Salah satu jenis bencana adalah bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor (UU RI, 2007).
Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
Gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung berapi atau
runtuhan batuan (UU RI, 2007).
Gempa bumi yang terjadi di suatu daerah akan menyebabkan daerah tersebut mengalami
keadaan darurat yang dapat mengakibatkan kehidupan sehari-hari masyarakatnya menjadi
terganggu dan bahkan dapat mengancam nyawa. Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 3
Tahun 2016, keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan menganggu
kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang memerlukan tindakan
penanganan dengan segera dan memadai. Penanganan tersebut dilakukan untuk mengendalikan
ancaman/penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan (BNPB, 2016).
Dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tahapan yang paling penting ada di tahap
penanggulangan pada 72 jam pertama pasca gempa bumi tersebut terjadi. Dalam 72 jam pertama
tersebut dilakukan beberapa tindakan antara lain dilakukannya penilaian cepat, penyelamatan
dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar serta perlindungan terhadap kelompok rentan.
1. Penilaian Cepat
Saat terjadi gempa bumi di daerah, maka BPBD Kabupaten/Kota perlu menugaskan
staf (TRC) untuk turun langsung ke lokasi bencana guna mengetahui dampak gempa bumi
tersebut. Hal pertama yang dilakukan oleh TRC adalah melakukan penilaian cepat.
Penilaian cepat adalah serangkaian kegiatan tanggap darurat bencana yang dilakukan oleh
Tim Reaksi Cepat (TRC). Dalam tahap ini TRC melakukan pengumpulan data terkait
gempa bumi di daerah tersebut. Berdasarkan Petunjuk Teknis Pengumpulan Data dan
Informasi Bencana oleh BNPB, data yang dikumpulkan adalah informasi-informasi yang
berisi hal-hal berikut:
a. Kejadian bencana
Data pada kejadian bencana dapat didapatkan dari pengamatan dan validasi BPBD
Kabupaten/Kota, investigasi lapangan, survey, media, laporan dari masyarakat,
BMKG, Badan Geologi, dll.
1) Jenis bencana : berisi jenis kejadian bencana, misalnya gempa bumi.
2) Tanggal kejadian : berisi tanggal saat terjadinya gempa bumi
3) Waktu Kejadian : berisi waktu terjadinya gempa bumi. Apakah gempa bumi
tersebut terjadi untuk yang pertama kali atau tidaknya harus dicatat. Durasi dan
frekuensi dari gempa bumi tersebut juga harus dicatat.
4) Lokasi bencana : berisikan dengan di mana gempa bumi tersebut terjadi
(Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan), cakupan gempa bumi (gempa
bumi menyebar ke lokasi yang cukup luas, misal dari Kota A sampai Kota B), dan
koordinatnya (bisa diukur menggunakan GPS atau telepon seluler).
5) Penyebab bencana : berisikan pemicu terjadinya gempa bumi, misal tumbukan
antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung berapi atau runtuhan batuan.
6) Deskripsi : berisikan data/informasi yang terperinci melalui kata-kata atau
tulisannya yang bertujuan agar informasi tersebut dimengerti oleh orang lain yang
tidak mengalami dan merasakan langsung kejadian gempa bumi tersebut.
Data/informasi yang diberikan bisa berupa magnitud (Skala Richter), kedalaman
pusat gempa (km) dan lokasi pusat gempa (bisa ditandai di dalam lampiran peta).
b. Korban Jiwa
Data korban jiwa akibat gempa bumi bisa didapatkan dari pengamatan dan validasi
BPBD, laporan dari instansi/organisasi lain, laporan dari relawan, cross check dengan
media, laporan dari rumah sakit atau puskesmas, dan laporan dari warga.
1) Jumlah korban : berisikan total jumlah korban untuk setiap kategori yang
dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin.
2) Data korban
a) Meninggal : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, ahli
waris/keluarga korban dan keterangan (jika perlu) korban yang meninggal.
b) Hilang : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, ahli waris/keluarga
korban dan keterangan (jika perlu) korban yang hilang.
c) Luka berat : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, status medis
(dirujuk/dirawat), dan lokasi perawatan (RS/puskesmas/posko).
d) Luka ringan : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, dan keterangan
(jika perlu) korban yang mengalami luka ringan.
e) Lokasi pengungsian : berisikan kode lokasi (sesuai kesepakatan internal BPBD
masing-masing), alamat pengungsian, jenis bangunan pengungsian (misal:
sekolah, balai desa, lapangan, rumah ibadah, dsb.), kapasitas (jumlah maksimal
orang yang bisa ditampung), serta koordinator/penanggung jawab lokasi
pengungsian tersebut beserta nomor teleponnya.
f) Jumlah pengungsi : berisikan jumlah penderita/terdampak yang dibedakan
berdasarkan usia dan jenis kelamin.
c. Kerusakan
Data kerusakan akibat gempa bumi bisa didapatkan dari pengamatan dan validasi
BPBD, laporan dari instansi/organisasi lain, laporan dari relawan, cross check dengan
media, laporan dari rumah sakit atau puskesmas, dan laporan dari warga.
Data yang diperoleh dari hasil survey ini kemudian dapat dituangkan dalam format
standar BNPB yaitu Formulir Kejadian Bencana. Formulir Kejadian Bencana memiliki isi
yang komprehensif, sangat dianjurkan untuk BPBD Kabupaten/Kota agar mengadopsi
formulir ini saat menyiapkan Laporan Kejadian Bencana, baik kepada Bupati/Walikota,
Gubernur, maupun kepada Pemerintah Pusat.
Daftar Pustaka
JICA Project Team. (2014). Pentunjuk Teknis Pengumpulan Data dan Informasi Bencana.
Proyek Peningkatan Kapasitas Penanggulangan Bencana bagi BNPB dan BPBD.