PERSALINAN NORMAL
DI RUANG BERSALIN RSD dr. SOEBANDI
Disusun oleh :
AGUNG PURNAMA PUTRA
( 14.401.14.002 )
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL
A. Definisi
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu maupun bayi berada
dalam kondisi sehat. Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari seriks, kelahiran
bayi dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Rohani,
2011).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar
uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan normal atau ersalinan spontan adalah
bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan
istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2012).
B. Etiologi
1. Teori Penurunan Kadar Hormone Progesterone
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan
kadar
progesterone
yang
kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.(Harry Oxorn & Wiliam R. Forte,
2010)
D. Klasifikasi
1. Persalinan Spontan
Persalinan spontan adalah persalinan yang seluruhnya berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
2. Persalinan Buatan
Persalinan buatan yaitu proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
Misalnya ekstraksi dengan forceps dilakukan operasi sectio caesarea
3. Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran yaitu kakuatan yang diperlukan untuk persalinan di
timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.Misalnya pemberian Pitocin dan
prostaglandin. (Prawirohardjo, 2010)
Persalinan dibagi dalam 2 kelompok:
1. Partus Normal atau Partus Biasa
Partus normal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan letak belakang
kepala atau ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat atau pertolongan istimewa, serta
tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu
kurang dari 24jam.
Jenis persalinan ada 3, yaitu:
a. Immature >20-28 minggu
b. Premature 28-36 minggu
c. Post mature : lebih 2 minggu dari taksiran partus (42 minggu)
2. Partus Abnormal
Partus abnormal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan bantuan tindakan
atau alat seperti ekstraksi, cunam, vacuum, embriotomi, atau lahir perabdominam,
dengan seksio cesarean.
E. Patofisiologi
Kala persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10cm,
yang di tandai dengan keluarnya lender bercampur darah, serviks mulai membuka
dan mendatar,darah berasal dari pecahnya pembulh darah kapiler dan kanalis
serviks.
Kala pembukaan terbagi menjadi 2 fase :
Kala 1
Primi
13 jam
Multi
7 jam
Kala II
1-2 jam
30 menit
Kala III
10 menit
10 menit
Persalinan
14 jam
jam
Pathway
Kehamilan 37-42
minggu
Kala I
Kontraksi uterus
partus
Kala II
Kontraksi
Kala III
Kala IV
Pelepasan
plasenta
2 jam post
partum
Resiko
perdarahan
Resiko infeksi
meneran
Nyeri
Bayi lahir
Kerja jantung
meningkat
Devisit volume
cairan
kelelahan
Intoleransi
aktivitas
F. Komplikasi
1. Persalinan macet (partus tidak maju)
Secara umum, penyebab persalinan yang macet adalah kondisi tulang panggul
si ibu yang terlampau sempit dan menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan
macet ini juga bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang
menyebabkan sang ibu kepayahan mengeluarkan kepala bayi saat persalinan. Hal
lain yang membuat proses persalinan macet adalah faktor usia sang ibu, paritas,
konsistensi mulut rahim, berat badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan penyakit
semisal anemia.
2. Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan.Dapat disebabkan
kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
a. Distosia karena kelainan tenaga/his
1) His Hipotonic/ Inersia Uteri
2) His Hipertonic
3) His yang tidak terkordinasi
b. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin
c. Distosia karena jalan lahir
3. Atonia Uteri
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes
Jakarta;2002)
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab pendarahan post partum
yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan. Atoria uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah
pada terjadinya syok hipovelemik.
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
overdistention uterus seperti : gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi, umur yang terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran
pendek, partus lama, malnutrisi, dapat juga karena salah penanganan dalam usaha
melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
4. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah kelahiran bayi. Sewaktu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaaan ini dapat
menimbulkan pendarahan.
Secara fungsional dapat terjadi karena His kurang kuat dan plasenta sukar
terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang muncul : tali pusat putus
akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
5. Emboli Air Ketuban
Ini merupakan komplikasi persalinan yang paling serius, namun sangat jarang
terjadi, yaitu ketika sejumlah kecil cairan ketuban yang melindungi janin dalam
rahim masuk ke aliran darah ibu, khusunya pada kasus persalinan yang sulit.Cairan
ini beredar ke paru-paru dan dapat menyebabkan pembuluh nadi paru-paru
menyempit.Penyempitan ini dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung,
irama jantung yang tidak beraturan, syok, bahkan henti jantung dan
kematian.Pembekuan darah yang meluas juga merupakan komplikasi yang umum
terjadi dan membutuhkan perawatan emergensi.
Adanya His yang kuat dan terutama terus menerus, misalnya pada pemberian
uteotonika yang berlebihan dimana ketuban sudah pecah, biasanya pada akhir kala
I atau segera setelah anak lahir.
Pertama-tama penderita tampak gelisah, mual, muntah, dan diserati takikardi
dan takipnea.Selanjutnya timbul dipsnea dan sianosis, tekanan darah menurun,
nadi cepat dan lemah, kesadaran menurun, disertai nistagmus dan kadang-kadang
timbul kejang tonik klonik. Bila ada penyumbatan kapiler paru-paru akan
menyebabkan edema paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan
payah jantung kanan.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran
dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ,
daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi
jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian
keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan
jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama.
H. Penatalaksanaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pencegahan infeksi
1. Minimalkan infeksi yang di sebabkan oleh mikroorganisme
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa
3. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi
bersifat asimtomatik
4. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
5. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda benda lainnya yang akan dan
telah bersentuhan dengan kulit tidak utuh/selaput mukosa atau darah harus
dianggap
12. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran
13. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika
ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
14. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
15. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
16. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
18. Saat kepala janin sudah terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih pada perut ibu untyk mengeringkan bayi jika telah lahir dan kain
kering dan bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. Setelah itu kita
melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dengan satu tangan,
dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus dan perineum).
19. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemudian
memeriksa adannya lilitan tali pusat pada leher janin.
20. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara
spontan
21. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
22. Setelah bahu lahir, geser tangan kebawah kearah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas.
23. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari teunjuk tangan
kiri diantara kedua lutut janin)
24. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi mengis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan
b. Apakah bayi bergerak aktif?
25. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah engan
handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
26. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
27. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
28. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntukan oksitosin).
29. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
30. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yng telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
31. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
32. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi dikepala bayi.
33. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,
semetara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrsnial. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta
ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tatap lakukan tekanan
dorsokarnial)
37. Setelah plsenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan
putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencega robeknya
selaput ketuban.
38. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
meggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan
kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
39. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plsenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukkan kedalam kantong plastik yng tersedia.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dab perieum. Melakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervagianam
42. Membiyarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam
43. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskuler dipaha kiri anterolateral.
ASUHAN KEPERAWATAN
PERSALINAN NORMAL
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan bersalinan.
Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk membentuk
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawtan yang sesuai.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, atau nyeri
epigastrium bagian atas)
3. Riwayat kehamilan sekarang
Tanyakan kapan mulai merasa mules, HPHT (hari pertam haid terakhir), tafsiran
persalinan, riwayat alergi obat-obatan
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat preeklamsia sebelumnya, kehamilan ganda (Ichemi Sukarni, 144:
2005) riwayat pembedahan pelvic atau uterin riwayat ini mungkin memerlukan SC,
hubungan seksual beresiko infeksi selama kelahiran melalui jalan lahir, riwayat
abortus dapat menyebabkan inkompetensi atau perlekatan servikal yang dapat
menimbulkan masalah selama kehamilan dan persalinan (Patricia Gonce Morton,
551: 2005)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dengan hipertensi apappun kasusnya, memudahkan terjadinya
preeklamsi atau eklamsi (Kennet Leveno, 396: 2009)
6. Riwayat psikologi
Pada kala I ibu mengalami rasa takut, stress, ketidaknyamanan dan cemas (Icemi
Sukarni, 217: 2013)
7. Pemeriksaan fisik
Dimulai dengan pemeriksaan observasi sebagai berikut:
a. Temperature
Periksa satu kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan rumah
sakit, suhu tubuh, akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan.
b. Nadi
Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama atau sampai stabil,
kemudian setiap 30 menit pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali normal pada
satu jam berikutnya, mungkin sedikit terjadi badikardi.
c. Pernafasan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah satu jam
postpartum.
d. Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama satu jam atau sampai stabil, kemudian setiap
30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit
meningkat karena upaya persalinan dan keletihan. Hal ini akan normal kembali
setelah satu jam.
e. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis postpartum dan cairan
f. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit sekali selama satu jam pertama kemudian setiap 30
menit, fundus harus berada dalam midline, keras dan 2cm dibawah atau pada
umbilicus. Bila uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan hingga
berkontraksi kepertengahan
g. System gastrointestinal
Pada minggu pertama postpartum. Fungsi usus besar kembali normal
h. Kehilangan berat badan
Pada masa postpartum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih
kurang 5-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih
kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram, sisanya
berat badan bayi.
i. Lokea
Periksa setiap 15 menit.Alirannya harus sedang, bila darah mengalir dengan
cepat, tidak edema, dan jahitan harus utuh.
j. Perineum
Perhatikan luka episiotomy jika ada dan perineum harus bersih, tidak
berwarna, tidak edema, dan jahitan harus utuh.
k. Sistem musculoskeletal
Selama kehamilan otot-otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi
penurunan tonus otot jelas terlihat.Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah,
serta muskulus rektus abdominis memisah.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses persalinan .
2. Intoleransi berhubungan dengan kelelahan
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan rpendarahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses persalinan
C. Intervensi
NO
1.
DIAGNOSA
Tujuan
Intervensi
KEPERAWATAN
Nyeri
berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Beri HE pada klien
dengan
persalinan
proses keperawatan
11
jam
biasa
2. Kaji skala nyeri klien
distraksi relaksasi pada
3. Ajarkan
distraksi
saat terjadi his atau
relaksasi
kontaksi
4. Observasi his
5. Kolaborasi pemberian
2.
antibiotic
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji
kemampuan
Intoleransi
berhubungan
dengan keperawatan
kelelahan
12
jam
asupan
kebutuhan nutrisi
3. Kolaborasi
dengan
1. Memperlihatkan
kemajuan
aktivitas klien
2. Observasi
aktivitas
dokter
pemberian
3.
Resiko
analgetik
kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Beri HE pada klien
volume
berhubungan
cairan keperawatan
11
jam
pendarahan
untuk memperbannya
minum
2. Kaji
jumlah
perdarahan klien
3. Berikan cairan yang
cukup
4. Observasi
jumlah
4.
dokter
untuk
pemberian
terapi
Resiko
cairan
infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Beri HE tentang tanda-
berhubungan
dengan keperawatan
proses persalinan
13
jam
diharapkan klien:
1. Memperlihatkan
hygiene yang adekuat
2. Terbebas dari tanda
dan gejala infeksi
tanda infeksi
2. Kaji faktor
resiko
infeksi
3. Lakukan vulva hygiene
dan personal hygiene
4. Motivasi
dan
pertahankan masukan
kalori ndan protein
5. Observasi tanda-tanda
infeksi
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk peningkatan
gizi kalori dan protein
7. Kolaborasi pemberian
antibiotic jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA