Anda di halaman 1dari 44

Mata Kulah : Tugas FINAL - Pengantar Promosi Kesehatan

Dosen : Dr. Surianti, SPT, MADMAP

ASPEK, HAMBATAN, KONSEP, MODEL, METODE, PRINSIP DAN


STRATEGI DALAM PROMOSI KESEHATAN

DISUSUN OLEH

Nama : ARINDI ANTIKA

Nim : P2MK 019.04.01.097

PROGRAM STUDI PROMOSI KESEHATAN

MAGISTER KESEHATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………............... i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 5
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................... 5
1.4 Pertanyaan Kajian................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Promosi Kesehatan................................................................. 6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Strategi Promosi Kesehatan.............................................. 7
3.2 Aspek Komunikasi Dalam Promosi Kesehatan.................................... 7
3.3 Hambatan komunikasi dalam promosi kesehatan................................ 7
3.4 Konsep, Model, Metode dan Prinsip Penyuluhan Kesehatan.............. 9
3.5 Metode dan Media Promosi Kesehatan............................................... 14
3.6 Penerapan Promosi Kesehatan Di Tingkat Global............................... 16
3.7 Penerapan Promosi Kesehatan Di Sekolah, Tempat Kerja, Dan Keluarga
(Di Rumah).................................................................................................. 16
3.8 Penerapan promosi kesehatan di tempat kerja.................................... 18
3.9 Penerapan promosi kesehatan di lingkungan keluarga....................... 20
3.10 Strategi Advokasi Kesehatan.............................................................. 23
3.11 Strategi Bina Suasana........................................................................ 28
3.12 Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan.................... 32
3.13 Kemitraan............................................................................................ 36
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 43
4.2 Saran................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..….. 44
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar  rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat besar peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dalam rangka mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era
globalisasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut memerlukan
pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan produktif dengan melibatkan
semua sector terkait termasuk swasta dan masyarakat. Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah,
tokoh masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah promosi kesehatan kami membuat
makalah ini dengan judul strategi promosi kesehatan untuk mengetahui bagaimana
strategi promosi kesehatan yang ditunjukan  kepada pemerintah, tokoh masyarakat,
dan masyarakat.

1.2. Tujuan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas Dasar Promosi
Kesehatan, juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca untuk
mengetahui tentang bagaimana strategi dalam promosi kesehatan.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian srategi promosi kesehatan, Aspek dan Hambatan
Komunikasi dalam Promosi Kesehatan
2. Dapat mengetahui bagaimana Konsep, Model, Metode dan Prinsip Penyuluhan
Kesehatan serta Strategi Advokasi Promosi Kesehatan
3. Dapat mengetahui bagaimana Metode, strategi media promosi kesehatan.
4. Dapat mengetahui bagaimana Strategi Pemberdayaan Promosi Kesehatan.
Dan Penerapan Promosi Kesehatan di Tingkat Global?
5. Dapat mengetahui bagaimana strategi Kemitraan Promosi Kesehatan dan
Penerapan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja, Sekolah dan Lingkungan
Keluarga

1.4. Pertanyaan Kajian


1. Apa yang dimaksud srategi promosi kesehatan, Aspek dan Hambatan
Komunikasi dalam Promosi Kesehatan?
2. Bagaimana Konsep, Model, Metode dan Prinsip Penyuluhan Kesehatan serta
Strategi Advokasi Promosi Kesehatan?
3. Bagaimana Metode, strategi media promosi kesehatan.?
4. Bagaimana Strategi Pemberdayaan Promosi Kesehatan. dan Penerapan
Promosi Kesehatan di Tingkat Global?
5. Bagaimana strategi Kemitraan Promosi Kesehatan dan Penerapan Promosi
Kesehatan di Tempat Kerja, Sekolah dan Lingkungan Keluarga
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi Promosi Kesehatan


Strategi promosi kesehatan adalah suatu kegiatan untuk mewujudkan atau
mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien, diperlukan
cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut “strategi´, yakni teknik
atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan
tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
Aturan dalam memilih strategi promosi kesehatan:
1. Pilih minimal tiga strategi
2. Umumnya, penggunaan media sering digunakan dalam promosi
kesehatan.
3. Semakin lama program, semakin banyak strategi.
4. Dimulai dengan strategi yang paling murah & sederhana.
5. Semakin kompleks permasalahan perilaku yang akan diintervensi,
semakin banyak strategi yang digunakan .
6. Strategi yang mempengaruhi faktor predisposisi umumnya mempunyai
efek yang singkat
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Strategi Promosi Kesehatan


Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara
efektif dan efisien, diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering
disebut “strategi”, yakni teknik atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan
visi dan misi promosi kesehatan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna.
3.2. Aspek Komunikasi Dalam Promosi Kesehatan
Aspek komunikasi merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan
dalam Promkes, karena sasaran Promkes adalah mengubah perilaku masyarakat.
kemampuan komunikasi petugas kesehatan bukan saja terletak pada penguasaan
materi-materi Promkes yang akan disampaikan, akan tetapi, sikap, perilaku, dan
cara berkomunikasi juga harus diperhatikan. Selain itu, penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi juga harus dipilih dan dipilah agar mudah dipahami. Karena,
kondisi dan kemampuan masyarakat penerima informasi berbeda-beda.
Teknik komunikasi efektif Promkes tersebut bisa digunakan pada Promkes
melalui pendekatan individu, pendekatan kelompok, pendekatan organisasi
masyarakat. Serta Promkes pada pergerakan dan pengorganisasian masyarakat
melalui kunjungan rumah, pemberdayaan berjenjang, Survei Mawas Diri dan
Musyawarah Masyarakat Desa.
Untuk menciptakan komunikasi efektif di tempat pelayanan seperti
Puskesmas dan Rumah Sakit, Promkes juga harus menyediakan pusat informasi,
media komunikasi, seperti; papan pengumuman, banner, flashcard, poster,
spanduk, brosur, yang berisikan tentang informasi alur pelayanan, jenis
pelayanan, denah lokasi.
3.3. Hambatan komunikasi dalam promosi kesehatan
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau
mengganggu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat
mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap
pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan balik yang
sesuai.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu
hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta
hambatan lingkungan
a. Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan
personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka,
bias, dan lain-lain.
b. Hambatan kultural atau budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan
dan latar belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus
memahami perbedaan dalam hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang
dipegang oleh orang lain.
Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan
keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunikasi tidak
menggunakan bahasa yang sama, atau tidak memiliki tingkat kemampuan
berbahasa yang sama.
Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa
yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau bahasa “slang”
atau “prokem” atau “alay” yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang
diajak berkomunikasi.
Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya hambatan bahasa
adalah situasi dimana percakapan terjadi dan bidang pengalaman ataupun
kerangka referensi yang dimiliki oleh peserta komunikasi mengenai hal yang
menjadi topik pembicaraan.
c. Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar individu,
dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.
d. Hambatan lingkungan
Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai
peserta komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut
mempengaruhi proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor lingkungan
yaitu latar belakang fisik atau situasi dimana komunikasi terjadi. Hambatan
lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat kenyamanan, gangguan, serta
waktu.
3.4. Konsep, Model, Metode dan Prinsip Penyuluhan Kesehatan
a. Konsep penyuluhan kesehatan
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan
kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi,
yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor
utama yaitu :
1) Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan
sikap seseorang.
2) Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan
fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.
3) Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi
seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-
undang, peraturan-peraturan dan surat keputusan.
b. Model penyuluhan
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagau suatu proses dimana proses
tersebut mempaunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu
proses pendidikan kesehayan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni
perubahan perilaku, dipegaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi
suatu proses pendidikan disamping faktor masukannya sendiri. Demikian juga
model yang digunakan disesuaikan, apakah akan menggunakan model
kelompok atau individual.
c. Metode penyuluhan
Dibawah ini diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan
individual, kelompok dan massa (publik).
1) Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini
digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang
telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya,
seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang
sedang tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja
memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari
atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekatai secara
perorangan. Perorangan disini tidak berarti hanya harus hanya kepada ibu-
ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepda suami atau keluarga ibu
tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai maslah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan
mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu mengginakan
metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain:
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif.
Setiap maslah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran, dnegan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku).
2) Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apalagi belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2) Metode kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok
sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila pserta penyuluhan
itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara
lain ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal
uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan: Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri
menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah
harus mempersiapkan diri.
Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau
disusun dalam diagram atau skema. Mempersiapkan alat-alat bantu
pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem,
dan sebagainya.
Pelaksanaan: Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah
apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat
menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut :
1) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu
ragu dan gelisah, Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
2) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
3) Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk
4) Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untukpendidikan menengah ke atas. Seminar
adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa
orang ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan dianggap
hangat masyarakat.
Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut
kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur
sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling
memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi
empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak
menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus
merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok
mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan
pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus
sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup
maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian
rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak
menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.
Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada
permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan
kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah
pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan
ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta
mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru
setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang
5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian
tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan
terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz
group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak
sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari kesimpulannya.
e. Role Ploy (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai
pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai
dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika
sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f. Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti
bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah),
selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan
sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
d. Prinsip penyuluhan
Dalam kegiatan penyuluhan, prinsip menurut Leagans (1961) menilai
bahwa setiap penyuluh dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang
teguh pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Bertolak dari pemahaman penyuluhan sebagai salah
satu sistem pendidikan, maka penyuluhan memiliki prinsip-prinsip:
1. Mengerjakan, artinya, kegiatan penyuluhan harus seba-nyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu. Karena
melalui "mengerjakan" mereka akan mengalami proses belajar (baik dengan
menggunakan pikiran, perasaan, dan ketrampilannya) yang akan terus
diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.
2. Akibat, artinya, kegiatan penyuluhan harus memberikan akibat atau pengaruh
yang baik atau bermanfaat. Sebab, perasaan senang/puas atau tidak
senang/kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan
belajar/penyuluhan dimasa-masa mendatang.
3. Asosiasi, artinya, setiap kegiatan penyuluhan harus dikait-kan dengan
kegiatan lainnya. Sebab, setiap orang cende-rung untuk
mengaitkan/menghubungkan kegiatannya dengan kegiatan/peristiwa yang
lainnya. Misalnya, dengan melihat cangkul orang ingat penyuluhan tentang
persiapan lahan yang baik; melihat tanaman yang kerdil/subur, akan
mengingatkannya kepada usahaa-usaha pemupukan.
3.5. Metode dan Media Promosi Kesehatan
A. Metode promosi kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam bukunya promosi kesehatan dan ilmu
perilaku promosi kesehatan, terdapat beberapa metode pendidikan dan media
promosi kesehatan yang biasa digunakan antara lain :
1) Metode pendidikan individual, merupakan metode pendidikan yang bersifat
perorangan diantaranya: bimbingan atau penyuluhan, dan wawancara
2) Metode pendidikan kelompok, dalam metode ini harus diingat bahwa jumlah
populasi yang akan ditujukan haruslah dipertimbangkan. Untuk itu dapat
dibagi menjadi kelompok besar dan kelompok kecil serta kelompok massa.
Apabila peserta lebih dari 15 orang maka dapat dimaksudkan kelompok
besar, dimana dapat menggunakan metode ceramah dan seminar.
Sedangkan disebut kelompok kecil apabila jumlah kurang dari 15 orang
dapat menggunakan metode diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,
kelompok kecil, serta memainkan peran. Apabila menggunakan metode
pendidikan massa ditujukan kepada masyarakat ataupun khalayak yang
luas dapat berupa ceramah umum, pesawat televisi, radio, tulisan majalah
atau koran, dan lain sebagainya.
B. Media
Media yang digunakan menurut Notoatmodjo (2007) terdapat 3 macam
media, antara lain :
1) Media bantu lihat (visual) yang berguna dalam menstimulasi indra mata
pada waktu terjadinya proses pendidikan. Dimana media bantu lihat ini
dibagi menjadi 2 yaitu media yang diproyeksikan misalnya slide, film, film
strip dan sebagainya, sedangkan media yang tidak diproyeksikan misalnya
peta, buku, leaflet, bagan dan lain sebagainya.
2) Media bantu dengar (audio) dimana merangsang indra pendengaran
sewaktu terdapat proses penyampaian, misalnya radio, piring hitam, pita
suara.
3) Media lihat-dengar seperti televisi, video cassete dan lain sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan
semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan
indera sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan
pemahaman. Menurut penelitian para ahli, pancaindera yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% - 87%),
sedangkan 13% - 25% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan
melalui indra lainnya (Heri, 2009). Perpaduan saluran informasi melalui
mata 75% dan telinga 13% akan memberikan rangsangan yang cukup baik
sehingga dapat memberikan hasil yang optimal (Kapti, 2010).
Contohnya
Penggunaan leaflet juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain
(Ewles & Simnett, 1944):
a. Leaflet profesional sangat mahal
b. Leaflet tidak tahan lama dan mudah hilang.
c. Materi yang diproduksi massal dirancang untuk sasaran yang bersifat
umum, sehingga kemungkinan tidak cocok untuk semua orang.
d. Dapat diabaikan jika tidak didukung dengan keaktifan dari pendidik untuk
melibatkan responden dalam membaca dan menggunakan materi dari
leaflet. Kustiono (2000) berpendapat bahwa dalam memilih media
mencakup 4 syarat, yaitu: kemudahan memperolehnya, kemudahan dalam
menggunakan, dapat digunakan berulang kali dan dalam situasi yang
berlainan, fleksibel.
3.6. Penerapan Promosi Kesehatan Di Tingkat Global
STUDI KASUS VIRUS COVID 19
Sejak wabah virus corona pemerintah mengambil tindakan dengan
mengerakkan seluruh elemen kesehatan untuk berinteraksi langsung dengan
masyarakat dan mengetahui kondisi di lapangan. Program atau gerakan
kesehatan yang dilakukan pemerintah merupakan sebuah upaya untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di tengan pendemik covid 19 saat
ini. Beberapa tindakan yang dilakukan seperti gerakan masyarakat hidup sehat
dengan selalu mencuci tangan dengan air dan sabun, membuang sampah pada
tempatnya, selalu menggunakan masker jika keluar rumah dan memakan
mankanan yang bergizi dan sering berolahraga minimal 30 menit setiap hari.

3.7. Penerapan Promosi Kesehatan Di Sekolah, Tempat Kerja, Dan Keluarga (Di
Rumah)
A. Penerapan promosi kesehatan di Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama
1) Penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,
2) Pemeliharaan dan pelayanan di sekolah,
3) upaya pendidikan yang berkesinambungan.
Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Sebagai suatu
institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis
dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu
cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak
25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-
15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif
dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007). Dari segi populasi, promosi
kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak
sekolah dan masyarakat umum/keluarga. Apabila promosi kesehatan ditujukan
pada usia sampai dengan 12 tahun saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka
mereka akan mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hamper
100 juta populasi masyarakat umum yang terpajan promosi kesehatan.
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
1. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan
oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna
mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting
program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai
pihak yang akan menentukan kebijakan program, termasuk kebijakan yang
terkait dana untuk kegiatan.
2. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi
jalannya programpromosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai
pihak dapat saling belajar dan berbagi pengalaman tentang keberhasilan
dan kekurangan program, tentang cara menggunakan berbagai sumber
daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk
melakukan promosi kesehatan.
3. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus
dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus
diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program promosi
kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait dalam
rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program promosi kesehatan sekolah.
4. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun
usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program promosi
kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
5. Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan
penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian
merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan
di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk
melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.
3.8. Penerapan promosi kesehatan di tempat kerja
Promosi kesehatan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau tempat kerja
yang kondusif bagi karywan atau pekerjanya. Promosi kesehatan kerja adalah
upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta lingkungannya.
Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek,
sebagai pelaku bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif menunggu. Upaya
promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk
memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja
yang seha\t.
Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah :
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masayarakat.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan
lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Secara mendasar promosi kesehatan di tempat kerja adalah perlu melindungi
individu (pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan
berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang
memperhatikan kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada
dapat mendukung terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja, secara umum : Promosi
Kesehatan di tempat kerja mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat
yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja yakni :
a. Primer : Karyawan di tempat kerja.
b. Sekunder : Pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja.
c. Tersier : Pengusaha dan manajer/ Direktur.
Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
a. Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (Berhenti merokok,
Program Fitness, Meningkatkan nutrisi, pengurangan stress dll).
b. Program konsultasi dan penilaian resiko kesehatan di perusahaan.
c. Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan
khususnya membangun pernyataan misi promosi kesehatan perusahaan.
d. Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat,
responsif terhadap kebutuhan karyawan.
e. Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok
dan minuman keras dan narkoba di tempat kerja.
f. Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan
pertemuan secara reguler.
g. Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam program
promosi kesehatan.
h. Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan
menghubungkan audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler dan
ambil langkah untuk identifikasi alamat area yang bermasalah.
i. Komunikasi secara reguler dengan karyawan untuk menghormati promosi
kesehatan
3.9. Penerapan promosi kesehatan di lingkungan keluarga
Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat telah ditetapkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan. Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan
tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku
hidup bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat”. Dalam implementasinya Promosi Kesehatan didukung
oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi.
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia, oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan. Status
kesehatan masyarakat antara lain ditentukan oleh Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Umur Harapan Hidup (UHH).
Angka kematian ibu yang tinggi sangat erat kaitannya dengan ditolong
tidaknya persalinan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan penyebab langsung
kematian bayi terbanyak disebabkan karena pertumbuhan janin yang sangat
lambat, kekurangan janin pada bayi, kelahiran premature dan berat bayi rendah.
Sedangkan untuk penyebab tidak langsung adalah kurangnya ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif, sehingga banyak bayi yang mudah terkena
penyakit infeksi seperti diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Perubahan tingkat kesehatan juga memicu transisi epidemiologi penyakit,
yakni bertambahnya penyakit degenerasi atau dikenal dengan penyakit tidak
menular (PTM). Saat ini PTM seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes
mellitus merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan fisik yang
diderita oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Terjadinya PTM ternyata telah
mempunyai prakondisi sejak dalam kandungan dan masa pertumbuhan seperti
berat bayi lahir rendah, kurang gizi dan terjadinya infeksi berulang, juga diperberat
oleh perilaku tidak sehat. Perilaku tidak sehat yang saat ini menjadi tren gaya
hidup masyarakat antara lain merokok, kurang aktivitas fisik dan kurang
mengkonsumsi buah dan sayur.
Permasalahan di atas dapat di cegah dengan melaksanakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat khususnya di rumah tangga. Ini karena anggota rumah tangga
merupakan asset yang sangat potensial untuk diberdayakan dalam menjaga
memelihara kesehatan
Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan
disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan
masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis
untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan
penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi inipun
dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
2) Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI
Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
3) Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan.
Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai
usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di
buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan
dari Balita tersebut.
4) Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari
seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak
bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit.
5) Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai
sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan
setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan,
seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum
memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
6) Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak
mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,
dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang
cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik
Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat
perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC,
vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang
dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras,
Mengubur, Menutup).
8) Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat
dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan
mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga
maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup
agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci
pakaian, dan lain-lainnya.
10) Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap,
akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah
nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang
merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan
dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan
juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu saja berefek buruk
bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk
dari asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan
haknya untuk bebas dari kepulan asap rokok.
3.10. Strategi Advokasi Kesehatan
A. Pengertian Advokasi Kesehatan
Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau
pengambil keputusan agar dapat memberi dukungan, kemudahan,
perlindungan pada upaya pembangunan kesehatan.
B. Tujuan Advokasi Kesehatan:
1. Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung pembudayaan
perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Mempengaruhi pihak lain (program, sektor, LSM peduli
kesehatan,profesional) agar mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
melalui kemitraan dan jaringan kerja.
3. Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah khususnya
kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.
4. Menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media komunikasi
tentang program perilaku hidup bersih dan sehat.
C. Luaran (Hasil yang diharapkan):
1. Adanya dukungan politik dari para pengambil keputusan baik dalam
bentuk instruktur/surat daran/surat keputusan maupun himbauan untuk
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Makin banyak LSM (lembaga swadaya masyarakat)yang peduli
kesehatan.
3. Adanya anggaran rutin yang dinamis dari APBD II dan sumber lain untuk
pelaksanaan PHBS di kabupaten/kota.
4. Adanya indikator PHBS dalam perencanaan daerah.
5. Fasilitas umum semakin merata terutama di daerah kumuh.
D. Sasaran
Sasaran advokasi meliputi sasaran kepada perorangan dan kepada
sasaran publik (masyarakat). Sasaran perorangan dapat dilakukan melalui
komunikasi interpersonal sedangkan untuk sasaran publik dilakukan
melalui media massa dan kampanye. Sasaran menurut jenjang
administrasi adalah :
1. Pengambilan kebijakan di tingkat pusat seperti : DPR (komisi 7),
parpol,Menteri Dirjen departemen terkait,BAPPENAS, Lembaga Donor
(WHO, World Bank, UNICEF, ADB), organisasi profesi, LSM Nasional
dan Internasional.
2. Pengambilan kebijakan di tingkat daerah/Propinsi seperti: DPRD (Komisi
E), parpol, BAPPEDA, Gubernur dan asisten kesejahteraan
rakyat,Ka.Din.Kes Tkt I, Lembaga donor, organisasi profesi, LSM
internasional, nasional dan propinsi.
3. Pengambil kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kota seperti : DPRD
Kabupaten/Kota/Komisi E, parpol BAPPEDA, Bupati/Walikota dan Bagan
Kesejahteraan rakyat, Ka.Din.Kes Tkt I, Lembaga donor, organisasi
profesi, LSM, Institusi pendidikan, Institusi Kesehatan dan Non
Kesehatan, Lembaga swasta /industri (tempat umum dan tempat Akerja)
E. Metode Advokasi.
Kegiatan yang bernuansa advokasi dapat berupa :
1. Seminar sehari.
2. Orientasi.
3. Lobby.
4. Kampaye.
5. Penyuluhan.
6. Bentuk kegiatan lain yang sesuai.
F. Langkah-langkah Advokasi.
Secara umum menurut Jhon Hopkins University (JHU) advokasi
kesehatan ditempuh melalui kerangka advokasi yang memuat 6 langkah yaitu
1. Melakukan analisa
a. Identifikasi masalah.
b. Kebijakan yang ada.
c. Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan untuk
membuat kebijakan.
d. Perubahan kebijakan yang diinginkan oleh tingkat tertentu.
e. Stakeholder (mitra kerja) yang terkait dengan perubahan kebijakan.
f. Jejaring untuk penentu kebijakan dan pesan yang tepat.
g. Sumber daya yang memungkinkan untuk pelaksanaan kebijakan.
2. Menyusun Strategi.
a. Membentuk kelompok kerja PHBS.
b. Identifikasi sasaran primer dan sekunder.
c. Mengembangkan tujuan “SMART” (Specific/spesifik,
Measurable/dapat diukur, Appropriate/tepat, Realistic/nyata, Time
Bound/sesuai jadwal).
d. Menentu indicator.
e. Menyiapkan dukungan dana dan kebijakan pelaksana.
f. Menempatkan "issue” yang pantas mendapat dukungan dari penentu
kebijakan.
g. Merencanakan perbaikan sarana komunikasi.
3. Menggalang kemitraan (mobilisasi)
a. Menyusun POA (plan of action) bersama-sama.
b. Mendorong kemitraan.
c. Mendelegasikan tanggung jawab.
d. Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh media.
4. Tindakan/pelaksanaan
a. Melaksanakan rencana advokasi (POA).
b. Mengumpulkan mitra.
c. Menyajikan pesan yang tepat.
d. Menepati jadwal.
e. Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra.
5. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses
dan output) melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan
yang seharusnya dilaksanakan, materi KIE yang telah diterbitkan dan
disebarluaskan serta produk-produk kebijakan yang diterbitkan.
6. Kesinambungan proses
Melaksanakan proses komunikasi secara terus menerus dengan
memanfaatkan hasil evaluasi.
Langkah-langkah berikut ini :
 Persiapan
1. Identifikasi masalah dari data yang ada seperti :
a. Data 10 penyakit terbanyak di kabupaten/kota.
b. Status gizi.
c. Angka kesakitan.
d. Angka kematian.
e. Perlaku spesifik masyarakat yang terkait dengan perilakum
PHBS.
f. Data dasar (kualitatif dan kuantitatif) pengkajian PHBS.
g. Hasil pemetaan wilayah/klasifikasi PHBS tiap tatanan.
h. Rencana detail tat kota (RDTK) dan rencana umum tata ruang
kota (RUTRK).
2. Mempelajari kebijakan apa saja yang mendukung dan menghambat
program perilaku PHBS.
3. Mempelajari program komunikasi yang telah dilaksanakan dengan
menggali pengalaman dari orang lain tentang program komunikasi
yang telah dilaksanakan untuk dpat dimanfaatkan sebagai
pengalaman belajar dalam program PHBS.

Hal-hal yang dapat digali antara lain :


1. Strategi yang berkelanjutan.
2. Isu advokasi yang tajam (fokus).
3. Sasaran yang spesific.
4. Tindak lanjut kegiatan.
4. Mempelajari perubahan kebijaksanaan yang terjadi, contoh : sekitar
tahun 1998 kebijaksanaan paradigma sakit mengalami perubahan
menjadi paradigma sehat. Hal ini memberi peluang kepada para ahli
kesehatan masyarakat untuk mengkampanyekan paradigma sehat
dengan tema “Menjaga kesehatan lebih murah dan mudah dari pada
mengobati”.
5. Menentukan mitra kerja terkait yang berpengaruh dalam program
PHBS dan membuat jejaring bagi penentu kebijakan dan kelompok
peduli kesehatan.
6. Memanfaatkan dan menggali sumber daya yang memungkinkan untuk
pelaksanaan PHBS.
7. Menyiapkan materi yang berkaitan dengan PHBS serta menentukan
metode advokasi kesehatan.
8. Menempatkan issue atau gagasan untuk mendapatkan dukungan dari
penentu kebijakan pada waktu yang tepat untuk menyampaikan
gagasan tersebut, minsalnya pada kesehatan sedunia (7 april), hari
kesehatan nasional (12 november), hari sadar pangan dan gizi, hari
AIDS sedunia dan lain-lain.
 Pelaksanaan
1. Lakukan advokasi PHBS dengan penyajiann yang menarik dengan
menggunakan metode dan teknik yang tepat.
2. Adanya tanya jawab, tanggapan dan masukan-masukan untuk
menyempurnakan program yang sudah ada.
3. Simpulkan dan sepakati hasilnya.
4. Buat laporan tertulis hasil advokasi dan sebarluaskan pada sasaran
yang terkait.
5. Lakukan tindak lanjut kegiatan berdasarkan kesepakan bersama.
G. Indikator Kebersilan Advokasi
Untuk mengukur keberhasilan advokasi dapat dilihat adanya
tanggapan/respon para individu dan publik dalam bentuk :
1. Adanya peraturan, surat keputusan, surat edaran, instruksi, himbauan
tentang pentingnya program PHBS.
2. Adanya anggaran dari APBD II atau sumber lain yang rutin dan
dinamis untuk pelaksanaan PHBS.
3. Adanya jadwal koordinasi dan pemantauan pelakanaan PHBS.
4. Kemampuan pengambil keputusan dalam menjelaskan PHBS dalam
setiap kegiatan.
5. Terbentuknya dan berfungsinya kelompok kerja PHBS.

3.10.1. Bentuk-bentuk Kegiatan Advokasi Menurut Sasaran.

NO SASARAN ALTERNATIF BENTUK


KEGIATAN
1. Lintas sektor -Loby (pendekatan)
-Pertemuan rutin
-Lokakarya
-Rapat koordikasi
-Sarasehan
-Dialog interaktif

2. Lintas program -Loby (pendekatan)


-Rapat koordikasi
-presentasi
-negosasi
-koordinasi
3. Kemitraan -Loby (pendekatan)
-kampanye
-presentasi
-demonstrasi
-dialog interaktif

H. Etika Advokasi
1. Mulai dengan sisi yang positif dari sasaran, minsalnya perhatian yang
ditunjukan kepada sasaran di bidang kesehatan yang merupakan
program unggulan.
2. Mau kompromi, sabar dan tegar serta tidak menyalahkan sasaran.
3. Pusatkan pada pesan pokok dengan bahasa yang menggugah.
4. Kemukakan hai-hal baru yang relavan dengan materi sasaran.
I. Kendala dalam Advokasi
1. Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi yang sama
terhadap promosi kesehatan dan paradigma sehat.
2. Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya kuratif.
3. Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap petugas
dalam upaya kesehatan.
J. Kiat untuk Advokator
1. Kiat advokator sebagai pengelola program.
1) Menetapkan, menerima tanggung jawab dan bekerjasama dalam tim.
2) Memahami misi, rician tujuan, menentukan apa/mana yang
diutamakan.
3) Tahu teknik yang tepat untuk menyamakan persepsi.
2. Kiat advokator sebagai pimpinan rapat atau kelompok kerja.
1) Sudah membuat persiapan yang rinci sebelum memimpin rapat,
semua yang harus hadir sudah diberi tahu sebelumnya, agenda rapat
dan akomodasi siap sedia.
2) Dia nomor satu diantara yang hadir (primus interpares), bukan tuan
besar yang sok resmi di tengah kelompok, melainkan seorang
pelayanan yang ceria dan ramah.
3) Dia membuat anggota tim tidak canggung bahkan membuat orang
lain percaya diri, bisa membuat yang pendiam dan pemalu berani
bicara serta menegahi yang agresif dengan tegar dan sikap
bersahabat.
4) Dia menguasai keadaan, tahu bahwa potensi setiap anggotanya
untuk mencapai sukses.
5) Dia menghargai orang lain dan memperlakukan semua orang
sederajat.
6) Dia pendengar yang baik.
7) Dia selalu antusias dan menaruh minat, terampil mengajukan
pertanyaan dn membagi pertanyaan.
8) Dia memulai rapat tepat waktu, menjelaskan maksud dan tujuan
dengan semangat dan membuat diskusi hidup, mampu menentukan
kapan rapat selesai.
3. Cara menyiapkan model media advokasi.
1) Media advokasi dapat dibuat sederhana, berupa tulisan, ilustrasi,
tetapi dapat juga dibuat canggih.
2) Inti pembicaraan harus jelas dan tidak terlalu banyak informasi.
3) Jika meminta sumbangan/bantuan sebutkan kgunaannya dan berupa
apa (fikiran,tenaga atau dana).
4) Tunjukkan aspek manuasiawi sehingga yang baca mau berbuat.
5) Desain harus bagus termasuk ukuran, gambar,/ilustrasi, huruf jika
menyajikan data ilmiah sajikan dengan bahasa sederhana,mantap
dan efektif.
6) Cantumkan logo.
7) Distribusikan media.
3.11. Strategi Bina Suasana
A. Pengertian Bina Suasana
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik
dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat, seperti : tokoh
masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia
usaha/swasta, media massa, organisasi profesi, pemerintah dan lain-lain.
B. Tujuan
Diperolehnya berbagai pencipta opini yang ada di masyarakat ehingga
dapat menciptakan opini publik yang jujur, terbuka sesuai dengan norma
situasi, kondisi masyarakat yang mendukung tercapainya PHBS disemua
tatanan.
C. Luaran (Hasil yang diharapkan):
1. Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber
PHBS
2. Terciptanya dukungan kebijakan, fatwa, peraturan pemerintah,
peraturan daerah, surat keputusan, sumberdaya untuk PHBS
D. Sasaran
Sasaran bina suasana terbagi atas :
1. Sasaran individu
a. Anggota legislatif (Lembaga Perwakilan Rakyat)
b. Anggota Eksekutif (Lembaga Pemerintah)
c. Anggota Yudikatif (Lembaga Peradilan/Hukum)
d. Tokoh masyarakat, Tokoh adat
e. Tokoh Agama
f. Petugas
g. Kader
2. Sasaran kelompok-
a. Organisasi massa (organisasi pemuda, organisasi wanta,
organisasi agama, dan lain-lain)
b. Oganisasi profesi, dunia usaha/swasta
c. Kelompok peduli kesehatan
3. Sasaran massa/publik
Masyarakat yang bisa dijangkau melalui media massa (cetak
dan elektronik) seperti koran/majalah, radio dan TV baik pemerintah
maupun swasta serta media tradisional.
E. Metode Bina Suasana.
Metode bina suasana dapat berupa :
- Pelatihan
- Semiloka
- Konferensi pers
- Dialog terbuka
- Sarasehan
- Penyuluhan
- Pendidikan
- Lokakarya mini
- Pertunjukkan tradisional
- Diskusi meja bundar
- Pertemuan berkala di desa
- Kunjungan lapangan
- Studi banding
F. Langkah-langkah Kegiatan Bina suasana.
1. Persiapan
Identifikasi sasaran dalam upaya bina suasana dapat disebut
sebagai “mitra” kita harus dapat menentukan apakah daftar
sasaranyang kita miliki memenuhi syarat untuk menjadi mitra. Cara
untuk mengenal dan memilih mitr dikenal dengan “5c” yaitu :
a) Competent (kompetensi)
 Apakah organisasi itu memiliki staf teknik dan manajemen yang
kuat?
 Bila dibutuhkan tambah staf, apakah organisasi itu memiliki
aliran dana dan cadangan dana yang cukup, sistem akuntasi,
bank account dan pengauditan teratur?
 Apakah telah memiliki pengalaman dalam kegiatan yang sama?
 Apakah organisasi tersebut memiliki citra positif dan raputasi
untuk ketinggian mutu kerja?
b) Commitment (komitmen)
 Apakah organisasi tersebut mendukung promkes?
 Dapatkah mendukung dan berperan kuat dalam promkes?
c) Clout (relasi)
 Apakah organisasi tersebut memiliki kotak atau akses ke
pembuat-pembuat kebijakan dan para tokoh yang berpengaruh
di masyarakat?
 Apakah organisasi itu mendapat dukungan politis dalam
kegiatannya?
d) Coverage (jangkauan)
Apakah organisasi tersebut mampu menjangkau sasaran yang
telah ditetapkan, diberbagai wilayah, berbagai segmen seperti
demografi,psikografi dan sosial ekonomi.
e) Continuity (kesinambungan)
 Sudah berapa lamakah organisasi ini melakukan kegiatan?
 Sudah pernahkah menangani kegiatan yang serupa?
 Apakah memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya untuk
jangka panjang?
 Menyiapkan paket informasi (information kit) seperti
brosur,poster dan lain-lain
 Metode atau cara yang dapat dilakukan
 Waktu dan tempat
 Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi
G. Pelaksanaan Kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencangkup lomponen:
 Ada forum komunikasi dan dokumentasi kegiatan.
 Penyajian data yang selalu “up to date” atau terbaru.
 Mengikuti kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang.
 Menjalin hubungan yang serasi dan dinamis serta memegang prinsip-
prinsip kemitraan.
 Menggalang sumber-sumber dana dan potensi yang ada dari masing-
masing mitra
H. Pemantauan dan Penilaian
Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan bina
suasana dilakukan dengan benar dan menghasilkan sasaran yang
diharapkan (POA) dengan menggunakan instrumen emantauan dan
penilaian dngan melihat luaran dalam bentuk opini, etika, norma-norma
atau kondisi yang ada di masyarakat. Kalau sudah ada, berarti kegiatan
bina suasana dapat dikatakan berhasil, begitupun sebaliknya.
I. Indikator Keberhasilan
a) Ada peningkatan jumlah kegiatan dan jaringan kemitraan.
b) Ada forum komunikasi.
c) Ada dokumentasi kegiatan.
d) Ada kesepakatan lisan dan tulisan.
e) Ada opini publik
J. Langkah-langkah Melaksanakan Bina Suasana serta Hasil yang diharapkan.

LANGKAH KEGIATAN HASIL YANG DIHARAPKAN


1. Identifikasi mitra pertemuan -lingkup & cara kerja
-spesifikasi kerja
-kemampuan
2. Pengelompokka pertemuan -komitmen
n mitra kerja -rencana kegiatan
3. Setiap mitra Forum Tercipta tujuan bina suasana
melaksanakan komunikasi
upaya yang
berkaitan
dengan
kesehatan
sesuai bidang
kegiatan
masing-masing
4. Monitoring dan -Pertemuan Terpeliharanya opini, norma
evaluasi -Kunjunga etika dan kondisi yang baik
Lapangan dalam masyarakat.
-semilokal

K. Contoh Kegiatan Bina Suasana.


1) Adanya foum bersama antara departemen kesehatan RI dengan
forum kumunikasi LSM AIDS se Jabodetabek (FKLOPA)
2) Adanya bantuan pengadaan jamban dari tim penggerak PKK
kabupaten tanggerang dalam rangka mendukung program PHBS di
tatanan rumah tangga
3) Adanya peraturan dilarang merokok bagi seluruh gedung perkotaan
pemerintah
4) Pertemuan dengan tokoh-tokoh agama (MUI,PGIPHDI,WALUBI)
untuk menyebarluaskan pentingnya PHBS bagi umat pada acara-
acara keagamaan (khotbah jumat,hari minggu dan lain-lain)
5) Pertemuan dengan tokoh-tokoh agama islam untuk memberi contoh
PHBS dan GJB (Gerakan Jumat Bersih)

3.12. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Promosi Kesehatan


Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu,
keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau
dan mampu mempraktikkan PHBS. Dalam upaya promosi kesehatan,
pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang sangat penting dan bahkan
dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara
terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta
proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari
mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice) (Notoatmodjo, 2005).
Pembangunan seperti realita pada umumnya menjadi self projected reality
yang kemudian menjadi acuan dalam proses pembangunan, sehingga sering kali
menjadi semacam ideology of developmentalism (Tjokrowinoto, 1996 cit.
Soetomo, 2006). Elemen penting yang ditekankan pada teori ini ialah partisipasi
(participation) dan pemberdayaan (empowerment) (Dudley, 1979 cit. Mardikanto,
2010). Freira (cit. Hubley, 2002) mengatakan bahwa pemberdayaan adalah suatu
proses dinamis yang dimulai dari ketika masyarakat langsung belajar dari
tindakan.
Meskipun masyarakat umumnya didefinisikan sebagai sekelompok orang
yang tinggal di lokasi yang sama dan di bawah pemerintahan yang sama, namun
definisi kerja pemberdayaan berfokus pada dimensi tindakan kolektif yaitu
masyarakat sebagai sebuah kelompok yang berbagi kepentingan bersama,
sehingga anggotanya termotivasi untuk terlibat dalam aksi kolektif (Brinkerhoff dan
Azfar, 2006). Ife (2002) bahwa pemberdayaan masyarakat setidaknya
membutuhkan enam tahapan yang perlu dilalui untuk mewujudkan change from
below,yaitu; 1) pemilahan antara proses dan hasil, 2) pentingnya pengintegrasian
proses, 3) peningkatan kesadaran, 4) partisipasi sebagai bagian dari demokrasi,
5) membangun kerja sama, dan 6) community building.
Hubley (2002) mengatakan bahwa pemberdayaan kesehatan (health
empowerment), sadar kesehatan (health literacy), dan promosi kesehatan (health
promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif. Sebagai
suatu proses yang komprehensif, Labonte dan Laverack (2008) mengatakan,
pemberdayaan masyarakat melibatkan beberapa komponen, yaitu pemberdayaan
personal, pengembangan kelompok kecil, pengorganisasian masyarakat,
kemitraan, aksi sosial, dan politik. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat
mempunyai spektrum yang cukup luas.
Barr (1995) menyarankan agar program pemberdayaan sebaiknya
difokuskan pada sebagian kecil masyarakat dan dimulai dari kebutuhan nyata di
masyarakat agar berjalan secara maksimal. Kelompok masyarakat yang tumbuh
dari masyarakat itu sendiri adalah fasilitas yang paling efektif untuk upaya
pemberdayaan masyarakat. Tersedianya dan efektivitas kelembagaan akan
sangat berpengaruh terhadap pemberdayaan (Mardikanto, 2010). Wallerstein dan
Sanchez-Merki (1994) mengusulkan kolaborasi pemberdayaan, sebab ditinjau dari
konsep promosi kesehatan, pemberdayaan dan pembangunan mendorong
peningkatan kapasitas masyarakat.
Beberapa tonggak pencapaian perkembangan adopsi pemberdayaan ke
dalam konsep promosi kesehatan antara lain: Wallerstein (1992) menyatakan
bahwa pendidikan pemberdayaan masyarakat diadopsi untuk meningkatkan
efektivitas pendidikan kesehatan, efektivitas program, dan menjaga kelestarian
(sustainability) program. Selanjutnya, Nutbeam (1998) mengatakan bahwa
pemberdayaan adalah inti dari promosi kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut: (a) merancang keseluruhan program; (b) menetapkan
tujuan yang ditetapkan pada tahap perencanaan; (c) memilih strategi
pemberdayaan; (d) implementasi strategi dan manajemen, dilakukan dengan cara:
meningkatkan peran serta pemangku kepentingan (stakeholder), menumbuhkan
kemampuan pengenalan masalah, mengembangkan kepemimpinan lokal,
membangun keberdayaan struktur organisasi, meningkatkan mobilisasi sumber
daya, meningkatkan kontrol stakeholder atas manajemen program, dan membuat
hubungan yang sepadan dengan pihak luar; (e) evaluasi program, dan (f)
perencanaan tidak lanjut (Sumaryadi, 2005).
WHO dalam Depkes RI (2006) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai
proses pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
mereka mengendalikan determinan-determinan kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan mereka. Promosi kesehatan merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari,
oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2006). Menolong diri sendiri artinya
masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah potensial (yang mengancam)
dengan cara mencegahnya dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
sudah terjadi dengan menanganinya secara efektif dan efisien (Hartono, 2010).
Berkaitan dengan pemberdayaan yang mendorong masyarakat mandiri,
Clark (2002) menyebutkan bahwa suatu masyarakat dapat disebut mandiri secara
kesehatan jika memiliki beberapa kemampuan, yaitu; 1) mengenali masalah
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan, 2)
mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi yang ada,
3) memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan
dengan melakukan tindakan pencegahan, dan 4) meningkatkan kesehatan secara
dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok
kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.
Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan
untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income gener¬ating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak
terhadap kemampuan dalam peme¬liharan kesehatan mereka, misalnya:
terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan
sebagainya.
Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut "gerakan
masyarakat" untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran primer).
A. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:
1.  Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan
kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat.
2. · Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk
melakukan suatu tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan
mereka.
3. · Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya
tindakan atau perilaku sehat.
4. Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:
1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat
tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan
tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta
bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
menggali potensi-potensi masyarakat setempat.
3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai
ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus
melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran,
olahraga, konsultasi dan sebagainya.
B. Prinsip pemberdayaan masyarakat
1)  Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.
3) Menggali kontribusi masyarakat.
4) Menjalin kemitraan.
5) Desentralisasi.
C. Indikator hasil pemberdayaan masyarakat
1)  Input, meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2)  Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan
yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dan pertemuan-
pertemuan yang dilaksanakan.
3) Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan
dan perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki
usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas
umum di masyarakat.
4) Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta
meningkatkan status gizi masyarakat.
3.13. Kemitraan
A. Teori Kemitraan
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan
yang menarik yang berbunyi bahwa “memulai dengan mengakui dan
memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang lain, dan menemukan
alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator merupakan
langkah pertama ke arah membangun sebuah organisasi kemitraan.”
Dewasa ini, gaya-gaya seperti perintah dan kontrol kurang dipercaya. Di
dunia baru ini, yang dibicarakan orang adalah tentang karyawan yang
“berdaya”, yang proaktif, karyawan yang berpengetahuan yang menambah
nilai dengan menjadi agen perubahan.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja
sama formal antara individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai
pengertian kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi
minimal antara dua pihak atau lebih dimana masing-masing pihak
merupakan ”mitra” atau ”partner”.
b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk
kebersamaan yang saling menguntungkan dan saling mendidik secara
sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor,
kelompok masyarakat, lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk
bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau
organisasi untuk bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan
melaksanakan serta membagi tugas, menanggung bersama baik yang
berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-
masing secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila
diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)
B. Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun
suatu kemitraan oleh masing-masing naggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan
harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam
mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing
anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus
diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya
kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini
akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara
golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan
memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan
kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien
dan efektif bila dilakukan bersama.
C. Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan
Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan
dikelompokkan menjadi dua (Notoadmodjo, 2003) yaitu:
a. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk
jaring kerja (networking) atau building linkages. Kemitraan ini berbentuk
jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki program tersendiri
mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan
tersebut terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran
pelayanan atau karakteristik lainnya.
b. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I.
Hal ini karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar
terhadap program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-kegiatan dalam
mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi
bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis
atau tipe kemitraan yaitu:
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain
tetapi belum bekerja bersama secara lebih dekat.
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan
tidak maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan
pertambahan pengaruh melalui perhatian yang besar pada ruang
lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program delivery
dan resource mobilization.
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan
masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup
aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring,
konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk kemitraan tersebut
dapat tertuang dalam:
a. SK bersama
b. MOU
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja
D. Langkah-langkah Kemitraan
Kemitraan memberikan nilai tambah kekuatan kepada masing-
masing sektor untuk melaksanakan visi dan misinya. Namun kemitraan juga
merupakan suatu pendekatan yang memerlukan persyaratan, untuk itu
diperlukan langkah langkah tahapan sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
2. Seleksi masalah
3. Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial melalui suratmenyurat,
telepon, kirim brosur, rencana kegiatan, visi, misi, AD/ART.
4. Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama antar sesama mitra dalam
upaya mencapai tujuan, melalui: diskusi, forum pertemuan, kunjungan kedua
belah pihak, dll
5. Menumbuhkan kesepakatan yang menyangkut bentuk kemitraan, tujuan dan
tanggung jawab, penetapan rumusan kegiatan memadukan sumberdaya yang
tersedia di masing-masing mitra kerja, dll. Kalau ini sudah ditetapkan, maka
setiap pihak terbuka kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang
lebih bervariasi sepanjang masih dalam lingkup kesepakatan.
6. Menyusun rencana kerja: pembuatan POA penyusunan rencana kerja dan
jadwal kegiatan, pengaturan peran, tugas dan tanggung jawab
7. Melaksanakan kegiatan terpadu: menerapkan kegiatan sesuai yang telah
disepakati bersama melalui kegiatan, bantuan teknis, laporan berkala, dll.
8. Pemantauan dan evaluasi
E. Konflik dalam Kemitraan
Beberapa literatur menyebutkan makna konflik sebagai suatu
perbedaan pendapat di antara dua atau lebih anggota atau kelompok dan
organisasi, yang muncul dari kenyataan bahwa mereka harus membagi
sumber daya yang langka atau aktivitas kerja dan mereka mempunyai
status, tujuan, nilai, atau pandangan yang berbeda, dimana masing-masing
pihak berupaya untuk memenangkan kepentingan atau pandangannya.
Sedangkan menurut Brown (1998), konflik merupakan bentuk interaksi
perbedaan kepentingan, persepsi, dan pilihan. Wujudnya bisa berupa
ketidaksetujuan kecil sampai ke perkelahian (Purnama, 2000).
Konflik dalam organisasi biasanya terbentuk dari rangkaian
konflikkonflik sebelumnya. Konflik kecil yang muncul dan diabaikan oleh
manajemen merupakan potensi munculnya konflik yang lebih besar dan
melibatkan kelompok-kelompok dalam organisasi. Umstot (1984)
menyatakan bahwa proses konflik sebagai sebuah siklus yang melibatkan
elemen-elemen : 1) elemen isu , 2) perilaku sebagai respon dari isu-isu
yang muncul, 3) akibat-akibat, dan 4) peristiwa-peristiwa pemicu. Faktor-
faktor yang bisa mendorong konflik adalah:
1) perubahan lingkungan eksternal,
2) perubahan ukuran perusahaan sebagai akibat tuntutan persaingan,
3) perkembangan teknologi,
4) pencapaian tujuan organisasi, dan
5) struktur organisasi.

Menurut Myer dalam Purnama (2000), terdapat tiga bentuk konflik


dalam organisasi, yaitu :
1) Konflik pribadi, merupakan konflik yang terjadi dalam diri setiap individu karena
pertentangan antara apa yang menjadi harapan dan keinginannya dengan apa
yang dia hadapi atau dia perolah,
2) Konflik antar pribadi, merupakan konflik yang terjadi antara individu yang satu
dengan individu yang lain, dan
3) Konflik organisasi, merupakan konflik perilaku antara kelompok-kelompok dalam
organisasi dimana anggota kelompok menunjukkan “keakuan kelompoknya” dan
membandingkan dengan kelompok lain, dan mereka menganggap bahwa
kelompok lain menghalangi pencapaian tujuan atau harapan-harapannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara
efektif dan efisien, maka diperlukan cara dan pendekatan yang strategis yaitu
strategi promosi kesehatan.
Secara umum strategi promosi kesehatan ini terdiri dari 3 hal, yaitu Advokasi
(Advocacy), Bina Suasana, dan Gerakan Masyarakat.
Dalam pemilihan srategi promosi kesehatan ada sendiri agar masyarakat lebih
mudah untuk mengingat dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam pemilihan strategi promosi kesehatanpun ada aturan-aturan tersendiri,
intinya adalah agar srategi promosi kesehatan program-programnya semakin
berkembang dan tidak salah sasaran.
Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu meningkatkan
kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka. Promosi kesehatan
merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan control dan
peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi kesehatan
merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan
kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang
jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki
prinsip, aspek, model, metode, media dan juga strategi dan akan diintervensikan
ketika dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat. Sehingga promosi
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan
ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam
prilaku kesehatan.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai
tenaga kesehatan dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan kesehatan
atau pendidikan kesehatan kita sebagai analis kesehatan dapatmencegah berbagai
penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, wiku. 2007. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Atmojo, noto. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Atmojo, noto. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.

Atmojo, noto. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Ewles, Linda. 2014. Promosi Kesehatan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai