Disusun oleh:
Sanaya Azizah Puteri 1710711079
Tiara Fadjriyaty 1710711081
Refiana Gunawan 1710711083
Siti Luthfia Awanda 1710711084
Mutiara Tobing 1710711085
Annisa Hilmy Nurafifah 1710711087
Dinda Triananda 1710711089
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Program Promosi Kesehatan ini ditulis untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
5. Dukungan Provinsi dan Pusat dalam Integrasi Promosi Kesehatan Program P2PTM
45
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 50
A. Simpulan ............................................................................................................................ 50
B. Saran .................................................................................................................................. 50
Daftar Pustaka............................................................................................................................... 51
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat yang berperilaku hidup sehat
dan hidup dalam lingkungan yang sehat , memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai wujud operasional promosi
kesehatan yang merupakan upaya mengajak, mendorong kemandirian masyrakat
berperilaku bersih dan sehat. PHBS sebagai salah satu pembentuk indikator indonesia
sehat 2010 perlu dicermati oleh berbagai pihak. Sepuluh indikator perilaku dan empat
indikator lingkungan. Yang termasuk indikator perilaku yaitu pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, balita diberikan ASI, tidak merokok, melakukan aktifitas fisik
setiap hari , makan dengan gizi seimbang (sayur dan buah setiap hari) dan mempunyai
jaminan pemeliharaan) dan mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan. Sedangkan
indikator lingkungan sehat meliputi tersedianya air bersih, jamban, kesesuaian luas
lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah (kedap air).
Selama ini promosi kesehatan sudah dilaksanakan oleh berbagai lintas proram
dan lintas sektor, namun disadari bahwa pelaksanaan promosi kesehatan masih belum
optimal. Penyelenggaraan promosi kesehatan belum terintegrasi secara baik dengan
program-program kesehatan, terutama pada tahap perencanaan sehingga
memungkinkan terjadi duplikasi yang mengakibatkan pemborosan dan kurangnya
koordinasi sehingga kurang sinkron dan sinergis dalam pelaksanaan promosi kesehatan.
Dampak lnjutan yang diakibatkan adalah rendahnya cakupan program-program
kesehatan.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari program promosi kesehatan.
2. Mengetahui program promosi kesehatan di Puskesmas.
3. Mengetahui program promosi gizi masyarakat.
4. Mengetahui program promosi lingkungan sehat.
5. Mengetahui program jaminan perlindungan kesehatan.
6. Mengetahui program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Program Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan suatu bentuk pendidikan yang berupaya agar
masyarakat berperilaku kesehatan yang baik. Bentuk pendidikannya yaitu dengan cara
persuasi, bujukan, imbauan, ajakan memberikan informasi atau memberikan kesadaran.
Pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu intervensi yang ditujukan kepada
perilaku, agar peilaku tersebut terbentuk untuk perilaku kesehatan yang baik. Promosi
kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau masyarakat
mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar
intervensi dan upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu
dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku tersebut (Notoatmodjo,
2014:56).
Menurut WHO promosi kesehatan adalah suatu proses yang bertujuan untuk
memungkinkan individu untuk meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
meningkatkan kesehatannya mengenai pemberdayaan diri.
Depkes (2004) menjelaskan bahwa promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyaraka, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, dengan kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan upaya mempengaruhi masyarakat agar
menghentikan perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan dengan perilaku
yang aman atau paling tidak beresiko rendah (Kholid A, 2012).
Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat
menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan 6ublic yang
berwawasan kesehatan (SK Menkes No. 1193/Menkes/SK/X/2014).
6
2. Program Kerja Promosi Kesehatan Puskesmas
Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar
masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebagai bentuk
pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah kesehatan
yang diderita maupun yang berpotensi mengancam. Strategi promosi kesehatan
untuk pembinaan PHBS adalah sebagai berikut.
a. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu,
keluarga atau kelompok secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan sasaran serta proses membantu sasaran, agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar, dari tidak
tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu melaksanakan periaku
yang diperkenalkan.
Contoh pemberdayaan individu, setiap ibu yang telah mendapat
pelayanan pengobatan untuk anak balitanya, dapat disampaikan tentang
manfaat menimbang anak balita secara berkala.
b. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial
yang mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan
sehat dan berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan.
c. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait berupa
tokoh masyarakat, penentu kebiajakn atau penyandang dana.
d. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun
bina suasna dan afvokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan
dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,
keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urasan
kesehatan (lintas 7ublic), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan
lain-lain. Kemitraan yang digalang harus berlandaskan pada tiga prinsip
dasar yaitu keetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan.
7
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehtan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.
Di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan
lingknugan harus dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolaan
air minum dan makanan yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak
merokok di dalam ruangan, dan lain-lain.
Di bidang kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktikkan
perilaku meminta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita
setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, menjadi akseptor keluarga berencana
dan lain-lain.
Di bidang gizi dan farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan gizi
seimbang, minum Tablet Tambah Darah selama hamil, air susu ibu (ASI) eksklusif,
egonsumsi Garam Beryodium dan lain-lain.
Sedangkan di bidang pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta
dalam jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan
upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM), memanfaatkan Puskesmas
dan fasilitas pelayanan kesehatan lain, dan lain-lain.
8
b. Standar sarana-prasarana promosi kesehatan puskesmas minimal sebagai
berikut:
1) Sarana-Prasarana
Flipcharts & stand 1 set, LCD Projector, amplifier & wireless
microphone, kamera foto, megaphon/Public Address System,
portable generator, tape/casset recorder/player, papan informasi.
2) Pendanaan
Pada unsur pendanaan promosi kesehatan puskesmas memang tidak
ditentukan standarnya, tetapi puskesmas/dinas kesehatan diharapkan
menyediakan anggaran yang cukup untuk melaksanakan kegiatan
promosi kesehatan di puskesmas.
9
3) Di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster, brosur,
peutaran film, pemutaran radio, tape recorder dan media lain yang
berisi penyakit dan cara pencegahannya serta berbagai jenis
pelayanan yang bisa diperoleh dipuskesmas tersebut.
c. Di Ruang Pelayanan KB & KIA
Jenis informasi yang disediakan antara lain adalah:
1) Petugas meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pasien tentang penyakit & obatnya serta pelayanan2 lain yang
berhubungan dengan bayi, anak, ibu hamil, ibu menyusui maupun
alat kontra sepsi.
2) Menyediakan berbagai media seperti lembar balik (flashcard),
poster, gambar-gambar, model anatomi dan brosur (leaflet)
khususnya masalah penyakit pada bayi, anak dan seputar kehamilan,
persalinan dan lain sebagainya termasuk informasi tentang Keluarga
Berencanan (KB).
3) Di ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster, brosur,
pemutaran film, pemutaran radio dan media lain yang berisi penyakit
dan cara pencegahannya serta berbagai jenis pelayanan yang bisa
diperoleh dipuskesmas tersebut terutama penyakit pada bayi dan
anak, pentingnya memeriksakan kehamilannya secara teratur, tablet
Fe bagi ibu hamil, imunisasi lengkap bagi bayi, tumbuh kembang
balita, KB dan lain sebagainya.
d. Di Ruang Perawatan Inap
Jenis informasi yang disediakan antara lain adalah:
1) Di tempat tidur dilakukan oleh petugas di tempat tidur kepada pasien
yang masih belum dapat atau masih belum bisa meninggalkan
tempat tidurnya, akan lebih efektif apabila menggunakan lembar
balik (flashcard) yang sedikit kalimatnya dan atau alat peraga yang
tepat lainnya.
2) Penggunaan bahan bacaan (biblioterapi) dilakukan dengan
peminjaman bahan2 bacaan dan atau bedside health promotion
dengan cara patugas membacakan bahan bacaan sambil melakukan
promosi kesehatan.
10
3) Penyuluhan berkelompok dilakukan kepada pasien atau keluarga
dikumpulkan pada suatu tempat (misalnya aula) dengan maksud
untuk meningkatkan pengetahuan serta mengubah sikap dan
perilaku sekaligus menjadi salah satu media sosialisasi antar pasien.
Kegiatan ini lebih bersifat menghibur, santai dan dapat diselingi
rekreasi (misalnya dihalaman puskesmas). Metode ini akan lebih
efektif menggunakan alat peraga atau media promosi yang bersifat
menghibur seperti simulasi atau permainan. Media yang bisa
digunakan antara lain; flipchart, poster, standing banner, laptop,
LCD projector dan lain sebagainya.
e. Pemanfaatan ruang tunggu Ruang tunggu yang memadai sangatlah cocok
untuk digunakan sebagai sarana untuk binasuasana bagi para pengunjung.
Di dalam ruang tunggu juga perlu disediakan berbagai media promosi
seperti poster, brosur, pemutaran film, pemutaran radio, TV dan media lain.
Pendekatan keagamaan Petugas kesehatan baik secara mandiri ataupun
melalui bantuan pemuka agama dapat mengajak pasien/keluarga untuk
berdoa sesuai keyakinan agamanya, menyediakan bahan bacaan
keagamaan, kitab suci dan membimbing membacanya atau membuat acara
keagamaan yang dilakukan secara personal maupun kelompok.
Frekwensinya bisa bersifat harian, mimgguan atau bulanan secara rutin.
f. Di Laboratorium
Umumnya pengunjung diruang ini tidak terlalu lama menunggu, oleh kerena
itu jenis informasi yang disediakan harus bersifat swalayan (self service)
seperti poster/standing banner yang dapat di baca dan leaflet yang dapat
diambil yang berisikan informasi tentang pentingnya penegakaan diagnosis,
manfaat screening kesehatan secara berkala, jenis pelayanan maupun pola
tarifnya dan lain sebagainya.
g. Di Kamar Obat
Jenis informasi yang disediakan di ruang ini adalah poster/standing banner
yang dapat di baca, leaflet yang dapat diambil, pemutaran TV, tape recorder
atau player yang berisikan informasi tentang manfaat obat generik &
keuntungan menggunakannya, kesabaran & kedisiplinan menggunakan obat
sesuai petunjuk dokter serta pentingnya Taman Obat Keluarga (TOGA).
11
h. Di Tempat Pembayaran
Sebelum pasien/keluarga pulang sebaiknya seluruh petugas memberi
pelayanan yang hangat sebagai salam perpisahan, ucapan terima kasih
maupun selamat jalan semoga bertambah sehat serta jangan lupa sampaikan
kapanpun membutuhkan pelayanan lagi jangan ragu-ragu untuk datang lagi
di Puskesmas anda. Akan lebih terkesan lebih baik apa bila fase terminasi
ini dimanfaatkan untuk promosi pelayanan dengan memberikan cindera
mata sederhana seperti, leaflet, kalender, buku saku, CD dan lain sebagainya
yang bermanfaat bagi kesehatan.
i. Di Klinik Khusus
Pada umumnya poliklinik khusus di puskesmas antara lain klinik gizi, klinik
sanitasi, klinik konsultasi remaja, klinik PHBS dan lain sebaginya. Oleh
karena itu promosi kesehatan yang paling efektif adalah berupa konseling
dengan didukung oleh semua media dan alat peraga diatas sesuai kebutuhan
masing-masing pasien/klien seperti; lembar balik, leaflet, poster, banner,
buku saku, CD, pantoom, TV dan lain sebagainya.
j. Di Halaman Puskesmas
Jenis informasi yang disediakan antara lain adalah:
1) Di Tempat Parkir
Karena tempat ini biasanya berupa lapangan parkir, sebaiknya
promosi kesehatan bersifat umum seperti himbauan ber-PHBS,
larangan merokok, larangan menyalahgunakan Narkoba, bahaya
napza dan lain sebagainya dengan menggunakan media
baliho/bilboard, spanduk dan media serupa lainya.
2) Di Taman Puskesmas
Taman puskesmas disamping diperlukan sebagai media
memperindah halaman dapat dijadikan sebagai model promosi
kesehatan dengan memberikan contoh-contoh Tanaman Obat
Keluarga (TOGA) dan contoh tanaman bergizi seperti sayuran dan
buah-buahan (warung hidup) sekaligus diberikan penjelasan
kandungan gizi maupun manfaatnya.
3) Di Dinding Puskesmas
Dinding puskesmas dapat dimanfaatkan untuk promosi kesehatan
dengan menggunakan poster dan media serupa lainnya yang ditata
12
seindah dan serapi mungkin (jangan terlalu banyak) yang berisi
pesan-pesan umum tentang kesehatan dan PHBS.
4) Di Pagar Puskesmas
Pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada waktu peringatan Hari
Kesehatan Nasional (HKN), hari tembakau, hari gizi dan lain
sebagainya, pagar dapat dimanfaatkan sebagai media promosi
melalui pemasangan spanduk, rontek, umbul-umbul atau bahkan
murral, semuanya harus dipertimbangkan agar tidak merusak
keindahan.
5) Di Kantin/Warung Kawasan Puskesmas
Di tempat ini sebaiknya pesan yang disampaikan berisikan tentang
makanan sehat, pesan gizi seimbang, keluarga sadar gizi dan PHBS
dengan menggunakan poster, neon box, leaflet, selebaran dan lain
sebagainya.
6) Di Tempat Ibadah
Di tempat ibadah (seperti musholla) akan lebih tepat digunakan
untuk menyampaikan informasi seputar kesehatan rokhani (jiwa)
dikaitkan dengan perintah-perintah agama dengan menggunakan
poster, neon box, leaflet, selebaran buku saku, bahan bacaan dan lain
sebagainya yang bersifat gratis.
13
d. Penggerakan dan pengorganisaian masyarakat melalui:
1) Kunjungan rumah
2) Pemberdayaan berjenjang
3) Pengorganisasian masyarakat melalui Survei Mawas Diri (SMD)
dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
14
2. Strategi Promosi Kesehatan di Berbagai Tatanan
Promosi kesehatan dengan program KIA difokuskan pada tatanan rumah tangga
dan institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai daya ungkit yang besar
untuk meningkatkan cakupan program KIA dan menurunnya angka kematian
ibu dan bayi.
15
a. Tatanan Rumah Tangga
1) Pemberdayaan Masyarakat
16
2) Bina Suasana
17
3) Advokasi
18
2) Bina Suasana
3) Advokasi
19
E. Integrasi dengan Program Gizi Masyarakat
1. Strategi Promosi Kesehatan
Integrasi promosi kesehatan dengan program gizi masyarakat di fokuskan
tatanan rumah tangga dan tempat - tempat umum yang mempunyai daya ungkit
yang besar untuk meningkatkan cakupan peningkatan pemberian ASI (PP ASI).
a. Tatanan Rumah Tangga
1) Pemberdayaan Masyarakat
a) Sosialisasi tentang peningkatan penggunaan (PP) ASI yang
ditujukan untuk Tokoh masyarakat, Kader, dan masyarakat.
Dengan tujuan agar masyarakat peduli dan mendukung PP
ASI, sebagai sarana menyampaikan informasi PP ASI pada
masyarakat, dan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk
mendorong ibu-ibu untuk memberikan ASI.
b) Peningkatan perilaku ibu dalam pemberian ASI yang
ditujukan kepada ibu dan keluarga, dan di harapkan ibu
memberikan ASI eksklusif dan ASI sampai anak 2 tahun
kemudian ibu memberikan MP ASI setelah bayi berusia 6
bulan dan keluarga mendorong ibu untuk PP ASI.
c) Peningkatan kemampuan petugas puskesmas yang di tujukan
kepada petugas gizi, bidan, petugas promkes, yang di
harapkan mampu melatih Toma, dan kader untuk
pelaksanaan PP ASI. Sehingga masyarakat lebih mengetahui
mengenai manfaat ASI, makanan untuk memperbanyak ASI.
d) Pengembangan produksi dan distribusi media PP ASI yang
di tujukan kepada ibu kader, Toma, dan masyarakat umum.
Sehingga tersedianya dan terdistribusikannya media PP ASI.
Diberikannya pedoman lain untuk di sebar luaskan dan
dijadikan pengingat guna memudahkan masyarakat
memahami PP ASI.
e) Penyusunan panduan PP ASI untuk petugas puskesmas
ditujukan pada petugas puskesmas sehingga dapat
menggalakkan PP ASI.
20
f) Pemantauan dan evaluasi melihat hasil dari setiap kegiatan
dan menilai hasil yang didapat setelah menjalankan kegiatan
tersebut untuk kemudian hari menjadi bahan evaluasi.
2) Bina Suasana
a) Lokakarya PP ASI
b) Pembentukkan tim/jejaring PP ASI kab/kota
c) Pembentukkan kelompok kelompok pendukung PP ASI dari
berbagai para mitra
d) Penggalangan kemitraan dengan media massa
e) Pemberian penghargaan
f) Pemantauan dan evaluasi
21
3) Advokasi
a) Advokasi kebijakan PP ASI di kab/kota yang di tujukan
kepada pemimpin di daerah atau kota tersebut eperti
(Bupati/Walikota, DPRD, dan Bapeda) untuk mereka
membuat kebijakan PP ASI di kab/kota menetapkan alokasi
anggaran kemudian membentuk tim/jejaring PP ASI.
b) Advokasi kepada pimpinan rumah sakit/ sarana pelayanan
kesehatan di tujukan kepada pimpinan di Rumah Sakit atau
pimpinan sarana pelayanan kesehatan sehingga dapat
membantu dukungan pelaksanaan PP ASI.
c) Pemantauan dan evaluasi kegiatan advokasi dari setiap
kebijakan yang telah di berikan di evaluasi untuk
kesinambungan dan perbaikan program PP ASI
F. Integrasi dengan Program Lingkungan Sehat
1. Tujuan Program
Meningkatnya prosentase rumah tangga yang menggunakan air bersih, jamban,
menempati rumah tidak padat penghuni, cukup ventilasi dan berlantai kedap air
menjadi 80% pada tahun 2010.
22
d. Melakukan advokasi kepada para pengambil keputusan di provinsi dan
kabupaten/kota agar memberikan dukungan terhadap upaya meningkatnya
mutu lingkungan hidup dan rumah tangga sehat.
e. Mengembangkan media promosi lingkungan rumah tangga sehat
23
a. Strategi dalam Program Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih dan Jamban
1) Tatanan Rumah Tangga
a) Pemberdayaan Masyarakat
24
25
b) Bina Suasana
26
c) Advokasi
27
2) Tatanan Institusi Pendidikan
a) Pemberdayaan Masyarakat
28
b) Bina Suasana
c) Advokasi
29
3) Tatanan Tempat-tempat Umum (Pasar, tempat ibadah, tempat rekreasi, bandara, terminal bus, stasiun kereta api, mall,
dll)
a) Pemberdayaan Masyarakat
30
b) Bina suasana
c) Advokasi
31
b. Strategi dalam Program Rumah tidak Padat Penghuni, Berlantai Kedap Air dan Mempunyai Ventilasi
1) Tatanan Rumah Tangga
a) Pemberdayaan masyarakat
32
b) Bina Usaha
c) Advokasi
33
G. Program Jaminan Perlindungan Kesehatan
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem
Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional
ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam
sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak (Kemenkes-RI, 2014).
Kepersertaannya wajib bagi seluruh penduduk Indonesia, dengan tujuan agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Diharapkan dengan
adanya JKN seluruh rakyat Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dasar
sehingga meningkat kualitas kesehatannya baik secara individu maupun secara
kelompok.
34
2. Strategi Promosi Kesehatan di Berbagai Tatanan
a. Tatanan Rumah Tangga
1) Pemberdayaan Masyarakat
2) Bina Suasana
35
3) Advokasi
36
2) Bina Suasana
3) Advokasi
37
2) Bina Suasana
3) Advokasi
38
5) Melakukan bimbingan dan bantuan teknis berkaitan dengan
pengembangan Jaminan Kesehatan.
6) Melakukan monitoring evaluasi dan penanganan keluhan.
b. Dukungan Pusat
1) Mengembangkan kegiatan dan kebijakan yang mendukung
pelaksanaan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional program Jaminan Kesehatan.
2) Memantau pelaksanaan program JPKMM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin) tingkat Provinsi/
Kabupaten/ Kota.
3) Mengembangkan kebijakan atau peraturan daerah yang
berkaitan dengan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan yang
terkendali biaya dan mutu.
4) Mempersiapkan dukungan dan anggaran, sumber daya.
5) Mengembangkan model Jaminan Kesehatan bagi Generasi
Muda (pelajar, mahasiswa, pramuka), dan sector informal.
6) Melakukan bimbingan dan bantuan teknis berkaitan dengan
pengembangan Jaminan Kesehatan.
2. PTM di Indonesia
Bangsa Indonesia dihadapkan pada salah satu tantangan besar dalam
pembangunan manusia yaitu masalah penyakit tidak menular (PTM) yang
diprediksikan prevalensinya akan meningkat terus dalam dua dekade ke depan.
Bila tidak dilakukan upaya penanggulangan yang efektif, maka PTM akan terus
menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama di Indonesia serta menjadi
beban ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat/keluarga.
39
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit
tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen
kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah. 73%
kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya
karena penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6%
oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh
PTM lainnya (data WHO, 2018).
Atas dasar hal tersebut di atas, maka dipandang sangat penting untuk
diterbitkannya Pedoman Manajemen Program Pencegahan dan Pengendalian
PTM (P2PTM) sebagai acuan penyelenggaraan program yang
berkesinambungan sehingga upaya yang dilakukan kepada masyarakat lebih
tepat dan berhasil guna.
40
f. Konsumsi alkohol berbahaya: >=5 standard per hari. Satu standar adalah
setara dengan 1 gelas bir (285 ml)
41
menular dengan penyesuaian berdasarkan kebutuhan dan kemampuan
yang ada.
42
43
44
5. Dukungan Provinsi dan Pusat dalam Integrasi Promosi Kesehatan Program
P2PTM
a. Dukungan Provinsi
1) Mensosialisasikan Undang-Undang atau peraturan pemerintah
yang terkait dengan:
d) Penanggulangan masalah merokok
e) Peningkatan konsumsi sayur dan buah
f) Peningkatan aktivitas fisik
2) Menegakkan penerapan Undang-Undang dan peraturan
pemerintah terkait dengan hal tersebut di atas serta
mengadvokasi kabupaten/kota untuk menerbitkan peraturan
daerah guna memperkuat aplikasinya di lapangan.
3) Menggalang dukungan lintas public, swasta, dunia usaha, dan
mitra potensial lainnya baik di provinsi maupun di
kabupaten/kota dengan membentuk jejaring P2PTM untuk
mengoptimalkan sumber daya yang ada di provinsi,
kabupaten/kota dalam pencegahan dan penanggulangan PTM.
4) Membentuk opini public tentang perlunya pencegahan dan
penanggulangan PTM segera dilakukan.
5) Secara aktif mengembangkan pendekatan berbasis komunitas
dan budaya spesifik untuk mencegah dan menanggulangi
penyakit tidak menular.
45
6) Mendorong dan memfasilitasi penyebarluasan informasi ke
berbagai kelompok yang potensial, seperti kelompok media
massa, dunia usaha/swasta, kelompok TOMA/TOGA,
organisasi pemuda, wanita, profesi, dan lain-lain untuk
mendorong keterlibatan ublic-unsur tersebut secara aktif daam
upaya P2PTM.
7) Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya model-model
pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan PTM.
8) Mendorong keterlibatan dan kepedulian terhadap pencegahan
dan penanggulangan PTM dalam bentuk kelompok pendukung
penderita diabetes, kelompok pendukung penderita jantung,
kanker, dll.
9) Meningkatkan berbagai gerakan masyarakat untuk mendukung
upaya pencegahan dan penanggulangan PTM seperti: gerakan
membudayakan olahraga di RT RW, desa, dan kelurahan,
gerakan membudayakan makan sayur dan buah setiap hari, serta
menciptakan budaya menegur perokok di tempat umum, rumah
tangga, tempat kerja, dll.
10) Melakukan kampanye penanggulangan masalah merokok,
peningkatan konsumsi sayur dan buah nusantara, peningkatan
aktivitas fisik.
11) Memacu organisasi-organisasi kemasyarakatan untuk lebih aktif
lagi mengajak berbagai kelompok masyarakat untuk
membudayakan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari.
12) Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya gerakan-gerakan
masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan PTM,
khususnya yang terkait dengan penanggulangan masalah
merokok, peningkatan konsumsi sayur dan buah, serta
peningkatan aktivitas fisik.
13) “Setting public agenda” dengan banyak mengangkat peristiwa-
peristiwa penting yang menarik perhatian public misalnya
gerakan berhenti merokok selama seminggu, gerak jalan ublic,
46
lomba memasak menu sehat dengan bahan utama sayur dan
buah-buahan, dll.
b. Dukungan Pusat
1) Menetapkan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang
menyangkut rokok untuk mengatur:
a) Larangan iklan rokok di berbagai media massa.
b) Larangan menjual rokok kepada anak-anak di bawah
umur (< 18 tahun).
c) Larangan merokok di tempat umum, sekolah, kawasan
perkantoran, dll.
d) Menyediakan fasilitas khusus merokok di tempat-tempat
umum.
e) Larangan untuk mempromosikan dan mendistribusikan
rokok secara gratis melalui berbagai bentuk acara
kesenian maupun olahraga.
f) Menaikkan cukai rokok untuk mendukung upaya
penanggulangan masalah rokok.
2) Menetapkan kebijakan yang mendukung gerakan masyarakat
dalam peningkatan konsumsi sayur dan buah, seperti:
a) Menjaga ketersediaan serta stabilitas harga sayur dan
buah sehingga tetap terjangkau oleh tingkatan
masyarakat.
b) Membudayakan konsumsi sayur dan buah di masyarakat.
c) Menetapkan peraturan dan kebijakan menyangkut
peningkatan aktivitas fisik.
d) Menetapkan peraturan untuk perencanaan tata kota
dengan infrastruktur yang menunjang/ mendukung
terciptanya budaya aktivitas fisik di masyarakat (adanya
pedestrian walk, lapangan tempat berolahraga, taman-
taman rekreasi, dll).
3) Di tatanan sarana kesehatan, diharapkan untuk:
a) Memantapkan infrastruktur dan manajemen pelayanan
pencegahan dan penanggulangan PTM.
47
b) Meningkatkan mutu pelayanan dan menitikberatkan
pelayanan pada upaya komprehensif penanggulangan
PTM.
c) Meningkatkan kapasitas tenaga di bidang pelayanan
kesehatan mulai dari tingkat puskesmas, RS tipe B, RS
tipe A, maupun RS rujukan.
4) Di tatanan rumah tangga, diharapkan dapat mendorong
keterlibatan dan kepedulian terhadap pencegahan dan
penanggulangan PTM dalam bentuk kelompok pendukung
penderita diabetes, kelompok pendukung penderita jantung,
kanker, dll.
5) Di tatanan institusi pendidikan, diharapkan:
a) Menyusun kurikulum pendidikan budi pekerti dan
kesehatan secara terpadu untuk kelompok murid SD,
SMP, dan SMA di mana ditekankan pentingnya
penerapan perilaku sehat dan budaya malu untuk
mecelakakan/ membahayakan orang lain (seperti
merokok di tempat umum, di rumah maupun di
kendaraan umum).
b) Memperbaiki kurikulum pendidikan tenaga kesehatan
seperti dokter, dokter gigi, tenaga laboratorium, tenaga
farmasi, dll dengan penekanan pada misi untuk
melakukan upaya promotive dan preventif sebagai
standar profesionalisme di bidangnya.
6) Di tatanan tempat umum, diharapkan untuk mendorong
keterlibatan aktif media massa untuk menjalankan misi sbb:
a) Membentuk opini public tentang perlunya pencegahan
dan penanggulangan PTM segera dilakukan.
b) Memberikan public pressure (penekanan public) agar
pemerintah, LSM, organisasi profesi, dunia usaha,
swasta memberikan perhatian yang besar terhadap PTM
dan segera bergerak bersama untuk menanggulangi PTM
dan membudayakan gaya hidup sehat.
48
c) Setting public agenda dengan banyak mengangkat
peristiwa-peristiwa penting yang menarik perhatian
public misalnya gerakan berhenti merokok selama
seminggu, gerak jalan ublic, lomba memasak menu sehat
dengan bahan utama sayur dan buah-buahan, dll.
d) Membentuk opini para pengelola tempat-tempat umum
untuk mendukung gerakan gaya hidup sehat di tempat-
tempat umum.
49
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
B. Saran
Dalam melakukan promosi kesehatan kita harus menjaga hubungan dengan
klien, agar isi dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan
oleh klien.
50
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2017). Rencana Aksi Strategi
Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (RAN PP-PPTM)
ISBN 978-602-416-240-5. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2006. Panduan Integrasi Promosi
Kesehatan di Kabupayen/Kota. Jakarta: Depkes.
51