untuk mengetahui kerangka kerja PRECEDE
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan di bidang
kesehatan mengenai promosi kesehatan dalam masalah kesehatan.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang promosi kesehatan serta menambah
pengetahuan dibidang kesehatan khususnya mengenai promosi kesehatan.
3. Bagi Institusi
Dapat menjadi pertimbangan untuk di terapkan di dunia pendidikan pada
lembaga - lembaga di bidang kesehatan sebagai solusi terhadap
permasalahan pendidikan yang ada saat ini

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisai melalui
ilmu dan seni untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka
sehat dan optimal dan untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan. (Notoatmojo, 2005)
2.2 Tujuan Promosi Kesehatan

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3


hal, yaitu:
1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
2. Peningkatan perilaku masyarakat
3. Peningkatan status kesehatan masyarakat
Tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga tingkatan (Green, 1991), yaitu
tujuan program, tujuan pendidikan, dan tujuan perilaku.
1. Tujuan program (program Objective)
Merupakan refleksi dari fase social dan epidemiologi, berupa pernyataan
tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan
dengan status kesehatan. Tujuan ini harus mencakup who will in how
much of what by when, (contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja
pada pekerja menurun 50% setelah promosi kesehatan berjalan lima
tahun).
2. Tujuan pendidikan (educational objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar
tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga tujuan
jangka menengah (contohnya, cakupan angka kunjungan ke klinik
perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan 3 tahun).
3. Tujuan perilaku (behavioral objective)
Merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan pendidikan,
pembelajaran, dan gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi
masalah kesehatan. Tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan,
sikap, dan tindakan (contohnya, pengetahuan kerja tentang tanda-tanda
bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan
berjalan 6 bulan). (Heri D.J Maulana, 2009 : 116).
2.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)
yang

penekanannya

pada

perubahan/perbaikan

peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

perilaku

melalui

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang


penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan
informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang
penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu
upaya

untuk

mempengaruhi

lingkungan

atau

pihak

lain

agar

mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya


legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di
berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll (Irma Nurianti, 2011 : 4-5)
Disamping itu, promosi kesehatan juga didasarkan pada dimensi dan tempat
pelaksanaannya. Oleh sebab itu ruang lingkup promosi kesehatan dapat
didasarkan kepada 2 dimensi, yaitu dimensi aspek sasaran pelayanan
kesehatan, dan dimensi tempat pelaksanaan promosi kesehatan atau tatanan
(setting).
1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan
kesehatan secara garis besarnya terdapat dua jenis pelayanan kesehatan
yaitu,
a. Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok
masyarakat yang sehat, agar kelompok itu tetap sehat bahkan
meningkat status kesehatannya. Pada dasarnya pelayanan ini
dilaksanakan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitative, adalah pelayanan kelompok
masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan
menjadi pulih kesehatannya. Pada prinsipnya pelayanan jenis ini
dilakukan profesi kedokteran.
2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat
pelaksana)
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga
b. Promosi kesehatan keluarga pada tatanan sekolah
c. Promosi kesehatan pada tempat kerja
4

d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum


e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
2.4 Sejarah Promosi Kesehatan
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya
konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada
pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa Charter, yang
didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion.
Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer
seperti sekarang.
Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan,
dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial),
Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya. Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona
Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health Promotion WHO
Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai
seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk
Indonesia salah satunya.
Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru
diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang
telah memasuki masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut
Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan pimpinan Depkes pada
waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun eksternal
dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat
pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan
selama kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang
Health Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan
dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan.
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi.
Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan
5

kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu


Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan
konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes
berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta
aplikasinya di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia
tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health
Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India
juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi
Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For
Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut
juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di
Indonesia sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat. (Irma Nurianti,
2011 : 2-3)
2.5 Kerangka Konsep dalam Promosi Kesehatan
1. Visi/ yang diharapkan : berkembangnya perilaku dan gerakan sehat di
masyarakat, menuju Indonesia Sehat 2010.
2. Dasar acuan penyelenggaraan Promosi Kesehatan, yaitu : Paradigma
Sehat atau Pembangunan Nasional yang berwawasan Kesehatan.
3. Ruang lingkup promosi kesehatan yaitu : perilaku proaktif memelihara
dan meningkatkan kesehatan (contoh, olahraga aktivitas fisik yang
teratur), mencegah resiko terjadinya penyakit (contoh, tidak merokok
atau menjaga kawasan tanpa asap rokok) , melindungi diri dari ancaman
penyakit (contoh, memakai helm untuk pengaman waktu berkendara),
dan berperan aktif dalam upaya kesehatan (misalnya di posyandu).
4. Area atau program yang diprioritaskan dalam promosi kesehatan, yaitu:
KIA, Gizi, Kesling, Gaya Hidup dan JPKM.
5. Tatanan utama yang menjadi sasaran promosi kesehatan, yaitu: rumah
tangga (sasaran ibu, bayi, dan balita). Sekolah (sasaran anak-anak
sekolah). Tempat kerja (sasaran usia produktif). Tempat umum (sasaran
remaja anak muda). Sarana pelayanan kesehatan (pengunjung).
6. Strategi pokok : dikenal dengan tingkatan ABG, yaitu Advokasi (upaya
untuk mempengaruhi kebijakan), Bina suasana (upaya pembentukan

opini public), dan Gerakan pemberdayaan masyarakat (upaya untuk


menggerakkan dan atau memberdayakan semua komponen masyarakat).
7. Mitra utama : para pembuat kebijakan, lintas sector, kalangan swasta,
media massa, perguruan tinggi, dan semua komponen masyarakat : tokoh
agama, tokoh masyarakat, LSM, organisasi profesi, artis, dll.
2.6 Perilaku Manusia dan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan
Perilaku manusia oleh Notoatmodjo (2007) didefinisikan tindakan atau
aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, membaca,
dan sebagainya sehingga perilaku (manusia) merupakan semua aktivitas atau
kegiatan manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar. Sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan perilaku kesehatan yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo diatas, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance) adalah perilaku
atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit atau usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh
sebab itu , perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu:
a. Perilaku pencegaan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit
serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis
dan relative maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan
supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan & minuman). Makanan dan minuman dapat
memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang. Tetapi
sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab
menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan

penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap


makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health
Seeking Behavior) adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang
pada saat menderrita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau
perilaku inti dimulai dari mengobati diri sendiri (Self Treatment) sampai
mencari pengobatan keluar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan, merupakan perilaku bagaimana seseorang
merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya dan
sebagainya

sehingga

lingkungan

tersebut

tidak

mempengaruhi

kesehatannya. Becker (1979). Dalam Notoatmodjo (2007) membagi


perilaku kesehatan lingkungan sebagai berikut:
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan
upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup makan dengan
menu seimbang (Appropriate Diet), olahraga teratur, tidak merokok,
dan lain-lain.
b. Perilaku sakit (illness Behavior) perilaku ini mencakup respons
seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan
penyakit, dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior) dari segi sosiologi,
orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup hak orang
sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang
lain (terutama keluarganya), yang disebut perilaku peran orang sakit
(the sick role). Perilaku ini meliputi : tindakan untuk memperoleh
kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan
penyembuhan penyakit yang layak dan mengetahui hak serta
kewajiban orang sakit.
Masyarakat atau anggota masyarakat pada umumnya mempunyai perilaku
yang berbeda-beda terkait dengan sakit dan penyakit. Perilaku tersebut
tercermin dalam respon yang dilakukan apabila mereka diserang penyakit dan

merasakan sakit mulai dari tidk bertindak atau tidak melakukan kegiatan apaapa (no action). Kegiatan mengobati sendiri (self treatment) mencari
pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), mencari
pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist
shop) dan sejenisnya, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang
diadakan pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta hingga mencari
pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter
praktik (private medicine). (Notoatmodjo, 2007).
2.7 Kerangka Kerja PRECEDE
1. Fase 1 (diagnosis social)
Merupakan menentukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya dan
aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya, melalui
partisipasi dan penerapan berbagai informasi. Untuk mengetahui masalah
social dapat digunakan beberapa indikator.
2. Fase 2 (diagnosis epidemiologi)
Mencakup analisis data skunder atau kumpulan data asli untuk
memprioritaskan

kebutuhan

akan

kesehatan

masyarakat

serta

mempertahankan tujuan dan target dari program. Pada fase ini siapa atau
kelompok mana yang terkena masalah kesehatan diidentifikasi. Faktor ini
membantu identifikasi faktor-faktor perilaku dan lingkungan yang b.d
kualitas kehidupan. Focus pada fase ini adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan kesehatan yang spesifik dan faktor non medis yang b.d
kualitas kehidupan yang buruk.
3. Fase 3 (diagnosis perilaku dan lingkungan)
Untuk fase ini masalah perilaku dan lingkungan yang memengaruhi
perilaku dan status kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau
masyarakat yang diidentifikasi. Penting untuk membedakan masalah
perilaku yang dapat dikontrol secara individu atau dikontrol melalui
institusi. Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor baik internal maupun
eksternal dari individu yang dapat berpengaruh terhadap masalah
kesehatan.
4. Fase 4 (diagnosis pendidikan dan organisasional)

Diagnosis dilakukan berdasarkan determinan perilaku yang memengaruhi


status kesehatan seseorang atau masyarakat yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors)
b. Faktor pendorong (enabling factors)
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
5. Fase 5 (diagnosis administrasi dan kebijakan)
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan
yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan
program promosi kesehatan. Diagnosis administrasi dilakukan tiga
penilaian yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta
hambatan pelaksanaan program. Diagnosis kebijakan dilakukan dengan
mengidentifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan
organisasional

yang

memfasilitasi

program

serta

pengembangan

lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakt yang kondusif


bag. Kesehatan.
6. Fase 6 (implementasi)
Pada tahap ini, merencnakan suatu intervensi berdasarkan analisis. Hal
yang harus dilakukan adalah menjalankannya. Fase ini hanya berupa
pengaturan dan pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan
sebelumnya. Intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan
secara langsung pada masyarakat.
7. Fase 7 (evaluasi proses)
Pada fase ini yang dibahas bukan mengenai hasil tapi prosedur. Evaluasi
ini berarti apakah sedang melakukan apa yang telah direncanakan
sebelumnya.
8. Fase 8 (evaluasi dampak)
Pada fase ini mulai dievaluasi mengenai dampak dari upaya yang
dilakukan. Apakah intervensi menghasilkan efek yang diinginkan pada
faktor perilaku atau lingkungan yang diharapkan untuk berubah.
Mengukur efektifitas program dari sudut dampak dan perubahanperubahan pada faktor predisposing. Enabling, dan reinforcing.
Mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung
perilaku dan pada perilaku itu sendiri.
9. Fase 9 (evaluasi hasil)
Evaluasi hasil dilakukan untuk mengetahui apakah intervensi yang
diberikan sungguh bekerja dalam menghasilkan outcome. Namun,
10

hasilnya secara keseluruhan tidak memiliki dampak pada masalah yang


lebih luas. Dibutuhkn waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil, dan
mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat perubahan kualitas
hidup pada populasi atau masyarakat. (Heri D.J Maulana, 2009).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisai melalui
ilmu dan seni untuk membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka
sehat dan optimal dan untuk memudahkan perubahan perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Bentujuan untuk meningkatkan

11

kemampuan individu, keluarga, kelompok masyarakat untuk hidup sehat


dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat
serta

terciptanya

lingkungan

yang

kondusif

untuk

mendorong

terbentuknya kemampuan tersebut. Promosi kesehatan memiliki 2 ruang


lingkup pelayanan kesehatan yaitu pelayanan kuratif dan rehabilitative,
pelayanan preventif dan promotif.
3.2 Saran
1. Bagi Penulis
Bagi penulis dapat memahami materi mengenai promosi kesehatan dan
harapan penulis dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan seharihari.
2. Bagi Pembaca
Bagi pembaca saya berharap dapat memahami dan mengimplementasikan
isi isi dari makalah yang kami buat sehingga dapat bermanfaat dan
tercipta kesejahteraan bagi mahasiswa kesehatan baik pada saat
pendidikan maupun praktik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk institusi diharapkan lebih memadai fasilitas seperti Wifi, literatur
masih belum lengkap yang terkait dengan promosi kesehatan. Maka dari
itu kami berharap untuk bisa lebih memfasilitasi kekurangan yang ada.

12

DAFTAR PUSTAKA

D.J Maulana Heri. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.


Ferry Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lily S & Sulistiowati. (2011). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah
kesehatan . Jurnal, 20.
Notoatmodjo Soekodjo. (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Nurianti Irma. (2011). Upaya Promotif dan Preventif Promosi Kesehatan. pdf, 2-5.
Sigit Suhardi. (2007). Marketing Praktis. Yogyakarta: Liberty.
WHO. (1986). The Ottawa Charter for Health Promotion. Genava: WHO.

Anda mungkin juga menyukai