Anda di halaman 1dari 25

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

PEMASANGAN BIDAI DAN BALUT


Prosedur Tindakan
No

Aspek yang di nilai

A.
1

Balutan
Persiapan
1) Memakai alat pelindung diri dan memastikan keamanan
penolong, korban dan lingkungan

Penilaian
Ya Tidak

Macam-macam balutan (mitella, kassa gulung, elastic


verban, pembalut gips, stoking elastic)
Pelaksanaan
a. Cara melakukan pembalutan kepala dengan segi tiga (Mitela)
3) Lipat bagian atas segi tiga 2 cm sebanyak 2 kali
4) Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas dahi. Bagian
yang mengandung lipatan diletakkan sebelah luar
5) Ujung puncak segi tiga ditarik ke belakang kepala
sehingga puncak kepala tertutup kain segi tiga,
6) Kedua ujung lipatan tadi di lilitkan ke belakang kepala
lalu kembali ke dahi dan dibuat simpul di dahi.
b. Cara melakukan pembalutan kepala teknik pita silang (fascia nodosa)
7) Dengan memakai perban berkepala dua
8) Bila kedua ujung perban telah sampai diatas salah satu
telinga silangkanlah kedua perban itu lalu masing
masing ujung membalut dahi dan belakang kepala
9) Setelah kedua ujung sampai diatas telinga yang lain,
dibuat pula silang, diatur menuju ke bawah dagu,
bertemu kembali di atas telinga pertama, dan seterusnya
c. Cara melakukan pembalutan dada dan punggung
10) Lipat alas segitiga 2 cm letakkan pada segitiga pada
dada, alas segitiga berada dibawah mammae sedangkan
puncaknya ada disalah satu bahu
11) Kedua sudut alas segitiga ditarik ke bagian belakang
badan dan buatkan simpul di belakang
2)

2.

12) Puncak segitiga yang berada di salah satu bahu di tarik


kebelakang sehingga bertemu dengan simpul sudut alas
segitiga kemudian diikat menjadi satu.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

20

Ket

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Gambar 1.3 bebat dengan mitela

d. Cara menggendong lengan dengan mitella


13) Tekuk siku yang cedera 45 derajat kearah dada/perut
korban
14) Letakkan bagian alas segitiga di bagian bawah lengan
yang cedera, kedua ujung mitella di tarik keatas
menyusuri leher korban sehingga lengan berada di dalam
mitella, buatkan simpul di belakang leher, salah satu
sudut mitella yang berada disiku di pasang peniti.
e. Cara membalut ekstremitas dengan teknik dolabra currens
15) Dengan menggunakan elastic verban lakukan balutan
biasa yang berulang-ulang pada lengan atau tungkai
f. Cara membalut ekstremitas dengan teknik dolabra reversa (pucuk rebung)
16) Dengan menggunakan elastic ferbam lakukan balutan
saling menyilang dan berulang-ulang pada lengan atau
tungkai sehingga membentuk seperti pucuk rebung
B. BIDAI
1.
Persiapan
a) Persiapan pasien
17) Beri penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
18) Posisi pasien di atur sesuai kebutuhan
19) Perban/mittela
b) Persiapan alat
20) Pelindung diri atau masker dan sarung tangan
21) Ukuran bidai sesuai kebutuhan
22) Kasa steril dengan disinfektan
c) Lingkungan bersih, tenang, petugas lebih dari satu orang
2
Pelaksanaan
23) Petugas menggunakan masker / sarung tangan
24) Petugas 1 akan mengangkat daerah yang akan dipasang
bidai
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

21

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

25) Petugas 2 meletakkan bidai melewati dua persendian


anggota gerak
26) Jumlah ukuran bidai yang dipakai disesuaikan dengan
lokasi patah tulang
27) Petugas satu mempertahankan posisi sementara petugas
dua mengikat bidai
28) Pengikat tidak boleh terlalu kencang atau kendor
29) Mengatur posisi klien sesuai dengan kondisi luka
30) Pada fraktur terbuka luka terlebih dahulu di bersihkan dan
tutup dengan kassa steril
31) Pengikatan tidak boleh terlalu ketat atau longga
32) Observasi dan catat respon (puls, motorik, sensasi) serta
tindakan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan
TOTAL
Keterangan:
Ya
= Bernilai 1, jika dilakukan dengan benar
Tidak = Bernilai 0, Jika tidak dilakukan/dilakukan kurang tepat

Ternate,. 20..
Pengawas Praktikum

()

RESTRAIN (PENGIKATAN)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

22

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

1.1 Definisi
Restrain adalah tindakan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanik
atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.

Gambar 1.1 ilustrasi restrain


1.2

Indikasi
1. Perilaku kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
3. Klien yang mengalami gangguan kesadaran.
4. Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan
pengendalian diri.
5. Ancaman terhadap integritas tubuh pasien

Gambar.1.2 contoh posisi restrain


1.3

Prinsip-prinsip pengikatan
1) Pengikatan harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan klien yang mendasar
seperti : BAB, BAK, makan, minum.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

23

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

2) Semua pengikatan akan membatasi pergerakan klien maka harus bekerja sama
dengan dokter.
3) Pengikatan tidak boleh digunakan sebagai hukuman atas mendisiplikan klien.
4) Pengikatan harus memperhatikan privasi klien
1.4 Prosedur Tindakan

No

Aspek yang di Nilai

1.

Persiapan Alat
1. Pengikat
2. Alat TTV (jika diperlukan)
Pelaksanaan
a. Protokol pengikat
3. Pengkajian fisik klien
4. Jelaskan berulang-ulang apa yang terjadi
sebelum pengikatan
5. Jelaskan bahwa perawat membantu mengontrol
perilaku klien
6. Pilih alat pengikat yang baik dan nyaman
7. Pengikat dilakukan di tempat tidur, bukan di sisi
tempat tidur, beri bantal.
8. Cek setiap 15-30 menit termasuk tanda vital.
9. Lakukan gerakan anggota gerak setiap 2 jam.
10. Beri makan minum yang teratur dan obat-obatan
sesuai program.
11. Atus posisi tubuh klien saat makan dan minum
12. Bantu BAB, BAK, dan kebersihan diri
b. Protokol Pelepasan Ikatan
13. Katakan pada klien bahwa perawat akan
melepaskan ikatan, bila klien tidak mengulangi
perbuatan atau dapat mengontrol perilakunya.
14. Buatlah kontrak/ atau perjanjian dengan klien
bahwa perawat akan melakukan pengikatan
kembali apabila klien mengulangi perbuatannya
15. Katakan dengan suara lembut, hindari nada yang
bersifat ancaman
16. Buka ikatan bila klien mampu mengontrol
perilakunya dengan ditemani sfat lain
17. Melepaskan ikatan secara bertahap dimulai
dengan melepaskan 1 ikatan, bila klien tidak
memberontak lepaskan ikatan yang lainnya dan

2.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

Penilaian
Ya Tidak

Ket

24

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

seterusnya sampai klien bebas dari ikatan,


disarankan mulai dari kaki, tangan kiri dan
tangan kanan
18. Bantu klien menggerakkan anggota gerak
19. Duduklah klien perlahan-lahan
20. Tanyakan pada klien apakah merasa pusing atau
penglihatan kunang-kunang
21. Cek tanda-tanda vital, anjurkan klien untuk
mulai berdiri dan berjalan, bila tidak pusing atau
tidak berkunang-kunang
22. Evaluasi
23. Dokumentasikan
TOTAL

Rumus:
Nilai =

Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD): RESUSITASI JANTUNG PARU


1.1 Definisi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

25

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Bantuan hidup dasar (Basuc life support) adalah usaha yang dilakukan untuk
menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi dan
tanpa menggunakan alat-alat bantu (Soerianata, 1996).
Istilah basuc life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan
sirkulasi. Basuc life support ini terdiri dari beberapa elemen: penyelamatan
pernapasan (juga dikenal dengan pernapasan dari mulut ke mulut) dan kompresi dada
eksternal. Jika semua digabungkan maka digunakan istilah Resusitasi Jantung Paru
(RJP) (Handley, 1997).
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung
yang tidak diharapkan mati pada saat itu.
Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier
resusitation (CPR) merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
1.2 Tujuan
Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi darurat
untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke
jaringan tubuh (Alkatiri, 2007).
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada
organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan
sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara
normal (Latief, 2009).

1.3 Prosedur Tindakan

No

Aspek yang dinilai

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

Penilaian
Ya

Tidak

26

Ket

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

1.
2.

Memakai alat pelindung diri dan memastikan keamanan


penolong, korban dan lingkungan
Menilai respon korban dengan cara :
a. Memanggil korban, seperti Bangun, Pak atau Buka
Mata Pak
b. Menepuk bahu korban / mencubit korban

3.

Meminta pertolongan (call for help) atau mengaktifkan EMS

4.

Memperbaiki posisi korban: telentang di tempat datar dan keras


Mengatur posisi penolong: berlutut di samping korban
CIRCULATION

5.
6.

7.

Memeriksa tidak adanya nadi dengan mempalpasi arteri karotis


(< 10 detik)
Memberikan kompresi 30 kali:
- Meletakkan tumit telapak tangan menumpuk di atas telapak
tangan yang lain tegak lurus pada mid sternum,
menghindari jari-jari menyentuh dinding dada korban
- Kedalaman tekanan minimal 5 cm dengan kecepatan
100x/menit
AIRWAY
Membersihkan dan membuka jalan napas dengan head tilt
chin lift atau jaw thrust (jika curiga cedera servikal) dan
memastikan korban tidak bernapas

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

27

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

BREATHING
8.
9.

Memberikan bantuan napas sebanyak 2 kali


Melakukan kompresi dan ventilasi dengan kombinasi 30:2
sebanyak 5 siklus

10.

Melakukan evaluasi tiap 5 siklus (sekitar 2 menit) :


- Jika nadi dan napas belum ada, teknik kombinasi diulangi
kembali dimulai dengan kompresi
- Jika nadi ada tapi napas belum ada, berikan rescue
breathing 1 ventilasi tiap 5 detik dan evaluasi tiap 2 menit
- Jika nadi dan napas ada tapi belum sadar, posisikan korban
pada recovery position (posisi pemulihan)
11. Evaluasi
12. Dokumentasikan
TOTAL
Keterangan:
Hentikan usaha RJP jika terjadi hal-hal berikut:
1. Korban sadar kembali (dapat bernapas dan denyut nadi teraba kembali).
2. Digantikan oleh penolong terlatih lain atau layanan kedaruratan medis.
3. Penolong kehabisan tenaga untukmelanjutkan RJP.
4. Keadaan menjadi tidak aman.
Rumus:
Nilai =

Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

28

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

AIRWAY, BREATHING AND CIRCULATION ASSESMENT


1.1 Definisi
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

29

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga
terhindar dari kecacatan atau kematian
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi
ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder
akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain.
Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi
gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan
oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit
akan menyebabkan kematian.
Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat penting
dilakukan

secara

efektif

dan

efisien.

Adapun

Tahapan

kegiatan

dalam

penanggulangan penderita gawat darurat telah mengantisipasi hal tersebut, antara lain
A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol
servikal.
B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar
oksigenasi adekuat.
C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.
1.2 Tujuan
1. Airway

: mengetahui adanya gangguan jalan napas

2. Breathing

: mengetahui adanya gangguan fungsi pernapasan

3. Circulation

: mengevaluasi adanya gangguan fungsi sirkulasi darah

1.3 Prosedur Tindakan


No
A

Aspek yang dinilai

Penilaian
Ya Tidak

Ket

AIRWAY
1. Look
a. Gerak dada dan perut
b. Tanda distress napas (cuping hidung, retraksi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

30

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

otot iga)
c. Warna mukosa (bibir), kulit dan kuku
d. Kesadaran
2. Listen
a. Mendengar aliran udara pernapasan dari hidung
dan mulut korban.
b. Mendengar bunyi tambahan (snoring, gargling,
crowing)
3. Feel
a. Merasakan gerak/aliran udara napas dengan pipi
penolong
BREATHING
1. Look
a. Melihat irama serta kedalaman pernapasan
b. Menghitung frekuensi napas
c. Kesimetrisan dada kiri dan kanan saat bernapas
d. Saturasi Oksigen
2. Listen
a. Dengarkan dengan stetoskop suara tambahan,
ronchi, wheezing.
CIRCULATION
1. Periksa nadi (irama, kekuatan dan frekuensi), TD
2. Jika tidak ada nadi carotis, lakukan CPR
3. Periksa tanda2 syok (perfusi, akral, CRT, produksi
urine)
4. Periksa tanda2 perdarahan eksternal
Evaluasi
Dokumentasikan
TOTAL

Rumus:
Nilai =

Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan
PEMBEBASAN JALAN NAPAS

1.1 Definisi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal, pemeriksaan jalan napas :
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

31

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
warna mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F =Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

Gambar 1.1 contoh pembebasan airway tanpa alat


1.2 Tujuan
Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara
normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.

Gambar 1.2 contoh pembebasan airway dengan alat


1.3 Prosedur Tindakan
No

Aspek yang dinilai

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

Penilaian
Ya Tidak

Ket

32

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

1.

2.

Persiapan alat
1) Handschoen sesuai ukuran
2) Pipa Opa (orofaringeal Tube) sesuai ukuran
3) Nasofaringeal tube
4) Canule Suction & pembilas (normal Salin 0.9%)
5) ETT
6) Kanule dan Masker oksigen
7) Jelly/pelumas
8) Forcep magill, laringoscope, ,stetoskop,obat-obatan
9) plester, gunting dan bantal kecil
Pelaksanaan
a. Tanpa Alat
1. Head Tilt (dorong kepala ke belakang)
2. Chin Lift (mengangkat dagu
3. Jaw Trust (mengangkat sudut rahang bawah)
b. Dengan alat
a) Pemasangan OPA
1) Gunakan sarung tangan.
2)
3)
4)
5)
6)

Buka mulut pasien (cross finger).


Siapkan pipa OPA sesuai ukuran
Bersihkan dan basahi agar licin
Arahkan lengkungan menghadap ke palatum
Masukan sebagian OPA, putar lengkungan
mengarah ke bawah lidah
7) Dorong pelan - pelan sampai posisi tepat
8) Yakinkan lidah sudah tertopang pipa OPA,
kemudian lakukan Look, Listen, Feel
b) Pemasangan Nasofaringeal
1) Gunakan sarung tangan
2) Nilai lubang hidung, septum nasi, ukuran pipa
3) Beri jeli pada pipa
4) Penolong berdiri diatas kepala korban
3) Masukan tube nasofaringeal perlahan-lahan
dengan lengkungan tube menghadap ke depan
4) Dorong pelan- pelan hingga seluruhnya masuk,
lalu plester (fiksasi)
c) Suctioning
1) Gunakan sarung tangan
2) Penghisap di hubungkan dgn canule suction
3) Buka mulut pasien Lakukan pengisapan (tidak
boleh lebih dari 5 detik) dengan gerakan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

33

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

memutar
4) Cuci canule suction dengan memasukan pada
air bersih (NaCl O,9%) untuk membilas selang
suction
5) Ulangi lagi bila di perlukan
d) Pemasangan Endotracheal Tube
1) Sebelum intubasi berikan oksigen, pastikan
jalan napas terbuka dan hati-hati cedera leher
2) Siapkan ETT, periksa balon (cuff), siapkan
stylet dan beri jelli
3) Siapkan laringoskope (pasang blade pada
handle)
4) Pasang laringoskope dengan tangan kiri,
masukan ujung blade kesisi kanan mulut pasien,
kemudian geser lidah kearah kiri
5) Tekan tulang rawan Krikoid (untuk mencegah
aspirasi)-Sellick Manouvre
6) Lakukan traksi sesuai sumbu panjang
laringoskope (hati-hati cedera gigi, gusi dan
bibir)
7) Lihat adanya pita suara, bila perlu isap lendir/
cairan terlebih dahulu
8) Jika pita suara terlihat arahkan ETT dan
masukkan
9) Keluarkan stylet kemudian kembangkan balon
(cuff) ETT
10) Pasang gudel/mayo/opa sesuai ukuran
11) Periksa ETT apakah masuk dengan tepat dan
benar (auskultasi suara napas dengan stetoskope
pada daerah dada kiri dan kanan
12) Hubungkan dengan ambu bag atau sumber
oksigen
13) Fiksasi ETT dengan plester
e) Evaluasi
f) Dokumentasi
TOTAL
Rumus:
Nilai =

Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

34

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

PENGELUARAN BENDA ASING


1.1 Definisi
Corpus Alienum (benda asing) pada saluran pernafasan merupakan istilah yang
sering digunakan di dunia medis. Benda asing di saluran pernafasan adalah benda

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

35

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak
ada pada saluran pernafasan tersebut.
Benda asing pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anakanak karena anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering
bermain atau menangis pada waktu makan. Sekitar 70% kejadian aspirasi benda asing
terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.Hal ini terjadi karena anak seumur itu
sering tidak terawasi, lebih aktif, dan cenderung memasukkan benda apapun ke dalam
mulutnya.
Benda asing dalam saluran pernafasan dapat menyebabkan keadaan yang
berbahaya, seperti penyumbatan dan penekanan ke jalan nafas. Gejala sumbatan
benda asing di saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan,
sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Pada prinsipnya benda asing di esofagus dan
saluran napas ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam
kondisi yang paling aman dan trauma yang minim.
1.2 Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda
asing & yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini:
1. Secara mendadak tidak dapat berbicara.
2. Tanda-tanda umum tercekikrasa leher tercengkeram
3. Bunyi berisik selama inspirasi.
4. Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas.
5. Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu utk batuk.
6. Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7. Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau
wheezing.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

36

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Gambar 1.1 Ilustrasi orang yang mengalami obstruksi jalan nafas akibat benda asing

1.3 Kontraindikasi dan Perhatian


1. Pada klien sadar, batuk volunter menghasilkan aliran udara yg besar dan dapat
menghilangkan obstruksi.
2. Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg mengalami cedera
dada, seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sternal (Simon &
Brenner, 1994)
3. Pada klien yg sedang hamil tua atau yg sangat obesitas, disarankan dilakukan
chest thrust.
4. Posisi tangan yg tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada
organ-organ yang ada dibawahnya selama dilakukan chest thrust.
1.4 Cara pengeluaran benda asing
Ada berbagai cara pengeluaran benda asing pada saluran pernafasan:
1. Back Blow
2. Abdominal Thrust
3. Chest thrust
4. Finger Swap
1.5 Prosedur Tindakan
No
1.

Aspk yang di Nilai

Penilaian
Ya Tidak

Pelaksanaan
A. Back Blow
1) Bantu/tahan Bantu/tahan penderita tetap berdiri dan
condong ke depan dengan merangkul dari belakang
2) Perintahkan korban buka mulut

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

37

Ket

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

3) Lakukan hentakan mendadak dan keras pada titik silang


garis antara tulang belikat dan garis punggung tulang
belakang
4) Jika tidak berhasil lakukan abdominal thrust
B. Abdominal Thrust
1) Bantu/tahan penderita tetap berdiri dan condong ke
depan dengan merangkul dari belakang dengan kedua
kepalan tangan penolong di tempatkan di daerah uluhati
2) Perintahkan korban buka mulut
3) Lakukan hentakan mendadak pada uluhati
4) Ulangi hingga jalan napas bebas
C. Chest Thrust Pada Bayi (Korban Sadar)
1) Tidurkan bayi terlntang
2) Penolong menggunakan jari kedua dan ketiga dan
tempatkan kira-kira satu jari dibawah garis imajiner
antar puting susu
3) Lakukan hentakan mendadak 5 kali
D. Chest Thrust pada Bayi (korban tak sadar)
1) Tidurkan bayi terlentang
2) Buka mulut bayi dan tarik lidah, apakah ada benda asing
3) Lakukan chest thrust 5 kali
4) Berikan napas buatan
5) Bila jalan napas tersumbat di bagian bawah, lakukan
krikotirotomi dengan jarum
E. Finger Swap
Pada sumbatan jalan napas di bagian belakang rongga
mulut/hipofaring oleh benda asing (gumpalan darah, muntah,
benda asing lainnya) lakukan teknik sapuan jari (finger swap)
dengan cara:
1) Miringkan kepala
2) Buka mulut korban dengan cara cross finger (jari
disilangkan)
3) Gunakan 2 jari yang dibungkus dengan kassa/sarung
tangan untuk mengorek/mengait semua benda asing dalam
mulut
4) Setelah bersih pasang pipa orofaring
Evaluasi setiap tindakan
Dokumentasi
TOTAL
Rumus:
Nilai =

Total Nilai

X 100%

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

38

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Jumlah Tindakan

PEMBERIAN NAFAS BUATAN

1.1 Definisi
Nafas bantuan adalah tiupan nafas yang diberikan pada seseorang yang
mengalami gangguan dalam pernafasannya, biasanya karena kecelakaan, serangan
jantung dan asma, dll.
1.2 Tujuan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

39

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan


untuk menjamin kebutuhan adanya oksigen dan pengeluaran gas CO2.
Pemberian napas buatan dapat dilakukan dengan alat atau tanpa alat. Tanpa alat
dapat di lakukan dengan pernapasan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung
sebanyak 2x tiupan. Dengan alat yaitu menggunakan ambu bag, Jakckson Rees,
sungkup (pocket mask), ventilator / respirator.
1.3 Prosedur Tindakan
No
1.

Aspek yang dinilai

Penilaian
Ya Tidak

Ket

Persiapan
1. Tanpa Alat (invansif):
a. Sarung tangan
b. Tissue, kassa, Alkohol
c. Nierbeken/Bengkok
2. Dengan Alat
a. Sarung tangan
b. Ambu bag (bag, valv mask)
c. Tissue, kassa, Alkohol
d. Nierbeken
3. Pasien
a. Posisi pasiesn supinasi
Pelaksanaan
a. Tanpa alat
1. Pasang Gunakan sarung tangan
2. Putar Penolong berada di sisi kanan korban tepat
disamping kepala
3. Membersihkan daerah sekitar mulut korban
dengan tissue atau kassa
4. Buka jalan napas dengan head tilt, chin lift atau
jaw thrust

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

40

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

5. Penolong memberikan tiupan/hembusan udara


dari mulut ke mulut sambil memencet hidung
korban

6. Perhatikan pengembangan dada

7. Napas buatan dilakukan 2 kali tiupan diselingi


eskhalasi
b. Dengan alat
1. Gunakan sarung tangan
2. Penolong berada di bagian atas kepala korban
3. Membersihkan daerah sekitar mulut korban
dengan tissue atau kassa
4. Buka jalan napas dengan head tilt, chin lift atau
jaw thrust
5. Tempelkan masker ambu bag tepat diatas mulut
dan hidung korban
6. Tangan kanan penolong memegang bagian bag
dari ambu bag
7. Jari tangan kiri ke 1 dan 2 membentuk huruf C
dan memegang masker dari ambu bag dan jariPoliteknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

41

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

jari tangan kiri ke 3, 4 dan 5 memegang rahang


bawah
8. Lakukan baging (pompa) sambil memperhatikan
pengembangan dada
9. Usahakan selama baging tidak ada udara yang
bocor keluar
10. Baging dilakukan sebanyak 2 kali di selingi
eskhalasi
11. Tindakan ini dapat ulangi lagi sesuai dengan
kebutuhan
Evaluasi
Dokumentasi
TOTAL
Rumus:
Nilai =

Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan

DEFIBRILASI EKSTERNAL
1.1 Definisi
Defribilasi (eksternal) adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan
aliran listrik yang kuat ke jantung pasien melalui electrode (pedal) yang ditempatkan
di permukaan dinding dada pasien.

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

42

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

Gambar 1.1 ilustrasi defibrilator

1.2 Tujuan
1. Menghilangkan acaman kematian karena fibrilasi ventrikel.
2. Mengembalikan irama jantung dan cardiac output yang hilang karena VF / VT
non pulse dan mengembalikan oksigenasi dan perfusi ke jaringan.
1.3 Indikasi
1. Pasien dengan VF.
2. Pasien dengan VT non pulse.
1.4 Prosedur Tindakan
No
1.

Aspek yang di Nilai

Penilaian
Ya Tidak

Ket

Persiapan
4. Alat:
d. Defibrilator
e. Elektroda
f. Jelly
g. Alat-alat resusitasi dan oksigen
h. Infus
5. Pasien
b. Informed Consent
c. Penjelasan prosedur yang akan dilakukan,
termasuk komplikasi
d. Posisi pasien tidur terlentang datar
Pelaksanaan
1. Siapkan alat defibrilasi
2. Pasang elektroda EKG
3. Putar tombol ke posisi On
4. Atur tingkat energi 200 joules asinkron
5. Berikan jelly konduktif pada pedal
6. Letakkan pedal elektroda pada pasien.
7. Tekan mantap 10-12 kg pada pedal, Sternum
dibawah klavikula kanan dan apeks di ICS 5-6
8. Tekan tombol Charge tunggu sampai pengisian
selesai (ditandai bunyi alarm),

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

43

Buku Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

9. Beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak


ada lagi anggota tim yang masih kontak dengan
korban termasuk juga yang mengoperasikan
defibrillator, contoh: enerji siap saya siap tim
lain siap
10. Tekan tombol pedal secara serentak untuk melepas
syok listrik
11. Segera periksa nadi dan pantau EKG, bila nadi
tidak teraba lakukan RJP
12. Bila irama sinus dan kembali VF/VT , energi yang
sama diberikan dalam 5-15 detik
13. Teruskan RJP diantara Defibrilasi
14. Berikan epinferin 1 mg IV
15. Tindakan DC shock dapat diulang sampai 3 kali bila
usaha pertama, kedua gagal
16. Jika tetap tidak ada respon tindakan DC Shock dan
RJP di hentikan
17. Evaluasi
18. Dokumentasi
TOTAL
Rumus:
Nilai =

Total Nilai
X 100%
Jumlah Tindakan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Ternate 2015

44

Anda mungkin juga menyukai