Oleh :
KELOMPOK IX
Icha Hanifa Firdhaus NIM. 182110101094
Alfina Devianti Putri NIM. 182110101116
Zilvi Fuadiyah Nur NIM. 182110101124
Indah Fara Kusuma NIM. 182110101127
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
2.2.6Langkah-Langkah Kegiatan................................................................. 10
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Promosi kesehatan menurut Ottawa Charter merupakan proses yang
memungkinkan individu mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya.
Untuk mencapai kesehatan jasmani, rohani, dan sosial yang sempurna,
seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan
aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi
dengan lingkungan. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan tenaga kesehatan
perlu melakukan beberapa tindakan dalam rangka tercapainya tujuan dari
diadakannya promosi kesehatan dalam masyarakat tersebut.
Tindakan tersebut perlu dilakukan mengingat adanya fakta yang
dikemukakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Buku
Panduan Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah kesehatan yang
menyatakan bahwa ada 10 provinsi di Indonesia yang masuk kedalam kategori
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) kesepuluh provinsi tersebut adalah
Aceh, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Munculnya DBK di Indonesia ini disebabkan oleh kesenjangan yang
terjadi antara pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat yang
diukur dengan menggunakan 24 indikator dari Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM). Berdasarkan indikator tersebut kendala yang
dijumpai DBK pada umumnya berkaitan dengan erat dengan faktor perilaku
masyarakat. Oleh karena itu, promosi kesehatan sangat diperlukan. Selain
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya menjaga
kesehatan dan pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,
promosi kesehatan juga berperan aktif dalam mencegah terjadinya penyakit
dan merubah perilaku masyarakat.
Terdapat 3 strategi dasar promosi kesehatan yang harus dipahami oleh
seorang promotor kesehatan yaitu, advokasi, bina suasana dan gerakan
pemberdayaan.
1
Gambar 1. Bagan Strategi Promosi Kesehatan
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana strategi promosi kesehatan advokasi?
b. Bagaimana strategi promosi kesehatan bina suasana?
c. Bagaimana strategi promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat?
d. Bagaimana kemitraan dalam promosi kesehatan?
e. Apa dan bagaimana contoh kasus dalam strategi promosi kesehatan?
f. Apa program kesehatan yang menggunakan strategi promosi kesehatan?
1.3 Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui strategi dalam melakukan promosi kesehatan
1.4 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang strategi advokasi kesehatan
b. Untuk mengetahui tentang startegi bina suasana
c. Untuk mengetahui tentang startegi pemberdayaan masyarakat
d. Untuk mengetahui contoh program promosi kesehatan yang menggunakan
strategi promosi kesehatan
2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Advokasi
2.1.1 Pengertian Advokasi
Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk
komunikasi persuasif. Sedangkan secara umum advokasi kesehatan dapat
diartikan sebagai pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan agar dapat memberikan dukungan, kemudahan, perlindungan pada
upaya pembangunan kesehatan.
Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam
program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984
sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan. WHO
merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu: 1) Advocacy, 2) Social
support, 3) Empowerment.
2.1.2 Tujuan Advokasi Kesehatan
a. Mempengaruhi peraturan dan kebijakan yang dapat menanamkan rasa
kesadaran akan hidup bersih dan hidup sehat, baik secara fisik maupun
mental.
b. Mempengaruhi pihak lain untuk meningkatkan jumlah kebijakan publik
berwawasan kesehatan, untuk meningkatkan opini masyarakat dalam
mendukung kesehatan, dan terpecahkannya masalah kesehatan secara
bersama dan terintegrasi dengan pembangunan kesehatan di daerah
melalui kemitraan dari pimpinan daerah.
c. Meningkatkan kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan
stakeholder.
2.1.3 Luaran
a. Timbulnya dukungan dari para pembuat kebijakan berupa instruksi/surat
edaran/surat keputusan maupun himbauan untuk melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat serta dengan memperhatikan kesehatan mental
masyarat di daerah sekitar Rumah Sakit Jiwa.
3
2.1.4 Sasaran
Sasaran advoksi dapat berupa sasaran perorangan dan sasaran kepada
masyarakat atau publik. Komunikasi interpersonal cocok dilakukan dalam
komunikasi perseorangan sedangkan untuk sasaran publik bisa dengan
menggunakan media massa dan kampanye. Sasaran berdasarkan jenjang
administrasi antara lain :
a. Pengambil kebijakan di tingkat pusat seperti Menteri atau Dirjen terkait,
BAPPENAS, DPR, organisai profesi, LSM tingkat nasional mapun
internasional.
b. Pengambil kebijakan tingkat daerah atau provinsi seperti DPRD, parpol,
Gubernur, Dinas Kesehatan tingkat I.
c. Pengambil kebijakan tingkat kabupaten/kota seperti DPRD
kabupaten/kota, Dinas Kesehatan, Organisasi profesi, Institusi atau
lembaga kesehatan maupun nonkesehatan.
2.1.5 Metode Advokasi
Kegiatan yang menerapkan advokasi dalam pelaksanannya antara lain :
a. Seminar sehari
b. Lobby
c. Orientasi
d. Sarasehan
e. Kampanye
f. Bentuk kegiatan lain yang sesuai.
2.1.6 Langkah-langkah Advokasi
Menurut Jhon Hopkins University (JHU) Advokasi kesehatan ditempuh
melaui kerangka advokasi yang memuat enam langkah yaitu :
1. Melakukan Analisa
Yang termasuk kedalam analisa adalah :
a. Identifikasi masalah
b. Kebijakan yang ada
c. Program-program komunikasi yang telah dilaksanakan untuk
membuat kebijakan
4
d. Perubahan kebijaksanaan yang diinginkan oleh tingkat tertentu
e. Stakeholder (Mitra kerja) yang berhubungan dengan perubahan
kebijakan
f. Jejaring untuk penentu kebijakan, pesan yang tepat
g. Sumberdaya yang memungkinkan untuk pelaksanaan kebijakan
2. Menyusun Strategi
Yang termasuk kedalam strategi adalah :
a. Identifikasi sasaran primer dan sekunder
b. Menganalisa elemen-elemen yang ada dalam analisis kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam kondisi yang ada.
c. Menentukan sasaran
d. Menetapkan media yang digunakan
3. Menggalang kemitraan (mobilisasi)
a. Mendorong kemitraan
b. Mendelegasikan tanggung jawab
4. Tindakan atau pelaksanaan
Mengacu pada rencana yang telah disusun berdasarkan hasil analisis,
persiapan strategi yang telah dituangkan dalam Plan of Action yang
dipersiapkan bersama mitra. Tindakan dalam pelaksanaan advokasi antara
lain :
a. Melaksankan rencana advokasi/POA
b. Mengumpulkan mitra
c. Menyajikan pesan yang tepat
d. Menepati jadwal
e. Mengembangkan jaringan komunikasi dengan mitra
5. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan cara mengukur capaian tujuan (Proses
dan output) bisa dengan pengecekan dokumentasi, materi yang diterbitkan,
serta produk kebijakan yang diterbitkan.
5
6. Kesinambungan proses
Melaksanakan proses komunikasi secara terus menerus dengan
memanfaatkan hasil evaluasi.
Langkah-langkah berikut ini bisa dijadikan contoh penerapan :
a. Persiapan
1. Identifikasi sasaran yang tepat seperti :
a) Menentukan teknik pengambilan sampel
b) Mencari kebijakan publik terkait
2. Mempelajari kebijakan yang mendukung ataupun yang menghambat
program penerapan perilaku hidup bersih dan hidup sehat baik bagi
kesehatan jiwa maupun fisik.
3. Mempelajari Program Komunikasi yang telah dilaksanakan dengan
menggali pengalaman orang lain. Hal-hal yang dapat digali antara lain :
a) Strategi yang berkelanjutan
b) Isu advokasi yang tajam
c) Sasaran yg spesifik
4. Mempelajari perubahan kebijakan yang ada
5. Menentukan mitra kerja terkait yang berpengaruh
6. Memanfaatkan dan menggali sumberdaya yang memungkinkan
7. Menyiapkan materi yang berkaitan serta menentukan metode advokasi
kesehatan
8. Berusaha menempatkan issue atau gagasan untuk mendapat dukungan dari
penentu kebijakan pada waktu yang tepat.
b. Pelaksanaan
1. Advokasi stakeholders dalam bentuk lobi politik berupa rapat dengan
pemangku kepentingan yang dilaksanakan setiap bulannya.
2. Presentasi atau seminar yang membahas mengenai masalah kesehatan di
depan pembuat keputusan baik lintas program maupun sektoral.
3. Melakukan rapat komite medik dengan para dokter sebulan sekali setiap
tahun.
4. Menyepakati dan menyimpulkan hasilnya.
6
2.1.7 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari respon individu ataupun kelompok
yang dapat berupa :
a. Terlibatnya pemangku kepentingan dalam rapat-rapat setiap bulannya
yang diadakan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi dengan stakeholder
terkait.
b. RSJD Dr. RM. Soedjarwadi berhasil membahas masalah kesehatan di
depan pembuat keputusan di lintas program maupun sektoral.
c. RSJD Dr. RM. Soedjarwadi mealkukan rapat komite medik dengan
dokter-dokter spesialis yang diadakan sebulan sekali setiap tahunnya.
2.1.8 Bentuk-bentuk Kegiatan Advokasi Menurut Sasaran
No Sasaran Alternatif Bentuk Kegiatan
b. Lokakarya
c. Loby (pendekatan)
d. Sarasehan
e. Rapat koordinasi
f. Dialog interaktif
b. Loby
c. Negosiasi
d. Presentasi
e. Koordinasi
3. Kemitraan a. Kampanye
b. Loby
c. Presentasi
d. Demonstrasi
e. Dialog interaktif
7
2.1.10 Kendala dalam Advokasi
Dalam melaksankan advokasi penerapan perilaku hidup bersih dan hidup
sehat baik dari segi mental maupun fisik di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
ditemukan kendala sebagai berikut :
a. Ada beberapa penyuluhan di daerah tertentu yang tidak menggunakan alat
elektronik.
b. Media-media yang digunakan telah disesuaikan dengan sasaran yang akan
menjadi penerima atau komunikan dari promosi kesehatan.
c. Hanya mengandalkan media massa sebagai media penyampaian pesan
kesehatan, sehingga komunikator tidak dapat mengetahui dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan promosi kesehatan tersebut.
d. Dalam hal lobi politik ada kendala berupa susahnya mendapatkan
kepercayaan dari sasaran tersier.
e. Dalam hal seminar dan atau presentasi memiliki kendala berupa
meyakinkan sasaran-sasaran yang dituju dalam membangun program
kesehatan.
f. Dalam asosiasi minat, kelompok sering kali sulit menerima pendapat atau
saran dalam suatu perkumpulan.
2.2 Bina Suasana
2.2.1 Pengertian
Bina Suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini
publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat.
Contohnya dalam organisasi non profit seperti pengajian dan karang taruna
yang menyampaikan satu visi.
2.2.2 Tujuan
Untuk memperoleh terciptanya opini yang ada di masyarakat
sekitar yang dapat menciptakan opini publik yang jujur, terbuka sesuai
norma situasi, dan kondisi masyarakat.
Contoh : dalam studi kasus, tujuan bina suasana adalah membina
suasana yang kondusif terhadap kesehatan terutama kesehatan jiwa dan
mental.
8
2.2.3 Luaran (Hasil Yang Diharapkan)
1. Terciptaya norma, etika, opini dan kondisi masyarakat yang sehat.
2. Terciptanya peraturan pemerintah, peraturan daerah, fatwa, serta
dukungan kebijakan.
Contoh : dalam studi kasus, masyarakat mampu menciptakan suasana
yang kondusif terhadap kesehatan jiwa dan mental.
2.2.4 Sasaran
Sasaran bina suasana terdiri atas :
a. Sasaran individu
1) Anggota Legislatif (Lembaga Perwakilan Rakyat)
2) Anggota Eksekutif (Lembaga Pemerintah)
3) Anggota Yudikatif (Lembaga Peradilan/hokum)
4) Tokoh Masyarakat, Tokoh adat
5) Tokoh Agama
6) Petugas (Provider)
7) Kader
b. Sasaran kelompok
1. Organisasi profesi, dunia usaha/swasta
2. Organisasi massa (organisasi pemuda, organisasi wanita,
organisasi agama)
3. Kelompok peduli kesehatan
c. Sasaran massa/publik
Masyarakat bisa di jangkau dengan media massa (cetak dan
elektronik) contohnya : koran/majalah, televisi, radio.
12
dalam bentuk opini, etika, norma dan kondisi yang ada di
masyarkat.
2.3 Gerakan Pemberdayaan
2.3.1 Pengertian
Strategi pemberdayaan masyarakat adalah cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma dan etika yang membuat
masyarakat mampu untuk berperilaku bersih dan sehat. Pemberdayaan
masyarkat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program
pendampingan masyarakat (community organizing and development),
karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, hingga evaluasi atau pengawasan program dapat dilakukan
secara maksimal. (Kholid, 2012)
Pemberdayaan juga bisa diartikan sebagai sebuah proses pemberian
informasi kepada keluarga atau kelompok dan individu secara terus
menerus dan berkesinambungan dengan mengikuti perkembangan
masyarakat serta proses membantu masyarakat supaya masyarakat berubah
dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu atau sadar serta dari tahu
menjadi mau dan dari mau menjadi mampu untuk melaksanakan program
kesehatan yang diperkenalkan.
2.3.2 Tujuan
Menumbuhkembangkan potensi masyarakat yang artinya semua
potensi yang dimiliki masyarakat perlu dioptimalkan untuk
mengembangkan, mendukung, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. (Kholid, 2012)
Contoh : dalam studi kasus di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi tujuan
melakukan startegi promkes pemberdayaan masyarakat adalah dengan
melibatkan masyarakat berperan dalam promosi kesehatan, masyarakat
yang awalnya tidak tahu menjadi tahu mengenai kesehatan jiwa dan
mental.
13
2.3.3 Hasil yang diharapkan
Yang diharapkan dari pelaksanaan startegi pemberdayaan
masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan
kemampuan masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup, harkat,
martabat serta derajat kesehatan masyarakat.
2. Peningkatan keberdayaan masyarakat berarti dapat meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan
diri dan memperkuat sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan dan peningkatan derajat kesehatan.
Contoh : dalam studi kasus RSJD Dr. RM. Soedjarwadi hasil yang
diharapkan adalah masyarakat paham dan mau untuk melaksanakan
program kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit yaitu penyuluhan
kesehatan pada masyarakat sekitar RSDJ untuk meningkatkan kesehatan
jiwa dan mental.
2.3.4 Sasaran
Sasaran dari pemberdayaan masyarakat adalah seluruh anggota
masyarakat baik secara kelompok, perseorangan, maupun tokoh
masyarakat yang menjadi panutan dalam setiap tatanan di masyarakat.
Contoh : dalam studi kasus RSJD Dr. RM. Soedjarwadi dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat terdapat 3 sasaran yaitu :
1) Sasaran Primer : pasien jiwa baik dari anak-anak, remaja
maupun dewasa. Selanjutnya keluarga pasien jiwa rawat
inap dan rawat jalan dan para pegawai di lingkungan
rumah sakit.
2) Sasaran Sekunder : kepala desa dan para tokoh masyarakat
desa yang dapat bekerjasama dengan rumah sakit dalam
mempromosikan kesehatan jiwa di daerah-daerah
perdesaan dengan kepala desa dan tokoh masyarakat
yang menjadi jembatan antara masyarakat dan IPKRS
rumah sakit.
14
3) Sasaran Tersier : dokter dan psikolog rumah sakit, LSM
bidang kesehatan jiwa, stakeholders rumah sakit, lurah,
bupati dan lain sebagainya yang turut berpartisipasi
dalam mempromosikan kesehatan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
2.3.5 Karakteristik Masyarakat
Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, perlu
memperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang
dikelompokkan sebgai berikut :
a) Masyarakat pemula (Crisis response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak mengetahui akan pentingnya
kesehatan dan belum didukung oleh fasilitas dan sarana prasaran
kesehatan.
b) Masyarakat setara (Coping Community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai
sehingga tidak dapat memelihara kesehatannya.
c) Masyarakat pembina (Caring Community)
Yaitu masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap
kesehatan. Misalnya dalam studi kasus LSM Kesehatan Jiwa,
Organisasi Profesi yang bergerak di bidang kesehatan terutama
kesehatan jiwa.
2.3.6 Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat
Dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat ada 5 langkah yaitu :
1. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat
Merupakan tahap awal dalam melakukan pemberdayaan
masyarakat sebelum implementasi program pada suatu wilayah.
Tokoh masyarakat merupakan kelompok penyaring terhadap suatu
inovasi yang akan masuk ke dalam suatu wilayah.
Cara melakukan pendekatan tokoh masyarakat dapat
melalui kunjungan rumah, pertemuan perorangan, pembicaraan
informal di berbagai kesempatan dan pertemuan lainnya. Setelah
15
melakukan pendekatan interpersonal, perlu diadakan pembahasan
bersama diantara para tokoh masyarakat tersebut, antara lain
melalui pertemuan khusus mengenai kesehatan serta forum
komunikasi.
Contoh : dalam studi kasus melakukan pendekatan terhadap
sasaran sekunder yaitu : kepala desa dan para tokoh masyarakat
desa yang dapat bekerjasama dengan rumah sakit dalam
mempromosikan kesehatan jiwa di daerah-daerah perdesaan
dengan kepala desa dan tokoh masyarakat yang menjadi jembatan
antara masyarakat dan IPKRS rumah sakit.
2. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenali keadaan dan
masalah dalam masyarakat, serta potensi yang dimiliki untuk
mengatasi masalah tersebut dengan melakukan kegiatan Survei
Mawas Diri (SMD).
Tujuan SMD agar masyarakat :
a. Menyadari pentingnya pengenalan situasi dan masalah
kesehatan setempat dalam perencanaan program.
b. Mengenal dan mempunyai kesamaan pengertian tentang
masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat.
c. Menyadari bahwa perilaku merupakan faktor penting dalam
timbulnya masalah kesehatan.
d. Mempunyai penegetahuan dan keterampilan dalam
memngumpulkan dan mengolah data secara sederhana.
Contoh : dalam studi kasus pengenalan masalah kesehatan
dilakukan dengan promosi kesehatan yang terdiri dari dropping
pasien atau pemulangan pasien, penyuluhan kesehatan di dalam
dan di luar gedung rumah sakit, home visit, family therapy
untuk dewasa ,anak, dan remaja. Selanjutnya temu pelanggan
dengan melibatkan keluarga pasien, seminar kesehatan jiwa
dengan komunikator para dokter umum maupun spesialis dan
16
juga psikolog. Serta promkesmen atau pameran kesehatan yang
dilaksanakan didalam maupun diluar gedung rumah sakit
dengan melibatkan hasil karya dari para pasien rehabilitan.
3. Perumusan upaya penanggulangan masalah oleh masyarakat
Pada langkah ini dilakukan dengan musyawarah mufakat.
Hal ini diperlukan untuk merumuskan upaya penanggulangan oleh
masyarakat yang merupakan kesepakatan masyarakat terhadap
prioritas masalah dan upaya penanggulangannya. Dalam
musyawarah masyarakat hadir para pimpinan, tokoh, dan anggota
masyarakat. Dalam pertemuan ini dilakukan penyampaian temuan
dari kegiatan perumusan upaya penanggulangan masalah oleh
masyarakat untuk kemudian dibahas bersama bagaimana upaya
mengatasinya.
Dalam menentukn prioritas masalah, yang bisa dilakukan antara
lain :
1) Kegawatannya yaitu besar kecilnya akibat yang ditimbulkan
oleh masalah dalam masyarakat.
2) Mendesaknya yaitu lebih menekankan soal waktu yang mana
bila tidak segera ditanggulangi akan menimbulakn akibat yang
serius.
3) Penyebarannya dimana semakin banyak penduduk dan semakin
luas wilayah yang terkena, maka akan menjadi semakin penting
ditanggulangi.
4) Sumberdaya yang dimiliki, yaitu kaitannya dengan kemampuan
yang diiliki masyarakat untuk mengatasi permasalahan baik
yang berkaitan dengan dana, sarana prasarana, tenaga maupun
teknologinya.
Contoh : dalam Studi Kasus, serangkaian program yang
dilakukan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi didalamnya
terdapat perumusan upaya peningkatan kesehatan mental dan
gangguan jiwa yang dilakukan dengan melibatkan masyarakat.
17
4. Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah oleh masyarakat
Merupakan rangkaian kegiatan sebagai penjabaran dari
perumusan upaya penanggulangan masalah, berdasarkan hasil
pengenalan masalah kesehaatan.
Pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah oleh masyarakat
dapat dibagi menjadi 3 kegiatan yaitu :
1) Mempersiapkan tenaga pelaksanaan
2) Melaksanakan apa yang direncankan
3) Menilai kegiatan yang sudah direncanakan
Contoh : dalam studi kasus RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, dalam
program-program yang sudah dilaksanakan, setelah melakukan
perumusan peningkatan kesehatan jiwa dan mental, maka
dilakukan upaya-upaya yang berkelanjutan untuk
meningkatkan kesehatan jiwa dan mental.
5. Pembinaan dan pengembangan
Dalam setiap pelaksanaan program harus dibina agar tenaga
pembangunan kesehatan desa berjalan dengan baik. Setelah
berjalan dengan baik, harus dilakukan pengembangan agar tidak
monoton dan menjadi semakin maju tingkat pencapaiannya. Dalam
pembinaan dan pengembangan juga bermaksud memantapkan dan
membina pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi para
tenaga pembangunan kesehatan desa dan masyarakat sendiri di
berbagai bidang khusus.
Contoh : dalam studi kasus RSJD Dr. RM. Soedjarwadi,
setelah dilakukan upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan jiwa
dan mental melalui berbagai program, maka dilakukan pembinaan
dan pengembangan agar masyarakat terbiasa sehingga tujuan
diadakannya program bisa tercapai.
2.3.7 Keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat
Berdasarkan studi kasus RSJD Dr. RM. Soedjarwadi,
keberhasilan kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat diandai
18
dengan : Terciptanya masyarakat yang mampu menjaga dan
meningkatkan kesehatan jiwa dan mental secara mandiri melalui
meningkatkan kesehatan jiwa dan mental secara mandiri melalui
program-program yang telah dilaksanakan.
2.4 Contoh Program Strategi Promosi Kesehatan
Analisis Jurnal
5W+1H
a. What (Apa)
Apa yang dibicarakan dalam studi kasus?
Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM.
Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
b. Who (Siapa)
Siapa yang menjadi objek penelitian?
Masyarakat sekitar rumah sakit Jiwa daerah Dr. RM. Soedjarwadi,
Provinsi Jawa Tengah
c. Where (Dimana)
Dimana studi kasus diteliti?
Rumah sakit jiwa Dr. RM. Soedjarwadi, Provinsi Jawa Tengah
d. When (Kapan)
Kapan artikel penelitian tersebut dipublikasikan?
1 Oktober 2017
e. Why (Mengapa)
Mengapa penelitian ini dilaksanakan?
Karena untuk mengetahui dan menganalisis straategi promosi kesehatan
dari program promosi kesehatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM.
Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah yaitu penyuluhan mengenai
kesehatan jiwa yang ditujukan kepada pasien maupun keluarga pasien,
penyuluhan dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran sehat
masyarakat sekitas Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi
Provinsi Jawa Tengah.
19
f. How (Bagaimana)
Bagaimana hasil penelitian terhadap strategi kesehatan dari program
Rumah Sakit Jiwa Daerah tersebut? Studi ini menemukan bahwa tim
PKRS daerah Rumah Sakit Jiwa Dr. RM. Soeedjarwadi Provinsi Jawa
Tengah menerapkan strategi promosi kesehatan. Pertama, advokasi
berupa lobi politik, seminar dan/atau presentasi dan advokasi media.
Kedua, dukungan sosial (Social Support) atau biasa disebut dengan
bina suasana, dimana strategi tersebut sebagai pengembangan atmosfir
atau menumbuhkan suasana yang kondusif. Pendirian atmosfer ini
terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu perkembangan atmosfir individu,
pengembangan atmosfir masyarakat dan suasana masyarakat. Ketiga,
pemberdayaan masyarakat (Empowerment Community) yang
merupakan proses pemberian informasi kepada kelompok, keluarga
dan invidu secara terus menerus. Dengan strategi promosi kesehatan,
akan membantu pihak rumah sakit dalam mewujudkan dan
meningkatkan kesadaran akan kesehatan dalam kehidupan masyarakat.
No Kategori Penjabaran
Pembahasan
1. Advokasi Advokasi pada penelitian ini lebih ditujukan kepada
stakeholders, namun masyarakat juga dijadikan
sebagai target sasaran. Advokasi untuk stakeholders,
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi melakukan dalam
bentuk:
a. Lobi politik, yaitu kegiatan yang dilakukan
melalui rapat-rapat dengan melibatkan pemangku
kepentingan yang diadakan setiap bulan.
b. Seminar dan atau presentasi, RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi membahas masalah kesehatan didepan
pembuat keputusan baik lintas program maupun
lintas sektoral.
20
.
c. Perkumpulan (asosiasi) minat, RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi melakukan rapat komite medik dengan
para dokter seperti dokter-dokter spesialis yang
diadakan sebulan sekali dalam satu tahun untuk
nantinya menghasilkan sebuah kebijakan yang akan
di terapkan pada masyarakat.
2. Bina Suasana Bina suasana di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
menggunakan media leaflet dan banner dalam
menjalankan promosi kesehatan. Bentuk strategi bina
suasana ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Bina suasana individu, PKRS RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi menjalin hubungan dengan para tokoh
masyarakat, TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial
Kecamatan), dan para dokter yang berada di
puskesmas-puskesmas daerah yang dituju dalam
penyuluhan kesehatan.
. b. Kedua adalah bina suasana kelompok, dimana
tim PKRS melakukan bina suasana kelompok
dengan kelompok masyarakat yang berada di daerah
Klaten, yaitu PWRI dengan melalui penyuluhan
ceramah.
c. Ketiga bina suasana publik, RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi melakukan promosi kesehatan dengan
memanfaatkan media komunikasi leaflet, brosur,
majalah, x-banner, buku agenda ide, direktori,
banner, spanduk, baliho, sticker, papan reklame, TV
kabel Sujarwadi, youtube, e-mail, website,
instagram, twitter, facebook, fax, undangan, poster,
dan bekerjasama dengan radio RSPD Kabupaten
Klaten.
3. Gerakan Kegiatan promosi kesehatan dengan menggunakan
Pemberdayaan strategi gerakan pemberdayaan ini terdiri dari
21
dropping pasien atau pemulangan pasien yang
dilaksanakan sebanyak 12 kali dalam setahun.
Selanjutnya, penyuluhan kesehatan yang
dilaksanakan sebanyak 26 kali dalam satu tahun
terdiri dari 16 kali penyuluhan di dalam gedung
rumah sakit dan 10 kali penyuluhan diluar gedung
rumah sakit. Kemudian, home visit, home visit
dilaksanakan sebanyak 20 kali dalam satu tahun.
Kegiatan yang selanjutnya adalah family therapy,
family therapy dilaksanakan sebanyak 12 kali dalam
satu tahun terdiri dari 8 kali terapi untuk dewasa dan
4 kali terapi untuk anak dan remaja. Selanjutnya
temu pelanggan, temu pelanggan dilaksanakan 2 kali
dalam satu tahun dengan melibatkan keluarga pasien.
Kemudian, seminar kesehatan jiwa sebanyak 2 kali
dalam satu tahun dengan komunikator para dokter
umum maupun spesialis dan juga psikolog. Terakhir
adalah promkesmen atau pameran kesehatan yang
dilaksanakan didalam maupun diluar gedung rumah
sakit dilaksanakan 1 kali dalam setahun dengan
melibatkan hasil karya dari para pasien rehabilitan.
Tabel 3. Hasil Analisis Jurnal
22
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan strategi promosi kesehatan kita perlu berpedoman
pada advokasi, bina suasana, gerakan pemberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
Dimana advokasi usaha untuk mempengaruhi kebijakan public dengan cara
komunikasi persuasif. Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk
pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok opini yang ada di
masyarakat. Sedangkan gerakan pemberdayaan masyarakat cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma dan etika yang membuat masyarakat
mampu untuk berperilaku bersih dan sehat. Sedangkan kemitraan dalam promosi
kesehatan dapat diartikan sebagai kerja sama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
3.2 Saran
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa strategi dalam promosi
kesehatan sangatlah penting bagi makhluk hidup. Sangat disarankan untuk
seseorang yang akan melakukan suatu program promosi kesehatan untuk
mengetahui dan memahami strategi promosi kesehatan. Disarankan pula untuk
penulis selanjutnya agar lebih melengkapi tulisan ini, karena kami menyadari
masih banyak kekurangan karena keterbatasan sumber.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Jurnal komunikasi
P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN: 2548-7647
Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
Mutia Dewi
Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Dr. RM. Rumah Sakit Soedjarwadi, Provinsi Jawa Tengah, sebagai
salah satu rumah sakit jiwa yang melayani penderita penyakit jiwa. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan
pelacakan data secara online. Studi ini menemukan bahwa tim PKRS daerah Rumah Sakit
Jiwa Dr. RM. Soeedjarwadi Provinsi Jawa Tengah menerapkan strategi promosi kesehatan.
Pertama, advokasi berupa lobi politik, seminar dan/atau presentasi dan advokasi media.
Kedua, dukungan sosial (Social Support) dimana strategi tersebut disebut sebagai
pengembangan atmosfir atau menumbuhkan suasana yang kondusif. Pendirian atmosfer ini
terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu perkembangan atmosfir individu, pengembangan atmosfir
masyarakat dan suasana masyarakat. Ketiga, pemberdayaan masyarakat (Empowerment
Community) yang merupakan proses pemberian informasi kepada kelompok, keluarga dan
invidu secara terus menerus. Dengan strategi promosi kesehatan, akan membantu pihak
rumah sakit dalam mewujudkan dan meningkatkan kesadaran akan kesehatan dalam
kehidupan masyarakat.
Abstract
Data collection that used in this study are observation, interviews, documentation and online
data tracking. This study found that PKRS team of region Mental Hospital Dr. RM.
Soeedjarwadi Central Java Province implements health promotion strategies. First from
advocacy in the form of political lobbying, seminars and/or presentations and media
advocacy. Second, social support (Social Support) where the strategy is referred to as the
development of atmosphere or foster a conducive atmosphere. Establishment of this
atmosphere is divided into three forms, the development of individual atmosphere,
community atmosphere development and public atmosphere building. Third, empowerment
community (Empowerment Community) which is the process of providing information to
the group, family and invidu continuously. With the health promotion strategy, it will help
the hospital in realizing and increasing awareness of health in the life of the community.
81
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
akan hidup sehat, baik jasmani maupun Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.
rohani. Tujuan komunikasi kesehatan itu Penyuluhan menekankan peranan
sendiri adalah sebagai sarana keluarga pasien dalam mempercepat
penyampaian informasi atau pesan proses penyembuhan. Selain itu,
mengenai kesehatan kepada masyarakat. kedisiplinan dalam minum obat juga
Komunikasi kesehatan secara praktis menjadi salah satu topik penting
memberikan kontribusi untuk promosi (www.rsjd-sujarwadi.jatengprov.go.id).
kesehatan, dan mencegah penyakit dalam Rumah sakit sebagai salah satu
suatu wilayah tertentu. Dengan adanya sarana dan prasarana untuk membantu
promosi kesehatan, akan membantu masyarakat dalam masa penyembuhan,
masyarakat untuk mengetahui berbagai memerlukan dukungan promosi kesehatan
hal mengenai informasi atau pesan-pesan yang dilakukan melalui strategi advokasi,
kesehatan yang ada, masalah kesehatan dukungan sosial, dan pemberdayaan
serta penanganan masalah kesehatan baik masyarakat. Ini karena dengan adanya
fisik maupun non fisik. promosi kesehatan akan membantu
Untuk mencapai sasaran dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan
promosi kesehatan, diperlukan strategi pentingnya hidup sehat, baik hidup sehat
sebelum menjalankan promosi kesehatan. secara fisik maupun mental. Penjelasan
Strategi promosi kesehatan tersebut terdiri tersebut menjadi alasan penulis untuk
dari advokasi, dukungan sosial, dan juga mengetahui strategi promosi kesehatann
pemberdayaan masyarakat. Baik rumah yang dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa
sakit umum maupun rumah sakit jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi dalam rangka
perlu adanya promosi kesehatan dengan meningkatkan kesadaran hidup sehat.
ketiga strategi tersebut supaya masyarakat Kemudian, faktor-faktor apa saja yang
dapat menanamkan rasa kesadaran pada menjadi pendukung dan penghambat
diri mereka sendiri akan hidup bersih dan dalam melakukan strategi promosi
sehat. kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. RM. Soedjarwadi?
Soedjarwadi mempunyai berbagai kegiatan Komunikasi memiliki pengertian
yang menunjang penyampaian informasi yang berbeda sesuai dengan bidang-bidang
kesehatan, baik untuk pasien jiwa dan non yang ada. Salah satunya adalah komunikasi
jiwa ataupun juga masyarakat. Salah kesehatan. Dalam kaitannya antara
satunya yang dilakukan baru-baru ini komunikasi dalam bidang kesehatan,
adalah penyuluhan mengenai kesehatan berfungsi sebagai peningkatan yang
jiwa yang ditujukan kepada pasien maupun dibutuhkan suatu elemen dalam upaya
keluarga pasien. Penyuluhan disampaikan meningkatkan kesetaraan dalam
oleh dr. Eni Kusumawati, Sp. KJ. M. Kes di kesehatan individu dan masyarakat.
83
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
Komponen komunikasi kesehatan meliputi karena peserta didik bersifat pasif dan
komunikator, pesan, dan komunikan. hanya pendidik yang aktif. Misalnya:
Definisi komunikasi kesehatan ceramah, film, leaflet, booklet, poster,
adalah studi yang mempelajari bagaimana dan siaran radio.
cara menggunakan strategi komunikasi 2. Metode Sokratif
dalam menyebarluaskan informasi atau Metode sokratif ini dilakukan dengan
pesan kesehatan yang dapat cara dua arah. Dengan menggunakan
mempengaruhi individu dan komunitas metode ini, kemungkinan antara
agar mereka dapat membuat keputusan pendidik dan peserta didik bersikap
yang tepat berhubungan dengan aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi
pemeliharaan kesehatan (Liliweri, 2007: kelompok, debat, panel, forum,
46). seminar, bermain peran, curah
Salah satu bentuk informasi pendapat, demonstrasi, studi kasus,
komunikasi kesehatan yang ditujukan lokakarya, dan penugasan perorangan.
untuk masyarakat adalah promosi
kesehatan. Promosi kesehatan bukan Selain itu, metode promosi kesehatan
hanya sebagai proses penyadaran berdasarkan teknik komunikasi, yaitu
komunitas yang ada di masyarakat dibagi sebagai berikut.
ataupun individu pemberian dan 1. Metode Penyuluhan Langsung
peningkatan pengetahuan dalam bidang Dalam metode penyuluhan langsung
kesehatan saja, tetapi juga merupakan para penyuluh langsung berhadapan
sebuah program kesehatan yang telah atau bertatap muka dengan sasaran.
dirancang untuk memperbaiki perubahan Termasuk disini antara lain adalah
perilaku, baik dalam masyarakat maupun kunjungan rumah.
organisasi. Promosi kesehatan dapat 2. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
dilakukan dengan metode dan media, Dalam metode penyuluhan tidak
sebagai berikut. langsung, para penyuluh atau
komunikator kesehatan tidak
a. Metode Promosi Kesehatan berhadapan atau bertatap muka
Secara garis besar, metode promosi secara langsung dengan komunikan.
kesehatan dibagi menjadi dua, yaitu Tetapi komunikator menggunakan
sebagai berikut. media sebagai perantara dalam
1. Metode Didaktif penyampaian pesan. Misalnya:
Metode didaktif ini didasarkan atau publikasi dalam bentuk media cetak
dilakukan dengan cara satu arah. (Wardani, Muyassaroh dan Ani,
Tingkat keberhasilan dari metode 2016: 9-10).
didaktif ini sulit untuk dievaluasi
84
Ratih Gayatri Setyabudi & Mutia Dewi, Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
87
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
88
Ratih Gayatri Setyabudi & Mutia Dewi, Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
89
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
90
Ratih Gayatri Setyabudi & Mutia Dewi, Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
91
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
92
Ratih Gayatri Setyabudi & Mutia Dewi, Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
93
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
94
Ratih Gayatri Setyabudi & Mutia Dewi, Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
95
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
dan 10 kali penyuluhan diluar gedung pasien. Kemudian seminar kesehatan jiwa
rumah sakit. Kemudian, home visit, home sebanyak 2 kali dalam satu tahun dengan
visit dilaksanakan sebanyak 20 kali dalam komunikator para dokter umum maupun
satu tahun. Kegiatan yang selanjutnya spesialis dan juga psikolog. Terakhir
adalah family therapy, family therapy adalah promkesmen atau pameran
dilaksanakan sebanyak 12 kali dalam satu kesehatan yang dilaksanakan didalam
tahun terdiri dari 8 kali terapi untuk maupun diluar gedung rumah sakit
dewasa dan 4 kali terapi untuk anak dan dilaksanakan 1 kali dalam setahun dengan
remaja.Selanjutnya temu pelanggan, temu melibatkan hasil karya dari para pasien
pelanggan dilaksanakan 2 kali dalam satu rehabilitan.
tahun dengan melibatkan para keluarga
.
Daftar Pustaka
96
Ratih Gayatri Setyabudi & Mutia Dewi, Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
Mubarak dan Chayatin. 2008. Ilmu Wardani, Ika Novita, Yanik Muyassaroh,
Kesehatan Masyarakat: Teori dan Murti Ani. 2016. Buku Ajar
Aplikasi. Jakarta: Penerbit Promosi Kesehatan Untuk
Salemba Medika. Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media.
Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar. Bandung: PT. Yatim, Riyanto. 1996. Metodelogi
Remaja Rosdakarya. Penelitian Pendidikan: Suatu
Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC.
Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi
Remaja Rosdakarya. Penelitian Sosial Dan Pendidikan
Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi
Nasir, Mohammad. 2003. Metode Aksara.
Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
97
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
Sari, Dian Andita. “Pengaruh Promosi Yusuf, Yusri, Muh. Syafar, dan
Kesehatan Tentang Perilaku Burhanuddin Bahar. “Analisis
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Strategi Promosi Kesehatan Di
Terhadap Sikap dan Perilaku Puskesmas Bambalamonu Dalam
Hidup Bersih dan Sehat Siswa Pembinaan Masyarakat Suku Da’a
Kelas III Di Sekolah Dasar Di Desa Kasaluang Kab. Mamuju
Tamansari I Wirobrajan Utara,” Jurnal MKMI, Vol. 6 No. 3
Yogyakarta Tahun 2010,” Skripsi (Juli, 2010), hal. 141-145.
Sarjana, Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah’, Yogyakarta,
2016.
Internet
98
Ratih Gayatri Setyabudi & Mutia Dewi, Analisis Strategi Promosi Kesehatan dalam Rangka Meningkatkan
Kesadaran Hidup Sehat oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
www.rsjd–sujarwadi.com/yankes/alur-
pelayanan (Diakses pada 20 Maret
2017)
www.rsjd-sujarwadi.com/kesehatan/hkjs-
2015-seminar-kesehatan-jiwa-
oleh-kak-seto (Diakses pada 11
Agustus 2017).
www.rsjd-sujarwadi.com/galeri-karya-
rehabilitan-soedjarwadi/ (Diakses
11 Agustus 2017).
https://free.facebook.com/public/Rsjd-
Soedjarwadi?_rdc=1&_rdr
(Diakses 30 Juli 2017).
99
Jurnal komunikasi, Volume 12, Nomor 1, Oktober 2017
100
[FORMAT NOTULENSI]
Jawaban : Proses pemberdayaan ini bisla dilakukan dengan cara sederhana, kita harus tau
dulu kurang memadainya dari segi apa, karena sejatinya pemberdayaan
masyarakat itu masyarakat menjadi tau, mau, dan mampu melaksanakan sebuah
program. Misalnya kurang memadai dari segi pengetahuan, ketika dilakukan
sebuah penyuluhan terdapat sasaran lansia. Misalnya dilakukan penyuluhan
tentang hipertensi, karena lansia tidak mengerti istilah ilmiah, maka menggunakan
istilah darah tinggi, dengan begitu jenis karakteristik masyarakat setara bisa
dilakukan pemberdayaan.
Namun, bila dilihat dari aspek melekatnya budaya dan adat istiadat masyarakat
Indonesia akan lebih efektif menggunakan advokasi. Karena masih banyaknya
masyarakat yg percaya akan tokoh2 yg ada di lingkungannya. Ketika kita berhasil
mengadvokasi tokoh tersebut kemungkinan besar kita juga bisa mengubah
perilaku masyarakat