Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FRAKTUR

Disusun Oleh :
Kelompok B3
Lediana Oktaviani

11.052

Lia Wahyu Utami

10.052

Moh. Ali S

11.054

Nana Noviliya

11.055

Novita Sari

11.057

Noviyani W.E

11.058

Raisya Nadirawati

11.060

Rena Endang S.L

11.062

Rendi Sandika

11.064

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE
BANYUWANGI
2013-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem muskuloskeletal yang
berjudul Laporan Pendahuluan dengan Kasus Fraktur tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah
ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis
dapat berbuat lebih banyak dikemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Glenmore, 22 Oktober 2013

Penulis

LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR

I.

KONSEP TEORI
1. Pengertian
Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat
R., 1997).
Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik.(Price and Wilson, 2006).
Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan
(Mansjoer,dkk, 2000)
2. Etilogi
Menurut Reever Charlene (2001: 256) ada beberapa etilogi fraktur antara
lain :
a. Traumatic adalah yang sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas,
pemain karate dan sepak bola.
b. Patological

disebabkan oleh infeksi misal : Osteomilitis,

Osteoporosis.
c. Patique fraktur / stress terjadi karena trauma yang kronis
(berkurang/lama).
Penyebab patah tulang (Barbara, 1999)
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar
daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur
patologi yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau
osteoporosis.
1. Jenis-jenis fraktur (Smeltzer and Bare, 2003)
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi
pada sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur
dengan luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan
kaki. 1) Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :

Derajat I :
Luka < 1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka

remuk
Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif

ringan
Kontaminasi minimal

Derajat II :

laserasi > 1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi


struktur

kulit,

otot.

dan

neurovascular

serta

kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi

atas :
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulse atau
fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan
oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya

ukuran luka.
Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang
yang terpapar atau kontaminasi massif.Luka pada
pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki

tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.


e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang
bergeser/tidak bergeser. Jenis khusus fraktur dibagi menjadi:
1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang
sisi lainnya membengkok.
2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang
(lebih tidak stabil dibanding transversal).
4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen.
6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorng ke dalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi
pada tulang belakang).

8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit


(kista tulang, penyakit Paget, metastasi tulang, tumor).
9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo
pada perlengkatannya.
10) Epfiseal, fraktur melalui epifisis
11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen
tulang lainnya.
3. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai frogmen tulang
diimobilisasi.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian bagian tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alammiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
4. Saat ekstemitas dengan tangan. Teraba adanya derik tulang,
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara frogmen satu
yang lainnya.
5. Pembangkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
(KMB 3 hal : 2358 2359).

4. Patofisiologi
Trauma langsung

Trauma tak langsung

Kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja

Osteoporosis, osteoma, penekanan dari beban


Fraktur (terputusnya kontinuitas jaringan)

Pelepasan gelembung lemak

Peningkatan tekanan

dari sumsum tulang

jaringan dalam ruang

Diskontinuitas jaringan

tertutup diotot

Peningkatan biokimia

Pada sirkulasi terjadi oklusi

berhubungan dengan

(sitokinin, bradikinin,

pembuluh pembuluh darah

akumulasi hambatan

protealitik)

pulmonal

cairan
Sensitivitas meningkat

Emboli lemak

berat
Open fraktur

Jaringan terbuka

Ambang nyeri

Kerusakan rangka

pecah

neuromuskuler

Perdarahan

fungsiolesa hilang

Resti kekurangan

imobilisasi lama

Port de entry
Kuman masuk

Hambatan cairan yang


berat

Pembuluh darah

Bacterimia
Resti infeksi

volume cairan

Dispnue, perubahan dalam

Kerusakan pada otot

status mental (gelisah, marah,


bingung) tachipnue

Gangguan rasa nyaman


(nyeri)

Tidak
GI. Tract

Penekanan lama Resiko infeksi


Peristaltik

Inbalance nitrogen

Kontraktur

menurun

Resiko gangguan pertukaran


gas

Pasang kateter

pergerakan otot

In aktif kerja otot

tachicardi, demam

ada Tirah baring

pada

jaringan saluran kemih

bagian bawah
Atropi otot

Napsu makan berkurang

Resiko

resiko gangguan

konstipasi

pemenuhan nutrisi

Aliran darah berkurang


Dekubitus
Gangguan integritas kulit

5. Pemeriksaan penunjang
X.Ray
Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan

vaskuler.

CCT kalau banyak kerusakan otot.

6. Penatalaksanaan

Fraktur biasanya menyertai taruma untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway). Proses pernafasan (breathing) dan
sirkulasi (circulation) apakah terjadi syok/tidak, kemudian dilakukan foto
radiologis dan pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak.

Pengobatan fraktur tertutup bisa konservatif/operatif


1.

Tindakan koservatif, terdiri dari :


a.

Proteksi saja, misal : mitela untuk fraktur collum chirurgicum


humeri dengan kedudukan baik.

b.

Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal : pemasangan gips pada


fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.

2.

c.

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips.

d.

Traksi untuk reposisi secara perlahan.

Tindakan operatif, terdiri dari :


a. Reposisi terbuka, fiksasi interna.
b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi eksterna.

Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin.


Penundaan

waktu dapat mengakibatkan komplikasi infeksi. Teknik

debridement adalah sebagai berikut :


1. Lakukan narkosi umum/anasthesi lokal bila luka ringan dan kecil.
2. Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket.
3. Cuci seluruh ekstermitas selama 5 10 menit kemudian lakukan
pencukuran.
4. Lakukan tindakan disinfeksi dan pemasangan duk.

5. Eksisi luka lapis demi lapis mulai dari kulit, subkutis, fasia hingga
otot.
6. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila perlu ditutup
satu minggu kemudian setelah edema menghilang (Kapita Selekta 2
hal 348 349).
II.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Identitas
Fraktur dapat terjadi pada pria/wanita tapi lebih banyak pada laki laki
dibawah umur 45 th berhubungan dengan olahraga, pekerjaan dan lain
lain.
2. Keluhan Utama
Rasa nyeri semakin bertambah dengan gerakan dan penekanan diatas
fraktur.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Fraktur merupakan akibat terbanyak dari kecelakaan lalu lintas dan
menimbulkan gejala awal neyri gerak, nyeri tekan, deformitas, bengkak,
sehingga menimbulkan keterbatasan gerak.
4.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit yang pernah diderita : osteoporosis, osteomilitis.

5.

Pemeriksaan Body System


a. Sistem Pernafasan
Dalam keadaan N

dewasa (16 20 x/mnt) tetapi pada klien yang

cemas bisa terjadi peningkatan.


b. Sistem Cardiovaskular
Hipertensi (kadang kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas), hipotensi, tachikardi (respon stress, hipovolemik)
penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cidera.
c. Sistem Persyarafan
Parasthesi/kesemutan, paralysis (lumpuh, rasa nyeri) hilang sensori
spasme otot, deformitas lokal, terlihat kelemahan/hilangnya fungsi.

d. Sistem Percernaan
Anoreksia disebabkan oleh inbalance nitrogen.
e. Sistem eliminasi uri : tidak ada gangguan
Sistem eliminasi alvi : kadang terjadi konstipasi karena imobilisasi.
f.

Sistem Muskuluskeletal
Terdapat krepitasi yang timbul jika bagian cidera digerakkan,
deformitas spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.

g. Sistem integumen
Laserosi kulit, perubahan warna, pembengkakan lokal (dapat
meningkat secara tiba tiba).
DIAGNOSA KEPERAWATAN

6. Resti terhadap kerusakan volume cairan berhubungan dengan aliran


darah/emboli lemak.
7. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan
otot.
8. Kerusakan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

keruaskan

neuromuskular.
9. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan penekanan pada
jaringan.
10. Resti terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
aliran darah/emboli lemak.
11. Resti infeksi berhubungan dengan tidak adequatnya pertahanan primer,
sekunder farktur.
12. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake kurang
dari kebutuhan.
RENCANA ASUHAN KEPERWATAN

13. Resti terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan


aliran darah/emboli.

Tujuan : tidak terjadi kerusakan pertukaran gas setelah dilaksanakan


tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
-

Tidak ada dyspnea/cyanosis.

Frekuensi pernafasan dalam batas N

Fungsi pernafasan adequat.

TTV dalam batas batas normal.

(16 20 x/mnt).

Intervensi :
1. Obs. Frekuensi RR dan upayanya, perhatikan stidor, penggunaan otot
bantu, relaxasi terjadi cyanosis sentral.
R/ tachypnea, dyspnea, perubahan dalam mental, tanda insufisiensi
pernafasan merupakan indikator emboli paru.
2. Auskultasi bunyi napas, perhatikan terjadinya ketidaksamaan, ronchi,
sesak.
R/perubahan adanya bunyi napas tambahan, menunjukkan adanya
komplikasi pernapasan
3. Instruksikan dan bantu latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ meningkatkan ventilasi alveolar.
4. Obs. tanda tanda vital terutama RR
R/ peningkatan dan penurunan RR akan mengidentifikasikan
berhasil/tidaknya tindakan yang dilakukan.
5. Laksanakan hasil kolaborasi dokter.
- Pemberian O2
R/ meningkatnya sediaan O2 dalam tubuh oksigenasi jaringan
optimal.
14. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan
otot
Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang setelah 2 3 hari
dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :
- Nyeri berkurang / hilang
- Klien tampak rileks
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Jelaskan prosedur sebelum memulai sesuatu tindakan
R/ memungkinkan klien siap mental dan kooperatif terhadap tindakan
yang dilakukan.
2. Berikan alternatif tindakan penyamanan (massage perubahan posisi)
R/ meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan kelemahan otot.
3. Obs. skala nyeri
R/ deteksi diri adanya perubahan.
4. Ajarkan tehnik distraksi relaxasi
R/ mengalihkan perhatian sehingga mengurangi rasa nyeri.
5. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
R/ mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang yang
cidera.
6. Evaluasi TTV
R/ deteksi dini adanya perubahan
7. Laksanakan hasil kolaborasi dokter dengan pemberian analgesik
R/ analgesik dapat menekan rangsang syaraf nyeri.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik.(Price and Wilson, 2006).
Menurut Reever Charlene (2001: 256) ada beberapa etilogi fraktur
antara lain :
a. Traumatic adalah yang sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas,
pemain karate dan sepak bola.
b. Patological

disebabkan oleh infeksi misal : Osteomilitis,

Osteoporosis.
c. Patique fraktur / stress terjadi karena trauma yang kronis
(berkurang/lama).
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa/I dapat mengaplikasikan langsung pada kasus yang
ditemukan dilapangan. Mengingat begitu berisiko masalah yang akan
muncul akibat dari fraktur terutama pada femur, maka diharapkan kepada
seluruh pihak-pihak medis dan paramedis dapat memperhatikan kondisi
atau gejala-gejala fraktur itu sendiri serta dapat segera melakukan
pembangunan yang tepat dalam memberikan perawatan, terapi dan
pengobatan bagi pasien yang mengalami fraktur.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B.,(1999).Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah,

Volume I, EGC: Jakarta.


Doenges, dkk, (2005).Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.EGC: Jakarta


Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media

Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyaki.Volume 2.Edisi 6.EGC : Jakarta.


Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC:

Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003).Bukuajar keperawatan medical bedah.Volume
3.Edisi 8. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai