Dosen Pengampu : Emma Anastya P., S.Keb.,Bd.,M.Keb
POGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2023 Pada perkuliahan teori gizi kali ini membahas tentang gizi ibu menyusui. Dalam penyampaiannya, Ibu Ropitasari membahas dua topik yakni prinsip gizi seimbang bagi ibu menyusui dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu menyusui. Prinsip gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang sangat berperan penting untuk tumbuh kembang bayi. Dalam pengaturan nutrisi dan gizi bagi ibu menyusui tidak terlalu ketat, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan ASI yang berkulitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Prinsip gizi pada ibu menyusui yakni menggunakan program “isi piringku” dimana “isi piringku” merupakan pedoman yang disusun oleh Kementerian Kesehatan untuk mengampanyekan konsumsi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Dalam satu piring setiap kali makan, setengah piring diisi dengan sayur dan buah, sedangkan setengah lainnya diisi dengan makanan pokok dan lauk pauk. Selain itu, Ibu menyusui harus mengkonsumsi makanan beraneka ragam. Jika ibu mengkonsumsi aneka ragam makanan maka tambahan protein, vitamin dan mineral akan tersedia secara otomatis. Pemberian suplemen vitamin juga sebaiknya diberikan kepada ibu. Tujuannya sendiri yaitu untuk memperbaiki keadaan gizi ibu, dan memastikan kecukupan kandungan vitamin dalam ASI-nya. Selanjutnya, kadar air dalam ASI berkisar 88%, maka dari itu ibu hamil sangat dianjurkan untuk memperbanyak minum air putih yakni dengan porsi 2-2,5 liter/hari. Selain minum air putih dalam porsi tersebut, kebutuhan air bagi ibu menyusui bisa terpenuhi dengan mengonsumsi buah/sari buah. Berikut tabel mengenai jumlah porsi bahan makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu menyusui dalam sehari.
Bahan Makanan Ibu menyusui
6 bulan pertama 6 bulan kedua
Nasi 6½ p 4 ¾ gls 6½p 4 ¾ gls
Ikan 2½p 2 ½ ptg 2½p 2 ½ ptg
Tempe 3p 3 ptg 3p 3 ptg
Sayur 4p 4 gls 4p 4 gls
Buah 4p 4 ptg /bh 4p 4 ptg/bh
Susu 1p 1 gls 1p 1 gls
Gula pasir 4½p 4 ½ sdm 5p 5 sdm
Myk goreng 6p 3 sdm 6p 3 sdm
Sumber : PPT Ibu Ropitasari
Berikut tabel mengenai kebutuhan makanan tambahan tiap hari untuk ibu menyusui.
Bahan Makanan Satuan gram Ukuran rumah tangga
1 porsi nasi 100 gram ¾ gelas / 4 lbr roti /
2 bj kentang
1 porsi ikan/daging 50 gram 1 potong sedang
1 porsi tempe 50 gram / 100 gr tahu 1 ptg sedang = 2 bj tahu
1 porsi sayur (bersih) 100 gram 1 gelas
1 porsi minyak/mentega 5 gram 1 sendok teh
1 porsi gula 10 gram 1 sdk makan
1 porsi buah 100 gram 1 bj pisang ambon
Sumber : PPT Ibu Ropitasari
Selanjutnya, Ibu Ropitasari juga menyampaikan faktor yang mempengaruhi status gizi pada ibu menyusui yakni : a. Status gizi saat kehamilan Kondisi gizi dan Kesehatan ibu saat menyusui akan tercermin dalam status gizi ibu di masa hamil. Status gizi menunjukan seberapa besar kebutuhan seseorang fisiologi seseorang terpenuhi. Keseimbangan zat gizi yang masuk dan kebutuh untuk kesehatanyang optimal sangat penting termasuk pada ibu yang sedang menyusui. Status gizi dapat dinilai menggunakan pengukuran antropometri dengan indikator Indeks Masa Tubuh (IMT), lingkar lila dan pola makan ibu. b. Pendidikan pada ibu menyusui Tingkat pendidikkan sangat berpengaruh dalam strategi pemenuhan status gizi ibu menyusui. Dalam halnya mengatur dan memilih asuspan gizi yang harus dimakan. Ibu menyusui yang memiliki pendidikkan tinggi akan mudah memahami informasi dan pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya ibu menyusui yang memiliki tingkat pendididkan rendah akan memperlambat pemahaman dan mengubah sikap terhadap pemberian informasi dan pengetahuan yang bernilai pembaharuan. c. Pengetahuan gizi ibu menyusui Terdapat hubungan antara status gizi ibu menyususi dengan pengetahuan, makin banyak pengetahuan gizi yang di miliki ibu menyusui, maka semakin baik pula status gizi ibu. Selama menyusui ibu harus mempunyai pengetahuan tentang optimalisasi gizi, dan saat pemberian konseling kepada ibu baik secara individu ataupun kelompok wajib menyertakan edukasi tentang optimalisasi gizi. Karena pengetahuan ibu sangat berpengaruh dengan optimalisasi gizi ketika sang ibu mempunyai pengetahuan yang luas akan menjadi dasar menetukan langkah optimaliasasi gizi. d. Tingkat pendapatan ekonomi keluarga Tingkat status ekonomi yang tinggi dapat meningkatkan daya konsumsi pada jenis makanan dengan nilai gizi yang baik pada ibu menyusui, dibandingkan dengan yang memiliki status ekonomi rendah. Status ekonomi yang tinggi disuatu keluarga menyebabkan keluarga sanggup menyediakan makanan yang bergizi untuk keluarga yang termasuk ibu menyusui di dalamnya. Sedangkan keluarga yang berada pada garis kemiskinan tentu kurang dalam menyediakan makanan yang bergizi yang dapat mengakibatkan gangguan status gizi pada ibu menyusui dan gizi pada bayi. Dalam hal ini pendapatan keluarga dapat memengaruhi penyediaan asupan gizi karena daya beli yang rendah. e. Pekerjaan ibu Pekerjaan merupakan salah satu kegiatan yang menyita waktu untuk ibu yang sedang menyusui karena dengan kesibukan itu maka ibu menyusui tidak memperhatikan asupan gizinya dengan baik. Hal tersebut juga akan bepengaruh pada si bayi yang sedang disusuinya dari kesibukan yang dijalani seorang ibu akan tidak mempunyai waktu untuk memberikan ASI Eksklusif dan mengatur asupan gizinya secara baik. Ibu pekerja akan lebih berpengaruh terhadap memperhatikan gizinya daripada ibu yang tidak memiliki pekerjaan. Ibu yang tidak bekerja akan baik dalam memperhatikan asupan gizi dan pada pemberian ASI eksklusif akan baik, dan ibu pekerja akan kurang dalam memberikan ASI secara eksklusif dan memilih untuk memberikan susu formula. f. Aktivitas ibu Aktivitas fisik yaitu tiap gerakan tubuh yang di hasilkan pada otot dan rangka tubuh yang memerlukan kekuatan dan energi. Dalam aktivitas fisik ibu dapat memengaruhi pemenuhan status gizi, ketika seorang ibu yang aktivitasnya padat lebih berisiko dapat mengganggu proses penemuhan gizi ibu ketimbang seorang ibu yang aktivitasnya tidak padat. Hal tersebut juga akan dapat berakibat pada bayi yang di beri ASI. Oleh karena itu, dalam aktivitas fisik ibu juga harus di imbangi dengan pemenuhan gizi, namun diluar sana masih banyak ibu yang tak menghiraukan masalah itu, sehingga ibu akan asal-asalan makan dan tak memikirkan produksi ASI yang harus di berikan kepada bayinya. g. Makanan pantangan pada daerah/budaya Pantangan makanan yaitu pola kebiasaan yang menjadi adat istiadat di beberapa daerah, yakni melarang ibu menyusui untuk mengonsumsi suatu makanan dengan alasan tabuh atau pantangan, contohnya di Makasar daun kelor di anggap pantangan sebenarnya daun kelor sangat baik bagi wanita hamil dan menyusui serta pencegahan anemia. Contoh lain, di Kota Makasar mayoritas ibu menyusui pantang mengonsumsi makanan yang amis-amis yang menurut warga sekitar akan memengaruhi rasa dari air susu ibu, sebenarnya makanan tersebut termasuk salah satu sumber protein hewani yang baik bagi ibu menyusui. Justru ibu menyusui mempunyai makanan pantangan sumber protein nabati tertentu. Protein nabati yaitu jenis protein tidak sempurna karena tidak mengandung asam amin esensial atau kandungan asam amino esensial sangat rendah. Kepercayaan masyarakat mengenai hal tersebut dapat memiliki efek negatif pada pola konsumsi makanan terlebih pada ibu menyusui. h. Tingkat psikologis ibu Tingkat psikologis ibu akan berubah-ubah setelah melahirkan baik secara fisik, emosional, maupun perilaku. Yang sering terjadi yaitu timbulnya kecemasan pada ibu yang akan berakibat kehilangan nafsu makan dan kurangnya produksi ASI yang akan diberikan ke bayi. Hal tersebut banyak terjadi pada ibu yang berstatus primigravida (ibu yang baru pertama kali mengalami kehamilan) yang merasa dirinya belum mampu mengurus anak dan terdapat kehawatiran yang berlebihan pada ibu. Gangguan alam perasaan ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. Gejala kecemasan dapat di tandai dengan gejala fisik dan gejala behavior. Pada gejala fisik diantaranya gelisah, anggota tubuh berkeringat, tubuh bergetar, detak jantung berdetak kencang panas dingin, cepat tersinggung, dll. Sedangkan gejala behavior seperti perilaku menghindar, terguncang, dll.