Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN NORMAL
DI RUANG BERSALIN RSD dr. SOEBANDI

Disusun oleh :
AGUNG PURNAMA PUTRA

( 14.401.14.002 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL

A. Definisi
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi sehat. Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari seriks, kelahiran
bayi dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Rohani,
2011).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar
uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan normal atau ersalinan spontan adalah
bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2012).
B. Etiologi
1. Teori Penurunan Kadar Hormone Progesterone
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan

kadar

progesterone

yang

mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa prostaglandin di


chorioamnion.
2. Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan irritability myometrium, estrogen memungkinan
sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput ketuban sehingga menyebabkan
kontraksi uterus (myometrium).
3. Teori Reseptor Oksitosin Dan Kontraksi Bracton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung lama
dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin.Oksitosin adalah
hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Distribusi
reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan korpus uteri, ia makin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak dijumpai pada serviks
uteri.
4. Teori Keregangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
5. Teori Fetal Membran

Meningkatnya hormone estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang


menghasilkanm arachnoid acid bekerja untuk pembentukan prostaglandin yang
mnegakibatkan kontraksi myometrium.
6. Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada plasenta menurun
segera terjadi degenerasi trofoblast makan akan terjadi penurunan produksi
hormone.
7. Teori Tekanan Cerciks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf sehingga
serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan SAR
(Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim) bekerja berlawanan
sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.
(Oktarina, Mika. 2016)
C. Manifestasi Klinis
1. Tanda-tanda Persalinan Sungguhan
a. Kontraksi uterus terjadi dengan interval yang teratur. Mula-mula setiap 20 atau
30 menit, makin lama makin sering. Dengan semakin lanjutnya persalinan
maka kontraksi menjadi tambah kuat dan tambah lama.
b. Kontraksi uterus dirasakan nyeri
c. Dapat diraba uterus yang mengeras
d. Nyeri dirasakan baik di belakang maupun di depan abdomen
e. Persalinan sungguhan secara efektif menyebabkan pembukaan cervix
f. Bagian terendah janin turun
g. Pada waktu tidak ada his kepala terfixasi
h. Seringkali mengakibatkan penonjolan ketuban
2. HIS Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung
kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri.His palsu timbul beberapa
hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.Kadang-kadang
ditimbulkan oleh gangguan pencernaan atau pencahar yang kuat.Umunya his palsu
timbul sendiri. Datangnya tidak teratur dan sebentar, lebih dirasakan di bagian
depan daripada di bagian belakang.
His palsu ini dapat sama sekali tidak disertai kontraksi uterus, atau kalau
disertai kontraksinya hanya beberapa detik saja. Uterus tidak menjadi keras dan
dapat ditekan dengan jari.Kontraksi ini tidak efesien dalam mendorong bagian
terendah janin ke bawah, dan tidak menimbulkan pendataran dan pembukaan
cervix yang progresif.His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah
pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam

kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.(Harry Oxorn & Wiliam R. Forte,
2010)
D. Klasifikasi
1. Persalinan Spontan
Persalinan spontan adalah persalinan yang seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
2. Persalinan Buatan
Persalinan buatan yaitu proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
Misalnya ekstraksi dengan forceps dilakukan operasi sectio caesarea
3. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran yaitu kakuatan yang diperlukan untuk persalinan di
timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.Misalnya pemberian Pitocin dan
prostaglandin. (Prawirohardjo, 2010)
Persalinan dibagi dalam 2 kelompok:
1. Partus Normal atau Partus Biasa
Partus normal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan letak belakang
kepala atau ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa, serta
tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu
kurang dari 24jam.
Jenis persalinan ada 3, yaitu:
a. Immature >20-28 minggu
b. Premature 28-36 minggu
c. Post mature : lebih 2 minggu dari taksiran partus (42 minggu)
2. Partus Abnormal
Partus abnormal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan bantuan tindakan
atau alat seperti ekstraksi, cunam, vacuum, embriotomi, atau lahir perabdominam,
dengan seksio cesarean.
E. Patofisiologi
Kala persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10cm,
yang di tandai dengan keluarnya lender bercampur darah, serviks mulai membuka
dan mendatar,darah berasal dari pecahnya pembulh darah kapiler dan kanalis
serviks.
Kala pembukaan terbagi menjadi 2 fase :

a. Fase laten: pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan


berlangsung 2 jam. Pembukaan serviks 0-3 cm berlangsung lama (primi) 8-10
jam, (multi) 3-5 jam
b. Fase aktif : berlangsung selama 6jam, dibagi atas 3-sub fase :
1) Akselerasi : 3-4cm/2jam
2) Dilatasi : 4-9 cm/2 jam
3) Deselarasi : 9-10 cm/2 jam
2. Kala II (pengeluaran janin)
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengejan mendorong janin hingga keluar.
3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.Setelah bayi lahir kotraksi
rahim beristirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri, plasenta
menjadi tebal 2X dari sebelumnya.Dalam waktu 5-10menit timbul his, seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan lahir secara spontan atau dengan
dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri, berlangsung 5-30menit setelah bayi
lahir.Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc.
4. Kala IV (kala pengawasan/perhatian)
Pengawasan selama 2jam setelah bayi lahir dan plasenta lahir, mengamati
keasaan ibu terutama terhadap bahaya post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus.Uterus ini dapat dibantu
dengan obat-obatan oksitosin.

Kala 1

Primi
13 jam

Multi
7 jam

Kala II

1-2 jam

30 menit

Kala III

10 menit

10 menit

Persalinan

14 jam

jam

Pathway
Kehamilan 37-42
minggu

Tanda tanda inpartu

His yang adekuat, blood show, pendataran servik


ketuban pecah

Kala I

Kontraksi uterus
partus

Kala II

Kontraksi

Kala III

Kala IV

Pelepasan
plasenta

2 jam post
partum

Resiko
perdarahan

Resiko infeksi

meneran
Nyeri
Bayi lahir

Kerja jantung
meningkat

Devisit volume
cairan

kelelahan

Intoleransi
aktivitas

F. Komplikasi
1. Persalinan macet (partus tidak maju)
Secara umum, penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul
si ibu yang terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan
macet ini juga bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang

menyebabkan sang ibu kepayahan mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal
lain yang membuat proses persalinan macet adalah faktor usia sang ibu, paritas,
konsistensi mulut rahim, berat badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan penyakit
semisal anemia.
2. Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan.Dapat disebabkan
kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
a. Distosia karena kelainan tenaga/his
1) His Hipotonic/ Inersia Uteri
2) His Hipertonic
3) His yang tidak terkordinasi
b. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
c. Distosia karena jalan lahir
3. Atonia Uteri
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes
Jakarta;2002)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab pendarahan post partum
yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan. Atoria uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah
pada terjadinya syok hipovelemik.
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
overdistention uterus seperti : gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi, umur yang terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran
pendek, partus lama, malnutrisi, dapat juga karena salah penanganan dalam usaha
melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
4. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Sewaktu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaaan ini dapat
menimbulkan pendarahan.
Secara fungsional dapat terjadi karena His kurang kuat dan plasenta sukar
terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang muncul : tali pusat putus
akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
5. Emboli Air Ketuban

Ini merupakan komplikasi persalinan yang paling serius, namun sangat jarang
terjadi, yaitu ketika sejumlah kecil cairan ketuban yang melindungi janin dalam
rahim masuk ke aliran darah ibu, khusunya pada kasus persalinan yang sulit.Cairan
ini beredar ke paru-paru dan dapat menyebabkan pembuluh nadi paru-paru
menyempit.Penyempitan ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
irama jantung yang tidak beraturan, syok, bahkan henti jantung dan
kematian.Pembekuan darah yang meluas juga merupakan komplikasi yang umum
terjadi dan membutuhkan perawatan emergensi.
Adanya His yang kuat dan terutama terus menerus, misalnya pada pemberian
uteotonika yang berlebihan dimana ketuban sudah pecah, biasanya pada akhir kala
I atau segera setelah anak lahir.
Pertama-tama penderita tampak gelisah, mual, muntah, dan diserati takikardi
dan takipnea.Selanjutnya timbul dipsnea dan sianosis, tekanan darah menurun,
nadi cepat dan lemah, kesadaran menurun, disertai nistagmus dan kadang-kadang
timbul kejang tonik klonik. Bila ada penyumbatan kapiler paru-paru akan
menyebabkan edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan
payah jantung kanan.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran
dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ,
daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi
jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian
keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan
jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama.
H. Penatalaksanaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kaji kondisi fisik klien


Menganjurkan klien untuk tidak coitus
Menganjurkan klien istirahat
Mengobservasi perdarahan
Memeriksa tanda-tanda vital
Memeriksa kadar Hb
Berikan cairan pengganti intravena (RL)

Pencegahan infeksi
1. Minimalkan infeksi yang di sebabkan oleh mikroorganisme
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa
3. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi
bersifat asimtomatik
4. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
5. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda benda lainnya yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tidak utuh/selaput mukosa atau darah harus
dianggap

terkontaminasi sehingga setelah digunakan harus dilakukan proses

pencegahan infeksi secara benar.


Lima puluh delapan (58) langkah asuhan persalinan normal :Mendengar dan
melihat adanya tanda persalinan kala dua
1. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk memetahkan
ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai 3 ml ke dalam wadah
partus set
2. Memakai celmek plastic
3. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir
4. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
5. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi demgam
oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set
6. Membersihkan vulva dan peineum dengan kapas basah yang telah dibasahi oleh air
matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum
7. Melakukan pemeriksaan dalam-pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
8. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%
9. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai-pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit)
10. Memberi tahu pada ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
11. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untyk meneran (pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

12. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
13. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
14. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
15. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
16. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
18. Saat kepala janin sudah terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untyk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain
kering dan bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita
melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dengan satu tangan,
dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus dan perineum).
19. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemudian
memeriksa adannya lilitan tali pusat pada leher janin.
20. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
21. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
22. Setelah bahu lahir, geser tangan kebawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
23. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari teunjuk tangan
kiri diantara kedua lutut janin)
24. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi mengis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak aktif?
25. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah engan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
26. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
27. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

28. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntukan oksitosin).
29. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
30. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yng telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
31. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
32. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi dikepala bayi.
33. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
semetara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrsnial. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tatap lakukan tekanan
dorsokarnial)
37. Setelah plsenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencega robeknya
selaput ketuban.
38. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
meggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
39. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plsenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukkan kedalam kantong plastik yng tersedia.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dab perieum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervagianam
42. Membiyarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam
43. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskuler dipaha kiri anterolateral.

44. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di


paha kanan anterolateral
45. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
46. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
47. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
48. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama Pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
49. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
Dekontasminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai
52. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
53. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila
ibu ingin minum
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung
tangan ke dalam keadaan terbalik dan merendamya dalam larutan klorin 0,5%
57. Memcuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Melengkapi patograf

ASUHAN KEPERAWATAN
PERSALINAN NORMAL
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan bersalinan.
Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk membentuk
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawtan yang sesuai.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, atau nyeri
epigastrium bagian atas)
3. Riwayat kehamilan sekarang
Tanyakan kapan mulai merasa mules, HPHT (hari pertam haid terakhir), tafsiran
persalinan, riwayat alergi obat-obatan
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat preeklamsia sebelumnya, kehamilan ganda (Ichemi Sukarni, 144:
2005) riwayat pembedahan pelvic atau uterin riwayat ini mungkin memerlukan SC,
hubungan seksual beresiko infeksi selama kelahiran melalui jalan lahir, riwayat
abortus dapat menyebabkan inkompetensi atau perlekatan servikal yang dapat
menimbulkan masalah selama kehamilan dan persalinan (Patricia Gonce Morton,
551: 2005)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi apappun kasusnya, memudahkan terjadinya
preeklamsi atau eklamsi (Kennet Leveno, 396: 2009)
6. Riwayat psikologi
Pada kala I ibu mengalami rasa takut, stress, ketidaknyamanan dan cemas (Icemi
Sukarni, 217: 2013)
7. Pemeriksaan fisik
Dimulai dengan pemeriksaan observasi sebagai berikut:
a. Temperature
Periksa satu kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan rumah
sakit, suhu tubuh, akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan.
b. Nadi
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama atau sampai stabil,
kemudian setiap 30 menit pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali normal pada
satu jam berikutnya, mungkin sedikit terjadi badikardi.
c. Pernafasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah satu jam
postpartum.
d. Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama satu jam atau sampai stabil, kemudian setiap
30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit

meningkat karena upaya persalinan dan keletihan. Hal ini akan normal kembali
setelah satu jam.
e. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis postpartum dan cairan
f. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit sekali selama satu jam pertama kemudian setiap 30
menit, fundus harus berada dalam midline, keras dan 2cm dibawah atau pada
umbilicus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan hingga
berkontraksi kepertengahan
g. System gastrointestinal
Pada minggu pertama postpartum. Fungsi usus besar kembali normal
h. Kehilangan berat badan
Pada masa postpartum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih
kurang 5-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih
kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram, sisanya
berat badan bayi.
i. Lokea
Periksa setiap 15 menit.Alirannya harus sedang, bila darah mengalir dengan
cepat, tidak edema, dan jahitan harus utuh.
j. Perineum
Perhatikan luka episiotomy jika ada dan perineum harus bersih, tidak
berwarna, tidak edema, dan jahitan harus utuh.
k. Sistem musculoskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi
penurunan tonus otot jelas terlihat.Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah,
serta muskulus rektus abdominis memisah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses persalinan .
2. Intoleransi berhubungan dengan kelelahan
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan rpendarahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses persalinan
C. Intervensi
NO
1.

DIAGNOSA
Tujuan
Intervensi
KEPERAWATAN
Nyeri
berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Beri HE pada klien
dengan
persalinan

proses keperawatan

11

jam

diharapkan klien mampu:


1. Dapat mengupayakan

bahwa nyeri saat his


merupakan hal yang

biasa
2. Kaji skala nyeri klien
distraksi relaksasi pada
3. Ajarkan
distraksi
saat terjadi his atau
relaksasi
kontaksi
4. Observasi his

5. Kolaborasi pemberian
2.

antibiotic
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji
kemampuan

Intoleransi
berhubungan

dengan keperawatan

kelelahan

12

jam

diharapkan klien mampu:

asupan

kebutuhan nutrisi
3. Kolaborasi
dengan

1. Memperlihatkan
kemajuan

aktivitas klien
2. Observasi

aktivitas

dokter

pemberian

sampai dengan mandiri

3.

Resiko

analgetik
kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Beri HE pada klien

volume
berhubungan

cairan keperawatan

11

jam

dengan diharapkan klien:

pendarahan

1. 1. Kontraksi uterus baik

untuk memperbannya
minum
2. Kaji

jumlah

perdarahan klien
3. Berikan cairan yang
cukup
4. Observasi

jumlah

darah yang keluar


5. Kolaborasi
dengan

4.

dokter

untuk

pemberian

terapi

Resiko

cairan
infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Beri HE tentang tanda-

berhubungan

dengan keperawatan

proses persalinan

13

jam

diharapkan klien:
1. Memperlihatkan
hygiene yang adekuat
2. Terbebas dari tanda
dan gejala infeksi

tanda infeksi
2. Kaji faktor

resiko

infeksi
3. Lakukan vulva hygiene
dan personal hygiene
4. Motivasi
dan
pertahankan masukan
kalori ndan protein
5. Observasi tanda-tanda
infeksi
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk peningkatan
gizi kalori dan protein
7. Kolaborasi pemberian
antibiotic jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA

Forte, H. O. (2010). ILMU KEBIDANAN: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:


Yayasan Essentia Medica.
Manuaba, P. d. (2008). ILMU KEBIDANAN, PENYAKIT KANDUNGAN DAN KELUARGA
BERENCANA UNTUK PENDIDIKAN BIDAN. Jakarta: EGC.
Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai