Anda di halaman 1dari 7

Siti Luthfia Awanda 1710711084

A. Penanggulangan Bencana dalam 72 Jam Pertama

Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana,


bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan mesyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Salah satu jenis bencana adalah bencana alam. Bencana alam adalah bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor (UU RI, 2007).

Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
Gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung berapi atau
runtuhan batuan (UU RI, 2007).

Gempa bumi yang terjadi di suatu daerah akan menyebabkan daerah tersebut mengalami
keadaan darurat yang dapat mengakibatkan kehidupan sehari-hari masyarakatnya menjadi
terganggu dan bahkan dapat mengancam nyawa. Menurut Peraturan Kepala BNPB Nomor 3
Tahun 2016, keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang mengancam dan menganggu
kehidupan dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang memerlukan tindakan
penanganan dengan segera dan memadai. Penanganan tersebut dilakukan untuk mengendalikan
ancaman/penyebab bencana dan menanggulangi dampak yang ditimbulkan (BNPB, 2016).

Dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tahapan yang paling penting ada di tahap
penanggulangan pada 72 jam pertama pasca gempa bumi tersebut terjadi. Dalam 72 jam pertama
tersebut dilakukan beberapa tindakan antara lain dilakukannya penilaian cepat, penyelamatan
dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar serta perlindungan terhadap kelompok rentan.

1. Penilaian Cepat
Saat terjadi gempa bumi di daerah, maka BPBD Kabupaten/Kota perlu menugaskan
staf (TRC) untuk turun langsung ke lokasi bencana guna mengetahui dampak gempa bumi
tersebut. Hal pertama yang dilakukan oleh TRC adalah melakukan penilaian cepat.
Penilaian cepat adalah serangkaian kegiatan tanggap darurat bencana yang dilakukan oleh
Tim Reaksi Cepat (TRC). Dalam tahap ini TRC melakukan pengumpulan data terkait
gempa bumi di daerah tersebut. Berdasarkan Petunjuk Teknis Pengumpulan Data dan
Informasi Bencana oleh BNPB, data yang dikumpulkan adalah informasi-informasi yang
berisi hal-hal berikut:
a. Kejadian bencana
Data pada kejadian bencana dapat didapatkan dari pengamatan dan validasi BPBD
Kabupaten/Kota, investigasi lapangan, survey, media, laporan dari masyarakat,
BMKG, Badan Geologi, dll.
1) Jenis bencana : berisi jenis kejadian bencana, misalnya gempa bumi.
2) Tanggal kejadian : berisi tanggal saat terjadinya gempa bumi
3) Waktu Kejadian : berisi waktu terjadinya gempa bumi. Apakah gempa bumi
tersebut terjadi untuk yang pertama kali atau tidaknya harus dicatat. Durasi dan
frekuensi dari gempa bumi tersebut juga harus dicatat.
4) Lokasi bencana : berisikan dengan di mana gempa bumi tersebut terjadi
(Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan), cakupan gempa bumi (gempa
bumi menyebar ke lokasi yang cukup luas, misal dari Kota A sampai Kota B), dan
koordinatnya (bisa diukur menggunakan GPS atau telepon seluler).
5) Penyebab bencana : berisikan pemicu terjadinya gempa bumi, misal tumbukan
antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung berapi atau runtuhan batuan.
6) Deskripsi : berisikan data/informasi yang terperinci melalui kata-kata atau
tulisannya yang bertujuan agar informasi tersebut dimengerti oleh orang lain yang
tidak mengalami dan merasakan langsung kejadian gempa bumi tersebut.
Data/informasi yang diberikan bisa berupa magnitud (Skala Richter), kedalaman
pusat gempa (km) dan lokasi pusat gempa (bisa ditandai di dalam lampiran peta).
b. Korban Jiwa
Data korban jiwa akibat gempa bumi bisa didapatkan dari pengamatan dan validasi
BPBD, laporan dari instansi/organisasi lain, laporan dari relawan, cross check dengan
media, laporan dari rumah sakit atau puskesmas, dan laporan dari warga.
1) Jumlah korban : berisikan total jumlah korban untuk setiap kategori yang
dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin.
2) Data korban
a) Meninggal : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, ahli
waris/keluarga korban dan keterangan (jika perlu) korban yang meninggal.
b) Hilang : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, ahli waris/keluarga
korban dan keterangan (jika perlu) korban yang hilang.
c) Luka berat : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, status medis
(dirujuk/dirawat), dan lokasi perawatan (RS/puskesmas/posko).
d) Luka ringan : berisikan data nama, alamat, jenis kelamin, usia, dan keterangan
(jika perlu) korban yang mengalami luka ringan.
e) Lokasi pengungsian : berisikan kode lokasi (sesuai kesepakatan internal BPBD
masing-masing), alamat pengungsian, jenis bangunan pengungsian (misal:
sekolah, balai desa, lapangan, rumah ibadah, dsb.), kapasitas (jumlah maksimal
orang yang bisa ditampung), serta koordinator/penanggung jawab lokasi
pengungsian tersebut beserta nomor teleponnya.
f) Jumlah pengungsi : berisikan jumlah penderita/terdampak yang dibedakan
berdasarkan usia dan jenis kelamin.
c. Kerusakan
Data kerusakan akibat gempa bumi bisa didapatkan dari pengamatan dan validasi
BPBD, laporan dari instansi/organisasi lain, laporan dari relawan, cross check dengan
media, laporan dari rumah sakit atau puskesmas, dan laporan dari warga.

1) Kerusakan bangunan : berisikan nama Kecamatan, Desa, atau jika memungkinkan


hingga tingkat Dusun/Desa serta jumlah kerusakan untuk tiap jenis bangunan.
2) Kerusakan lintas sektor : berisikan nama Kecamatan, jenis kerusakan yang
dikelompokan menjadi rusak berat, rusak sedang, rusak ringan, serta total
kerusakan keseluruhan beserta satuannya (misal : unit, hektar, km).
d. Fasilitas umum yang masih bisa digunakan
Data fasilitas yang masih dapat digunakan bisa didapatkan dari pengamatan dan
validasi BPBD, laporan dari instansi/organisasi lain, laporan dari relawan, cross check
dengan media, dan laporan dari warga.
1) Akses ke lokasi bencana : berisikan informasi jalan/akses transportasi yang
tersedia dari dan menuju lokasi bencana, baik via darat, sungai/laut atau udara.
2) Sarana transportasi : berisikan informasi berupa perubahan fungsi jalur transportasi
dalam rangka tanggap darurat, tuliskan juga di dalam uraian (misalnya: jalan xx
diubah menjadi satu arah, transportasi laut diarahkan ke pelabuhan xx), apakah
sarana transportasi umum beroperasi normal atau tidak dan apakah ada sarana
transportasi khusus untuk evakuasi atau shuttle, dsb.
3) Jalur komunikasi : berisikan informasi apa saja jalur/metode komunikasi yang
berfungsi, misal jalur telepon darat, jaringan telepon seluler, jaringan internet,
radio, dsb.
4) Keadaan jaringan listrik : kondisi jaringan listrik, tuliskan juga jika ada
pengurangan/ pembatasan daya ataupun pemadaman sementara untuk mencegah
kebakaran.
5) Keadaan jaringan air/ air Bersih : berisikan informasi keadaan jaringan air, baik air
sumur warga, air PDAM, irigasi, yang bisa digunakan oleh warga untuk kebutuhan
sehari-hari selama masa tanggap darurat.
6) Fasilitas kesehatan : berisikan informasi tentang rumah sakit, puskesmas dan
posko kesehatan yang beroperasi. Tuliskan juga jika ada keterangan seperti: RS
mana yang kapasitasnya sudah penuh.
e. Upaya penanganan darurat yang telah dilakukan
Data ini berisikan uraian upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan terhadap
korban dan kerusakan akibat bencana, baik oleh BPBD, warga atau Instansi/
Organisasi lainnya. Misalnya Kepala Desa dan sebagian warga telah berkeliling dan
menganjurkan masyarakat untuk berada di ruang terbuka.
f. Sumber daya
Data ini berisikan informasi ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota, berapa yang masih diperlukan, dan berapa
selisih/kekurangannya. Untuk mendapatkan data ini bisa didapatkan dari pengamatan
dan validasi BPBD Kabupaten/ Kota dan laporan dari instansi/ organisasi lain.
g. Relawan yang dimobilisasi
Data tentang relawan bisa didapatkan dari pendataan BPBD Kabupaten/ Kota,
laporan dari instansi/ organisasi lain serta laporan dari organisasi relawan/ donor.
1) Relawan nasional : berisikan data relawan nasional yang terlibat dalam
penanganan bencana berdasarkan asal organisasi, keahlian, jumlah relawan, lokasi
penempatan, tugas relawan dan keterangan (jika perlu).
2) Relawan internasional : berisikan data relawan nasional yang terlibat dalam
penanganan bencana berdasarkan asal organisasi, keahlian, jumlah relawan, lokasi
penempatan, tugas relawan dan keterangan (jika perlu).
h. Penerimaan bantuan
Data tentang relawan bisa didapatkan dari pendataan BPBD Kabupaten/ Kota,
laporan dari instansi/ organisasi lain serta laporan dari organisasi relawan/ donor.
1) Bantuan dalam negeri : berisikan data bantuan yang berasal dari dalam negeri,
yaitu tanggal penerimaan bantuan, asal bantuan, jenis bantuan (misal: uang, beras,
tikar, tenda, masker, dsb), jumlah bantuan dan satuannya, serta keterangan (jika
perlu).
2) Bantuan luar negeri : berisikan data bantuan yang berasal dari luar negeri, yaitu
tanggal penerimaan bantuan, asal bantuan, jenis bantuan (misal: uang, beras, tikar,
tenda, masker, dsb), jumlah bantuan dan satuannya, serta keterangan (jika perlu).
3) Pendistribusian : berisikan data jenis logistik/peralatan, spesifikasi, jumlah,
satuan, tujuan (tempat) distribusi, serta keterangan (jika perlu). Data ini bisa
didapatkan dari laporan bidang logistik/ distribusi dari Struktur Komando
Tanggap Darurat.
i. Potensi bencana susulan
Data ini bisa didapatkan dari BMKG, PVMBG, lembaga berwenang lainnya, tim Ahli
dan diiskusi dengan akademisi/ praktisi. Data ini berisikan uraian tentang potensi
bencana susulan (pasca bencana).

Data yang diperoleh dari hasil survey ini kemudian dapat dituangkan dalam format
standar BNPB yaitu Formulir Kejadian Bencana. Formulir Kejadian Bencana memiliki isi
yang komprehensif, sangat dianjurkan untuk BPBD Kabupaten/Kota agar mengadopsi
formulir ini saat menyiapkan Laporan Kejadian Bencana, baik kepada Bupati/Walikota,
Gubernur, maupun kepada Pemerintah Pusat.

2. Penyelamatan dan Evakuasi


Salah satu tahap penanggulangan bencana adalah penyelamatan dan evakuasi korban.
Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban bencana dari lokasi bencana ke tempat
yang aman dan atau penampungan pertama untuk mendapatkan tindakan penanganan lebih
lanjut (BNPB, 2010). Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan, dan Evakuasi, dalam
menyelamatkan dan mengevakuasi korban ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh
tim evakuasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a. Cepat dan tepat; bahwa dalam operasi pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban
bencana dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
b. Dapat diandalkan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
dilakukan oleh TRC yang handal.
c. Prioritas; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana harus
diutamakan kepada korban gawat darurat dan kelompok rentan.
d. Koordinasi; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
didasarkan pada pembagian tugas yang jelas dan saling mendukung.
e. Keterpaduan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
dilaksanakan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerjasama
yang baik dan saling mendukung sesuai dengan peraturan kebencanaan yang ada.
f. Berhasil guna; bahwa dalam kegiatan pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban
harus berhasil, khususnya dalam mengatasi kesulitan korban bencana dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
g. Transparansi; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan.
h. Akuntabilitas; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
i. Kemitraan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana harus
melibatkan berbagai pihak secara seimbang.
j. Pemberdayaan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
dilakukan dengan melibatkan masyarakat korban bencana secara aktif.
k. Non-diskriminasi; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras,
aliran politik maupun golongan.
l. Non-proletisi; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi korban bencana
dilarang menyebarkan agama atau keyakinan.
m. Keselamatan; bahwa dalam pencarian, pertolongan, dan evakuasi, keselamatan petugas
diutamakan.

Tim yang melakukan penyelamatan dan evakuasi adalah TRC penanggulangan


bencana. Tujuan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi :
a. Menemukan lokasi bencana, korban manusia, dan harta benda yang hilang atau yang
dikhawatirkan akan hilang akibat bencana.
b. Menolong korban bencana yang sakit akibat bencana.
c. Memindahkan korban dari lokasi bencana ke tempat yang aman.

Mekanismenya terdiri dari 3 tahap, yaitu pencarian, pertolongan dan evakuasi.


Mekanisme dari setiap tahap adalah sebagai berikut :

a. Pencarian Kegiatan pencarian dilakukan dengan langkah-langkah :


1) Tim pencarian menuju lokasi bencana setelah mendapat informasi kejadian
bencana dan mendapat komando dari komandan tanggap darurat.
2) Memetakan kondisi cuaca, geografis, topografis, dan keadaan awal akibat bencana;
3) Menentukan lokasi bencana dan luas dampak bencana serta mengadakan
pembagian daerah pencarian, dengan membuat batasan lokasi bencana berdasarkan
klasifikasi tiga wilayah penanggulangan:
a) Ring I yaitu daerah tempat terjadinya bencana, kemungkinan ditemukan korban
paling banyak dan bahaya, serta kemungkinan munculnya bencana susulan;
b) Ring II yaitu daerah sekitar terjadinya bencana yang masih dimungkinkan
ditemukan korban;
c) Ring III yaitu daerah yang relatif aman untuk dijadikan tempat evakuasi
sementara.
4) Memetakan kondisi serta jumlah korban : korban selamat, dan korban sakit.
Pemetaan kondisi korban sakit menggunakan triase empat tingkat yaitu : (1) hijau,
tidak gawat tidak darurat, (2) kuning, gawat tidak darurat, (3) merah, gawat
darurat, (4) hitam, meninggal dunia. Untuk kepentingan penyelidikan dan
penyidikan perlu dilakukan identifikasi korban oleh pihak yang berwenang ,
terutama bagi korban bencana tertentu. (Misalnya: terorisme, kegagalan teknologi,
dan lain-lain).
5) Mengidentifikasi dan mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan dalam
pertolongan dan evakuasi korban bencana.
6) Mengidentifikasi sumberdaya lokal dan potensi risiko sekunder bagi keselamatan
korban dan penolong.
7) Melaporkan kegiatan pencarian secara berkala per 3 jam atau per 6 jam atau sesuai
kondisi.
b. Pertolongan Kegiatan pertolongan dilakukan dengan langkah-langkah:
1) Tim menyusun rencana pertolongan;
2) Tim penolong menuju lokasi bencana bersama tim pencarian dengan terlebih
dahulu mempelajari batasan klasifikasi tiga wilayah penanggulangan yang telah
ditetapkan oleh Tim Pencarian;
3) Memberikan pertolongan pertama kepada korban bencana di tempat kejadian;
4) Pengobatan sementara kepada korban bencana di tempat kejadian;
5) Melakukan rujukan bagi korban yang memerlukan tindakan lebih lanjut;
6) Melaporkan kegiatan pertolongan secara berkala per 3 jam atau per 6 jam atau
sesuai kondisi.
c. Evakuasi Kegiatan evakuasi dilakukan dengan langkah-langkah:
1) Tim evakuasi menuju lokasi bencana bersama tim pencarian dan tim penolong;
2) Memindahkan korban bencana keluar dari sumber bencana ke tempat yang lebih
aman untuk mendapat tindakan selanjutnya;
3) Memberikan pengobatan sementara kepada korban bencana selama dalam
perjalanan;
4) Memberikan dukungan sosial dan psikologis kepada korban bencana;
5) Melaporkan kegiatan evakuasi secara berkala per 3 jam atau per 6 jam atau sesuai
kondisi.

Daftar Pustaka

BNPB. (2010). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13


Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan, dan Evakuasi. Jakarta : Kepala
BNPB

BNPB. (2016). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3


Tahun 2016 Tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana. Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1777. Jakarta : Kepala BNPB.

JICA Project Team. (2014). Pentunjuk Teknis Pengumpulan Data dan Informasi Bencana.
Proyek Peningkatan Kapasitas Penanggulangan Bencana bagi BNPB dan BPBD.

Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66.
Jakarta : Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai