Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

1. Pengertian
Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan, karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka akan
terjadi kerusakan jaringang otak dan apabila berlangsung lama akan menyebabkan
kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan
cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari
sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ
pernafasan agar berfungsi secara normal (Hidayat dan Uliyah (2005) dalam (Budyasih,
Suprapti (2014).
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekan 1
atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh (Kristina, (2013) dalam
Saryono Widianti (2010).
2. Fisiologi
Menurut Guyton dan Hall (2006), Pernapasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu
paru dengan pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot diafragma, isi dan
dinding abdomen serta pusat pernapasan di otak. Otot pernapasan primer adalah
diafragma yang berbentuk kubah, berada pada dasar torak yang memisahkan torak
dengan abdomen sedangkan otot pernapasan tambahan terdiri dari otot intercosta
eksterna dan interna, otot sternocleidomastoidius dan elevator scapula. Otot pernapasan
dipersyarafi oleh nervus phrenikus yang mengendalikan otot diafragma dan otot dinding
abdomen yang terdiri dari rectus abdominis, obligus internus dan eksternus serta
trasversus abdominis (Priyanto, 2010).
Menurut Guyton dan Hall (2006), Kerja inspirasi dibagi menjadi 3 yaitu : kerja
compliane/elastisitas, kerja resistensi jaringan dan kerja resitensi jalan nafas.
Mekanisme pernapasan terdiri dari inspirasi dan ekspirasi melalui peranan compliance
paru dan resistensi jalan nafas. Selama inspirasi normal, hampir semua otot-otot
pernapasan berkontraksi, sedangkan selama ekspirasi hampir seluruhnya pasif akibat
elastisitas paru dan struktur rangka dada. Sebagian besar kerja dilakukan oleh otot-otot
pernapasan untuk mengembangkan paru (Priyanto, 2010).
Menurut Guyton dan Hall (2006), Otot diafragma berkontraksi dan mendatar pada
saat inspirasi dan menyebabkan longitudinal paru bertambah. Otot diafragma
mengalami relaksasi dan naik kembali ke posisi istirahat pada saat ekspirasi. Dalam
keadaan normal otot tambahan tidak aktif, mulai berperan pada saat aktivitas atau
resistensi jalan nafas dan rongga torak meningkat. Mekanisme compliance paru dengan
mengangkat rangka dan elevasi iga, sehingga tulang iga dan sternum secara langsung
maju menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada ± 20% lebih besar selama
inspirasi maksimal daripada ekspirasi. Compliance paru tergantung pada ukuran paru
untuk melakukan perubahan volume intrathorak. Usia dan ukuran tubuh berpengaruh
terhadap kemampuan compliance paru (Priyanto, 2010).
Tahapan proses pernapasan menurut Price & Wilson (2006) meliputi :
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuk udara dari dan ke paru yangmembutuhkan
koordinasi otot paru dan torak yang elastis dengan persyarafanyang utuh. Adequasi
ventilasi paru ditentukan oleh volume paru, resistensijalan nafas, sifat elasitik atau
compliance paru dan kondisi dinding dada.Perbedaan tekanan udara antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, padainspirasi tekanan intrapleura lebih rendah
daripada tekanan atmosfer sehinggaudara masuk ke alveoli. Fungsi ventilasi paru
tergantung pada: 1) bersihanjalan nafas, adanya sumbatan/obstruksi jalan napas; 2)
sistem saraf pusat danpusat pernapasan; 3) kemampuan pengembangan dan
pengempisan(compliance) paru; 4) kemampuan otot-otot pernapasan seperti;
ototdiafragma, otot interkosta eksterna dan interna, otot abdomen.
b. Perfusi
Perfusi paru adalah proses pergerakan darah melewati sistem sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, selanjutnya mengalir dalam arteri pulmonalis dan akan memperfusi
paru serta berperan dalam proses pertukaran gas O2 dan CO2 dikapiler paru dan
alveoli.
c. Difusi
Difusi adalah pergerakan gas O2 dan CO2 dari area dengan bertekanan tinggi ke
tekanan rendah antara alveolus dengan membran kapiler (Priyanto, 2010).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Dalam Tarwoto Wartonah (2006) disebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan.
Tabel dibawah ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
:
NO Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

1 Faktor Fisiologi
 Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti
pada anemia.
 Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi
seperti pada obstruksi saluran nafas bagian atas.
 Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu.
 Meningkatnya metabolisme seperti adanya
infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan lain-lain.
 Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding
dada seperti pada kehamilan, obesitas, penyakit
kronik TB paru.

2 Faktor Perkembangan
 Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan.
 Bayi dan toddler : adanya risiko saluran
pernafasan akut
 Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi
saluran pernafasan dan merokok.
 Dewasa muda dan pertengahan :
Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
 Dewasa tua :
Adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas
menurun, ekspansi paru menurun.

3 Faktor Perilaku  Nutrisi:


Misalnya pada obesitas mengakibatkan
penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk
menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen
berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.
 Exercise:
exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
 Merokok:
Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
 Alkohol dan obat-obatan :

Menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun


mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol
menyebabkan depresi pusat pernafasan.
 Kecemasan : menyebabkan metabolisme
meningkat

4 Faktor Lingkungan  Tempat kerja (polusi)


 Suhu lingkungan
 Ketinggian tempat dari permukaan laut

4. Jenis gangguan
Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan. Perubahan fungsi jantung
yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung seperti
disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya cardiac output seperti pada pasien
dekompensi kordis menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan fungsi katup seperti
pada stenosis, obstruksi, myokardial iskemia/infark mengakibatkan kekurangan
pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium sedangkan pada perubahan fungsi
pernafasan masalah yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu
hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia (Wartonah, 2006).
Tabel berikut menjelaskan perubahan fungsi pernafasan yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi.
NO Perubahan Fungsi Definisi Tanda dan Gejala
Pernafasan
1 Hiperventilasi Upaya tubuh dalam Takikardia, nafas pendek,
meningkatkan jumlah O2 dalam nyeri dada (chest pain),
paru-paru agar pernafasan lebih menurunnya konsentrasi,
cepat dan dalam. disorientasi.

2 Hipoventilasi Terjadi ketika ventilasi alveolar Nyeri kepala, penurunan


tidak adekuat untuk memenuhi kesadaran, disorientasi,
penggunaan O2 tubuh atau kardiak disritmia,
mengeluarkan CO2 dengan ketidakseimbangan
cukup. Biasanya terjadi pada elektrolit, kejang dan
atelektasis (kolaps paru) kardiak arrest

3 Hipoksia Kondisi tidak tercukupinya Kelelahan, kecemasan,


pemenuhan O2 dalam tubuh menurunnya kemampuan
akibat dari defisiensi O2 yang konsentrasi, nadi
diinspirasi atau meningkatnya meningkat, pernafasan
penggunaan O2 di sel cepat dan dalam, sianosis,
sesak nafas dan clubbing
finger.

5. Diagnosa Keperawatan
a) Pola nafas tidak efektif b/d kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuscular, penurunan energy.
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d spasme jalan nafas.
c) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan
membrane kapiler alveolar.
6. Rencana Keperawatan
a) Pola nafas tidak efektif b/d kelelahan otot pernafasan, cemas, nyeri, disfungsi
neuromuscular, penurunan energy.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan status respirasi ventilasi pasien normal dengan kriteria hasil :
NOC
- Respirasi dalam batas normal
- Mampu inspirasi dalam
- Memiliki dada yang mengembang secara simetris
- Dapat bernafas dengan mudah
- Tidak menggunakan otot-otot tambahan dalam bernafas
- Tidak mengalami dyspnea
 Intervensi :
NIC
- Monitor rata-rata irama, kedalaman, dan usaha respirasi
Rasional : untuk memonitor kesulitan pernapasan pasien
- Mengatur posisi pasien semi fowler (300-600)
Rasional : untuk meningkatkan ekspansi paru
- Kolaborasi pemberian O2
Rasional : untuk mencegah kesulitan bernapas pada pasien
- Kolaborasi pemberian obat bronkhodilator
Rasional : memperlancar saluran pernapasan pada pasien

b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d spasme jalan nafas.


 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan kepatenan jalan nafas pasien normal dengan kriteria hasil :
NOC
- Tidak mengalami demam
- Tidak mengalami kecemasan
- Tidak tersedak
- RR dalam batas normal
- Memiliki irama pernafasan yang normal
- Mampu mengeluarkan sputum dari jalan naafas
- Bebas dari suara nafas tambahan
 Intervensi
NIC
- Pasang nasal kanul
Rasional : untuk mencegah kesulitan bernapas pada pasien
- Monitor status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status
hemodinamik dan irama jantung.
Rasional : untuk memonitor kemampuan bernapas pasien
c) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan
membrane kapiler alveolar.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam
diharapkan status respirasi pertukaran gas pasien normal dengan kriteria hasil :
NOC
- Dapat bernafas dengan mudah
- Tidak mengalami dyspnea
- Tidak mengalami sianosis
- Tidak mengalami somnolen
- Memiliki PaO2 dan PaO2 dalam batas normal
- Memiliki saturasi O2 dalam batas normal
- Memiliki perfusi ventilasi yang seimbang
NIC
 Intervensi :
- Posisikan untuk memaksimalkan potensi ventilasinya
Rasional : untuk memudahkan pernapasan pasien
- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
Rasional : untuk mengetahui adanya suara tambahan
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sesuai kebutuhan
Rasional : untuk memonitor kemampuan bernapas pasien
DAFTAR PUSTAKA

Budyasih, Suprapti. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Oksigenasi.fAkultas


Ilmu Kesehatan : UMP. Dipublikasikan
Nanda. 2017. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi : Ed.10. Jakarta : EGC.
Swanson, dkk. 2016. Nursing Outcome Classification. Ed : 5. Jakarta : Elsiver.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi
3.Salemba Medika : Jakarta.
Wegner, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification. Ed : 5. Jakarta : Elsiver.

Anda mungkin juga menyukai