Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

PROGRAM INOVASI “FANGNANAN”

OLEH:
PUSKESMAS ELAT
KECAMATAN KEI BESAR

1 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami ucapkan kepada Allah, Tuhan yang


Pencipta Alam Semesta, atas berkah limpahan Rahmat, sehingga
proposal program inovasi “Fangnanan” yakni Falbehe Stunting dan
Gizi Anak ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pembuatan Proposal ini tidak hanya sekadar karena ikut
memeriahkan Hari Kesehatan Nasional semata. Tapi lebih dari pada
itu, yakni menjelaskan tentang kondisi status gizi yang ada di
Kecamatan Kei Besar, khususnya di Desa Ohoinangan Atas.
Besar harapan kami untuk memperbaiki status gizi dengan
adanya sejumlah kegiatan dalam program inovasi ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat diperlukan untuk penyempurnaan program
inovasi ini, semoga menjadi langkah yang bermanfaat bagi kesehatan
masyarakat.

Elat, 14 Oktober 2022


Kepala Puskesmas Elat

Elizabeth Boeswarin AMd. Kep.

2
PROPOSAL
PROGRAM INOVASI “FANGNANAN”
(FALBEHE/APA KABAR STUNTING DAN GIZI ANAK)
PUSKESMAS ELAT, KECAMATAN KEI BESAR
TAHUN 2022

A. Dasar Pemikiran
Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat
konsumsi, Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kurangnya
persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang
dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium) yang disertai
dengan minimnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan
kesehatan. Dengan demikian, sebaiknya masyarakat meningkatkan
perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya gizi salah
(malnutrisi) dan risiko untuk menjadi kurang gizi., (Mohamad Agus
Salim, 2015).
Menurut WHO bila prevalensi kurus (BB/TB) antara 10,0-14,0
persen, dan dianggap kritis bila ≥15,0 persen. Secara nasional
prevalensi kurus pada tahun 2013 pada anak balita masih 12,1
persen, masalah gizi kurus tertinggi berada di provinsi Maluku
dengan persentase, yaitu 10,1%.
Elat merupakan kota kecamatan Kei Besar dengan masalah
stunting sebesar 131 kasus (Puskesmas Elat, 2022). Angka ini
termasuk dalam angka yang cukup tinggi dan perlu dilakukan tindak
lanjut..
Berdasarkan penjelasan diatas, perlu adanya upaya
optimalisasi pelaksanaan program layanan kesehatan, untuk
memperbaiki kondisi status gizi masyarakat. Oleh karena itu
Puskesmas Elat membuat program inovasi berbasis kearifan local
yakni “Fangnanan” (Menyayangi/Mengasihi) sebagai bentuk
kepedulian Puskesmas Elat terhadap kesehatan masyarakat.
Program “Fangnanan” adalah akronim dari Falbehe Stunting dan gizi
anak yang merupakan pernyataan retoris menjelaskan kondisi
kekinian status gizi masyarakat serta upaya-upaya untuk
memperbaikinya.

3
B. Sasaran
Sasaran dari program ini adalah anak, bayi-balita di Wilayah
kerja Puskesmas Elat, khususnya Ohoinangan Atas

C. Tujuan
Tujuan Umum:
Optimalisasi Pelaksanaan Kegiatan Program Kesehatan untuk
memperbaiki kondisi status gizi masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Elat, khususnya Ohoinangan Atas.
Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi kondisi status gizi Anak Bayi-Balita di wilayah
kerja Puskesmas Elat, Khususnya Ohoinangan Atas
2. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Ibu tentang
pentingnya Gizi seimbang
3. Memperbaiki status gizi serta mengurangi angka stunting pada
anak

D. Model Pelaksanaan

Kegiatan Model Pelaksanaan Cara Pelaksanaan


Perbaikan 1. Turun Lapangan 1. Mengumpulkan para Ibu dan bayi-balita di Posyandu
Gizi Anak 2. Konseling/ 2. Mengidentifikasi kondisi gizi bayi-balita
Dengan edukasi/ 3. Edukasi pengelolaan PMT
Stunting Penyuluhan 4. Pemberian menu PMT local untuk IBu
5. Melakukan Pemantauan tumbuh kembang Anak
6. MEngajak Ibu bercocok tanam bahan local

E. Waktu Pelaksanaan
Program ini dilaksanakan pada setiap kegiatan posyandu rutin

F. Hasil Kegiatan
Ohoinangan Atas salah satu desa yang berada di Kecamatan
Kei Besar yang menjadi salah satu wilayah kerja Puskesmas Elat,
adapun kondisi gizi berdasarkan kelompok sasaran yang didukung
dengan pemeriksaan sederhana adalah sebagai berikut:
1) Kelompok Anak dan Balita
Jumlah balita yang ada di Ohoinangan Atas atas 31 orang di
bulan 9.
Tabel 1.2 Status Gizi Balita di Ohoinangan Atas

4
Jumlah Status Gizi
Balita Stantud Wasting Komposit Underweight Underweight Non Wasting
31 13 4 2 10 6

Tabel 1.3 Pemantauan pertumbuhan balita


Jumlah Naik Turun
31 28 3
Jumlah balita di bulan Oktober 32 orang yakni terjadi
penambahan 1 balita, yang hadir saat kegiatan inovasi 24 orang
alasan yang tidak hadir karena tidak ada di tempat karena sebagian
yang keluar daerah.

2) Upaya Perbaikan Gizi Anak-Balita


Pada Program ini, Para ibu diberi edukasi terdapat sejumlah
alasan kenapa para ibu Ohoinangan Atas belum memiliki
pengetahuan yang cukup tentang gizi, yaitu ditandai dengan
ungkapan pernyataan yang berasal dari para ibu sendiri diantaranya:
“anak kurang berminat sama makanan”
“Ibu tidak mau makan ikan, karena mual jika makan ikan, tidak suka
makan ikan karena bau,
“enggan makan ikan karena alergi ikan”
Untuk mengatasi ini, para ibu telah dipahamkan dengan
pemberian makanan tambahan yang variatif, berwarna tapi tetap
bergizi bagi anak yang tidak mempunyai minat terhadap makanan
yang disajikan. Puding salah satu contohnya. Serta subtitusi menu.
Di Ohoinangan Atas menu PMT diberikan dalam bentuk
makanan atau bahan makanan local yang ada. Yaitu dari hasil kebun
yang dibuat bersama tim posyandu.
Gambar
Bahan
Makanan
yang ada di
Ohoinangan
Atas

3 Contoh menu yang


diberikan kepada para Ibu
sekaligus dipraktekkan di Ohoinangan Atas antara lain:

Pudding Kelor Banana Bumil


27 gr susu dancow putih
2 butir telur
2 bungkus agar agar agar plain putih
2 buah pisang kapok
800 ml santan
50 gr kacang tanah
50 gr Daun kelor (satu mangkok) 5
10 sdm gula pasir
Garam secukupnya
3
Nugget Sayuran Balita 12-23 Bulan
Ubi rebus halus Kolak Ubi Ikan tanggiri untuk 24-
Telur ayam kocok 59 Bulan
Daging ayam 100 g ikan tanggiri, goreng
Bayam di iris 200 g ubi potong dadu-dadu
Wortel parut
800 g santan/ kelapa parut
3 bawang putih, cincang
Tempe
dengan ampasnya
Garam secukupnya. 30 g tomat
1 telur rebus
2 sdm gula pasir
contoh menu yang terealisir saat kegiatan program
2 siung bawang merah iris-iris
inovasi tersebut. Para ibu sangat antusias dan 1 sdm air perasan jeruk nipis
menyatakan baru pertama kali tim puskesmas turun ke Garam secukupnya

dapur ibu-ibu untuk mencerdaskan mereka terkait gizi


anak. Dan bersedia memanfaatkan lahan yang ada
untuk bercocok tanam.
Terdapat sejumlah Resep menu yang di modifikasi
berbasis bahan local serta telah dihitung AKGnya oleh
tim Posyandu, dari resep menu yang ditemukan akan
dibuat Buku Kecil “Fangnanan”. Semoga bisa diwujudkan
sebagai rujukan menu sehat, mudah, ekonomis tapi bergizi.

G. Penutup
Keberhasilan inisiatif Puskesmas Elat dalam program inovatif
“Fangnan Im Besa” berbanding lurus dengan komitmen bersama
kami, dinas kesehatan, masyarakat untuk melakukan perbaikan gizi
anak. Dengan adanya resep murah, mudah, variatif dan bergizi yang
di berikan kepada ibu-ibu di ohoi meningkatkan pengetahuan dengan
melibatkan banyak unsur di masyarakat ternyata hasilnya sangat
menggembirakan. Bahkan, masyarakat mampu berinisiasi untuk
mengumpulkan hasil tani dan laut mereka untuk diolah sesuai resep
menu yang disarankan. Oleh karena itu kematian sia-sia atau
kesakitan karena kasus kekurangan gizi bisa ditekan dengan
program sederhana ini, menjadikan generasi sehat harus kita jaga
dan menjadi tanggung jawab kita bersama.

6
LAMPIRAN
I. Pemeriksaan Tinggi/Panjang Badan serta pemantauan
tumbuh kembang Pada anak Bayi- Balita

7
II. Edukasi/Penyuluhan gizi dan PMT, Bercocok Tanam dan
Pengelolaan PMT pada Ibu-ibu Ohoinangan Atas

Anda mungkin juga menyukai