Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KASUS BAYI BARU LAHIR ( BBL )

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.

AGUNG PURNAMA PUTRA


DANI PRATAMA
DELLA PUSPITA SARI
HENI SEPTIANA DEWI
IRMA WIDYAWATI

( 14. 401 . 14 . 002 )


( 14. 401 . 14 . 014 )
( 14. 401 . 14 . 019 )
( 14. 401 . 14 . 033 )
( 14. 401 . 13 . 047 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan

makalah

ini

yang

berjudul

ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS BAYI BARU LAHIR serta dapat penulis
selesaikan dengan baik sebagai persyaratan tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan dan
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan
ilmu keperawatan pada umumnya.
Banyuwangi, 28 Oktober 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan)
yang berat. Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang
diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran,
sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan
sedikit bantuan. Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah
asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll.
(Muslihatun, 2010 : 6).
Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal yang tidak
menyenangkan bagi bayi tersebut. Hal ini disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterin) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterin) yang
sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala kenyamanan
karena ia tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya. Sedangkan, pada waktu
kelahiran, setiap bayi baru lahir akan mengalami adaptasi atau proses penyesuaian
fungsi fungsi vital dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.
Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis atau kemampuan
mempertahankan fungsi fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Adaptasi segera setelah lahir meliputi
adaptasi fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan
metabolisme). Oleh karena itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan
perawatan yang dapat membantunya untuk melewati masa transisi dengan berhasil.
(Muslihatun, 2010 : 10).
B. Rumusan Masalah.
1. Apakah konsep nonatus?
2. Bagaimana adaptasi neonatus?
3. Masalah apa yang sering muncul pada neonatus?
C. Tujuan.
1. Mengetahui konsep neonatus.
2. Mengetahui adaptasi neonatus.
3. Mengetahui masalah yang sering muncul pada neonatus.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep neonatus.
1. Pengertian Masa Neonatal
Bayi baru lahir umur 0 - 4 minggu sesudah lahir. Terjadi penyesuaian
sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh
lainya. Berat badan dapat turun sampai 10 % pada minggu pertama kahidupan
yang dicapai lagi pada hari ke empat belas (Manuaba, 2010).
2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Salman (2006) tanda bayi baru lahir normal adalah:
a. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180/menit yang
kemudian turun sampai 140/menit 120/menit pada waktu bayi
berumur 30 menit.
b. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80/menit)
disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan
intercostals, serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15 menit.
c.

Nilai apgar 7-10.

d. Berat badan 2500 gram- 4000 gram.


e. Panjang badan lahir 48-52 cm.
f. Lingkar kepala 33-35cm.
g.

Lingkar dada 30-38 cm.

h. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.


i. Reflek moro sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan memeluk.
j. Grasping reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda di atas
telapak tangan, bayi akan mengengam.
k. Genatalia : labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada
perempuan).Testis sudah turun di scortum (pada laki-laki).
l. Eliminasi : baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.mekonium bewarna coklat kehijauan.

B. Adaptasi Fisiologis fetus


Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus
dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi
fisiologis ini di sebut juga homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi
akan sakit. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi(Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya
(Salman, 2006).
1. Perubahan Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru-paru bayi. Organ yang bertanggung jawab untuk
oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta. Selama masa
kehamilan bayi mengalami banyak perkembangan yang menyediakan
infrastruktur untuk mulainya proses pernapasan. Pada masa kehamilan
di trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-otot yang
diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu
menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan
permukaan pada tempat pertemuan antara udara- alveoli. Ruang
interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga memungkinkan kontak
maksimum antara kapiler dan alveoli untuk pertukaran udara (Salman,
2006)
Pada bayi baru lahir, kekuatan otototot pernapasan dan
kemampuan diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi
kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat
mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan
yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu
fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir yang normal adalah
40 kali permenit dengan rentang 3060 kali permenit ( pernapasan
diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi secara konsisten lebih dari
60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau

retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2 jam


setelah kelahiran (Salman, 2006).
2. Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Penyesuaian sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang
adekuat melalui paru adalah satu faktor penting selain mulainya
pernapasan ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak berfungsi terutama
selama kehidupan fetal,maka jantung fetus tidak perlu memompa
banyak darah melalui paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa
darah dalam jumlah besar melalui plasenta. Sebagian besar darah yang
masuk ke atrium kanan dari vena kava inferior langsung berjalan lurus
melalui permukaan posterior atrium kanan dan kemudian melalui
foramen ovale langsung masuk ke dalam atrium kiri. Jadi, darah yang
di ogsigenisasi baik dari plasenta masuk ke sisi kiri jantung bukan ke
sisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel kiri terutrama ke dalam
pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah (Salman, 2006).
Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior
langsung berjalan turun melalui katup trikuspidalis masuk ke dalam
ventrikel kanan. Darah ini terutama darah deoksigenisasi dari daerah
kepala fetus, dan dipompa oleh ventrikel kanan masuk ke dalam arteria
pulmonalis, kemudian terutama melalui duktus arteriosus masuk ke
dalam aorta desenden dan melalui arteria umbilikalis masukke
plasenta, tempat darah deoksigenisasi mengalami oksigenasi (Salman,
2006)
3. Sistem Sirkulasi dan Hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan
pembuluh paru yang besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular
sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel kanan yang sampai paru,
sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui duktus
arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara
mendadak (saat umbilical cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan
menjadi rendah,tahanan pembuluh darah sistemik(SVR) naik dan pada
saat yang sama paru mengembang,tahanan vascular paru menyebabkan

penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran


darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian
ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan duktus arteriosus secara
fisiologis terjadi pada umur bayi 10-25 jam yang di sebabkan kontraksi
otot polos pada akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia
2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang
sehingga keadaan kehilangan darah, dehidrasi,dan kelebihan volume
juga sangat kurang untuk di toleransi. Manajemen cairan pada
neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik
merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah
dan

dipergunakan

sebagai

parameter

yang

adekuat

terhadap

penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir
tetap terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg.
Frekuensi nadi bayi rata-rata 120x/menit dengan tekanan darah sekitar
80/60mmHg (Salman, 2006)
4. Perubahan Sistem Gastrointestinal.
Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku
mengisap dan menelan. Pada saat lahir, reflek muntah dan batuk yang
matur telah lenyap. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas.
Sebagaian besar keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim
dan hormon pencernaan yang dapat di saluran cerna ( mulai dari mulut
sampai dengan usus ).
Kamampuan absorpsi karbohidrat pada bayi baru lahir kurang
efisien, sedangkan absorpsi monosakarida ( glukosa ) telah efisien.
Regurgitasi pada bayi baru lahir disebabkan oleh sfingter jantung,
sambungan esophagus bawah, dan lambung yang tidak sempurna.
Kapasitas lambung pada bayi baru lahir cukup bulan sangat terbatas,
kurang dari 30cc. hal ini di sebabkan karena usus bayi baru lahir relatif
tidak matur dan sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis
dan kurang efisien di bandingkan orang dewasa sehingga gelombang
peristaltiknya sukar untuk di prediksi. Lipatan dan vili dinding usus

belum berkembang sempurna. Sel epitel yang melapisi usus halus bayi
baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorpsi
yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan
usus agar matur dengan meningkatkan pergantian sel yang cepat dan
produksi enzim mikrovilus. Epitel sel yang tidak matur mempengaruhi
usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat berbahaya.
Pada awal kehidupan, bayi baru lahir menghadapi proses
penutupan usus ( permukaan epitel usus menjadi tidak permeable
terhadap antigen ). Sebelum penutupan usus bayi akan rentan terhadap
infeksi virus / bakteri dan juga terhadap stimulasi allergen melalui
penyerapan molekul-molekul besar oleh usus. Kolon bayi baru lahir
kurang efisien dalam menyimpan cairan daripada kolon orang dewasa
sehingga bayi cenderung mengalami kompilasi kehilangan cairan,
misalnya gangguan diare (Salman, 2006)
5. Perubahan imunitas
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan
tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer
dan terdapat pula limfe. Sel sel limfoid membentuk
immunoglobulin

gamma

yang

merupakan

molekul
gabungan

immunoglobulin gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling


banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di
dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin
mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan
folikel limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A
immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan
banyak ditemukan segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus
digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi
dilahirkan setara dengan keadaan flora normal dalam saluran
pencernaan. Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G
immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya
Gamma

immunoglobulin

yang

menyebabkan

berkemungkinan besar rentan infeksi dan sepsis.

neonatus

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga


menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel
darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi
pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut
belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi
antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat
dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh
(Salman, 2006).
6. Perubahan Sistem Ginjal
Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan
rentang keamanan yang kecil. Infeksi,diare, dan pola makan yang tidak
teratur

secara

cepat

dapat

menimbulkan

asidosis

dan

ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan


ginnjal dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk
mengeksresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada
kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan
tidak mengeluarkan urine selama 12 - 24 jam. Berkemih sering terjadi
selama periode ini. Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat
menunjukan masukan cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram /hari.
Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana
dalam kandung kemih telah ada air kemih yang diekresi kedalam air
ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas kandung kemih kira-kira 45 cc
dan produksi air kemih rata-rata 0,05 0,10 cc permenit.Ginjal bayi
baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi

cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat
menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan
ketidak seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu
mengonsentrasikan urine yang baik yang tercermin dalam berat urine
( 1,004 ) dan osmolitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal
ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan, serinmgkali hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya
tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Debris sel
yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam
sistem ginjal (Salman, 2006).
7.

Ikterus Neonatorum Fisiologis


Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning
akibat deposisi bilirubin berlebihan pada jaringan; misalkan yang
tersering terlihat adalah pada kulit dan

konjungtiva mata.

Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang


terjadi pada bayi baru lahir dengan keadaan meningginya kadar
bilirubun

di

dalam

jaringan

ekstravaskuler

sehingga

kulit,

konjungtiva,mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing. Ikterus


juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam
darah lebih dari 12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia merupakan
salah satu kegawatan pada BBL karena bilirubin bersifat toksik pada
semua jaringan terutama otak yang menyebabkan penyakit kern icterus
(ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh
kembang bayi (Salman, 2006).
Ikterus neonatorum dibedakan menjadi 2,yaitu :
a. Neonatorum Fisiologis
Adalah keadaan hiperbirirubin karena faktor
fisiologis merupakan gejala normal dan sering dialami
bayi baru lahir. Ikterus ini terjadi atau timbul pada hari
ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai
dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau
ke-10. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan
tidak lebih daro 12 mg/dl dan pada BBLR tidak lebih

dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada hari ke-14.


Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik
biasa.

Penyebab

ikterus

neonatorum

fisiologis

diantaranya adalah organ hati yang belum matang


dalam memproses bilirubin.
b. Ikterus Neonatorum Patologis
Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor
penyakit atau infeksi. Ikterus neonatorum patologis ini
ditandai dengan ikterus menetap sesudah bayi berumur
10 hari (cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada
BBLR.
8. Perubahan Sistem Termogulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang
bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan
untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah
lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan,
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi
kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas
merupakan

prioritas

utama

dan

bidan

berkewajiban

untuk

meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai


hipotermia bila suhu tubuh turun

360C.Suhu normal pada neonatus

adalah 36,537,0 . Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia


(Salman, 2006).
C. Masalah pada BBL.
1. Infeksi Pada Neonatus
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR.
Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit
dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini
tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik.
Bayi baru lahir mendapat imunitas trans. Plasenta terhadap kuman
yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman
yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain
(Sarwono, 2005).
a. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke
plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan
menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui
sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang
dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah Virus
rubella, polyomyelitis, covsackie, dan variola. Bakteri
jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli
(Sarwono, 2005).
b. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi
daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina
naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu
antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12
jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus
lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.
Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik
sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi

dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat


juga melalui kontak langsung dengan kuman yang
berasal dari vagina misalnya blenorea dan oral trush
(Sarwono, 2005).
c. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap.
Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi
sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril
atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal
ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas
infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi
mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan
terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya
sulit.
Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup
selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak
menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu,
namun tiba tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya
harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin
sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang
dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum,
gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi
pernapasan meningkat, berat badan tiba tiba turun,
pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat
terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus,
hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat
meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal,
kemungkinan besar ia menderita infeksi (Sarwono,
2005).
2. Asfiksia.

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat


segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul (Sarwono, 2005).
Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:
a. Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi
sehat
b. Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada
pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis..
c. Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum
pemeriksaan fisik sama asfiksia berat
3. Ikterik.
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata ( normal
berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin
dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu
hal yang fisiologis ( normal), terdapat pada 25-50% bayi yang lahir
cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis ( tidak
normal) misalnya berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis
( infeksi berat), penyumbatan saluran empedu (Sarwono, 2005).
4. Perdarahan tali pusat.

Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali


pusat bisa timbul sebagai akibat dari pengikatan tali pusat yang kurang
baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal (Sarwono,
2005).
Gejala perdarahan tali pusat
a. Ikatan tali pusat lepas
b. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet
c. Adanya cairan yang keluar pada tali pusat,dan cairan
tersebut bisa berwarna kuning,hijau,atau darah.
d. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat
5. Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling
bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan
secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 12 jam pertama
setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang
selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar
bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera
dimandikan (Sarwono, 2005).
Gejala hipotermi :
a. Dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif,
Sejalan letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan
menangis lemah.
b. Pernapasan

megap-megap

dan

lambat,

denyut

jantung

menurun.
c. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan
terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
d. Muka bayi berwarna merah terang
e. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme
tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung,
perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir, mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus.
Hal tersebut berlangsung baik atau tidak. Namun demikian, kenyataan didunia ini
amat banyak bayi lahir tidak sehat, mengalami kelainan dan berbagai hal yang tidak
diinginkan
B. Saran
Berikanlah asuhan yang tepat pada bayi baru lahir, karena adaptasi pada bayi
memerlukan bantuan lingkungan sekitarnya yang dapat dibantu oleh perawat yang
telah memahami asuhan apa yang harus diberikan kepada bayi baru lahir

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Salman. 2006. Asuhan Antenatal. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai