Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“UPAYA PENANGGULANGAN PERMASALAHAN KESEHATAN PASCA


BENCANA TSUNAMI”

Disusun oleh:
MUTI’AH NAS
1714201158

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Maidaliza, M. Kep

PRODI ILMU KEPERAWATAN


STIKes PERINTIS PADANG
2019/2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) UPAYA PENANGGULANGAN
PERMASALAHAN KESEHATAN PASCA BENCANA TSUNAMI

Mata Ajar : Keperawatan Bencana


Pokok Bahasan : Promosi kesehatan Post Bencana
Sub Pokok Bahasan : Upaya penanggulangan permasalahan kesehatan pasca tsunami
Sasaran : Masyarakat Kubu Gulai Bancah
Waktu : 30 menit
Hari/Tanggal : Senin, 30 Maret 2020
Penyaji : Muti’ah Nas

A. Latar belakang
Berdasarkan kondisi alam dan geografisnya, Indonesia banyak menghadapi
bencana alam di masa sebelumnya. Terutama setelah Bencana Tsunami yang
menyebabkan kerusakan besar di Banda Aceh pada tahun 2004 mengingatkan akan
perlunya tindakan pra-bencana untuk mitigasi, pencegahan, dan persiapan
menghadapi bencana yang akan muncul. Dengan tindakan ini, UU No. 24 terkait
Penanganan Bencana ditetapkan pada April 2007.
Dalam UU ini, rumusan rencana Penanggulangan Bencana terdapat baik
dalam Tingkat Nasional maupun Daerah dan rencana ini termasuk tindakan untuk
tahap prabencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pascabencana mengingat seluruh
tahap penanggulangan bencana dalam pernyataan yang eksplisit.
Bencana adalah suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang dapat
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, disebabkan
oleh faktor alam dan non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis ( UU RI No. 24 Tahun 2007).
Untuk antisipasi dan keperluan penanggulangan bencana alam, Departemen
kesehatan telah membentuk tim penanggulangan bencana alam bidang kesehatan,
dengan koordinator kepala pusat penanggulangan masalah ksehatan Depkes ( Crisis
Center), dimana badan penelitian dan pengembangan kesehatan mendapat tugas untuk
melakukan need assesment pelayanan kesehatan khususnya kesehatan lingkungan.
B. Rencana Kegiatan
1. Masalah keperawatan
 Kesiapan untuk meningkatkan manajemen kesehatan
2. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang upaya penanggulangan permasalahan
kesehatan pasca bencana Tsunami selama 1 x 30 menit masyarakat dapat
memahami tentang upaya penanggulangan permasalahan kesehatan pasca
bencana Tsunami
3. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 masyarakat mampu menjelaskan
kembali tentang:
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan definisi Tsunami
b. Mengetahui apa etiologi Tsunami
c. Mengetahui penyakit yang muncul pasca Tsunami
d. Tanda dan gejala penyakit yang sering muncul pasca Tsunami
e. Mengetahui penatalaksanaan penyakit pasca Tsunami
C. Sasaran
Masyarakat Kubu Gulai Bancah
D. Strategi Pelaksanaan
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Senin, 30 maret 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Kelurahan Kubu Gulai Bancah
N TAHAP WAKTU KEGIATAN AUDIENC
O E
1. Pembukaan 5 menit o Salam perkenalan -Menjawab
o Menjelaskan kontrak salam
dan tujuan -Mendengar
pertemuan kan dan
o Menyebutkan materi menjawab
yang akan diberikan salam
o Kontrak waktu dan
bahasa yang
diberikan
2. Isi 20 Menit Menjelaskan tentang : -Menjawab
a. Apa yang pertanyaan
dimaksud dengan penyuluhan
definisi Tsunami. -Mendengar
b. Apa etiologi kan dan
Tsunami memperhati
c. Apa penyakit kan
yang muncul
pasca Tsunami
d. Bagaimana Tanda
dan gejala
penyakit yang
sering muncul
pasca Tsunami
e. Bagaiman
penatalaksanaan
penyakit pasca
Tsunami

3. Penutup 5 menit Evaluasi: -Menjawab


 Menanyakan pertanyaan
kepada peseta dari
tentang materi penyuluhan
yang telah -Bertanya
diberika -Mendengar
 Memberikan Kan
kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
 Menjawab
pertanyaan yang
diajukan peserta
Terminasi :
 Mengucapkan
terimakasih atas -Mendengar
peran serta Kan
peserta -Menjawab
 Megucapkan salam
salam dan terima
kasih

4. Strategi pelaksanaan ( rencana kegiatan)


a. Topic : Upaya penanggulangan permasalahan kesehatan pasca
bencana Tsunami
b. Waktu dan tempat : 30 menit/ Kelurahan Kubu Gulai Bancah
c. Daerah dan lokasi : Kubu Gulai Bancah
d. Sasaran dan target : Masyarakat Gulai Bancah
e. Metode : - Ceramah
- Tanya jawab
f. Media : - Sap
- Power Point
- Leflet
E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan materi penyaji : SAP, Power Point, Leflet
c. Masyarakat hadir ditempat penyuluhan
d. Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan tempat dan waktu.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang ditentukan
b. Masyarakat antusias terhada materi penyuluhan
c. Masyarakat mengikuti jalannya penyuluhan sampai selesai
d. Masyarakat dapat mengulang materi yang diberikan dan cara pengobatan
penyakit
e. Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan benar
f. Keluarga menjawab pertanyaan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan
b. 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.
c. Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
khusus.

LAMPIRAN 1
A. Pengertian Tsunami
Tsunami (berasal dari Bahasa Jepang:  Tsu = pelabuhan, Nami = gelombang, secara
harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) yang artinya adalah perpindahan badan air  atau
gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif. Gangguan impulsif tersebut
terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar laut yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba(Pond and Pickard, 1983) atau dalam arah
horizontal (Tanioka and Satake, 1995).
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan
hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar
laut. Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan
kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini
hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah
laut tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang
merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang
gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara
puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai
yang dangkal, teluk,atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi
gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang
badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas
gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai
tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan.
Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
B. Etiologi Tsunami
1. Gempa bumi yang berpusat dibawah laut, Meskipun demikian tidak semua gempa bumi
dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dibawah laut yang dapat
menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut
 Gempa bumi yang terjadi di dasar laut.
 Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut.
 Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR.
 Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atauturun).
2. Letusan gunung berapi, letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa
vulkanik. Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung
Krakatau yang berada di Selat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara
Barat pada tanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melanda Jawa
Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang berada di wilayah ring of
fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.
3. Longsor bawah laut, longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempeng
samudera dan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palung laut dan
pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama tsunamic
submarine landslide.
4. Hambatan meteor laut, jatuhnya meteor yang berukuran besar di laut juga merupakan
penyebab terjadinya tsunami.
C. Penyakit yang muncul pasca Tsunami
1. Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari
penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Penyebab umum diare antara lain karena penderita mengonsumsi makanan yang
telah terpapar virus, bakteri, parasit. Selain itu pula akibat alergi serta dampak penggunaan
obat-obatan. Bila dibiarkan terus, diare bisa memicu dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan jumlah elektrolit dalam tubuh.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Kebanyakan penyebab infeksi
dada akibat bakteri atau virus yang beterbangan, lalu dihirup calon penderita.
3. Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Jenis penyakit ini dibawa oleh nyamuk pembawa penyakit. Kondisi pasca bencana
yang membuat keadaan sanitasi buruk, memang menyuburkan perkembang biakan demam
berdarah.
D. Tanda dan gejala penyakit yang sering muncul pasca Tsunami
1. Diare
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang
kadang disertai:
 Muntah
 Badan lesu atau lemah
 Panas
 Tidak nafsu makan
 Darah dan lendir dalam kotoran
 Berat badan turun
 Turgor kulit berkurang
 Mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung
 Selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Tanda dan gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan ( WHO 2002) :
a. Gejala dari ISPA ringan
 Batuk
 Serak
 Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
 Panas atau demam, suhu badan lebih dari 75oc.
b. Gejala ISPA sedang
 Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur
 Sushu lebih 390c
 Tenggorokan berwarna merah
 Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
 Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
 Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
c. Gejala ISPA berat
 Bibir atau kulit membiru
 Kesadaran menurun
 Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan tampak gelisah
 Sela iga tertarik ke dalam pada wkaktu bernafas
 Nadi cepat lebih dari 160 kali permenit
 Tenggorokan berwarna merah
3. Demam berdarah
Menurut Ginanjar (2008), Kriteria klinis DBD meliputi:
 Demam tinggi berlangsung dalam waktu singkat, yakni antara 2-7 hari, yang dapat
mencapai 40 derajat celcius. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak
nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa
sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), dan wajah yang kemerah-merahan
(flushing) .
 Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan
pada kulit seperti tes Rumppleede (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar
berdarah berwarna merah kehitaman (melena) .
 Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali).
 Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan
cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran dan
renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.
E. Penatalaksanaan penyakit pasca Tsunami
1. Diare
Dasar pengobatan diare adalah :
 Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
 Diuretik (pemberian makanan)
   Obat-obatan
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a. Suportif
 Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin, dll.
b. Antibiotik
 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
 Utama ditujukan pada pneumonia, Influenza dan Aureus.
c. Menurut WHO
 Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin
Prokain.
 Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
 Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon, dll.
3. Demam berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan,
mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup
atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan
jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah
pemberian obat – obatan misalnya :
 Paracetamol membantu menurunkan demam.
 Garam elekrolit jika disertai diare.
 Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak
perlu dengan es karena bisa berdampak syok.

     
                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/13676237/MAKALAH _TSUNAMI_DISUSUN_OLEH.
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal PPM dan
PL tahun 2007.
Mansjoer, Arif dkk.2000.Kapita Selekta Edisi Jilid 4.Jakarta:Media Aescalapius FKUI.
https://id.scribd.com/doc/221709827/Makala-Ispa.
WHO. 2000. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit  Demam Dengua dan Demam Berdarah
Dengue.
Suroso T., Umar, A.I. 2000. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit DBD, FK UI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai