A.
1
Balutan
Persiapan
1) Memakai alat pelindung diri dan memastikan keamanan
penolong, korban dan lingkungan
Penilaian
Ya Tidak
2.
20
Ket
21
Ternate,. 20..
Pengawas Praktikum
()
RESTRAIN (PENGIKATAN)
22
1.1 Definisi
Restrain adalah tindakan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanik
atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
Indikasi
1. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
3. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
4. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri.
5. Ancaman terhadap integritas tubuh pasien
Prinsip-prinsip pengikatan
1) Pengikatan harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan klien yang mendasar
seperti : BAB, BAK, makan, minum.
23
2) Semua pengikatan akan membatasi pergerakan klien maka harus bekerja sama
dengan dokter.
3) Pengikatan tidak boleh digunakan sebagai hukuman atas mendisiplikan klien.
4) Pengikatan harus memperhatikan privasi klien
1.4 Prosedur Tindakan
No
1.
Persiapan Alat
1. Pengikat
2. Alat TTV (jika diperlukan)
Pelaksanaan
a. Protokol pengikat
3. Pengkajian fisik klien
4. Jelaskan berulang-ulang apa yang terjadi
sebelum pengikatan
5. Jelaskan bahwa perawat membantu mengontrol
perilaku klien
6. Pilih alat pengikat yang baik dan nyaman
7. Pengikat dilakukan di tempat tidur, bukan di sisi
tempat tidur, beri bantal.
8. Cek setiap 15-30 menit termasuk tanda vital.
9. Lakukan gerakan anggota gerak setiap 2 jam.
10. Beri makan minum yang teratur dan obat-obatan
sesuai program.
11. Atus posisi tubuh klien saat makan dan minum
12. Bantu BAB, BAK, dan kebersihan diri
b. Protokol Pelepasan Ikatan
13. Katakan pada klien bahwa perawat akan
melepaskan ikatan, bila klien tidak mengulangi
perbuatan atau dapat mengontrol perilakunya.
14. Buatlah kontrak/ atau perjanjian dengan klien
bahwa perawat akan melakukan pengikatan
kembali apabila klien mengulangi perbuatannya
15. Katakan dengan suara lembut, hindari nada yang
bersifat ancaman
16. Buka ikatan bila klien mampu mengontrol
perilakunya dengan ditemani sfat lain
17. Melepaskan ikatan secara bertahap dimulai
dengan melepaskan 1 ikatan, bila klien tidak
memberontak lepaskan ikatan yang lainnya dan
2.
Penilaian
Ya Tidak
Ket
24
Rumus:
Nilai =
Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan
25
Bantuan hidup dasar (Basuc life support) adalah usaha yang dilakukan untuk
menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi dan
tanpa menggunakan alat-alat bantu (Soerianata, 1996).
Istilah basuc life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan
sirkulasi. Basuc life support ini terdiri dari beberapa elemen: penyelamatan
pernapasan (juga dikenal dengan pernapasan dari mulut ke mulut) dan kompresi dada
eksternal. Jika semua digabungkan maka digunakan istilah Resusitasi Jantung Paru
(RJP) (Handley, 1997).
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung
yang tidak diharapkan mati pada saat itu.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR) merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
1.2 Tujuan
Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi darurat
untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke
jaringan tubuh (Alkatiri, 2007).
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan
sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara
normal (Latief, 2009).
No
Penilaian
Ya
Tidak
26
Ket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
27
BREATHING
8.
9.
10.
Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan
28
29
ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga
terhindar dari kecacatan atau kematian
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi
ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder
akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain.
Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi
gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan
oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit
akan menyebabkan kematian.
Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting
dilakukan
secara
efektif
dan
efisien.
Adapun
Tahapan
kegiatan
dalam
penanggulangan penderita gawat darurat telah mengantisipasi hal tersebut, antara lain
A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol
servikal.
B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasi adekuat.
C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
1.2 Tujuan
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
Penilaian
Ya Tidak
Ket
AIRWAY
1. Look
a. Gerak dada dan perut
b. Tanda distress napas (cuping hidung, retraksi
30
otot iga)
c. Warna mukosa (bibir), kulit dan kuku
d. Kesadaran
2. Listen
a. Mendengar aliran udara pernapasan dari hidung
dan mulut korban.
b. Mendengar bunyi tambahan (snoring, gargling,
crowing)
3. Feel
a. Merasakan gerak/aliran udara napas dengan pipi
penolong
BREATHING
1. Look
a. Melihat irama serta kedalaman pernapasan
b. Menghitung frekuensi napas
c. Kesimetrisan dada kiri dan kanan saat bernapas
d. Saturasi Oksigen
2. Listen
a. Dengarkan dengan stetoskop suara tambahan,
ronchi, wheezing.
CIRCULATION
1. Periksa nadi (irama, kekuatan dan frekuensi), TD
2. Jika tidak ada nadi carotis, lakukan CPR
3. Periksa tanda2 syok (perfusi, akral, CRT, produksi
urine)
4. Periksa tanda2 perdarahan eksternal
Evaluasi
Dokumentasikan
TOTAL
Rumus:
Nilai =
Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan
PEMBEBASAN JALAN NAPAS
1.1 Definisi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal, pemeriksaan jalan napas :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015
31
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F =Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong
Penilaian
Ya Tidak
Ket
32
1.
2.
Persiapan alat
1) Handschoen sesuai ukuran
2) Pipa Opa (orofaringeal Tube) sesuai ukuran
3) Nasofaringeal tube
4) Canule Suction & pembilas (normal Salin 0.9%)
5) ETT
6) Kanule dan Masker oksigen
7) Jelly/pelumas
8) Forcep magill, laringoscope, ,stetoskop,obat-obatan
9) plester, gunting dan bantal kecil
Pelaksanaan
a. Tanpa Alat
1. Head Tilt (dorong kepala ke belakang)
2. Chin Lift (mengangkat dagu
3. Jaw Trust (mengangkat sudut rahang bawah)
b. Dengan alat
a) Pemasangan OPA
1) Gunakan sarung tangan.
2)
3)
4)
5)
6)
33
memutar
4) Cuci canule suction dengan memasukan pada
air bersih (NaCl O,9%) untuk membilas selang
suction
5) Ulangi lagi bila di perlukan
d) Pemasangan Endotracheal Tube
1) Sebelum intubasi berikan oksigen, pastikan
jalan napas terbuka dan hati-hati cedera leher
2) Siapkan ETT, periksa balon (cuff), siapkan
stylet dan beri jelli
3) Siapkan laringoskope (pasang blade pada
handle)
4) Pasang laringoskope dengan tangan kiri,
masukan ujung blade kesisi kanan mulut pasien,
kemudian geser lidah kearah kiri
5) Tekan tulang rawan Krikoid (untuk mencegah
aspirasi)-Sellick Manouvre
6) Lakukan traksi sesuai sumbu panjang
laringoskope (hati-hati cedera gigi, gusi dan
bibir)
7) Lihat adanya pita suara, bila perlu isap lendir/
cairan terlebih dahulu
8) Jika pita suara terlihat arahkan ETT dan
masukkan
9) Keluarkan stylet kemudian kembangkan balon
(cuff) ETT
10) Pasang gudel/mayo/opa sesuai ukuran
11) Periksa ETT apakah masuk dengan tepat dan
benar (auskultasi suara napas dengan stetoskope
pada daerah dada kiri dan kanan
12) Hubungkan dengan ambu bag atau sumber
oksigen
13) Fiksasi ETT dengan plester
e) Evaluasi
f) Dokumentasi
TOTAL
Rumus:
Nilai =
Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan
34
35
yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada pada saluran pernafasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anakanak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering
bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing
terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur itu
sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam
mulutnya.
Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang
berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan
benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan,
sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan
saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam
kondisi yang paling aman dan trauma yang minim.
1.2 Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda
asing & yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini:
1. Secara mendadak tidak dapat berbicara.
2. Tanda-tanda umum tercekikrasa leher tercengkeram
3. Bunyi berisik selama inspirasi.
4. Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas.
5. Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu utk batuk.
6. Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7. Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau
wheezing.
36
Gambar 1.1 Ilustrasi orang yang mengalami obstruksi jalan nafas akibat benda asing
Penilaian
Ya Tidak
Pelaksanaan
A. Back Blow
1) Bantu/tahan Bantu/tahan penderita tetap berdiri dan
condong ke depan dengan merangkul dari belakang
2) Perintahkan korban buka mulut
37
Ket
Total Nilai
X 100%
38
Jumlah Tindakan
1.1 Definisi
Nafas bantuan adalah tiupan nafas yang diberikan pada seseorang yang
mengalami gangguan dalam pernafasannya, biasanya karena kecelakaan, serangan
jantung dan asma, dll.
1.2 Tujuan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015
39
Penilaian
Ya Tidak
Ket
Persiapan
1. Tanpa Alat (invansif):
a. Sarung tangan
b. Tissue, kassa, Alkohol
c. Nierbeken/Bengkok
2. Dengan Alat
a. Sarung tangan
b. Ambu bag (bag, valv mask)
c. Tissue, kassa, Alkohol
d. Nierbeken
3. Pasien
a. Posisi pasiesn supinasi
Pelaksanaan
a. Tanpa alat
1. Pasang Gunakan sarung tangan
2. Putar Penolong berada di sisi kanan korban tepat
disamping kepala
3. Membersihkan daerah sekitar mulut korban
dengan tissue atau kassa
4. Buka jalan napas dengan head tilt, chin lift atau
jaw thrust
40
41
Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan
DEFIBRILASI EKSTERNAL
1.1 Definisi
Defribilasi (eksternal) adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan
aliran listrik yang kuat ke jantung pasien melalui electrode (pedal) yang ditempatkan
di permukaan dinding dada pasien.
42
1.2 Tujuan
1. Menghilangkan acaman kematian karena fibrilasi ventrikel.
2. Mengembalikan irama jantung dan cardiac output yang hilang karena VF / VT
non pulse dan mengembalikan oksigenasi dan perfusi ke jaringan.
1.3 Indikasi
1. Pasien dengan VF.
2. Pasien dengan VT non pulse.
1.4 Prosedur Tindakan
No
1.
Penilaian
Ya Tidak
Ket
Persiapan
4. Alat:
d. Defibrilator
e. Elektroda
f. Jelly
g. Alat-alat resusitasi dan oksigen
h. Infus
5. Pasien
b. Informed Consent
c. Penjelasan prosedur yang akan dilakukan,
termasuk komplikasi
d. Posisi pasien tidur terlentang datar
Pelaksanaan
1. Siapkan alat defibrilasi
2. Pasang elektroda EKG
3. Putar tombol ke posisi On
4. Atur tingkat energi 200 joules asinkron
5. Berikan jelly konduktif pada pedal
6. Letakkan pedal elektroda pada pasien.
7. Tekan mantap 10-12 kg pada pedal, Sternum
dibawah klavikula kanan dan apeks di ICS 5-6
8. Tekan tombol Charge tunggu sampai pengisian
selesai (ditandai bunyi alarm),
43
Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan
44