Anda di halaman 1dari 28

PROMOSI KESEHATAN

“APLIKASI PROMOSI KESEHATAN DALAM ASUHAN


KEPERAWATAN PADA INDIVIDU, KELUARGA DAN
KELOMPOK KHUSUS”

Dosen Pembimbing:
Rusmawati Sitorus, S.Pd. S.Kep. MA

Oleh:
Farid Usman
(18021)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA


Jl. Cumi No. 37 Tanjung Priok, Jakarta Utara
Tahun Ajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang mana telah memberikaan kami
semua kekuatan serta kelancatan dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Promosi Kesehatan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan
dorongan semangat agar makalah ini dapat di selesaikan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing
kami agar kami dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini. Dosen
tersebut antara lain:
1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd. S.Kep. MA selaku Dosen mata kuliah Promosi Kesehatan
yang telah memberikan tugas mengenai masalah ini sehingga pengetahuan kami dalam
penulisan makalah ini semakin bertambah.
2. Kedua orang tua dan teman-teman Akademi Keperawatan yang selalu memberikan doa
serta dukungannya.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan. Makalah ini membahas tentang
Aplikasi Promosi Kesehatan dalam Asuhan Keperawatan pada Individu, Keluarga dan
Kelompok Khusus.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, 20 April 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................................3
A. Praktek PBHS....................................................................................................................3
1. Definisi PHBS.............................................................................................................3
2. Tujuan PHBS...............................................................................................................3
3. Tatanan PHBS.............................................................................................................3
B. Perencanaan Promosi Kesehatan.......................................................................................5
1. Definisi Perencanaan Media Promosi Kesehatan........................................................5
2. Langkah-Langkah Dalam Perencanaan Promosi Kesehatan.......................................5
C. Media Promosi Kesehatan.................................................................................................9
1. Definisi Media Promosi Kesehatan.............................................................................9
2. Tujuan Media Promosi Kesehatan...............................................................................9
3. Langkah Persiapan Promosi Kesehatan.....................................................................10
4. Penggolongan Media Kesehatan...............................................................................10
D. Promosi Kesehatan Kepada Individu, Keluarga Dan Kelompok Khusus.......................21
BAB III PENUTUP...................................................................................................................24
A. Kesimpulan......................................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya di dominasi oleh
perorangan, akan tetapi juga harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat.
Dalam UU Kesehatan RI No.36 Tahun 2009, “ Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis”. Hal ini berarti bahwa kesehatan pada diri seseorang
atau individu itu mencakup aspek fisik, mental, spiritual dan sosial demi tercapainya
keadaan yang sejahtera bagi seseorang baik dengan produkivitasnya dan juga ekonominya.
Menurut Bloom (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor keturunan dan faktor pelayanan kesehatan. Dari keempat
faktor tersebut, faktor kedua, yaitu faktor perilaku sangat berpengaruh dalam kesehatan
seseorang, terutama dalam penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baik
dilingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak serta
merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak sehat menjadi hidup yang
sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan
pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.
Upaya ini adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya
sebagai satu investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Dalam
mengupayakan perilaku ini dibutuhkan komitmen bersama-sama saling mendukung dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang. Kondisi sehat tidak serta
merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak sehat menjadi hidup yang
sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan
pola pikir sehat kepada masyarakat yang harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri.
Upaya ini adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi- tingginya
sebagai satu investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Sementara
itu, kesadaran masyarakat akan kesehatan dan pola hidp bersih sehat, khususnya masyarakat
desa masih sangat rendah. Untuk itu pemberian penyuluhan terkait Perilaku Hidup bersih
sehat diharapkan dapat menjadi upaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya melakukan
upaya Perilaku Hidup bersih sehat dalam kehidupan sehari-hari sekaligus memberikan
pengetahuan bagaimana cara merealisasikannya sehingga bisa terwujud masyarakat yang
peduli sehat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktek dalam PHBS?
2. Media apa saja dalam Promosi Kesehatan?
3. Seperti promosi kesehatan kepada individu, keluarga dan kelompok khusus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu PHBS.
2. Untuk mengetahui media dalam promosi kesehatan.
3. Untuk mengetahui promosi kesehatan kepada individu, keluarga dan kelompok khusu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Praktek PHBS
1. Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes
RI, 2007).
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat
(Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI 2011).
Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga, karena
rumah tangga yang sehat merupakan asset atau modal pembangunan di masa depan yang
perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga
mempunyai masa rawan terkena penyakit menular dan penyakit tidak menular, oleh
karena itu untuk mencegah penyakit tersebut, anggota rumah tangga perlu diberdayakan
untuk melaksanakan PHBS.

2. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat


PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) memiliki tujuan yaitu meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan
sehat serta masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan serta aktif
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3. Tatanan Perilaku Hidup Bersih Sehat


PHBS berada di lima tatanan yakni:
a. Sepuluh Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga:
1) Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan.
2) Memberi bayi ASI eksklusif.
3) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
4) Menggunakan air bersih.
5) Menggunakan jamban sehat.
6) Memberantas jentik di rumah.
7) Makan sayur dan buah setiap hari.
8) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
9) Tidak merokok di dalam rumah.
b. Indikator PHBS di Tatanan Sekolah :
1) Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.
2) Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
4) Olahraga yang teratur dan terukur.
5) Memberantas jentik nyamuk.
6) Tidak merokok.
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
8) Membuang sampah pada tempatnya.
c. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Kerja :
1) Kawasan tanpa asap rokok.
2) Bebas jentik nyamuk.
3) Jamban sehat.
4) Kesehatan dan keselamatan kerja.
5) Olahraga teratur.
d. Indikator PHBS di Tatanan Tempat Umum :
1) Menggunakan jamban sehat.
2) Memberantas jentik nyamuk.
3) Menggunakan air bersih.
e. Indikator PHBS di Tatanan Fasilitas Kesehatan :
1) Menggunakan air bersih.
2) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meludah sembarangan.
6) Memberantas jentik nyamuk.

B. Menyusun Perencanaan Promosi Kesehatan


1. Definisi Perencanaan Promosi Kesehatan
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,
penentuan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
Dalam membuat perencanaan promosi kesehatan, perencanaan harus terdiri dari
masyarakat, profesional kesehatan dan promotor kesehatan. Kelompok ini harus bekerja
bersama-sama dalam proses perencanaan promosi kesehatan sehingga dihasilkan
program yang sesuai, efektif dalam biaya dan berkesinambungan
Perencanaan merupakan bagian dari siklus administrasi yang terdiri dari tiga fase
yaitu; perencanaan, implementasi dan evaluasi dimana ketiga fase tersebut akan
mempengaruhi hasil.
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu fase dimana secara rinci
direncanakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul, sedangkan
implementasi adalah suatu waktu dimana perencanaan dilaksanakan. Kesalahan-
kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat selama proses implementasi,
demikian juga halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang muncul selama periode
implementasi merupakan refleksi dari proses perencanaan.
Fase evaluasi adalah suatu masa dimana dilakukan pengukuran hasil dari promosi
kesehatan. Pada fase ini juga dilihat apakah perencanaan dan implementasi yang telah
dilakukan dilanjutkan.Selain itu evaluasi diperlukan untuk pemantauan dari promosi
kesehatan dan sebagi alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.

2. Langkah-Langkah Dalam Perencanaan Promosi Kesehatan


Langkah-langkah dalam perencanaan promosi kesehatan adalah;
a. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan
1) Diagnosa masalah
2) Menetapkan prioritas masalah
b. Mengembangkan komponen promosi kesehatan
1) Menentukan tujuan promosi kesehatan
2) Menentukan sasaran promosi kesehatan
3) Menentukan isi promosi kesehatan
4) Menentukan metode yang akan digunakan
5) Menentukan media yang akan digunakan
6) Menentukan rencana evaluasi
7) Menyusun jadwal pelaksanaan

a. Diagnosa masalah
Diagnosa sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan kualita hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi
yang didesain sebelumnya.

b. Menetapkan prioritas masalah


Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan adalah:
1) Menentukan status kesehatan masyarakat
2) Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada
3) Menentukan hubungan antara status  kesehatan dengan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
4) Menentukan determinan maslah kesehatan masyarakat meliputi tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan/perilaku dan
kepercayaan yang dianut.
Dalam menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor
seperti:
1) Berat masalah dan akibat yang ditimbulkannya
2) Pertimbangan politis
3) Sumber daya yang ada di masyarakat.
c. Menentukan Tujuan
Agar tujuan promosi kesehatan dapat dicapai dan dijalankan sesuai dengan apa yang
diinginkan, maka tujuan harus dibuat dengan persyaratan sebagai berikut:
1) Specific
2) Measurable
3) Appropriate
4) Reasonable
5) Time bound

Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
1) Tujuan program (Program Objective)
Merupakan pernyataan apa yang akan dicapai dalam periode tertentu dengan status
kesehatan. Pada tujuan ini harus mencakup who will do how much of what by when.
Tujuan program sering disebut dengan tujuan jangka panjang.
2) Tujuan pendidikan (Educaional Objective)
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan
yang ada. Olehh sebab itu tujuan pendidikan sering disebut dengan tujuan jangka
menengah.
3) Tujuan perilaku (Behavioral objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tecapai pperilaku
yang diinginkan. Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan
dan sikap dan disebut dengan tujuan jangka pendek.

d. Menentukan sasaran promosi kesehatan


Sasaran promosi kesehatan dan sasaran pendidikan kesehatn tidak selalu sama, oleh
sebab itu kita harus menetapkan sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.
Didalam promosi kesehatan yang dimaksud adalah kelompok sasaran yaitu individu,
kelompok maupun keduanya.
e. Menentukan isi promosi kesehatan
Isi  promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami
oleh sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa
setempat sehingga sasaran merasa bahwa pesan tersebut memang benar-benar
ditujuakn untuknya sebagai akibatnya sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

f. Menentukan metode yang akan digunakan


Menentukan metode dalampromosi kesehatan harus dipertimbangkan tentang aspek
yan akan dicapia. Bila  mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilkukan dengan
cara penyuluhan langsung, pemasagan poster, spanduk, penyebaran leflet. Untuk
aspek sikap maka kit aperlu memberikan contoh konkret yang dapat menggugah
emosi, perasaan dan  sikap sasaran. Bila untuk kemampuan ketrampilan  tertentu
maka sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba ketrampilan tersebut.

g. Menentukan media yang akan digunakan


Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah dengan
mnggunakan media, oleh karena itu hampir semua program pendidikan kesehatan
selalu menggunakan berbagai media.Media yang dipilih harus tergantung pada
sasarannya, tingkat pendidikannya, aspek yang ingin dicapai, metode  yang digunkan
dan sumber data yang ada.

h. Menentukan rencana evaluasi


 Disini baru dijabarkan tentang kapan evaluasi  akan dilaksanakan, dimana akan
dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana  akan dievaluasi dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi tersebut.

i. Menyusun jadwal pelaksanaan


Merupaka penjabaran dari waktu tempat dan pelaksanaan yang biasanya dsajikan
dalam bentuk gan chart.
C. Media Promosi Kesehatan
1. Definisi Media Promosi Kesehatan
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara, atau
pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan
dapat diartika sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba,
dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan oenyebarluasan informasi.
Media promosi kesehatan adalah semua saranana atau upaya menampilkan pesan atau
informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak,
elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan
akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan
foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi
maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah
dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya
harus dapat diterima oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan
keuntungan-keuntungan, antara lain :
a. Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau salah tafsir.
b. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
c. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
d. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
e. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

2. Tujuan Media Promosi


a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Media dapat memperjelas informasi.
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
f. Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata.
g. Media dapat memperlancar komunikasi.
3. Langkah Penetepan Media Promosi
Langkah-langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah
sebagai berikut :
a. Menetapkan tujuan
Tujuan harus relaistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang
akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana
pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media
promosi dan merancang evaluasi.
b. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan
dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-
masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta
menghitung jenis dan penempatan media.
c. Memposisikan pesan (positioning)
Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu prosuk
perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau konsumennya.
Positioning membentuk citra.
d. Menentukan strategi positioning
Identifikasi para pesaing, termasuk persepsi konsumen, menentukan posisi pesaing,
menganalisis preferensi khalayak sasaran, menetukan posisi merek produk sendiri,
serta mengikuti perkembangan posisi.
e. Memilih media promosi kesehatan
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus
memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang
berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan
meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.

4. Penggolongan Media Kesehatan


Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum penggunaan dan
berdasarkan cara produksi.
a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan.
1) Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid, dan
lain-lain.
2) Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film,
dan lain-lain.
b. Berdasarkan cara produksi
1) Media cetak.
Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual.
Pada umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam
tata warna. Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik,
stiker, dan pamflet. Fungsi utamanya adalah memberi informasi dan menghibur.
Kelebihan yang dimiliki media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak
orang, biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa,
mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya
tidak dapat menstimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
2) Media elektronik.
Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan
dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya
televisi, radio, film, kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-
lain. Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal masyarakat,
melibatkan semua pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada
suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, janagkauan
relatif lebih besar/luas, serta dapat diulang-ulang jika digunakan sebagai alat
diskusi. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, memerlukan
energi listrik, diperlukan alat canggih dalam proses produksi, perlu persiapan
matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan
penyimpanan, dan perlu keterampilan dalam pengoprasian
3) Media luar ruang
Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang
secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan
reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain. Kelebihan
media luar ruang diantaranya sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan
semua pancaindra, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap
muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih luas. Kelemahannya
yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik atau alat
canggih, perlu kesiapan yang matang, peralatan yang selalu berkembang dan
berubah, perlu keterampilan penyimpanan.
4) Jenis/Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam empat kelompok besar :
a) Benda asli.
Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Jenis
ini merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah dan cepat dikenal
serta mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat. Kelemahan alat peraga ini
tidak selalu mudah dibawa kemana-mana sebagai alat bantu mengajar.
Termasuk dalam alat peraga, antara lain benda sesungguhnya (tinja dikebun,
lalat di atas tinja, dan lain-lain), spesimen (benda yang telah diawetkan
seperti cacing dalam botol pengawet, dan lain-lain), sampel (contoh benda
sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dan lain-lain).
b) Benda tiruan
Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan karena benda asli mungkin digunakan (misal, ukuran benda asli
yang terlalu besar, terlalu berat, dan lain-lain). Benda tiruan dapat dibuat
dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-
lain.
c) Gambar atau media grafis
Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah
penyajian visual (menekankan persepsi indra penglihatan) dengan penyajian
dua dimensi. Media grafis tidak termasuk media elektronik. Termasuk
dalam media grafis antara lain, poster, leaflet, reklame, billboard, spanduk,
gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.
5) Pesan Dalam Media
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata
yang sesuai untuk sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif.
Oleh karena itu, pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
a. Memfokuskan perhatian pada pesan (command attention)
Ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan
dikembangkan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan
sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
b. Mengklarifikasi pesan (clarify the message)
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus
memberikan informasi yang relevan dan baru bagi sasaran. Kalau pesan
dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
c. Menciptakan kepercayaan (Create trust)
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Misalnya,
masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare
dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau atau mudah
didapat di dekat tempat tinggalnya.
d. Mengkomunikasikan keuntungan (communicate a benefit)
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya sasaran
termotivasi membuat jamban karena mereka akan memperoleh keuntungan
dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare.
e. Memastikan konsistensi (consistency)
Pesan harus konsisten, artinya bahwa makna pesan akan tetap sama
walaupun disampaikan melalui media yang berbeda secara berulang; misal
di poster, stiker, dan lain-lain.
f. Cater to heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi
yang efektif tidak hanya sekadar memberi alasan teknis semata, tetapi juga
harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
g. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong sasaran untuk bertindak
sesuatu bisa dalam bentuk motivasi ke arah suatu tujuan. Contohnya, “Ayo,
buang air besar di jamban agar anak tetap sehat”.
6) Imbauan Dalam Pesan
Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk memengaruhi orang lain atau
menghimbau sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.
a. Imbauan rasional
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk
rasional. Contoh pesan : “Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak
Anda. Imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya”. Para ibu
mengerti isi pesan tersebut, namun kadang tidak bertindak karena keraguan.
b. Imbauan emosional
Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih berdasar pada
emosi daripada hasil pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukan bahwa
pesan dengan menggunakan imbauan emosional lebih berhasil dibanding
dengan imbauan dengan bahasa rasional. Contoh : “Diare penyakit
berbahaya, merupakan penyebab kematian bayi. Cegahlah dengan stop BAB
sembarangan”. Kombinasikan hubungan gagasan dengan unsur visual dan
nonverbal dalam poster, misalnya dengan gambar anak balita sakit,
kemudian tertera pesan, “Lindungi anak Anda”.
c. Imbauan ketakutan
Hati-hati menggunakan imbauan dengan pesan yang menimbulkan
ketakutan. Pesan ini akan efektif bila digunakan pada orang yang memiliki
tingkat kecemasan tinggi. Namun, sebagian orang yang mempunyai
kepribadian kuat justru tidak takut dengan imbauan semacam ini.
d. Imbauan ganjaran
Pesan dengan imbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang
diperlukan dan dinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini
cukup masuk akal karena pada kenyataannya orang akan lebih banyak
mengubah perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi)
yang cukup.
e. Imbauan motivasional
Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbauan motivasi yang menyebtuh
sisi internal penerima pesan. Manusia dapat digerakan lewat dorongan
kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat
dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagamaan, prestasi, dan lain-
lain.

7) Beberapa Media Grafis


Media grafis adalah penyajian visual dua dimensi yang dibuat berdasarkan unsur
dan prinsip rancangan gambar dan sangat bermanfaat. Media grafis sangat
efektif sebagai media penyampaian pesan.
a) Poster
Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar
dengan sedikit kata-kata. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk
gambar dnegan tujuan memengaruhi seseorang agar tertarik atau
bertindakan pada sesuatu. Makna kata-kata dalam poster harus jelas dan
tepat serta dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih enam meter.
Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan
banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun, gambar atau foto.
Poster terutama dibuat untuk memengaruhi orang banyak dan memberikan
pesan singkat. Oleh karena itu, cara pembuatannya harus menarik,
sederhana, dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster
yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan
orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. Poster tidak
dapat memberi pelajaran dengan sendirinya karena keterbatasan kata-kata.
Poster lebih cocok digunakan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang
sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster
bertujuan untuk mengingatkan kembali dan mengarahkan pembaca ke arah
tindakan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Berdasarkan isi pesan, poster dapat disebut sebagai thematic poster, tactical
poster, dan practical poster. Thematic poster yaitu poster yang menerangkan
apa dan mengapa, tactical poster menjawab kapan dan dimana; sedangkan
practical poster menerangkan siapa, untuk siapa, apa, mengapa, dan dimana.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan poster :
a. Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar,
dan warna yang mencolok.
b. Dapat dibaca (eye cather) orang yang lewat.
c. Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata.
d. Mengunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian.
e. Dapat dibaca dibaca dari jarak enam meter.
f. Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor ini,
bangga, dan lain-lain.
g. Ukuran yang besar: 50 x 70 cm, kecil : 35 x 50 cm.
Dimana tempat pemasangan poster :
a. Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering
berkumpul, seperti halte bus, dekat pasar, dekat toko/warung.
b. Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan
lain-lain.
Kegunaan poster :
a. Memberikan peringatan, misalnya tentang selalu mencuci tangan
dnegan sabun setelah buang air besar dan sebelum makan.
b. Memebrikan informasi, misalnya tentang pengolahan air dirumah
tangga.
c. Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan mentah
dan buah-buahan dengan air bersih sebelum makan.
d. Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar.
e. Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang
dampak buang air besar (BAB) dijamban.
Keuntungan poster :
a. Mudan dibuat.
b. Singkat waktu dalam pembuatannya.
c. Murah.
d. Dapat menjangkau orang banyak.
e. Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi.
f. Bisa dibawa kemana-mana.
g. Banyak variasi.
Cara pembuatan poster :
a. Pilih subjek yang kan dijadikan topik, misal kesehatan lingkungan,
sanitasi, PHBS, dan lain-lain.
b. Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal keluarga yang
menggunakan jamban untuk BAB.
c. Gambarkan pesan tersebut dalam gambar.
d. Pesan dibuat menyolok, singkat, cukup besar, dan dapat dilihat pada
jarak enam meter, misalnya “Stop buang air besar sembarangan !”.
e. Buat dalam warna yang kontras sehingga jelas terbaca, misal kombinasi
warna merah yang tidak bertabrakan yaitu biru tua-merah, hitam-
kuning, merak kuning, biru tua-biru muda.
f. Hindarkan tambahan-tambahan yang tidak perlu ditulis.
g. Gambar dapat sederhana.
h. Perhatikan jarak huruf, bentuk dan ukuran.
i. Tes/uji poster pada teman, apakah poster sudah bisa memcapai
maksudnya atau tidak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster. Poster secara
umum terdiri atas beberapa bagian, yaitu :
a. Judul (head line)
b. Subjudul (sub head line)
c. Body copy/copy writing, dan
d. Logo dan indentitas.
Judul harus dapat dibaca jeas dari jarak enam meter, mudah dimengerti,
mudah diingat. Subjudul harus menjelaskan, melengkapi, dan
menerangkan judul secara singkat. Poster juga memerlukan adanya
ilustrasi. Ilustrasi ini harus atraktif berhubungan erat dengan judul dan
terpadu dengan penampilan secara keseluruhan. Warna merupakan
salah satu unsur grafis. Pengertian warna bisa meliputi warna simbolik
atau rasa kejiwaan. Warna dapat dibagi menjadi tiga kelompok menurut
jenisnya, yaitu warna primer (merah, kuning, biru), warna sekunder
(hijau, kuning, lembayung), dan warna tersier (cokelat kemerahan,
cokelat kekuningan, cokelat kebiruan). Warna sebagai simbol
mempunyai arti tersendiri. Misalnya, merah berarti berani, putih berarti
suci, kuning berarti kebesaran, hitam berarti abadi, hijau berarti
harapan, dan merah muda berarti cemburu. Mengenal rasa warna dapat
diartikan sebagai berikut merah adalah warna panas, biru adalah warna
dingin, dan hijau adalah warna sejuk.

b) Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana.
Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar kertas yang
berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan
tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200 – 400
kata. Ada beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air ditingkat rumah tangga,
deskripsi tentang diare serta pencegahannya, dan lain-lain. Isis harus bisa
ditangkap dnegan sekali baca. Leaflet dpat diberikan atau disebarkan pada
saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan Focus Group
Discussion (FGD), pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat leaflet :
a. Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai.
b. Tuliskan apa tujuannya.
c. Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet.
d. Kumpulan tentang subje yang kaan disampaikan.
e. Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya
bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya.
f. Buatkan konsepnya. Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok
sasaran yang hampir sama dengan kelompok sasaran, perbaiki konsep,
dan buat ilistrasi yang sesuai dengan isi.
Kegunaan leaflet :
a. Mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau
dikomunikasikan.
b. Diberika sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah
disampaikan.
c. Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepa orang banyak.
Keuntungan leaflet :
a. Dapat disimpan lama
b. Sebagai referensi
c. Jangkauan dapat jauh
d. Membantu media lain
e. Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi
f. Papan Pengumuman
Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90 x
120 cm, biasa dipasang di dinding atau ditempat tertentu seperti balai
desa, posyandu, masjid, puskesmas, sekolah, dan lain-lain. Pada papan
tersebut gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik tertentu.
Bahan yang diperlukan :
a. Tripleks ukuran 90 x 120 cm
b. Kertas berwarna
c. Gunting
d. Paku paying
e. Huruf-huruf atau tulisan
f. Koleksi gambar-gambar dalam segala ukuran
Cara membuat papan pengumuman :
a. Ambil kayu tripleks (plywood).
b. Warnai bila diperlukan.
c. Beri bingkai pada sekeliling papan.
d. Paku di dinding gedung atau di tempat yang memungkinkan.
e. Letakkan pada tempat atau lokasi yang mudah dilihat.
f. Tuliskan judul yang menarik.
Cara menggunakan papan pengumuman :
a. Tentukan jangka waktu pemasangan sehingga tidak membosankan,
misal 1-2 minggu.
b. Gunakan pada peristiwa-peristiwa tertentu saja, misal pada waktu
pertemuan besar atau hari libur.
c. Cari sumber untuk melengkapi tampilan, misal dari perpustakaan,
kantor humas, dan lain-lain.
Keuntungan papan pengumuman :
a. Dapat dikerjakan dengan mudah.
b. Merangsang perhatian orang.
c. Menghemat waktu dan membiarkan pembaca untuk belajar masalah
yang ada.
d. Merangsang partisipasi.
e. Sebagai review atau pengingat terhadap bahan yang pernah diajarkan.
f. Gambar Optik
Gambar optik mencakup foto, slide, film, dan lain-lain.
1. Foto
Foto sebagai bahan untuk alat peraga digunakan dalam bentuk
album ataupun dokumentasi lepasan. Album merupakan foto-foto
yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan, dan
lain-lain. Album ini bisa dibawa dan ditunjukkan kepada
masyarakat sesuai dengan topik yang sedang didiskusikan.
Misalnya album foto yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa
untuk mengubah kebiasaan buang air besarnya menjadi di jamban.
Dokumentasi lepasan yaitu foto-foto yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok
persoalan atau titik perhatian. Foto ini digunakan biasanya untuk
bahan brosur, leaflet, dan lain-lain.
2. Slide
Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok.
Penggunaan slide cukup efektif karena gambar atau setiap materi
dapat dilihat berkali-kali dan dibahas lebih mendalam. Slide sangat
menarik, terutama bagi kelompok anak sekolah dibanding dengan
gambar, leaflet, dan lain-lain.
3. Film
Film merupakan media yang bersifat menghibur, disamping dapat
menyisipkan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini
adalah kelompok besar dan kolosal.

C. Promosi Kesehatan Kepada Individu, Keluarga, dan Kelompok Khusus


Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1)
sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
a. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak
sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa
mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung
oleh: Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat
diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
maupun pemuka formal.
Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun
pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang
kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum
(public opinion).
Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab
dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia
usaha.
b. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya
petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan
dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan
PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: Berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi
tentang PHBS dan menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai
kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat terbentuknya PHBS.
c. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) dengan cara:
1) Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan
kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.
2) Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya

Bina suasana dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu:


a. Pendekatan Individu
Bina Suasana Individu ditujukan/dilakukan kepada individu-individu tokoh
masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan:
1) Dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang
diperkenalkan.
2) Dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang
diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang
sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin
melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah
munculnya wabah demam berdarah).
3) Dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut
menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi
perubahan perilaku individu.
b. Pendekatan Kelompok
Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat,
seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis
Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Organisasi Wanita, Organisasi
Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan
oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.
Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya.
Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan
perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihakpihak yang terkait dan
melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,
penentuan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
Dalam membuat perencanaan promosi kesehatan, perencanaan harus terdiri dari
masyarakat, profesional kesehatan dan promotor kesehatan. Kelompok ini harus bekerja
bersama-sama dalam proses perencanaan promosi kesehatan sehingga dihasilkan program
yang sesuai, efektif dalam biaya dan berkesinambungan

B. Saran
Bagi masyarakat promosi kesehatan adalah proses memampukan,memberdayakan dan
memandirikan maupun individu dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Membiasakan
individu hidup sehat dan menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo S.(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wawan, A dan Dewi, M. (2010).Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan


Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Lucie, S.(2005).Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.Bogor:Ghalia


Indonesia.

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Promkes-Komprehensif.pdf&ved=2ahUKEwi6us-
lt_boAhV26XMBHR5cAKoQFjAEegQIBBAC&usg=AOvVaw3EPdKWndmUFRIKSPZj1abX
&cshid=1587366079475

Anda mungkin juga menyukai