DISUSUN OLEH
MAGISTER KESEHATAN
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………............... i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 5
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................... 5
1.4 Pertanyaan Kajian................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Promosi Kesehatan................................................................. 6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Strategi Promosi Kesehatan.............................................. 7
3.2 Aspek Komunikasi Dalam Promosi Kesehatan.................................... 7
3.3 Hambatan komunikasi dalam promosi kesehatan................................ 7
3.4 Konsep, Model, Metode dan Prinsip Penyuluhan Kesehatan.............. 9
3.5 Metode dan Media Promosi Kesehatan............................................... 14
3.6 Penerapan Promosi Kesehatan Di Tingkat Global............................... 16
3.7 Penerapan Promosi Kesehatan Di Sekolah, Tempat Kerja, Dan Keluarga
(Di Rumah).................................................................................................. 16
3.8 Penerapan promosi kesehatan di tempat kerja.................................... 18
3.9 Penerapan promosi kesehatan di lingkungan keluarga....................... 20
3.10 Strategi Advokasi Kesehatan.............................................................. 23
3.11 Strategi Bina Suasana........................................................................ 28
3.12 Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan.................... 32
3.13 Kemitraan............................................................................................ 36
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 43
4.2 Saran................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..….. 44
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Makalah ini selain digunakan untuk menyelesaikan tugas Dasar Promosi
Kesehatan, juga memiliki tujuan yang ditujukan kepada pembaca untuk
mengetahui tentang bagaimana strategi dalam promosi kesehatan.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian srategi promosi kesehatan, Aspek dan Hambatan
Komunikasi dalam Promosi Kesehatan
2. Dapat mengetahui bagaimana Konsep, Model, Metode dan Prinsip Penyuluhan
Kesehatan serta Strategi Advokasi Promosi Kesehatan
3. Dapat mengetahui bagaimana Metode, strategi media promosi kesehatan.
4. Dapat mengetahui bagaimana Strategi Pemberdayaan Promosi Kesehatan.
Dan Penerapan Promosi Kesehatan di Tingkat Global?
5. Dapat mengetahui bagaimana strategi Kemitraan Promosi Kesehatan dan
Penerapan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja, Sekolah dan Lingkungan
Keluarga
TINJAUAN PUSTAKA
3.7. Penerapan Promosi Kesehatan Di Sekolah, Tempat Kerja, Dan Keluarga (Di
Rumah)
A. Penerapan promosi kesehatan di Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama
1) Penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,
2) Pemeliharaan dan pelayanan di sekolah,
3) upaya pendidikan yang berkesinambungan.
Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Sebagai suatu
institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis
dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu
cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak
25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-
15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif
dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007). Dari segi populasi, promosi
kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak
sekolah dan masyarakat umum/keluarga. Apabila promosi kesehatan ditujukan
pada usia sampai dengan 12 tahun saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka
mereka akan mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hamper
100 juta populasi masyarakat umum yang terpajan promosi kesehatan.
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
1. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan
oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna
mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting
program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai
pihak yang akan menentukan kebijakan program, termasuk kebijakan yang
terkait dana untuk kegiatan.
2. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi
jalannya programpromosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai
pihak dapat saling belajar dan berbagi pengalaman tentang keberhasilan
dan kekurangan program, tentang cara menggunakan berbagai sumber
daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk
melakukan promosi kesehatan.
3. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus
dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus
diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program promosi
kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait dalam
rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program promosi kesehatan sekolah.
4. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun
usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program promosi
kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
5. Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan
penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian
merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan
di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk
melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.
3.8. Penerapan promosi kesehatan di tempat kerja
Promosi kesehatan dapat dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau tempat kerja
yang kondusif bagi karywan atau pekerjanya. Promosi kesehatan kerja adalah
upaya memberdayakan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan diri serta lingkungannya.
Promosi kesehatan menempatkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek,
sebagai pelaku bukan sasaran, dan aktif berbuat bukan pasif menunggu. Upaya
promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk
memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja
yang seha\t.
Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja adalah :
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masayarakat.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan
lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Secara mendasar promosi kesehatan di tempat kerja adalah perlu melindungi
individu (pekerja), lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan
berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang
memperhatikan kesehatan dan menggunakan pelayanan kesehatan yang ada
dapat mendukung terlaksananya promosi kesehatan di tempat kerja.
Keuntungan promosi kesehatan di tempat kerja, secara umum : Promosi
Kesehatan di tempat kerja mendorong tempat kerja dan tenaga kerja yang sehat
yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Sasaran dari Promosi Kesehatan Di tempat Kerja yakni :
a. Primer : Karyawan di tempat kerja.
b. Sekunder : Pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja.
c. Tersier : Pengusaha dan manajer/ Direktur.
Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
a. Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (Berhenti merokok,
Program Fitness, Meningkatkan nutrisi, pengurangan stress dll).
b. Program konsultasi dan penilaian resiko kesehatan di perusahaan.
c. Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan
khususnya membangun pernyataan misi promosi kesehatan perusahaan.
d. Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat,
responsif terhadap kebutuhan karyawan.
e. Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas rokok
dan minuman keras dan narkoba di tempat kerja.
f. Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan
pertemuan secara reguler.
g. Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam program
promosi kesehatan.
h. Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan
menghubungkan audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler dan
ambil langkah untuk identifikasi alamat area yang bermasalah.
i. Komunikasi secara reguler dengan karyawan untuk menghormati promosi
kesehatan
3.9. Penerapan promosi kesehatan di lingkungan keluarga
Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat telah ditetapkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan. Untuk melaksanakan pembangunan kesehatan
tersebut diperlukan pendekatan Promosi Kesehatan. Untuk mewujudkan perilaku
hidup bersih dan sehat ditetapkan visi Nasional Promosi Kesehatan yaitu “Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat”. Dalam implementasinya Promosi Kesehatan didukung
oleh tiga strategi yaitu pemberdayaan masyarakat, bina suasana dan advokasi.
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia, oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan. Status
kesehatan masyarakat antara lain ditentukan oleh Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Umur Harapan Hidup (UHH).
Angka kematian ibu yang tinggi sangat erat kaitannya dengan ditolong
tidaknya persalinan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan penyebab langsung
kematian bayi terbanyak disebabkan karena pertumbuhan janin yang sangat
lambat, kekurangan janin pada bayi, kelahiran premature dan berat bayi rendah.
Sedangkan untuk penyebab tidak langsung adalah kurangnya ibu yang
memberikan ASI secara eksklusif, sehingga banyak bayi yang mudah terkena
penyakit infeksi seperti diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Perubahan tingkat kesehatan juga memicu transisi epidemiologi penyakit,
yakni bertambahnya penyakit degenerasi atau dikenal dengan penyakit tidak
menular (PTM). Saat ini PTM seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes
mellitus merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan fisik yang
diderita oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Terjadinya PTM ternyata telah
mempunyai prakondisi sejak dalam kandungan dan masa pertumbuhan seperti
berat bayi lahir rendah, kurang gizi dan terjadinya infeksi berulang, juga diperberat
oleh perilaku tidak sehat. Perilaku tidak sehat yang saat ini menjadi tren gaya
hidup masyarakat antara lain merokok, kurang aktivitas fisik dan kurang
mengkonsumsi buah dan sayur.
Permasalahan di atas dapat di cegah dengan melaksanakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat khususnya di rumah tangga. Ini karena anggota rumah tangga
merupakan asset yang sangat potensial untuk diberdayakan dalam menjaga
memelihara kesehatan
Terdapat 10 indikator PHBS di dalam rumah tangga, yakni:
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Yang dimaksud tenaga kesehatan
disini seperti dokter, bidan dan tenaga paramedis lainnya. Hal ini dikarenakan
masih ada beberapa masyarakat yang masih mengandalkan tenaga non medis
untuk membantu persalinan, seperti dukun bayi. Selain tidak aman dan
penanganannya pun tidak steril, penanganan oleh dukun bayi inipun
dikhawatirkan berisiko besar dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi.
2) Memberi bayi ASI Eksklusif : Seorang ibu dapat memberikan buah hatinya ASI
Eksklusif yakni pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi mulai usia nol hingga enam bulan.
3) Menimbang Balita setiap bulan : Penimbangan bayi dan Balita setiap bulan
dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan Balita tersebut setiap bulan.
Penimbangan ini dilaksanakan di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) mulai
usia 1 bulan hingga 5 tahun. Setelah dilakukan penimbangan, catat hasilnya di
buku KMS (Kartu Menuju Sehat). Dari sinilah akan diketahui perkembangan
dari Balita tersebut.
4) Menggunakan Air Bersih : Gunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari
seperti memasak, mandi, hingga untuk kebutuhan air minum. Air yang tidak
bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit.
5) Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai
sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang
menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman. Cucilah tangan
setiap kali sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan,
seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum
memegang makanan maupun sebelum menyusui bayi.
6) Gunakan Jamban Sehat : Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Ada beberapa syarat untuk jamban sehat, yakni tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau, tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, tidak
mencemari tanah sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan,
dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan dan ventilasi udara yang
cukup, lantai kedap air, tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
7) Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik
Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat
perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC,
vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang
dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras,
Mengubur, Menutup).
8) Makan buah dan sayur setiap hari : Konsumsi sayur dan buah sangat
dianjurkan karena banyak mengandung berbagai macam vitamin, serat dan
mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari : aktifitas fisik, baik berupa olahraga
maupun kegiatan lain yang mengeluarkan tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup
agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.Jenis aktifitas fisik yang dapat
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci
pakaian, dan lain-lainnya.
10) Tidak merokok di dalam rumah : Di dalam satu puntung rokok yang diisap,
akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya, diantaranya adalah
nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO). Jika ada anggota keluarga yang
merokok (perokok aktif), terlebih di dalam rumah, maka asap yang dihasilkan
dari rokok tersebut tidak hanya berbahaya bagi perokok itu sendiri, melainkan
juga orang-orang disekitarnya (perokok pasif) yang tentu saja berefek buruk
bagi kesehatan. Rumah sebagai tempat berlindung bagi keluarga, termasuk
dari asap rokok. Oleh karena itu, perokok pasif harus berani menyuarakan
haknya untuk bebas dari kepulan asap rokok.
3.10. Strategi Advokasi Kesehatan
A. Pengertian Advokasi Kesehatan
Advokasi kesehatan adalah pendekatan kepada para pimpinan atau
pengambil keputusan agar dapat memberi dukungan, kemudahan,
perlindungan pada upaya pembangunan kesehatan.
B. Tujuan Advokasi Kesehatan:
1. Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang mendukung pembudayaan
perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Mempengaruhi pihak lain (program, sektor, LSM peduli
kesehatan,profesional) agar mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
melalui kemitraan dan jaringan kerja.
3. Meningkatkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah khususnya
kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.
4. Menggalang dukungan lewat pendapat umum melalui media komunikasi
tentang program perilaku hidup bersih dan sehat.
C. Luaran (Hasil yang diharapkan):
1. Adanya dukungan politik dari para pengambil keputusan baik dalam
bentuk instruktur/surat daran/surat keputusan maupun himbauan untuk
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Makin banyak LSM (lembaga swadaya masyarakat)yang peduli
kesehatan.
3. Adanya anggaran rutin yang dinamis dari APBD II dan sumber lain untuk
pelaksanaan PHBS di kabupaten/kota.
4. Adanya indikator PHBS dalam perencanaan daerah.
5. Fasilitas umum semakin merata terutama di daerah kumuh.
D. Sasaran
Sasaran advokasi meliputi sasaran kepada perorangan dan kepada
sasaran publik (masyarakat). Sasaran perorangan dapat dilakukan melalui
komunikasi interpersonal sedangkan untuk sasaran publik dilakukan
melalui media massa dan kampanye. Sasaran menurut jenjang
administrasi adalah :
1. Pengambilan kebijakan di tingkat pusat seperti : DPR (komisi 7),
parpol,Menteri Dirjen departemen terkait,BAPPENAS, Lembaga Donor
(WHO, World Bank, UNICEF, ADB), organisasi profesi, LSM Nasional
dan Internasional.
2. Pengambilan kebijakan di tingkat daerah/Propinsi seperti: DPRD (Komisi
E), parpol, BAPPEDA, Gubernur dan asisten kesejahteraan
rakyat,Ka.Din.Kes Tkt I, Lembaga donor, organisasi profesi, LSM
internasional, nasional dan propinsi.
3. Pengambil kebijakan di tingkat Kabupaten dan Kota seperti : DPRD
Kabupaten/Kota/Komisi E, parpol BAPPEDA, Bupati/Walikota dan Bagan
Kesejahteraan rakyat, Ka.Din.Kes Tkt I, Lembaga donor, organisasi
profesi, LSM, Institusi pendidikan, Institusi Kesehatan dan Non
Kesehatan, Lembaga swasta /industri (tempat umum dan tempat Akerja)
E. Metode Advokasi.
Kegiatan yang bernuansa advokasi dapat berupa :
1. Seminar sehari.
2. Orientasi.
3. Lobby.
4. Kampaye.
5. Penyuluhan.
6. Bentuk kegiatan lain yang sesuai.
F. Langkah-langkah Advokasi.
Secara umum menurut Jhon Hopkins University (JHU) advokasi
kesehatan ditempuh melalui kerangka advokasi yang memuat 6 langkah yaitu
1. Melakukan analisa
a. Identifikasi masalah.
b. Kebijakan yang ada.
c. Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan untuk
membuat kebijakan.
d. Perubahan kebijakan yang diinginkan oleh tingkat tertentu.
e. Stakeholder (mitra kerja) yang terkait dengan perubahan kebijakan.
f. Jejaring untuk penentu kebijakan dan pesan yang tepat.
g. Sumber daya yang memungkinkan untuk pelaksanaan kebijakan.
2. Menyusun Strategi.
a. Membentuk kelompok kerja PHBS.
b. Identifikasi sasaran primer dan sekunder.
c. Mengembangkan tujuan “SMART” (Specific/spesifik,
Measurable/dapat diukur, Appropriate/tepat, Realistic/nyata, Time
Bound/sesuai jadwal).
d. Menentu indicator.
e. Menyiapkan dukungan dana dan kebijakan pelaksana.
f. Menempatkan "issue” yang pantas mendapat dukungan dari penentu
kebijakan.
g. Merencanakan perbaikan sarana komunikasi.
3. Menggalang kemitraan (mobilisasi)
a. Menyusun POA (plan of action) bersama-sama.
b. Mendorong kemitraan.
c. Mendelegasikan tanggung jawab.
d. Merencanakan koordinasi peliputan berita dan data oleh media.
4. Tindakan/pelaksanaan
a. Melaksanakan rencana advokasi (POA).
b. Mengumpulkan mitra.
c. Menyajikan pesan yang tepat.
d. Menepati jadwal.
e. Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra.
5. Evaluasi.
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses
dan output) melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-kegiatan
yang seharusnya dilaksanakan, materi KIE yang telah diterbitkan dan
disebarluaskan serta produk-produk kebijakan yang diterbitkan.
6. Kesinambungan proses
Melaksanakan proses komunikasi secara terus menerus dengan
memanfaatkan hasil evaluasi.
Langkah-langkah berikut ini :
Persiapan
1. Identifikasi masalah dari data yang ada seperti :
a. Data 10 penyakit terbanyak di kabupaten/kota.
b. Status gizi.
c. Angka kesakitan.
d. Angka kematian.
e. Perlaku spesifik masyarakat yang terkait dengan perilakum
PHBS.
f. Data dasar (kualitatif dan kuantitatif) pengkajian PHBS.
g. Hasil pemetaan wilayah/klasifikasi PHBS tiap tatanan.
h. Rencana detail tat kota (RDTK) dan rencana umum tata ruang
kota (RUTRK).
2. Mempelajari kebijakan apa saja yang mendukung dan menghambat
program perilaku PHBS.
3. Mempelajari program komunikasi yang telah dilaksanakan dengan
menggali pengalaman dari orang lain tentang program komunikasi
yang telah dilaksanakan untuk dpat dimanfaatkan sebagai
pengalaman belajar dalam program PHBS.
H. Etika Advokasi
1. Mulai dengan sisi yang positif dari sasaran, minsalnya perhatian yang
ditunjukan kepada sasaran di bidang kesehatan yang merupakan
program unggulan.
2. Mau kompromi, sabar dan tegar serta tidak menyalahkan sasaran.
3. Pusatkan pada pesan pokok dengan bahasa yang menggugah.
4. Kemukakan hai-hal baru yang relavan dengan materi sasaran.
I. Kendala dalam Advokasi
1. Para pembuat kebijakan masih belum mempunyai persepsi yang sama
terhadap promosi kesehatan dan paradigma sehat.
2. Penyelenggara kesehatan masih mementingkan budaya kuratif.
3. Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap petugas
dalam upaya kesehatan.
J. Kiat untuk Advokator
1. Kiat advokator sebagai pengelola program.
1) Menetapkan, menerima tanggung jawab dan bekerjasama dalam tim.
2) Memahami misi, rician tujuan, menentukan apa/mana yang
diutamakan.
3) Tahu teknik yang tepat untuk menyamakan persepsi.
2. Kiat advokator sebagai pimpinan rapat atau kelompok kerja.
1) Sudah membuat persiapan yang rinci sebelum memimpin rapat,
semua yang harus hadir sudah diberi tahu sebelumnya, agenda rapat
dan akomodasi siap sedia.
2) Dia nomor satu diantara yang hadir (primus interpares), bukan tuan
besar yang sok resmi di tengah kelompok, melainkan seorang
pelayanan yang ceria dan ramah.
3) Dia membuat anggota tim tidak canggung bahkan membuat orang
lain percaya diri, bisa membuat yang pendiam dan pemalu berani
bicara serta menegahi yang agresif dengan tegar dan sikap
bersahabat.
4) Dia menguasai keadaan, tahu bahwa potensi setiap anggotanya
untuk mencapai sukses.
5) Dia menghargai orang lain dan memperlakukan semua orang
sederajat.
6) Dia pendengar yang baik.
7) Dia selalu antusias dan menaruh minat, terampil mengajukan
pertanyaan dn membagi pertanyaan.
8) Dia memulai rapat tepat waktu, menjelaskan maksud dan tujuan
dengan semangat dan membuat diskusi hidup, mampu menentukan
kapan rapat selesai.
3. Cara menyiapkan model media advokasi.
1) Media advokasi dapat dibuat sederhana, berupa tulisan, ilustrasi,
tetapi dapat juga dibuat canggih.
2) Inti pembicaraan harus jelas dan tidak terlalu banyak informasi.
3) Jika meminta sumbangan/bantuan sebutkan kgunaannya dan berupa
apa (fikiran,tenaga atau dana).
4) Tunjukkan aspek manuasiawi sehingga yang baca mau berbuat.
5) Desain harus bagus termasuk ukuran, gambar,/ilustrasi, huruf jika
menyajikan data ilmiah sajikan dengan bahasa sederhana,mantap
dan efektif.
6) Cantumkan logo.
7) Distribusikan media.
3.11. Strategi Bina Suasana
A. Pengertian Bina Suasana
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik
dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat, seperti : tokoh
masyarakat, tokoh agama, lembaga swadaya masyarakat, dunia
usaha/swasta, media massa, organisasi profesi, pemerintah dan lain-lain.
B. Tujuan
Diperolehnya berbagai pencipta opini yang ada di masyarakat ehingga
dapat menciptakan opini publik yang jujur, terbuka sesuai dengan norma
situasi, kondisi masyarakat yang mendukung tercapainya PHBS disemua
tatanan.
C. Luaran (Hasil yang diharapkan):
1. Terciptanya opini, etika, norma dan kondisi masyarakat yang ber
PHBS
2. Terciptanya dukungan kebijakan, fatwa, peraturan pemerintah,
peraturan daerah, surat keputusan, sumberdaya untuk PHBS
D. Sasaran
Sasaran bina suasana terbagi atas :
1. Sasaran individu
a. Anggota legislatif (Lembaga Perwakilan Rakyat)
b. Anggota Eksekutif (Lembaga Pemerintah)
c. Anggota Yudikatif (Lembaga Peradilan/Hukum)
d. Tokoh masyarakat, Tokoh adat
e. Tokoh Agama
f. Petugas
g. Kader
2. Sasaran kelompok-
a. Organisasi massa (organisasi pemuda, organisasi wanta,
organisasi agama, dan lain-lain)
b. Oganisasi profesi, dunia usaha/swasta
c. Kelompok peduli kesehatan
3. Sasaran massa/publik
Masyarakat yang bisa dijangkau melalui media massa (cetak
dan elektronik) seperti koran/majalah, radio dan TV baik pemerintah
maupun swasta serta media tradisional.
E. Metode Bina Suasana.
Metode bina suasana dapat berupa :
- Pelatihan
- Semiloka
- Konferensi pers
- Dialog terbuka
- Sarasehan
- Penyuluhan
- Pendidikan
- Lokakarya mini
- Pertunjukkan tradisional
- Diskusi meja bundar
- Pertemuan berkala di desa
- Kunjungan lapangan
- Studi banding
F. Langkah-langkah Kegiatan Bina suasana.
1. Persiapan
Identifikasi sasaran dalam upaya bina suasana dapat disebut
sebagai “mitra” kita harus dapat menentukan apakah daftar
sasaranyang kita miliki memenuhi syarat untuk menjadi mitra. Cara
untuk mengenal dan memilih mitr dikenal dengan “5c” yaitu :
a) Competent (kompetensi)
Apakah organisasi itu memiliki staf teknik dan manajemen yang
kuat?
Bila dibutuhkan tambah staf, apakah organisasi itu memiliki
aliran dana dan cadangan dana yang cukup, sistem akuntasi,
bank account dan pengauditan teratur?
Apakah telah memiliki pengalaman dalam kegiatan yang sama?
Apakah organisasi tersebut memiliki citra positif dan raputasi
untuk ketinggian mutu kerja?
b) Commitment (komitmen)
Apakah organisasi tersebut mendukung promkes?
Dapatkah mendukung dan berperan kuat dalam promkes?
c) Clout (relasi)
Apakah organisasi tersebut memiliki kotak atau akses ke
pembuat-pembuat kebijakan dan para tokoh yang berpengaruh
di masyarakat?
Apakah organisasi itu mendapat dukungan politis dalam
kegiatannya?
d) Coverage (jangkauan)
Apakah organisasi tersebut mampu menjangkau sasaran yang
telah ditetapkan, diberbagai wilayah, berbagai segmen seperti
demografi,psikografi dan sosial ekonomi.
e) Continuity (kesinambungan)
Sudah berapa lamakah organisasi ini melakukan kegiatan?
Sudah pernahkah menangani kegiatan yang serupa?
Apakah memiliki dasar kelembagaan dan sumberdaya untuk
jangka panjang?
Menyiapkan paket informasi (information kit) seperti
brosur,poster dan lain-lain
Metode atau cara yang dapat dilakukan
Waktu dan tempat
Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi
G. Pelaksanaan Kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan bina suasana mencangkup lomponen:
Ada forum komunikasi dan dokumentasi kegiatan.
Penyajian data yang selalu “up to date” atau terbaru.
Mengikuti kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang.
Menjalin hubungan yang serasi dan dinamis serta memegang prinsip-
prinsip kemitraan.
Menggalang sumber-sumber dana dan potensi yang ada dari masing-
masing mitra
H. Pemantauan dan Penilaian
Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan bina
suasana dilakukan dengan benar dan menghasilkan sasaran yang
diharapkan (POA) dengan menggunakan instrumen emantauan dan
penilaian dngan melihat luaran dalam bentuk opini, etika, norma-norma
atau kondisi yang ada di masyarakat. Kalau sudah ada, berarti kegiatan
bina suasana dapat dikatakan berhasil, begitupun sebaliknya.
I. Indikator Keberhasilan
a) Ada peningkatan jumlah kegiatan dan jaringan kemitraan.
b) Ada forum komunikasi.
c) Ada dokumentasi kegiatan.
d) Ada kesepakatan lisan dan tulisan.
e) Ada opini publik
J. Langkah-langkah Melaksanakan Bina Suasana serta Hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, wiku. 2007. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Atmojo, noto. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmojo, noto. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.