Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

INVAGINASI
DIRUANG HCU RSD dr. SOEBANDI

Disusun oleh :
Agung Purnama Putra

( 14.401.14.002 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI
2016

A. Definisi
Invaginasi adalah masuknya bagian usus ke dalam perbatasan atau bagian yang lebih
distal dan usus ( umumnya, incaginasi ileum masuk ke dalam kolom desenden ),
( Nettina, 2002 ).
Invaginasi / intussucseption adalah 1 kali atau lebih terjadinya obstruksi intestinal
pada usia infant. Sebagian besar kasus ini terjadi pada anak yang berusia lebih mudah
antara 1 tahun, lebih sering terjadi pada anak usai 3-12 bulan, sebagian terjadi pada
anak usia 2 tahun (Wong, Donna L. 2000).
B. Etiologi
Usus terbentuk seperti tabung yang panjang. Inturususepsi adalah gangguan diman
salah satu bagian dari usus ( biasanya usus kecil ) terselip ke bagian lain. Peristiwa ini
kdang kadang disebut sebagai tetescoping karena mirirp dengan cara lipatan
teteskop ketika dilipat bersama sama. Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan
intususepsi. Tetapi, dalam banyak kasus, dokter tidak dapat menentukan penyebabnya
dengan pasti. Jika orang dewasa mengalami intususepsi, maka hal itu lebih mungkin
disebabkan oleh pnyakit lain. Sedangkan besar, kasus intususepsi dikuatkan dengan
versi vaksin rotavirus. Rotavirus adalah penyakit pada masa anak anak yang
menybabkan diare, muntah muntah hebat, demam, dan dehidrasi, vaksinnya telah
dicabut dari pasar sejak tahun 1999. Tidak ada bukti bahwa vaksin rotavirus baru
menyebabkan intususepti. Penyebab pasti intususepsi pada anak anak masih belum
diketahui. Kemungkinan pemicinya adalah :
1

Infeksi usus

Pertumbuhan non kanker atau tumor kanker di usus

Di masa lalu, beberapa kasus intususepsi dikaitkan atau berhubungan dengan


versi vaksin rotavirus.

C. Manifestasi klinis
Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal muncul gejala
strangulasi nyeri perut hebat yang tiba tiba. Banyi mengais kesakitan saat serangan
dan kembali normal diantara serangan. Terdapat muntah berisi makanan / minuman
yang masuk dan keluarnya darah bercampur lendir ( red currant jelly ) per rectum.
Pada palpasi abdomen, dapat teraba masa yang umumnya berbentuk seperti pisang.
Distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan masa intra abndomen sulit
teraba lagi. Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rectum, pada pemeriksaan colok

di ubur mungkin teraba ujung invagiant seperti portio, uterus disebut pseudoporsia.
Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah.
1

Nyeri perut hebat, mendadak, dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik
hingga menit dengan interval waktu 5 -15 menit.

Pada bayi dan anak sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir.

Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras

Muka pucat dan lemah

Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung

Anak cepat marah, napas dangkal, mandengkur, dan konstipasi

Anak sering mengangat kaki ke atas perut di karenakan nyeri yang di derita

D. Patofisiologis
Menurut kepustakaan, 90 95% invaginasi terjadi pada anak di bawah 1 tahun akibat
idiopatik. Ditemukan penebalan dinding ileum terminal berupa hipertropi jaringan
limfoid ( plaque payer ) akibat infeksi virus ( limfadenitis ) yang mengikuti suatu
gastroenteritis / infeksi saluran nafas. Keadaan ini menimbulkan pembengkakan
bagian intususeptum ( usus bagian proksimal ) edema intestinal dan obstruksi aliran
vena

obstruksi intestinal sehingga terjadi perdarahan, proses ini sebagai titik

permulaan invaginasi.
Perubahan intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian intususeptum oleh karena
kontraksi dari intususepien ( usus bagian distal yang menerima ). Adanya hiperplastik
usus bagian proksimal mengakibatkan terjadinya segmen usus ynag masuk ke segmen
usus lainnya ( ileokolik ileum bervaginasi ke kolon, ileoileokolik ( usus kecil
berinvaginasi ke dalam usus kecil )). Dimana akan menyebabkan dinding usus yang
terjepit sehingga mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan akhir yang
menyebabkan nekrosis dinding usus sebagai akibat stragulasi dan tidak jarang terjadi
ganggren, yang selanjutnya terjadi edema dan pembekakan, pembekakan dapat
sedemikian besarnya, sehingga menghambat reduksi. Pembekakan dari intususeptrum
umumnya menutup lumen usus. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali
normal, sehingga tidak terjadi invaginasi.
Invaginasi menjadi suatu iskemik oleh karena penekanan dari penjepitan pembuluhpembuluh darah segmen intususeptum usus atau mesentrial. Bagian usus yang paling
awal mengalami iskemik adalah mukosa. Ditandai dengan produksi muku yang
berlebih dan bila berlanjut akan terjadi stragulasi dan laserasi luka sehingga timbul
perdarahan campuran antar mucus dan darah tersebut akan keluar melalui anus sebagai

suatu agar-agar jeli darah (Red Currant Jelly Stool). Iskemik dan distensi abdomen
(system usus) menimbulkan rasa nyeri. Adanyaiskemik dan destruksi usus akan
menyebabkan sekuenstrisasi cairan ke lumen usus yang distensi. Sehingga pasien
mengalami dehidrasi, lebih jauh lagi mengalami syok hipovolemik. Mukosa ususyang
iskemik merupakan Port de Entry intravasasi mikroorganisme dari lumen usus yang
dapat menyebabkan pasien mengalami infeksi sistemik dan sepsis

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak dulu mencakup dua
tindakan penanganan yang dinilai berhasil dengan baik :
1. Reduksi dengan barium enema
2. Reduksi dengan operasi
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan, resusitasi
cairan, dekompresi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda
gangguan pasase usus dan hasil pemeriksaan laboraturium dijumpai peninggian dan
jumlah leukosit, maka saat ini antibiotik berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik
seperti Demerol dapat diberikan (1 mg /kgBB) untuk menghilangkan rasa sakit.
1. Reduksi barium enema, dikatakan reduksi baarium enema, karena dapat
diberikan bila tidak dijumpai kontra indikasi, seperti :
a.

Adanya tanda obstruksi usus yang jelas, baik secara klinis / foto
abdomen

b.

Dijumpai tanda-tanda peritonitis

c.

Gejala invaginasi > 24 jam

d.

Dijumpai tanda-tanda dehidrasi berat

e.

Usia penderita > 2 tahun

Dikatakan berhasil, apabila :


a. Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai
massa feses dan udara
b. Hilangnya massa tumor di abdomen
c. Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta
norit test, positif.
2. Reduksi dengan operasi
a. Memperbaiki keadaan umum
Tindakan ini sangat menentukan prognosis, janganlah melakukan
tindakan operasi sebelum terlebih dahulu keadaan umum klien diperbaiki

b. Tindakan untuk mereposisi usus


Reposisi manual dengan cara milking dilakukan dengan halus dan
sabar
F. Komplikasi
Saat operasi :
1. Perdarahan saat operasi, umumnya bila mencederai pembuluh darah
2. Kembung, adanya akumulasi gas dalam usus karena manipulasi usus ketika
pembedahan dan angin yang tertelan saat pemulihan dari anestesia.
3. Gangguan keseimbangan elektrolit, masukan cairan berkurang (ileus)
4. Sepsis, cedera akibat tindakan medis
Post-operasi :
1. Peritonitis, perforasi bagian dari saluran pencernaan
2. Shock Hipovolemik, ketidak normalan dari sistem peredaran darah yang
mengakibatkan perfusi organ dan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat.
3. Perforasi usus, trauma atau infeksi usus
4. Infeksi, disebabkan dari beberapa hal : kontaminasi kuma, daya tahan tubuh
menurun, sumber infeksi (dari dalam atau luar), dan kurang gizi.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Pada foto polos abdomen tegak didapatkan tanda-tanda obtruksi saluran cerna.
Didapatkan distribusi udara yang tidak merata. Perselubungan pada daerah
perut kanan bawah, tengah dan atas. Udara hanya menempati pada perut kiri
atas.
2. Barium enema
Pada pemeriksaan barium enema akan tampak barium terhenti pada tempat
obtruksi dan dua bentuk gambaran yaitu :
a. Bentuk called spring appearance.
b. Bentuk copping appearance.
Pemeriksaan radiologi dengan barium enema untuk diagnostik sekaligus
merupakan tekanan hidrostatik sebagai tindakan pengobatan.

3. Pemeriksaan serum darah


Menunjukan perubahan dari keadaan normal ketika terjadi dehidrasi sodium
meningkat, hematokrit meningkat, BUN meningkat.
4. Palpasi adanya massa di abdomen

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I.

Pengkajian
o Data identitas pasien.
o Riwayat kesehatan masa lalu seperti diare, infeksi saluran nafas, otitis media.
o Riwayat kesehatan sekarang : abdomen kembung, muntah nyeri.

a)

Pola nutrisi metabolic

Hiper peristaltic usus

Distensi abdomen

Anorexsia

Mual, muntah (warna hijau)

Berat badan turun


b)

Pola eliminasi

Kostipasi

BAB seperti jelly

c)

Pola aktifitas dan latihan

Lemas

TTV tidak stabil

d)

Pola tidur dan istirahat

Susah tidur

e)

Pemeriksaan fisik
o Inspeksi : abdomen distensi, kulit kering, anak rewel.
o Bayangan vena tampak pada perut.
o Palpasi :suhu tubuh meningkat.
o Auskultasi :paristaltik usus menurun/tidak ada.

II.

Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1

Nyeri berhubungan dengan invaginasi dalam tubuh

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan dalam


tubuh

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

b. Post operasi
1

Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan

Resiko infeksi pada luka berhubungan dengan insisi pembedahan

Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi demam

Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah ( post


operasi )

III.

Intervensi
Pre Operasi
1. Diagnosa keperawatan

: Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus

Tujuan

: Keluhan nyeri pada anak berkurang atau hilang

Kriteria hasil

: Menyangkal nyeri, ekspresi wajah rileks, tidak


ada merintih, dan perilaku melindungi gerakan,
mampu berpartisipasi dalam program latihan.

Intervensi
1. Kaji keluhan nyeri anak, catat lokasi nyeri, lama, dan beratnya.
Rasional

Pengkajian nyeri diperlukan, terutama pada anak yang

berumur masih muda untuk mengekspresikan ketidak nyamanannya


2. Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagi stimulasi lingkungan
lainya dalam ruang anak.
Rasional
: stimulasi demikian dapat mengganggu anak
3. Kaji efek tidur dan bermain
Rasional
:
Untuk mengetahui pengaruh pusing kepala terhadap
aktivitas pola tidur
4. Berikan posisi senyaman mungkin dan suasana tenang
Rasional
:
Suasana yang tenang secara tidak langsung merangsang
saraf sensorik untuk memberikan efek relaksasi terhadap saraf-saraf yang
tegang pencetus rasa nyeri
5. Berikan anak beberapa pilihan teknik distraksi

Rasional

Salah satu upaya medis, untuk pengalih perhatian anak

terhadap rasa nyeri yang diderita


6. Berikan analgesik (kolaborasi)
Rasional
:
Analgesik memblok rasa nyeri
2. Diagnosa keperawatan : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran cairan dari dalam tubuh
Tujuan

Klien akan menunjukkan tidak ada tanda-tanda


dehidrasi, dan menunjukkan keseimbangan cairan dalam
tubuh

Kriteria hasil :

Berat badan naik, TTV dalam batas normal, turgor kulit


elastis, denyut nadi kuat / keras

Intervensi
1. Pantau tanda vital anak sepanjang periode peri operasi catat setiap
perubahan pada prekuensi nadi dan tekanan darah
Rasional

: Peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah,

dan kulit yang kering serta dingin menunjukan deficit cairan, suatu
kondisi yang membutuhkan tindakan penggantian cairan
2. Pantau jumlah darah yang hilang selama pembedahan
Rasional : Pemantauan semacam ini sangat penting untuk mendetiksi
hipovolemia selama pembedahan
3. Pantau nilai hemoglobin dan hematokrit anak serta waktu pengisian
ulang kapiler sebelum pembedahan
Rasional : Nilai darah pra operasi dapat menentukan kebutuhan
pengantian darah atau cairan
4. Beri cairan dan elektrolit pre interavena sesuai program dan catat jumlah
yang di berikan
Rasional : Dokumentasi cemat terhadap seluruh cairan intreavena dan
elektrolit yang di berikan selama periode perioperasi, dapat menentukan
keseluruhan status cairan anak.

3. Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan perubahan status


kesehatan
Tujuan

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan bahwa ansietas berkurang


Ekspresi wajah rileks, anggukan posotif bila memahami

peristiwa pra-operasi, penerimaan cemas berkurang


Intervensi :
1. Jelaskan

kepada

anak

peristiwa

sekitar

pembedahan

dengan

menggunakan istilah dan ilustrasi sesuai usia, boneka, dan alat sample
dengan sederhana
Rasional :

Penjelasan

semacam

ini

memungkinkan

anak

mengatisipasi peristiwa dan pasca operasi sehingga mengurangi


kecemasan
2. Sediakan dukungan emosional sesuai usia anak ketika anak masuk dalam
ruang bedah
Rasional :

Memberi

dukungan

emosional

selama

periode

perioperasi membantu memastikan pengalaman bedah yang positif


3. Membiarkan orang tua menemani anank ke pintu masuk ruang operasi
dan libatkan mereka dalam proses pemulihan sesegera mungkin
Rasional :

Orang tua adalah kekuatan yang menstabilkan dan

dikenalkan anak
4. Bantu orang tua beradaptasi terhadap kecemasan mereka masing-masing
dengan memberi penyuluhan pra-operasi, konseling, dan lingkungan
yang mendukung
Rasional : Rasa cemas orang tua secara langsung mempengaruhi anak
Post Operasi
1. Diagnosa keperawatan : Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan

Menunjukkan hilang dari ketidaknyamanan (nyeri)

Kriteria hasil :

Melaporkan nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks,


tidak ada merintih.

Intervensi
1. Kaji rasa nyeri anak secara objektif
Rasional :

Indikator yan objektif merupakan pengkajian nyeri anak

yang paling dapat diandalkan, tergantung pada usia anak dan respon yang
lazim terhadap nyeri
2. Beri obat narkotika bersama obat-obat nyeri lain, sesuai program. Pantau
dan catat respons anak dengan cermat

Rasional :

Selama fase pasca operasi, segera narkotik harus

diberikan dengan hati-hati karena efek residu yang potensial dari obat
anastetik, misalnya depresi pernafasan dan hipertensi
3. Libatkan orang tua dalam penatalaksanaan nyeri anak sedini mungkin
setelah pembedahan
Rasional :

Orang tua dianggap paling mudah memahami respon

nyeri anak yang normal dan mengetahui teknik memantau rasa nyeri
yang berhasil digunakan pada waktu yang lalu
4. Atur posisi anak sesuai kebutuhan, untuk memaksimalkan rasa nyaman
Rasional :

Mengatur kembali posisi mengurangi tekanan pada kulit

dan mengurangi kram otot


2. Diagnosa keperawatan : Resiko infeksi pada luka berhubungan dengan insisi
pembedahan
Tujuan

Mendomonstrasikan tidak ada manifestasi infeksi


(tumor, dolor,
kalor, rubor, fungsiolesa)

Kriteria hasil :

Suhu dalam batas normal (36,5C-37C), tidak ada


perdarahan berlebihan.

Intervensi
1. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik sebelum mengobati anak
Rasional :

Mencuci

tangan

dengan

baik

dapat

mengurangi

penyebaran infeksi nasokomial


2. Kaji tempat infeksi setiap pergantian dinas, dan catat setiap tanda
eksudat, edema, eritema, dan adanya rasa hangat
Rasional :

Eksudat,

mengindikasikan

infeksi

edema,
yang

eritema,
sedang

dan

berlangsung

rasa
dan

hangat
dapat

menandakan bahwa medikasi perlu dirubah


3. Pantau tanda vital anak setiap 4 jam untuk melihat peningkatan suhu,
frekuensi jantung, dan pernafasan
Rasional :

Perubahn tanda-tanda vital seperti ini mengindikasikan

infeksi yang sedang berlangsung, yang dapat menandakan bahwa


medikasi perlu dirubah
4. Gunakan teknik steril unutk semua penggantian balutan

Rasional :

Teknik steril dapat mencegah masuknya bakteri ke

dalam luka
3. Diagnosa Keperawatan : Inefektif termoregulasi berhubungan dengan proses
inflamasi, demam
Tujuan

Proses inflamasi (demam) pada anak hilang atau


berkurang

Kriteria Hasil :

Anak akan mempertahankan suhu tubuh kurang dari


37,8C (nilai suhu tubuh spesifik bergantung pada
metode yang digunakan untuk mengukurnya)

Intervensi
1. Pantau suhu tubuh anak setiap jam sehingga stabil
Rasional :

Pemantauan yang sering, memastikan deteksi dini dan

terapi hipotermia yang teapt, untuk mencegah resiko terjadinya kondisi


yang mengancamkehidupan, misalnya sepsis dan gagal ginjal

2. Pertahankan lingkungan yang hangat


Rasional :

Lingkungan yang hangat dan suhu air yang konstan

meminimalkan penurunan suhu tubuh inti dengan mengurangi kehilangan


panas melalui radiasi
3. Gunakan sebuah lampu-panas-radian-atas-kepala-dan lindungi anak
dengan selimut; pastikan selimut dibentuk seperti tenda mengelilingi
tubuh anak, jangan dibiarkan terpajan langsung pada kulit
Rasional :

Penggunaan sebuah lampu-panas-radian-atas-kepala dan

selimut lebih jauh mengurangi kehilangan panas pancaran dan


meningkatkan suhu tubh; selimut yang menyentuh luka dapat
menyebabkan nyeri, mengiritasi area luka, dan menigkatkan resiko
infeksi.
4. Observasi dan catat masukan dan haluaran cairan
Rasional :

Memonitor masukan dan haluaran cairan, menunjukkan

pola dan keseimbangan cairan dalam tubuh


5. Jelaskan upaya-upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu anak dan
keluarga untuk pelaksanaannya meliputi :

1. Lakukan kompres : bertujuan untuk membantu proses konduksi panas


dari tubuh dan membantu vasodilatasi pembuluh darah sehingga
tubuh diharapkan berangsur-angsur normal.
2. Tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik : dengan tirah baring
maka aktivtias sel-sel dan proses metabolisme menurun sehingga
diharapkan dapat mengurangi demam.
3. Banyak minum 1 2 liter / hari (8 9 gelas perhari) : diharapkan
dengan pemberian minum yang cukup akan mempertahankan intake
dari dalam tubuh dan meningkatkan output urin untuk mengurangi
demam anak.
4. Anjurkan anak mengenakan pakaian tipis dan menyerap keringat :
pakaian tipis akan mempermudah terjadinya penguapan keringat
akibat hipertermia
6.

Laksanakan program medik (antibiotik, antipiretik, infus).


Rasional :

Dengan pemberian anti piretik dapat menunjang upaya-

upaya perawatan dalam usaha menurunkan panas tubuh, serta


memungkinkan anak mendapatkan terapi lebih lanjut untuk penyakitnya
(pemberian antibiotik untuk menghambat pertumbuhan basil).

4. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan


di rumah (post operasi)
Tujuan

Anak dan orang tua memahami tentang asuhan


keperawatan di rumah

Kriteria Hasil :

Anak dan orang tua akan mengekspresikan


pemahamannya tentang asuhan keperawatan di rumah

Intervensi
1. Jelaskan kepada orang tua pentingnya menyiapkan lingkungan rumah
yang aman untuk anak
Rasional : Upaya pengamanan ini dapat mengurangi resiko cedera dan
perdarahan akibat terkantuk, jatuh, laserasi, dan fungsi
2. Ajarkan orang tua menerapkan tindakan kewaspadaan

Rasional : Keluarga harus megikuti kewaspadaan tertentu untuk


mencegah episode perdarahan

3. Ajarkan orang tua bagaimana cara mengendalikan perdarahan anak


Rasional : Mengendalikan perdarahan dapt mencegah hemoragik yang
mengancam hidup

DAFTAR PUSTAKA
Beekel, Nancy. (1987). Nursing Care Plans for The Pediatric Patient. USA : The CV
Mosby Company
Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Hay, Willliam. (1997). Current Pediatric Diagnosis and Treatment. USA : Appleton

and

Lange A Simon and Schuster Company


Nettina, Snadra M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : Alih Bahasa Brooker
Speer, Kathlen. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, L. Donna. (2001). Wongs Essentials of Pediatric Nursing. USA : The CV Mosby
Company

Penyebab Idiopatik
Infeksi Virus
Gastroenteritis

VIREMIA
T&G :
-Hipertermia
-Diare

Hipertrofi jaringan limfoid


(Plaque Payer )

Limfadenitis
Infeksi sal. pernafasan
Kontraksi intususepien
(Usus bag. distal yg menerima)

Pembengkakan bag. Intuseseptum


(Usus bagian proksimal)

Edema Intestinal

Obs. aliran vena

Obstruksi intestinal
Titik permulaan
INVAGINASI

Perdarahan
Hiperperistaltik
Ileokolik, ileoileokolik, sekokolik
Dinding usus terjepit

Penekanan & tertariknya mesentrium

Perlekatan yang abnormal


INVAGINASI

Aliran darah terganggu dan menurun

Nekrosis dinding usus Edema intususeptum

Penyempitan pemb. darah


Invaginasi iskemik

Menutup lumen usus


Ulserasi pd. dinding usus

Strangulasi

Produksi mukosa

Reduksi terhambat
Timbul bendungan

Strangulasi & laserasi mukus


Perdarahan

Perembesan (ozing) lendir dan darah ke dlm. lumen


Gangren

Iskemik & obstruksi usus

Campuran darah + mucus


keluar anus
Red Currant Jelly Stool
Iskemik & distensi usus

Sekuentriasasi cairan ke lumen usus yg distensi

Mukosa iskemik
Dehidrasi
Shock Hipovolemik

Port de Entry mikroorganisme


Infeksi sistemik & sepsis

Anda mungkin juga menyukai